• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi

Air yang diperlukan oleh tanaman dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu curah hujan, kontribusi air tanah dan air irigasi. Sementara kehilangan air dari daerah akar (root zone) tanaman adalah berupa evapotranspirasi dan perkolasi.

Apabila jumlah air yang diperoleh dari curah hujan dan kontribusi air tanah tidak mencukupi kebutuhan air yang diperlukan tanaman selama masa pertumbuhannya maka penyediaan air dengan sistem irigasi diperlukan sebagai alternatif penanggulangannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya air yang perlu disediakan dengan sistem irigasi adalah :

1. curah hujan

2. kontribusi air tanah 3. evapotranspirasi 4. perkolasi

II.1.1 Curah Hujan

Air yang dibutuhkan oleh tanaman dapat sepenuhnya atau sebagian diperoleh dari curah hujan. Curah hujan untuk setiap periode atau dari tahun ke tahun berubah-ubah, sehingga disarankan untuk menggunakan curah hujan rencana, misalnya dengan probabilitas 75% atau 80%.

(2)

II.1.2 Curah Hujan Efektif

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tidak seluruhnya bisa dimanfaatkan oleh tanaman, karena sebagian akan hilang oleh run off, perkolasi, dan evaporasi. Hujan deras atau curah hujan yang tinggi hanya sebagian saja yang dapat tersimpan di daerah akar tanaman dan efektifitasnya cukup rendah. Curah hujan yang rendah dengan frekuensi yang tinggi yang ditampung langsung oleh daun tanaman mendekati efektifitas 100%.

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang diharapkan akan jatuh pada areal pertanian selama masa tumbuh tanaman dan dapat langsung menambah kebutuhan air selama masa tumbuhnya.

Perkiraan curah hujan efektif dihitung berdasarkan keadaan 80% tahun kering (R80). Untuk menentukan tahun dasar (basic year), digunakan metode empiris menurut persamaan :

R80 = n + 1 5

dimana : R80 : curah hujan efektif (mm)

n : jumlah tahun pengamatan curah hujan

n +1 : rangking curah hujan efektif dari urutan terkecil 5

II.1.3 Keadaan dan Jenis Tanah

Keadaan topografi suatu areal persawahan akan mempengaruhi kehilangan air melalui seepage, makin miring suatu areal persawahan maka makin besar

(3)

yang miring menyebabkan alternatif pemilihan trase saluran terbatas sehingga sistem pemberian air ke masing-masing unit irigasi juga terbatas yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah dan teknik pemberian air pada areal persawahan tersebut.

Jenis tanah akan mempengaruhi besar perkolasi, seepage dan kemampuan kapilarisasi rongga pada lapisan tanah. Di dalam memperhitungkan jumlah air yang diperlukan untuk suatu areal irigasi, disamping kehilangan air akibat perkolasi dan seepage juga perlu diperhitungkan kontribusi air tanah yang mungkin ada pada areal irigasi tersebut.

Untuk mengetahui besarnya kontribusi air tanah pada suatu areal irigasi tertentu diperlukan suatu eksperimen yang mendetail.

II.1.4 Iklim dan Cuaca

Keadaan iklim dan cuaca suatu daerah mempengaruhi besarnya evaporasi, transpirasi, dan evapotranspirasi.

Iklim pada umumnya sudah tertentu pada suatu daerah dimana hal ini dipengaruhi oleh letak lintang daerah tersebut. Cuaca erat kaitannya terhadap iklim, karena iklim adalah hasil informasi cuaca pada waktu yang cukup lama di suatu wilayah tertentu.

II.1.5 Jenis Tanaman

Besarnya evapotranspirasi dari tanaman ditentukan oleh jenis dan masa pertumbuhannya.

(4)

Misalnya padi berbeda dengan tanaman palawija atau tanaman lainnya, bahkan diantara sesama padi pun juga berbeda tergantung dari jenis dan umur padi itu sendiri.

(5)

II.2 Evapotranspirasi II.2.1 Evaporasi

Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif untuk tanaman dan lain-lain.

Bila penguapan alamiah dipandang sebagai suatu proses pertukaran energi, maka dapat dapat diperkirakan bahwa radiasi matahari merupakan faktor terpenting dalam analisa evaporasi. Evaporasi adalah suatu proses dimana cairan langsung berubah menjadi uap. Air akan menguap dari tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan pepohonan, permukaan tidak tembus air sepeti atap atau jalan raya, air bebas dan air mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan ubah-ubah menurut warna dan sifat pemantulan permukaan (albedo) dan juga akan berbeda untuk permukaan yang langsung tersinari oleh matahari dengan permukaan yang terlindungi dari sinar matahari.

