• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEMIK PENYELENGGARAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEMIK PENYELENGGARAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEMIK PENYELENGGARAAN

TAMAN BACAAN MASYARAKAT

DI KABUPATEN SEMARANG

Melati Indri Hapsari P2PNFI Regional II Semarang

melatikesling06@yahoo.co.id

Abstrak

Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan bacaan yang memenuhi, kebutuhan masyarakat. Sedangkan kemudahan akses adalah tersedianya saran dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bahan bacaan. TBM yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal dan optimal oleh masyarakat. Sebagian TBM yang kurang diminati oleh warga belajar lebih pada karena pengelolaan yang kurang maksimal dan kurangnya motivasi masyarakat untuk membaca. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan eksplorasi konsep dan filosofi Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di Kabupaten Semarang, melakukan eksplorasi penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang, melakukan telaah kritis penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik dengan jenis penelitian eksploratif. Subyek penelitian adalah tokoh-tokoh kunci dalam penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat. Data terutama dikumpulkan dengan observasi, yang didukung oleh wawancara mendalam dan studi dokumentasi.Analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif yang meliputi menyusun transcript hasil wawancara mendalam, melakukan reduksi data, memberikan kode, pengelompokan data, display data, verifikasi data, hasil studi dokumentasi. Kriteria keabsahan data dengan menggunakan kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, transferabilitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat. Untuk pemahaman konsep tidak semua penyelenggara dan pengelola TBM di Kabupaten Semarang ini paham betul konsep dan tujuan mendirikan TBM. Mereka cenderung menjadikan TBM sebagai program pelengkap saja di lembaga penyelenggara misalnya PKBM. TBM yang ada beranekaragam keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi dana yang ada.Komponen-komponen penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari pola penyelenggaraan, sistem evaluasi, pengelola, dukungan, jaringan kerja sama, motivasi, pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua komponen tersebut kondisinya berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara masing-masing. Dalam pelaksanaannya TBM yang ada mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan dan terutama kritik

(2)

yang banyak dilontarkan lebih berkaitan dengan keseriusan penyelenggara dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM agar lebih profesional. Profesionalisme tersebut berkaitan dengan pengelola TBM dalam mengelola dan beranekaragamnya bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kelebihan TBM yang ada terutama bagi TBM yang berlokasi jauh dari perkotaan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan bahan bacaan.

Kata kunci: analisis, taman bacaan masyarakat (TBM), Semarang.

Pendahuluan

Membaca adalah hal yang sangat fundamental dalam proses belajar dan pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari bagaimana seseorang dapat memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya untuk memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Membaca pada era globalisasi ini merupakan suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku seseorang. Dengan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi apabila melek huruf (literat) menjadi salah satu indikator dalam indeks pembangunan yang akan mengukur kualitas suatu negara.

Namun demikian, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini bisa diperhatikan dari data berikut. Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2003 dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa Indonesia. Data itu menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran hanya 55,11 persen. Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen, buku pelajaran sekolah 44,28 persen dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07 persen. Data BPS lainya juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi. Orang lebih memilih televisi dan mendengarkan radio. Malahan kecenderungan cara mendapatkan informasi lewat membaca stagnan sejak 1993. Hanya naik sekitar 0,2 persen. Jauh jika dibandingkan dengan menonton televisi yang kenaikan persentasenya mencapai 211, 1 persen. Data 2006 menunjukkan bahwa orang Indonesia yang membaca untuk mendapatkan informasi baru 23,5 persen dari total penduduk. Sedangkan, dengan menonton televisi sebanyak 85,9 persen dan mendengarkan radio sebesar 40,3 persen. (guahira.or.id)

Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan bacaan yang memenuhi, kebutuhan masyarakat. Sedangkan kemudahan akses adalah tersedianya saran dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan

(3)

mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bahan bacaan. TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Di samping itu, TBM berperan dalam meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara yang antara lain karena kurangnya sarana yang memungkinkan para aksarawan baru dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan baca tulisnya. TBM juga ditujukan untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat mendapatkan layanan pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Sejauh ini TBM yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal dan opti-mal oleh masyarakat. Sebagian TBM yang kurang diminati oleh warga belajar lebih pada karena pengelolaan yang kurang maksimal dan kurangnya motivasi masyarakat untuk membaca. Kabupaten Semarang adalah wilayah di propinsi Jawa Tengah dengan jumlah Taman Bacaan Masyarakat yang cukup banyak yaitu sekitar 19 buah. Dari data tersebut sebagian TBM yang ada masih berjalan aktif dan melayanai pengunjung namun banyak pula yang hanya menjadi gudang buku (Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, 2009).

