• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN SIKLUS MENTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LOA BAKUNG KECAMATAN SUNGAI KUNJANG

KOTA SAMARINDA

The Relationship Of Injection Contraception With The Menstruation Cycle In Loa bakung Public Health Center At Sungai Kunjang District Of Samarinda City

Suprayitno

STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRAK

Latar belakang : Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare dan muntah. Kontrasepsi suntik juga memiliki dampak baik dan dampak buruk bagi pegguna. Kontrasepsi suntik terdapat jenis yaitu, DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) dan Cyclefom.

Tujuan : Mengetahui adanya hubungan penggunaan kontrasepsi suntik terhadap siklus menstruasi di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda.

Metode Penelitian : Menggunakan teknik observasional analitik dengan desain penelitian cross

sectional dengan jumlah sampel 263 akseptor kontrasepsi suntik yang diambil menggunakan teknik simple random sampling dan menggunakan uji statistik Chi Square.

Hasil : akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dari 76 orang yang memiliki siklus mentruasi normal ada sebanyak 46 orang, dan yang tidak normal ada sebanyak 30 orang. Akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dari 187 orang yang memiliki siklus mentruasi tidak normal ada sebanyak 185 orang dan yang normal ada sebanyak 2 orang. Hasil uji statistik P-Value 0,000 (p>0,05).

Kesimpulan : ada hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan siklus mentruasi di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda.

Kata Kunci : Kontrasepsi suntik dan siklus menstruasi ABSTRACT

Background: Injection contraception is a very effective form of contraception because of failure to

the use is smaller. This is because women do not have to remember to take the pills and no decrease in effectiveness caused by diarrhea and vomiting. Injectable contraceptives also have a good impact and a bad impact on pegguna. There are types of injection contraception such as, DMPA (Depo Medroxyprogesterone Acetate) and Cyclefom.

Objective: To know the relationship of injection contraception using with the menstruation cycle in

Loa Bakung Public Health Center at Sungai Kunjang District of Samarinda City.

Methods: Used the techniques of observational analytic with cross sectional research design with

the sample were 263 acceptors of injection contraception were taken by using simple random sampling technique and used Chi Square statistical test.

Results: 1-month injection contraception acceptors from 76 people who had a normal menstruation

cycle were as many as 46 people, and that were not normally as many as 30 people. 3-months injection contraception acceptors from 187 people who had not normal of menstruation cycle were as many as 185 people and there were two normal people. The result of statistical test was P-Value 0.000 (p>0.05).

Conclusion: There is a the relationship of injection contraception using with the menstruation cycle

in Loa Bakung Public Health Center at Sungai Kunjang District of Samarinda City.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem Informasi Keluarga, program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan mengatur kehamilan, melalui proosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan reproduksi untuk mewujudkan keluaga yang berkualitas, salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014).1

Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas, Pasangan Usia Subur (PUS) bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat yang melayani program KB. (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009).2

Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencakanan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. Macam-macam alat kontrasepsi yaitu suntik, pil, implant, IUD, kondom, MOW (Medis Operasi Wanita), MOP (Medis Operasi Pria). (Hartanto,2010).

Keluarga Berencana (KB) aktif di Indonesia Tahun 2014 yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (47,54%) dan yang terbanyak kedua adalah pil (23,58%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif yaitu Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 0,69%, kemudian kondom

sebanyak 3,15%. Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan ialah metode kontrasepsi suntik sebagaimana untuk menghindari terjadinya kehamilan. Untuk wilayah provinsi di Indonesia yang paling banyak memakai alat kontrasepsi suntik berada di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 56,67%, dan Provinsi terendah yang menggunakan alat kontrasepsi suntik ialah provinsi Sumatra Utara sebanyak 31,20%. Sedangkan penggunaan kontrasepsi suntik untuk Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 42,35%, menurut data yang di atas bahwa masyarakat Indonesia paling banyak menggunakan alat kontrasepsi suntik dibandingkan alat kontrasepsi lainnya. (BKKBN, 2015).4

Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi yang cukup banyak menggunakan alat kontrasepsi, berdasarkan data yang di peroleh dari BKKBN Provinsi Kalimantan Timur bahwa data yang tertinggi dalam memilih metode alat kontrasepsi untuk menghindari kehamilan, yaitu metode kontrasepsi suntik dengan perolehan sebesar 43,78%, Pil sebanyak 33,43%, IUD sebanyak 11,23%, implant sebanyak 5,61%, kondom sebanyak 3,17%, MOW sebanyak 2,25%, dan paling terendah yang digunakan adalah alat kontrasepsi MOP sebanyak 0,27%, peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Timur lebih banyak memilih metode kontrasepsi suntik dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya (BKKBN, 2015).5

Kontrasepsi suntik merupakan salah satu kontrasepsi yang paling sering digunakan, kontrasepsi yang paling sering digunakan yaitu Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) dan Cyclofem. Untuk jumlah pengguna kontraspsi suntik di wilayah kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015 yang tertinggi ialah diwilayah Kecamatan Sungai Kunjang dengan perolehan 16,62% dan pada urutan kedua yang paling banyak menggunakan kontrasepsi suntik diwilayah Kecamatan Sambutan sebanyak 11,28% dan urutan terendah dalam menggunakan kontrasepsi suntik berada di Kecamatan Samarinda Kota sebanyak 3,7% (BKBKS, 2015).6

Sungai Kunjang adalah salah satu Kecamatan yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda, yang memiliki 7 (tujuh) Kelurahan dan memiliki 3

(3)

(tiga) Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) yaitu, Puskesmas Loa Bakung, Karang Asam, dan Wonerejo. Dari 3 Puskesmas tersebut, data yang paling banyak menggunakan KB suntik adalah Puskesmas Loa Bakung sebanyak 7,84% dan yang terendah berada di Puskesmas Karang Asam sebanyak 2,28%.7

Efek samping kontrasepsi suntik yang sering di temukan ialah gangguan haid seperti, siklus haid yang memendek atau memanjang pendarahan yang banyak atau sedikit pendarahan tidak teratur atau pendarahan bercak, dan bisa terjadi tidak haid sama sekali. Penyebab dari siklus haid tidak teratur karena adanya ketidak sinambungan hormone sehingga endometrium mengalami perubahan histology. Keadaan amenorea disebabkan atropi endometrium. (Sibagariang dkk, 2010).8

Menurut penelitian Monayarokh (2014), di dapatkan bahwa penggunaan kontrasepsi suntik lebih dari 1 tahun lebih besar mengalami gangguan siklus mentruasi dari pada <1 tahun. Dari hasil penelitiannya di dapatkan pola gangguan mentruasi yang dialami oleh akseptor adalah amenorea. Menurut Hartanto (2010), kejadian amenorea bertambah seiring berjalannya waktu. Selain itu, hasil penelitian epidemiologis yang lain yang dilakukan oleh Sathayamala juga menunjukkan bahwa kejadian amenorea lebih sering dialami oleh akseptor kontrasepsi suntik DMPA yang melakukan penyuntikan ulang kontrasepsi.

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Loa Bakung memiliki jumlah akseptor kontrasepsi suntik terbanyak, dari wawancara dengan ibu Ummi Salamah Amd,Keb keluhan efek samping terutama gangguan haid yang sering terjadi pada pengguna akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu seperti spooting (bercak) dan kontrasepsi suntik 3 bulan seperti anemore (tiga bulan berturut-turut tidak haid), haid yang teratur juga ada ditemukan dan terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclefom). Pada saat memilih kontrasepsi yang digunakan sudah dijelaskan terlebih dahulu efek samping dari alat kontrasepsi sebelum menggunakan kontresepsi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik ingin mengetahui lebih jauh “Perbedaan Penggunaan Kontrasepsi Suntik 1

Bulan dan 3 Bulan Terhadap Siklus Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda”.

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui adanya hubungan penggunaan kontrasepsi suntik terhadap siklus menstruasi di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah teknik penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengguna kontrasepsi suntik yang telah berkunjung ke Puskemas Loa Bakung pada tahun 2015 sebanyak 768 akseptor kontrasepsi suntik. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sample yaitu dengan pengambilan secara acak atau simple random sampling. Jadi, sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 263 jiwa di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kota Samarinda. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karektaristik responden

Tabel 4.1 Distribusi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kota

Samarinda

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kota Samarinda yang berjumlah 263 orang berdasarkan karakteristik umur yang terbanyak menggunakan kontrasepsi suntik adalah berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak 105 orang (39,9%) dan yang terkecil adalah

Umur (Tahun) Frekuensi (n) Presentase (%) 17-25 39 14.8 26-35 88 33.5 36-45 105 39.9 46-55 31 11.8 Total 263 100.0

(4)

berusia 45-55 tahun yaitu sebanyak 31 orang (11,8%).