Pertumbuhan tanaman, misalnya tanaman padi sangat tergantung pada keadaan air dan suhu, dimana hal ini diatur oleh interaksi yang rumit antara energi dan neraca air di daerah lingkungan tanaman padi itu. Sejumlah besar fraksi radiasi sinar matahari yang mengenai suatu areal tanaman digunakan untuk penguapan air dari tumbuhan dan tanah atau permukaan air.

Di daerah yang beriklim sedang dan lembab, kehilangan air lewat evaporasi air bebas dapat mencapai 60 cm per tahun dan kira-kira 45 cm per tahun lewat evaporasi permukaan tanah. Di daerah beriklim sedang seperti Saudi Arabia

(6)

angka tersebut dapat mencapai 200 cm per tahun jika terdapat curah hujan yang banyak dan 10 cm per tahun jika tidak ada curah hujan dalam waktu yang lama. II.2.2 Transpirasi

Semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya dan masing-masing jenis tanaman berbeda-beda kebutuhan airnya. Hanya sebagian kecil saja air yang tinggal di dalam tubuh tumbuh-tumbuhan, sedangkan sebagian besar lagi setelah diserap lewat akar-akar dan dahan-dahan akan ditranspirasikan lewat bagian daun tumbuh-tumbuhan. Proses ini membentuk suatu fase penting dari siklus hidrologi, dimana hujan yang jatuh ke tanah dikembalikan ke atmosfer.

Jumlah air yang ditranspirasikan dapat bertambah besar, misalnya pada pohon besar yang daunnya lebat dan akar-akarnya sangat dalam menembus tanah. Proses transpirasi berjalan terus hampir sepanjang hari di bawah pengaruh sinar matahari dan angin. Pada malam hari pori-pori daun yang disebut stomata menutup dan mengakibatkan terhentinya proses transpirasi dengan drastis. Kejadian ini dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang terserap melalui akar akan berpindah melalui pohon ke ke ruang diantara sel di dalam daun-daunnya. Udara memasuki daun melalui stomata yang terbuka pada permukaan daun.

Chloroplast di dalam daun menggunakan karbondioksida dari udara dan sebagian

kecil air untuk mengolah karbohidrat guna proses pertumbuhannya (foto sintesis). Saat udara memasuki daun, air lari ke luar melalui stomata yang terbuka, inilah yang disebut proses dari transpirasi. Pertumbuhan tanaman umumnya berhenti pada saat temperatur turun sampai mendekati 4˚C (40˚F) dan

(7)

II.2.3 Evapotranspirasi

Dalam kondisi lapangan sulit sekali untuk membedakan antara evaporasi dengan transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Kedua proses tersebut saling berkaitan sehingga berkaitan sehingga dinamakan evapotranspirasi. Jadi evapotranspirasi adalah gabungan antara penguapan dari tanah dan tanaman. Evapotranspirasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi pertanian di suatu wilayah. Taksiran mengenai besarnya evapotranspirasi yang mendekati kenyataan sangat penting bagi para ahli agronomi dan pihak lain yang berkecimpung dalam bidang perencanaan pertanian.

II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evapotranspirasi II.3.1 Faktor Meteorologi

a. Penyinaran matahari

Penyinaran matahari ini secara langsung akan mempengaruhi besar kecilnya evapotranspirasi. Makin lama penyinaran matahari per harinya maka makin besar pula evapotranspirasi dan sebaliknya. Evapotranspirasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini terjadi hampir tanpa berhenti di siang hari dan kerap kali terjadi di malam hari. Perubahan wujud dari keadaan cair menjadi gas memerlukan input energi yang berupa panas laten. Proses tersebut sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari. Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan akan menghambat proses evapotranspirasi.

(8)

Seperti disebutkan di atas suatu input energi sangat diperlukan agar evapotranspirasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah semakin tinggi, maka proses evapotranspirasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia.

Kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evapotranspirasi, sedangkan suhu tanah, daun tumbuhan dan suhu air hanya mempunyai efek tunggal.

c. Kadar lengas relatif (relative humidity)

Jika kelembapan relatif udara naik, maka kemampuan untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasi akan menurun. Manakala stomata daun tanaman terbuka, diffusi uap udara yang keluar dari daun tergantung pada perbedaan antara tekanan uap air di dalam rongga sel dan tekanan air pada atmosfer.

d. Angin

Jika air menguap ke atmosfir maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evapotranspirasi terhenti. Agar proses tersebut berjalan terus maka lapisan jenuh itu harus diganti dengan udara kering. Pergantian itu dapat terjadi hanya kalau ada angin. Jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses evapotranspirasi, karena makin cepat angin berhembus maka semakin besar evapotranspirasi.

(9)

Letak lintang akan mempengaruhi iklim suatu daerah seperti lamanya penyinaran matahari, temperatur, angin, dan lain-lain, sehingga mempengaruhi besar evapotranspirasi.

II.3.2 Tanah

Apabila kandungan air (moisture content) tanah dipermukaan berada di bawah ambang batas, maka evaporasi tidak akan ditentukan oleh keadaan iklim, tetapi ditentukan oleh karakteristik tanah itu sendiri, terutama konduktivitas hidrolis dari tanah. Dalam tahap ini evaporasi kumulatif cenderung bertambah sebesar akar dari waktu untuk suatu jenis tanah tertentu.

Setiap jenis tanah mempunyai moisture content yang berbeda, jadi untuk tanah yang poreous kemampuannya untuk menyimpan air rendah sekali sehingga air yang tersimpan dalam tanah cepat berkurang.

Air yang tersedia di dalam lapisan tanah adalah selisih antara kandungan air pada keadaan kapasitas lapangan dengan kandungan air pada keadaan tanah kering. Secara umum ketersediaan air dapat diidentifikasi sebagai berikut :

- tanah dengan heavy texture : 200 mm air/m dalam tanah - tanah dengan medium texture : 140 mm air/m dalam tanah - tanah dengan texture : 60 mm air/m dalam tanah

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya air yang diserap oleh tanaman adalah : temperatur tanah dan konsentrasi garam dalam tanah.

II.3.3 Faktor Tanaman

Jumlah evapotranspirasi dari tanaman ditentukan oleh masa pertumbuhan tanaman. Masa pertumbuhan tanaman berbeda-beda berdasarkan jenis tanaman.

(10)

Adapun evapotranspirasi untuk setiap masa pertumbuhan berbeda-beda disebabkan karena perbedaan koefisien pertumbuhan tanaman.

II.3.4 Metode Irigasi

Cara pemberian air irigasi juga akan mempengaruhi besarnya evapotranspirasi. Cara pemberian air erat kaitannya dengan besarnya evaporasi dari tanah.

Irigasi permukaan akan mengakibatkan besarnya evaporasi dari permukaan tanah jika tanah tersebut belum ditutupi oleh daun tanaman, sedangkan irigasi pancaran akan mengakibatkan transpirasi berkurang cukup banyak selama pemberian air tetapi akan dikompensasikan oleh evaporasi dari daun yang basah dan permukaan tanah. Kombinasi dari kedua dampak tersebut tidak akan mengakibatkan evapotranspirasi berbeda jauh dari besaran yang diperkirakan.

II.4 Metode-Metode Empiris untuk Mengestimasi Evapotranspirasi Acuan (ETo)

Sulit sekali menentukan metode yang paling tepat untuk menghitung kebutuhan air untuk tanaman (crop water requirement) karena kesulitan mendapatkan pengukuran yang akurat di lapangan. Suatu metode sering dipergunakan pada daerah yang mempunyai iklim dan keadaan agronomis yang berbeda dengan asal metode tersebut dikembangkan.

Setelah mengalami beberapa kali revisi FAO dalam jurnalnya “Crop Water Requirement 1977” merekomendasikan metode-metode :

(11)

2. Metode Blaney-Criddle (Temperature Methode) 3. Metode Makkink (Radiation Methode)

4. Metode Evaporasi (Pan Evaporation) 5. Metode Humiditi (Humidity Methode) II.4.1 Metode Penman (Penman Methode)

Metode Penman dapat dirumuskan sebagai berikut :

Eto = c. [W. Rn + (1-W0. f (u). (ea-ed)]

dimana : Eto : Evaporasi acuan (mm/hari)

c : Faktor koreksi terhadap perbedaan cuaca antara siang dan malam W : Faktor koreksi temperatur terhadap radiasi

f(u) : Faktor pengaruh kecepatan angin (km/hari) Rn : Radiasi netto (mm/hari)

ea : Tekanan uap jenuh (mbar) ed : Tekanan uap nyata (mbar)

Metode ini menggunakan data iklim harian rata-rata, karena perbedaan cuaca pada siang dengan malam hari mempengaruhi evapotranspiras, dan pengaruh tersebut telah diperhitungkan.