Berdasarkan pada data dan fakta sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu kiranya dilakukan kajian secara sistemik mengenai penyelenggaraan TBM di Kabupaten Semarang, sehingga dapat diketahui profil dan komponen-komponen penyelenggaraannya, untuk kemudian dicoba dikaji secara mendalam untuk merumuskan kelebihan dan kekurangan guna perbaikan sistem yang sudah ada dalam kerangka menyusun rekomendasi bentuk atau model yang sesuai dengan karakteristik masyarakat.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan filosofi Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang?

3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan eksplorasi konsep dan filosofi Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di Kabupaten Semarang, melakukan eksplorasi penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang, melakukan telaah kritis penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang.

(4)

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran profil penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat yang telah ada di Kabupaten Semarang, memperoleh bahan kajian untuk menyusun rekomendasi bentuk atau model Taman Bacaan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat.

Tinjauan Pustaka

Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat.(Depdiknas, 2008)

Penyelenggaraan Taman Bacaan masyarakat (TBM) bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya Taman Bacaan Masyarakat diharapkan dapat membantu warga belajar dalam menimba ilmu pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan warga belajar dalam kehidupannya. Agar dapat menunjang masyarakat dan warga belajar gemar membaca, maka dalam pengadaan bahan bacaan di TBM harus mempertimbangkan selera dan kebutuhan warga belajar.

Membaca merupakan upaya yang ampuh untuk memperoleh akses langsung guna memperoleh ilmu dan pengetahuan serta penguasaan teknologi. Upaya tersebut, sangat bergantung pada intensitas minat baca bagi setiap individu. Minat baca merupakan wujud kecenderungan jiwa yang dapat membuat seseorang menjadi senang dan tertarik terhadap bahan bacaan yang dipilihnya. Menurut Bond (dalam Sumadi, 1987) minat baca adalah gambaran tentang cakupan isi, aktivitas, dan intensitas seseorang dalam membaca bacaan yang telah dipilih. Tingkers (1975: 309) mendefinisikan minat baca sebagai kecenderungan jiwa yang diperoleh secara bertahap untuk merespon secara selektif, positif dan disertai dengan rasa puas terhadap hal-hal khusus yang dibaca. Dengan demikian, minat baca adalah suatu kecendrungan jiwa yang diperoleh dengan cara bertahap untuk merespon kegiatan secara selektif dan positif, yang membuat seseorang menjadi tertarik dan merasa puas terhadap bacaan yang dipilihnya.

Selanjutnya Suryabrata (1989:18) mengatakan bahwa kebiasaan membaca seseorang diakui atau tidak sangat berkaitan dengan minat baca yang dimilikinya. Lebih jauh ia mengatakan bahwa seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan bersungguh-sungguh melakukan sesuatu yang diminatinya. Begitu juga dengan minat baca seseorang terhadap suatu bacaan. Apabila ia berminat terhadap sesuatu bacaan, maka akan bersungguh-sungguh membaca bacaan yang diminatinya untuk mendapatkan berbagai informasi atau tujuan lain dari hasil bacaan itu.

(5)

dan akan datang kegiatan membaca harus digalakkan sejalan dengan pesatnya perkembangan pendidikan itu sendiri. Ia menambahkan bahwa salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui kegemaran dan kegiatan membaca. Karena media bacaan yang tersedia tidak akan berarti apabila tidak dibaca. Minat baca menurutnya akan berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong (motivating force) seseorang untuk belajar.

Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. Secara operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam yang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca. Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri seseorang terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.

Mulyani (1981) berpendapat bahwa tingkat perkembangan seseorang yang paling menguntungkan untuk pengembangan minat membaca adalah pada masa peka yaitu sekitar usia 5 – 6 tahun. Kemudian minat membaca ini akan berkembang sampai dengan masa remaja. Ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca seseorang, yaitu faktor personal dan faktor institusional (Purves dan Beach, dalam Harris dan Sipay, 1980). Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri seseorang, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang disekitarnya. Untuk meningkatkan peran TBM dalam menumbuhkan minat baca masyarakat disekitar TBM perlu ada perbaikan. Perbaikan ini diharapkan akan memotivasi masyarakat untuk berkunjung dan membaca koleksi TBM. Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: Pertamtddffdta, koleksi TBM terus ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kedua, sarana atau perabot TBM perlu dilengkapi, TBM dapat dilengkapi dengan pendingin udara, televisi dan komputer multimedia. Ketiga, masalah SDM TBM juga perlu mendapat perhatian. TBM harus dikelola oleh tenaga yang memiliki keahlian ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Keempat, peningkatan dana untuk mengatasi masalah keterbatasan koleksi, sarana TBM. (Hakim, 2009)

Sebagai institusi yang memiliki koleksi pengetahuan melalui koleksi buku yang disediakan, TBM perlu berupaya agar masyarakat tertarik untuk mengujungi TBM tersebut. Untuk itu pengelola TBM perlu membuat kegiatan yang dapat

(6)

menarik perhatian masyarakat, antara lain:

1. Sosialisasi melalui organisasi-organisasi masyarakat yang ada. 2. Membuat leaflet sebagai alat promosi.

3. Mengupayakan agar selalu terjadi sirkulasi buku.

4. Menyediakan bahan bacaan atau bahan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

5. Menyediakan bahan bacaan yang merangsang keingintahuan masyarakat. 6. Mengadakan berbagai jenis lomba bagi pengujung.

7. Memberikan penghargaan kepada pengunjung setia.

8. Mengupayakan kelengkapan TBM dengan media belajar lain (TV, APE, VCD Player, dll) bila memungkinkan.

9. Mendesain TBM sebagai tempat yang menarik untuk didatangi. 10.Menyediakan tempat yang nyaman dan santai untuk membaca.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik dengan jenis penelitian eksploratif. Pendekatan kualitatif naturalistik dalam penelitian memiliki makna memahami peristiwa dalam kaitannya dengan orang dalam situasi tertentu. (Moleong, 2002:33). Jenis penelitian ini dipilih karena diarahkan pada latar penelitian dan individu secara holistik, yang kemudian akan ditemukan data dan fakta secara alamiah dengan kenyataan-kenyataan di lapangan yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari konteksnya.

Subyek penelitian adalah tokoh-tokoh kunci dalam penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat, yang antara lain: Pengambil kebijakan tentang pendidikan, Pemerhati dan praktisi pendidikan terutama TBM, Penyelenggara TBM, Pengelola TBM, Masyarakat Pengguna TBM. Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah.

Data terutama dikumpulkan dengan observasi, yang didukung oleh wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Tahap-tahap umum yang dilaksanakan dalam rangka pengumpulan dan analisis data digambarkan sebagai berikut: (Miles & Huberman, 1992) 1) Menyusun transcript hasil wawancara mendalam, 2) Melakukan reduksi data, 3) Memberikan kode, 4) Pengelompokan data, 5) Display data, 6) Verifikasi data, 7) Hasil studi dokumentasi. Kriteria utama untuk menjamin keterpercayaan/kebenaran hasil penelitian Lincoln dan Guba (dalam Riyanto, 2007) yaitu: kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, transferabilitas.

Hasil dan Pembahasan

Manajemen dalam TBM bukan sekedar kegiatan menempatkan buku-buku di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks, berkelanjutan dan selalu berubah. Kegiatan manajemen adalah kegiatan yang mencerminkan adanya sebuah sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor untuk

(7)

mendukungnya. Dengan manajemen yang diharapkan TBM dapat berperan sesuai fungsinya dengan maksimal. Tetapi kenyataan di lapangan manajemen TBM belum berjalan dengan baik . Hal tersebut diperkuat dengan penyataan seorang informan di bawah ini.

“TBM sangat strategis untuk meningkatkan budaya baca walaupun di lapangan belum berjalan secara maksimal bahakan ada istilah TBM bukan Taman Bacaan Masyarakat tetapi ‘Tempat Buku Menumpuk’.”

Beberapa faktor yang dapat ditemui dalam sebuah proses manajemen TBM diantaranya adalah kebijakan dan prosedur, manajemen koleksi, pendanaan dan pengadaan, manajemen fasilitas, sumber daya manusia, perencanaan.