Berbagai parameter dalam Metode Penman adalah : a. Faktor kecepatan angin f(u)

f(u) = [0,27 (1+ u )]

100

b. Faktor koreksi temperatur terhadap radiasi W W =

δ

(12)

dimana : T = 0,386 P (mbar/˚C) L L = 595 – 0,51t (cal/gr) t = mean temperatur (˚C) δ = 2 (0,00738t + 0,8072)

ⁿ -

0,00116 (mbar/˚C) dimana n = 7 Pa = 1013 – 0,1055E

E = elevasi dari muka laut (m)

II.4.2 Metode Blaney-Criddle

Penggunaan metode ini disarankan untuk daerah yang hanya mempunyai data temperatur. Rumus ini didasarkan atas pengukuran dari penggunaan air konsumtif bagi tanaman yang diairi dengan air irigasi dan tumbuh-tumbuhan alam pada kondisi lapangan di bagian Barat Amerika Serikat yang merupakan hasil studi atas field plot dan lysimeter.

Eto = c [ p (0,46 T + 8 )] (mm/hari)

dimana : ETo : evapotranspirasi acuan untuk bulan pengamatan T : temperatur rata-rata dalam bulan pengamatan (˚C) p : persentase lama siang hari rata-rata pertahun

c : faktor koreksi yang tergantung kepada Rhmin, lamanya penyinaran matahari dan angin

(13)

Dikenal dengan metode radiasi yang dipublikasikan pada tahun 1957. Penggunaan metode ini direkomendasikan untuk daerah yang mempunyai data iklim berupa data temperatur dan penyinaran matahari, awan atau radiasi, tetapi tidak mempunyai data tentang angin dan kadar lengas.

(14)

II.4.4 Metode Evaporasi (Pan Metode)

Panci evaporasi dipergunakan untuk mengukur pengaruh integrasi antara radiasi, angin, temperatur dan kadar lengas terhadap evaporasi dari suatu permukaan air yang spesifik.

Eto = Kp. Epan

dimana : Epan : evaporasi Pan yang (mm/hari) merupakan rata-rata harian selama pengukuran

Kp : koefisien Pan

II.4.5 Metode Humidity

Etp = CdL (qmax – qmin)

dimana : qmax dan min : kadar lengas absolut yang berkaitan dengan temperatur udara max dan min

dL : pecahan yang menggambarkan jumlah jam siang hari tahunan

C : 1 untuk Etp dalam mm/bulan

II.5 Kajian Mengenai Free Intake Existing

II.5.1 Analisa debit pengaliran dengan menggunakan beberapa rumus : 1. SCRW (Standard Contracted Rectangular Weir)

Francis formula :

(15)

dengan : Q (m3/det), L: lebar ambang (m) H: beda elevasi antara ambang dengan muka air pada weir pool (m).

Standar Trapezoidal (Cipolleti) Weir : Q = 1,86 L H 3/ 2/1.2

Standard 90 0 V-notch Weir (Thompson) Q = 8/15 Cd √2g H 5 / 2

/1.3

Umumnya nilai Cd = 0,592, sehingga:

Q H 5 / 2.../1.4.a

atau dalam satuan Q (liter/detik) dan H (cm), maka :

Q = 0,014 H 5 / 2/1.4.b

Perkiraan kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan rumus :

NFR = Etc + P + WLR – Re

dimana :Etc : evapotranspirasi (mm/hari) P : perkolasi (mm/hari) WLR : penggantian lapisan air (mm/hari) Re : curah hujan effektif (mm/hari)

Perhitungan kebutuhan pengambilan (IR) adalah besarnya kebutuhan air yang diambil dari sumbernya dan dapat dirumuskan menjadi :

IR = NFR = _ _______NF__________ Eff Eff. 65% x 24 x 60 /10.000

(16)

Perumusan kebutuhan total air irigasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

KAI = (ETC + IR + RW + P – ER) x A

IE

dimana :ETc : evapotranspirasi (mm/hari),

IR : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari), RW : kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/hari), P : perkolasi (mm/hari),

Re : hujan efektif (mm/hari), IE : efisiensi irigasi, dan A : luas areal irigasi (mm2).