1. Prosedur dan kebijakan

Prosedur merupakan ‘cara’ atau ‘bagaimana’ kegiatan dan aksi-aksi akan dapat mengimplementasikan sebuah rencana spesifik atau menjalankan sebuah kebijakan. Kebijakan sendiri mengarah pada ‘mengapa’ atau ‘apa’ prinsip-prinsip dari organisasi (TBM). Kadang kala sebuah kebijakan terhadap TBM sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di lingkungannya, baik dari masyarakat, penyelenggara, dinas pendidikan dan departemen pendidikan. Salah satu kebijakan yang berhubungan dengan pembudayaan kegemaran membaca adalah Undang-Undang no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan bahwa budaya gemar membaca menjadi tanggung jawab keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah.

Sebagai pengelola TBM maka perlu secara jelas memahami bagaimana mengelola TBM secara efektif, dimana kebijakan yang ada harus dijalankan, dan prosedur harus dapat merekleksikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kebijakan disini termasuk didalamnya pendanaan, pengelolaan, dukungan untuk pengelola dan faktor-faktor lain yang berhubungan. Hal-hal yang perlu dilakukan pengelola kaitannya dengan prosedur dan kebijakan adalah:

a. Melihat kembali sumber-sumber yang dimiliki dan mendefinisikannya sesuai kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang ada. Apabila TBM tersebut dibawah suatu organisasi penyelenggara misalnya PKBM maka TBM tersebut harus mengakomodasi kebijakan organisasi penyelenggara. b. Melihat, memperhatikan dan memperbaharui prosedur-prosedur yang ada

dalam rangka kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan menjadi kunci utama suksesnya suatu TBM. Karena apabila pelanggan merasa puas maka pelanggan tersebut dipastikan akan datang lagi TBM dan dapat menjadi pengunjung tetap. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan.

“Pelayanannya cukup memuaskan bagi pengunjung, karena jka ada orang bertanya langsung ditanggapi dengan ramah.”

(8)

ada.

Diharapkan ke depan TBM dapat mempunyai visi dan misi sendiri dengan tetap mengakomodasi visi dan misi organisasi penyelenggara.

Yang terpenting bahwa setiap membuat sebuah kebijakan atau prosedur harus selalu mempertimbangkan visi, kebutuhan dan keadaan dari masyarakat dan lembaga penyelenggara. Karena pada prinsipnya TBM harus dapat mencerminkan visi dan misi sebuah lembaga penyelenggara.

Pengembangan prosedur dalam rangka pengelolaan TBM diharapkan sangat sederhana. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan yang mempunyai wewenang pengambilan kebijakan di lingkungan Dinas Pendidikan di bawah ini.

“Pola penyelenggaraan diharapkan sangat sederhana misalnya manajemen yang sederhana sehingga setiap masyarakat yang membutuhkan dapat langsung mengakses, buku-buku yang disediakan sebaiknya buku-buku yang menceritakan pengalaman yang berhasil terutama pengalaman yang berguna untuk meningkatkan ekonomi.”

2. Manajemen koleksi

Manajemen koleksi merupakan area kunci dari tanggung jawab pengelola. Koleksi sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah bahan pustaka atau sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola dan diolah dengan kriteria tertentu. Pengelolaan koleksi yang baik akan menentukan sukses tidaknya sebuah TBM. Karena tanpa dikelola dengan baik, maka koleksi akan tetap menjadi kumpulan atau tumpukan buku yang tidak bermakna. Salah satu karakteristik dari sebuah koleksi TBM adalah beragamnya jenis sumber atau bahan pustaka tergantung pada kebutuhan masyarakat sekitar TBM, ukuran dan jumlah koleksi, bagaimana cara mengaksesnya dan keterbaruan. Banyak hal sebetulnya yang dapat dilakukan untuk mengelola koleksi, mulai dari pengadaan, pengolahan teknis (seperti inventarisasi, klasifikasi, pelabelan, penempatan, pemilihan) dan memang tentunya itu membutuhkan perhatian yang serius dari pengelola. Dalam manajemen koleksi sebetulnya jumlah buku suatu hal yang menjadi sangat prinsip, akan tetapi lebih penting bagaimana koleksi itu dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak. Koleksi yang tersedia harus selektif dan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang menjadi target sasaran, yaitu masyarakat pada umumnya termasuk koleksi untuk anak-anak, remaja dan dewasa baik dalam bentuk fiksi/hiburan maupun yang sciencetis.