(17)

II.6 Profil Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Serta Kondisi Eksistingnya. II.6.1 Letak Geografis

Letak geografis daerah Namu Sira-sira berada pada kisaran 3’ 31’ LU dan 98’ 27’ BT. Mencakup empat bagian kecamatan yaitu kecamatan Sei Binge, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai, dan Kecamatan Binjai Selatan. Kecamatan yang paling luas mendapat pelayanan dari irigasi Namu Sira – Sira adalah Kecamatan Sei Binge.

II.6.2 Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kiri

Saluran primer kiri memiliki dua saluran sekunder utama yaitu Saluran Sekunder Raja Tengah dan Saluran Sekunder Namu Ukur Kiri. Saluran Sekunder Namu Ukur Kiri memiliki dua cabang saluran sekunder yaitu Saluran Sekunder Bela Rakyat dan Saluran Sekunder Suka Tani. Saluran Sekunder Bela Rakyat memiliki beberapa cabang saluran sekunder berukuran pendek dan satu cabang berukuran panjang yaitu Saluran Sekunder Tumaninah.

Pada saat perencanaan di Saluran Primer Kiri terdapat petak tersier seluas 2.182 ha yang terbagi dalam 47 petak tersier. Deskripsi penyebaran petak tersier yang terdapat pada Saluran Primer Kiri adalah :

- Saluran Sekunder Raja Tengah : 8 petak tersier - Saluran Sekunder Namu Ukur Kiri : 7 petak tersier - Saluran Sekunder Bela Rakyat : 14 petak tersier - Saluran Sekunder Tumaninah : 6 petak tersier - Saluran Sekunder Balai Kasih : 3 petak tersier - Saluran Sekunder Suka Tani : 9 petak tersier

(18)

II.6.2.1 Panjang Saluran dan Panjang Jalan Inspeksi Namu Sira-Sira Kiri 1.) Panjang Saluran Primer : 6.929,60 m

2.) Panjang Saluran Sekunder : 28.623,77 m

a. BNU 1 s/d BNU4 : 3.240,20 m b. BNU 1 s/d BRT 1-4 : 3.343,98 m c. BNU 4 s/d BST 1-6 : 8.876,30 m d. BNU 4 s/d BBR 1-10 : 8.015,53 m e. BBR 6 s/d BTN 1-4 : 3.671,91 m f. BBR 3 s/d BBK 1-2 : 921,93 m g. BBR 5 s/d BBR 5M : 554,00 m 3.) Jalan Inspeksi : 36.918,00 m

Inventarisasi Jaringan pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kiri adalah sebagai berikut :

- Bangunan Bendung : 1 Unit

- Bangunan Bagi : 5 Unit

- Bangunan Bagi Sadap : 25 Unit

- Talang : 5 Unit

- Sypon : 6 Unit

- Gorong-gorong : 12 Unit

- Jembatan : 29 Unit

- Bangunan Terjun : 83 Unit

(19)

- Pelimpah : 9 Unit

- Pembilas : - Unit

II.6.3 Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan

Saluran Primer Kanan memiliki dua cabang utama saluran sekunder yaitu Saluran Sekunder Namu Tating dan Saluran Sekunder Namu Ukur Kanan. Saluran Namu Tating memiliki satu cabang yaitu Saluran Sekunder Sampai Gunung. Saluran Sekunder Namu Ukur Kanan memiliki dua cabang yaitu Saluran Sekunder Sei Bingei dan Saluran Sekunder Lao Tengis, Saluran Sekunder Sei Bingei ini mempunyai satu cabang lagi yaitu Saluran Sekunder Marcapada sedangkan Saluran Sekunder Lao Tengis memiliki dua buah cabang saluran sekunder.

Pada saat perencanaan di Saluran Primer Kanan terdapat Petak Tersier seluas 4.097,5 ha yang terbagi dalam 65 petak tersier. Deskripsi penyebaran petak tersier yang terdapat pada Saluran Primer Kanan adalah :

- Saluran Sekunder Namu Ukur Kanan : 20 petak tersier - Saluran Sekunder Namu Tating : 12 petak tersier - Saluran Sekunder Sampai Gunung : 11 petak tersier - Saluran Sekunder Sei Bingei : 10 petak tersier - Saluran Sekunder Marcapada : 7 petak tersier - Saluran Sekunder Lao Tengis : 4 petak tersier

(20)