Beberapa hal yang masuk dalam manajemen koleksi diantaranya adalah:

a. pemetaan koleksi

b. seleksi kebijakan dan prosedur c. kegiatan katalogisasi

(9)

d. pemilahan

e. rencana pengembangan koleksi

Kegiatan manajemen koleksi tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh semua TBM yang ada. Karena untuk melaksanakan kegiatan manajemen koleksi tersebut membutuhkan waktu yang cukup banyak maka pengelola TBM merasa tidak sanggup. Alasan pengelola TBM tidak sanggup karena menjadi pengelola TBM hanya sampingan jadi waktu yang ada kadang habis untuk melayani pengunjung, sedangkan penyelenggara kalau mengharuskan pengelola untuk melaksanakan semua manajemen koleksi merasa sungkan karena tidak honor khusus yang memadai bagi pengelola TBM. Hal tersebut sesuai dengan penyataan seorang informan.

“....tenaga pengelola itu sendiri nyambi semua dan tidak mendapat honor. Jadi mau tidak mau kalo kita akan mengadministrasikan secara profesional tidak nyampai waktunya sementara saya punya pekerjaan yang bayak lah antara formal dan nonformal semua harus saya kerjakan, kemudian kalau saya mau perintah mengadministrasikan sekian banyak dengan cuma-cuma begitu saja ya juga perasaan gitu.”

3. Pendanaan dan Pengadaan

Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi ‘momok’ bagi sebagian pengelola TBM dalam mengembangkan TBM. Dana diperlukan dalam rangka pertumbuhan dan pengembangan TBM secara global. Agar TBM yang ada tetap eksis dan senantiasa tidak ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya, maka pemerintah secara concent harus dapat menyuplai dana secara berkesinambungan.

Untuk itu masalah pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin. Melalui sebuah ‘assesment’ terhadap koleksi dan tujuan pengembangan pro-gram, sebuah rencana pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam sebuah dokumen perencanaan bagi TBM. Selanjutnya apabila dana tersebut sudah ada maka tugas dari pengelola TBM untuk merancang dan mengawal penggunaan dana yang ada. Hal itu harus dilakukan sistematis dan sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Kegiatan pendanaan ini sangat erat hubungannya dengan sebuah kegiatan pengadaan. Pengadaan di TBM dapat meliputi pengadaan koleksi, fasilitas, ruang, alat maupun lainnya.

Kenyataan di lapangan, pendanaan menjadi faktor penghambat utama dalam penyelenggaraan TBM. TBM yang ada hanya mengantungkan bantuan sosial dari pemerintah yang jumlahnya sangat terbatas, bantuan dari penyelenggara. Karena TBM dalam melayani pengunjung biasanya gratis tanpa dipungut biaya karena yang dilayani merupakan masyarakat yang kurang mampu sehingga tidak ada pemasukan sama sekali bagi TBM. Tetapi ada juga TBM yang memunggut biaya peminjaman buku walaupun sangat sedikit untuk biaya perawatan buku.

(10)

4. Fasilitas

Fasilitas TBM menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan TBM. Seringkali yang menjadi masalah TBM adalah masalah ‘ketiadaan’ atau ‘ketidakberdayaan’ fasilitas. Mulai dari ketiadaan tempat, ketiadaan koleksi, ketiadaan saran pendukung, dan sarana prasarana lainnya. Namun yang penting dalam pengelolaan fasilitas harus diperhatikan 3 hal yakni nyaman (comfort), terbuka (welcome), kemudahan bagi pengguna (user-friendly).

Idealnya TBM mempunyai semua fasilitas tersebut, dari tempat yang nyaman dan terbuka untuk semua lapisan masyarakat, koleksi dan sarana pendukung yang ada dapat memudahkan bagi pengunjung untuk mencari dan memanfaatkan koleksi yang ada.

5. Manajemen Sumber Daya Manusia

Faktor lain yang penting dalam pengelolaan TBM adalah masalah sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya. Sering ditemui bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan TBM ‘hanya’ menjadi kerjaan ‘sampingan’ sehingga tidak dikelola secara baik. Sumber daya manusia atau pengelola TBM tidak harus orang yang ahli di bidang perpustakaan (Pustakawan), masyarakat pada umumnya dapat mengelola TBM. Syarat utama mereka harus dapat mengikuti perkembangan informasi atau ilmu pengetahuan yang ada. Maka dalam hal ini diperlukan sumber daya manusia yang aktif, kreatif serta mampu menerima serta mengolah perkembangan tersebut dengan baik. Untuk mencapai SDM yang optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya diperlukan wawasan serta gambaran pengelolaan TBM. Untuk itu pemerintah melalui lembaga yang diberi kewenangan senantiasa mengadakan pelatihan-pelatihan di bidang ilmu perpustakaan secara berkala. SDM atau pengelola TBM merupakan kunci utama dalam kesuksesan sebuah TBM. Inovasi dan ide-ide kreatifnya akan membawa TBM menjadi TBM yang berdayaguna dan juga nyaman digunakan oleh masyarakat. Pengelola harus benar-benar memahami seluk beluk membaca seperti prinsip-prinsip membaca, karakteritik membaca yang baik, kesiapan membaca, cara-cara memotivasi pengunjung agar senang membaca.