II.6.3.1 Panjang Saluran dan Panjang Jalan Inspeksi Namu Sira-Sira Kanan 1.) Panjang Saluran Primer : 2.648,13 m

2.) Panjang Saluran Sekunder : 61.597,51 m a. BNS 1 s/d BNU 9 : 10.653,20 m b. BNU 2 s/d BNU 2M : 1.741,70 m c. BNU 4 s/d BMC 7 : 8.374,84 m d. BMC 1 s/d BSB 4 : 5.845,40 m e. BNU 8 s/d BLT 2 : 2.704,23 m f. BLT 1 s/d BLT 1M : 2.007.23 m g. BNS 1 s/d BNT 6 : 24.099,20 m h. BNT 1 s/d BSG 6 : 6.153,51 m

3.) Panjang Saluran Suplesi : 5.350 m a. Suplesi Lau Tenges : 2700 m

b. Suplesi Lau Puyuh : 1450 m

c. Suplesi Beguldah : 800 m

d. Suplesi Sei Sekil : 400 m

4.) Jalan Inspeksi : 38.500,00 m

Inventarisasi Jaringan pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan adalah sebagai berikut :

- Bangunan Sadap : 29 Unit

- Bangunan Bagi Sadap : 8 Unit

(21)

- Sypon : 1 Unit

- Gorong-gorong : 21 Unit

- Jembatan : 22 Unit

- Bangunan Terjun : 228 Unit - Gorong-gorong Miring : 14 Unit

- Pelimpah : 3 Unit

- Alur Pembuang : 13 Unit

- Bangunan tempat cuci : 43 Unit

II.6.4 Pertanian Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kabupaten Langkat

Pola tanam yang umum dilakukan adalah Palawija-Padi atau Padi-Palawija-Palawija. Pilihan pola tanam ini ditentukan oleh kesepakatan antara Dinas Pertanian dengan Dinas Pengairan, yaitu terkait dengan ketersediaan air atau kecukupan air pertanian. Jika air cukup untuk menanam padi maka petani akan menanam padi, namun jika dirasa kebutuhan air tidak mencukupi untuk bertanam padi maka petani akan menanam palawija.

II.6.5 Permasalahan Umum Daerah Irigasi Namu Sira-Sira

Secara umum permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan meliputi dari empat aspek yaitu :

1. Aspek Kelembagaan

P3A yang sudah terbentuk umumnya tidak berfungsi (beberapa bahkan sudah mati) atau peran P3A belum optimal sesuai dengan tugas dan

(22)

fungsinya. Kepengurusan tidak lengkap serta kapasitas pengurus yang terbatas, Legalitas P3A sudah kadaluarsa, terjadi masalah moralitas dan kriminalitas pengurus, air tidak tersedia, jaringan tidak berfungsi serta partisipasi/keswadayaan anggota masih minim.

2. Aspek Teknik Irigasi

Kondisi saluran primer dan sekunder sebahagian dalam kondisi rusak dan kurang terawat, adanya sadap liar yang tidak terukur dalam saluran irigasi.

3. Aspek Teknik Usaha Tani

Rendahnya efisiensi ekonomi usaha tani dan terjadinya alih jenis komoditi di daerah Namu Sira-Sira.

4. Aspek Pembiayaan

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam perancangan pembuatan sistem informasi inventaris laboratorium berbasis Web pada STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, dapat disimpulkan bahwa adanya website

Langkah pengerjaannya adalah pembuatan database di MySQL, migrasi dari data yang sebagian ada di Microsoft Excel ke MySQL, menyiapkan web server apache, membuat

Pasir Pengaraian, 06 Oktober 2011 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Rokan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mitigasi risiko dan mengevaluasi mitigasi risiko pembiayaan modal usaha tanpa agunan pada akad mu r h di BPRS Sarana

Berdasarkan diperoleh dari hasil nilai R Square sebesar 0,961 yang artinya 96,1% perubahan pada variabel dependen (pendapatan) dapat dijelaskan oleh variabel

Pada kontes sapê sono’, yang dinilai adalah keserasian dalam cara berjalan setiap pasangan sapi pada jalur sepanjang 25 meter yang harus ditempuh dalam waktu

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang dibuat dari minyak sayur, lemak hewan, atau minyak bekas melalui proses transesterifikasi dengan alkohol

Masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan dan pengoperasian waduk adalah banyaknya sedimentasi pada sungai sebagai aliran utama yang masuk ke waduk sehingga membuat air