Selama ini pengelola TBM yang ada dituntut untuk mau dan mampu mengelola TBM dengan baik tetapi tidak dibarengi dengan penghargaan yang layak bagi mereka. Honor untuk mereka tidak jelas jumlah dan waktu pemberian, kebanyakaan mereka hanya kerja sosial. Oleh karena itu, penyelenggara dalam rangka merekrut pengelola persyaratan utamanya adalah mereka mau bekerja sosial. Karena persyaratan tersebutlah yang menyebabkan penyelenggara biasanya kesulitan untuk merekrut pengelola. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari informan di bawah ini.

(11)

honornya tidak jelas...”

“Tidak adanya honor untuk pengelola.”

6. Perencanaan

Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah manajemen TBM. Untuk itu mulailah selalu dengan perencanaan dalam pengelolaan TBM. Perencanaan akan menentukan sejauh mana TBM dapat berjalan baik. TBM yang ada di Kabupaten Semarang hampir sebagian besar tidak melakukan perencanaan dengan baik, hal tersebut terbukti dengan tidak semua TBM mempunyai program kerja. Mereka hanya melakukan kegiatan rutin melayani pengunjung yang datang dan melayani peminjaman.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan TBM

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan TBM adalah:

1. Minat masyarakat

Faktor minat masyarakat sangat menentukan terhadap pemanfaatan TBM. Dengan adanya minat masyarakat terutama dalam hal membaca buku-buku yang tersedia di TBM maka dengan sendirinya TBM tersebut turut membantu kebutuhan masyarakat akan informasi. Karena bagaimanapun lengkap dan baik sarana dan fasilitas yang ada pada TBM tidak akan bermanfaat sebagaimana yang diinginkan kalau tidak ada minat masyarakat untuk memanfaatkannya terutama minat baca masyarakat terhadap buku-buku TBM.

TBM dapat menumbuhkan minat baca masayarakat dengan menjadikan TBM bersifat aktif dan kondusif. TBM dapat mengadakan kelompok baca, bedah buku, story telling, berbagai macam perlombaan misal: membuat cerpen, membuat dan baca puisi, bedah buku. Untuk merangsang masyarakat agar rajin berkunjung ke TBM dan meminjam buku, TBM dapat memberikan hadiah atau penghargaan kepada pengunjung/anggota TBM yang paling rajin datang dan meminjam buku yang diadakan secara berkala. Misalnya tiap semester atau tiap tahun.

Kegiatan yang sudah dilakukan oleh penyelenggara dan pengelola TBM di Kabupaten Semarang dalam memotivasi minat baca masyarakat antara lain mengadakan lomba-lomba, membentuk kelompok membaca warga belajar, memberikan layanan APE bagi anak-anak, menyediakan buku cerita anak bagi anak didik PAUD, mengadakan sosialisasi, mendorong warga belajar program kesetaraan untuk datang ke TBM melalui tugas-tugas yang diberikan.

2. Tenaga pengelola

(12)

berhasil tidaknya sebuah TBM. Oleh karena itu untuk membuat TBM bermanfaat sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuannya, maka para pengelola, penyelenggara bisa menyadari akan kepentingan dan kedudukan TBM bagi masyarakat, memahami keperluan masyarakat dan kemudian menguasai liku-liku kegiatan dan teknik pekerjaan perpustakaan itu sendiri.

Pada umumnya di TBM yang menjadi obyek penelitian ini, pengelola TBM diserahkan kepada salah satu tutor yang diberi tanggung jawab mengelola TBM disamping tugas mengajarnya yang utama. Walaupun hanya tugas sampingan, tetapi pengelola TBM tersebut perlu memenuhi persyaratan tertentu misalnya menguasai ilmu mengelola TBM, mampu menyebarluaskan misi da pencapaian tugas TBM serta membina dan meningkatkan minat baca masyarakat. Dengan adanya kecakapan dan pengetahuan serta moral para pengelola TBM, maka dengan sendirinya pengelolaan TBM juga akan baik sesuai dengan haparan.

3. Koleksi TBM

Keadaan koleksi TBM sebenarnya erat kaitannya dengan maksud didirikannya TBM itu sendiri. Maka dalam pengadaan bahan koleksi harus mempertimbangkan apa maksud didirikannya.

TBM yang berada di Kabupaten Semarang ini, koleksi yang dimiliki masih sangat terbatas, mereka paling banyak mempunyai buku-buku Paket untuk program kesetaraan, jumlah buku-buku yang menarik masyarakat misalnya buku tentang keterampilan, buku-buku hiburan (fiksi) sangat kurang.

4. Gedung dan fasilitas TBM

Mengenai keadaan gedung TBM ini yang harus diperhatikan adalah letak, jumlah ruangan dan tata ruangnya. Letak TBM diharapkan strategis sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Keadaan bangunan diharapkan mampu menahan berat perabotan dan isinya, tahan api dan tahan bakar, cukup banyak celah untuk memungkinkan memberi penerangan secara alamiah dan tanpa banyak tiang serta penyekat.

Selain gedung, fasilitas TBM merupakan hal yang penting, yang dimaksudkan adalah segala perkakas yang digunakan dalam penyelenggaraan TBM selain buku-buku dan bahan pustaka. Perlengkapan atau fasilitas ini meliputi rak buku, rak surat kabar, rak majalah, meja sirkulasi, lemari/kabinet katalog, papan display, papan pengumuman, meja baca dan perlengkapan lainnya yang digunakan secara tidak langsung.

Selain kelengkapan fasilitas TBM tersebut, yang perlu diperhatikan adalah penataan ruangan TBM sehingga memberikan kelancaran bagi pengelola dalam menyelenggarakan TBM, juga pengunjung pada umumnya. Sudah saatnya kondisi TBM yang ada diperbaiki. Perbaikan ini akan memotivasi masyarakat untuk berkunjung dan membaca koleksi TBM. Perbaikan

(13)

yang dapat dilakukan antara lain, Pertama, koleksi TBM terus ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sudah saatnya TBM tidak hanya berisi buku-buku Paket B dan C, koleksi TBM juga dapat berupa buku-buku-buku-buku bacaan yang mampu menarik minat masyarakat untuk membacanya. Selain itu TBM dapat juga melengkapi koleksinya dengan koleksi audiovisual sehingga tidak memberikan kesan layanan yang monoton.

Kedua, sarana atau perabotan TBM perlu dilengkapi, TBM dapat dilengkapi dengan komputer multimedia dengan layanan internet. Perabotan TBM perlu didesain dan disusun dengan baik sehingga dapat memberikan kesan nyaman bagi pengunjung. Ketiga, masalah SDM TBM juga perlu mendapatkan perhatian. Pengelola perlu mendapatkan pelatihan teknis yang berhubungan dengan ilmu perpustakaan agar dapat mengelola dan mengembangkan TBM berdasarkan kaidah ilmu perpustakaan.

Keempat, sebenarnya masalah keterbatasan koleksi, sarana TBM serta minimnya SDM TBM disebabkan karena keterbatasan dana. Keterbatasan dana menyebabkan TBM tidak mampu membeli buku, melengkapi sarana TBM serta membayar tenaga profesional untuk mengelola TBM. Pemerintah perlu memberikan perhatian bagi pengembangan TBM. Perhatian itu dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian dana bantuan pengembangan TBM, kebijakan yang merangsang perkembangan TBM serta penghargaan kepada mereka yang berjasa dalam mengembangkan TBM. TBM juga dapat menyusun proposal pengembangan TBM dan mengajukan ke perusahaan, instansi atau individu yang memiliki perhatian di bidang pendidikan, minat baca dan TBM.

Kelima, peningkatan promosi penggunaan TBM sehingga masyarakat tahu dan mau memanfaatkan jasa layanan TBM yang ada. Masyarakat kurang tahu tentang kegunaan TBM, begitu juga dengan bahan pustakanya. Masyarakat membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke TBM. Promosi yang kurang diketahui dari pemahaman beberapa masyarakat terhadap TBM yang belum sesuai.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat. Untuk pemahaman konsep tidak semua penyelenggara dan pengelola TBM di Kabupaten Semarang ini paham betul konsep dan tujuan mendirikan TBM. Mereka cenderung menjadikan TBM sebagai program pelengkap saja di lembaga penyelenggara misalnya PKBM. TBM yang ada beranekaragam keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi dana yang ada.Komponen-komponen penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari pola penyelenggaraan, sistem evaluasi, pengelola, dukungan, jaringan kerja sama, motivasi, pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua komponen tersebut

(14)

kondisinya berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara masing-masing. Dalam pelaksanaannya TBM yang ada mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan dan terutama kritik yang banyak dilontarkan lebih berkaitan dengan keseriusan penyelenggara dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM agar lebih profesional. Profesionalisme tersebut berkaitan dengan pengelola TBM dalam mengelola dan beranekaragamnya bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kelebihan TBM yang ada terutama bagi TBM yang berlokasi jauh dari perkotaan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan bahan bacaan.

Rekomendasi yang dapat diberikan antara lain, Penyelenggara dan pengelola melakukan kegiatan identifikasi kebutuhan bahan bacaan masyarakat sehingga bahan bacaan yang ada benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena sesuai dengan kebutuhannya; Pengelola TBM meningkatkan kemampuan keterampilan dalam mengelola TBM dan memotivasi minat baca masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu memfasilitasi kegiatan peningkatan kompetensi pengelola TBM misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, orientasi teknis maupun pembinaan secara berkala; TBM melakukan kegiatan promosi yang lebih efektif kepada masyarakat.

Daftar Pustaka

David, Mariem. 1984. Woman, Family and Education. Nicols Publishing, New York

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Naskah Akademik Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Nonformal, Jakarta

Guahira. or. id. Minat Baca di Indonesia Buruk. 21 Oktober 2007

Hakim, Heri Abi Burachman. 2009. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca. www.heri_abi.staff.ugm.ac.id

Harris, A, and Sipay, E. 1980. How to Increase Reading Ability. Longman Inc, New York

Juel, C. 1988. Learning to Read and Write: A Longitudinal Study of 54 Children from First through Fourth Grade. Journal of Educational Psychology, 80 (4), 437 – 447

Lilawati. 1988. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca dari Orang Tua dan Inteligensi dengan Minat Membaca pada Anak Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Miles, M.B & Huberman, A.M.1984. Qualitativ Data Analisis. Sage Publication Inc, Berverly Hill

(15)

Bandung

Mulyani, A.N. 1981. Pembinaan Minat Baca dan Promosi Perpustakaan. Berita Perpustakaan Sekolah, I, 24 – 29

Sumadi. 1987. Hubungan Minat Baca dan Bakat Bahasa dengan Prestasi Membaca Pemahaman Siswa SMA Kodya Malang. Thesis. S2 PPs IKIP Malang, Malang

Suryabrata, Sumadi. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Andi Offset, Yogyakarta

Tingkers, Miles A. 1975. Teaching Reading in the Elementary School. Prentice-Hall. Inc, New Jersey

Referensi

Dokumen terkait

Analisa tambahan pada penelitian ini yaitu gambaran sumber stres kerja yang dirasakan karyawan, hubungan antara problem-focused coping dengan religious-focused coping, perbedaan

ketidaktepatan 1,4%. Analisis kesalahan penggunaan ejaan dan kalimat efektif dalam tajuk rencana tribun Lampung selanjutnya diimplementasikan dalam pembelajaran sebagai contoh

Ayat-ayat yang telah disebutkan menerangkan bahwa perbuatan kaum Nabi Luth yang hanya melakukan hubungan seksual kepada sesama laki-laki melepaskan syahwatnya hanya

Banyaknya aspek yang diukur dalam pembelajaran IPA menjadi salah satu kesulitan guru dalam menentukan hasil belajar IPA dari semua ranah.Hal tersebutlah yang

Menghargai peranan diri dan orang lain sebagai laki-laki atau perempuan dalam kehidupan sehari- hari.. Menghargai keragaman peran laki-laki atau perempuan sebagai

Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan di bahas adalah apakah penerapan strategi team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS

TAHUN 1974.” yang disusun gu na memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Pendidikan Strata 1 (S1) dan mencapai gelar sarjana Hukum Islam pada Fakultas

Sejak berdirinya koperasi pondok pesantren At-Taslim pada tahun 1986 Alhamdulillah koperasi pondok pesantren At-Taslim terus mengalami peningkatan walaupun sedikit, yang