Tabel 4.2 Distribusi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung

Kota Samarinda Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden beradasakan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 90 orang (34,2%) dan pendidikan terakhir yang sedikit adalah lulusan Diploma/ Sarjana sebanyak 11 orang (4,2%).

1. Analisis Univariat

Tabel 4.3 Distribusi Jenis Penggunaan Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja

Puskesmas Loa Bakung Kota Samarinda

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan data di atas jenis kontrasepsi yang digunakan di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kota Samarinda berjumlah 263 orang, sebanyak 76 orang menggunakan jenis kontrasepsi suntik 1 bulan (28.9%) dan sebanyak 187 orang (71,1%) menggunakan jenis kontrasepsi suntik 3 bulan.

Tabel 4.4 Distribusi Siklus Mentruasi Penggunaan Kontrasepsi Suntik 1 Bulan

dan 3 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kota Samarinda

Berdasarkan data di atas siklus mentruasi pada pengguna Kontrasepsi suntik 1 bulan 3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung yang berjumlah 263 orang, diantaranya 215 orang (81.7%) pengguna kontrasepsi suntik yang mengalami tidak normal di siklus mentruasi sedangkan 48 orang (18.3%) pengguna kontrasepsi suntik mengalami normal siklus mentruasi.

2. Analisis Bivariat

Setelah melakukan analisis data secara univariat selanjutnya dilakukan analisis data secara bivariat untuk mengidentifikasi pengaruh antara variabel independen dan dependen yang dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan perhitungan Software Statistik di dapatkan hasil Uji Square sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Terhadap Siklus Mentruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang

Kota Samarinda

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil responden dengan akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dari 76 orang yang memiliki siklus mentruasi yang

Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Presentase (%) Tidak Tamat SD 16 6.1 SD 62 23.6 SMP 84 31.9 SMA 90 34.2 Diploma / Sarjana 11 4.2 Total 263 100 %

Jenis Kontrasepsi Frekuensi (n) Presentase (%) Suntik 3 bulan 187 71.1 Suntik 1 bulan 76 28.9 Total 263 100 % Siklus Mentruasi Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak normal 215 81.7 Normal 48 18.3 Total 263 100.0 Jenis Kontrasepsi Siklus Mentruasi P-Value Tidak

normal Normal Total

N % N % N % suntik 3 bulan 185 98.9 2 1.1 187 100 0.000 Suntik 1 Bulan 30 39.5 46 60.5 76 100

(5)

normal sebesar 46 orang (60,5%), sedangkan yang tidak normal sebanyak 30 orang (39,5%) dan akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dari 187 orang yang memiliki siklus mentruasi yang tidak normal sebanyak 185 orang (98.9%) dari 187 orang sedangkan 2 orang (1,1%) dari normal dalam siklus menstruasi.

Berdasarkan hasil uji Chi Square yang telah dilakukan, diperoleh nilai P-Value sebesar 0.00, nilai ini lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05, sehingga dapat di simpulkan terdapat perbedaan antara penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan dan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan siklus mentruasi pada akseptor kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda.

PEMBAHASAN

1. Karektaristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kota Samarinda yang berjumlah 263 orang berdasarkan karakteristik umur yang terbanyak menggunakan kontrasepsi suntik adalah berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak 105 orang (39,9%) dan yang terkecil adalah berusia 45-55 tahun yaitu sebanyak 31 orang (11,8%).

Faktor usia seseorang menentukan metode kontrasepsi yang aka dipilih. Semakin tua usia seseorang akan meningkatkan kemungkinan untuk tidak menginginkan kehamilan lagi, serta memilih metode kontrasepsi yang cocok dan efektif. (Yanuar 2010).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden beradasakan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 90 orang (34,2%) dan pendidikan terakhir yang sedikit adalah lulusan Diploma/Sarjana sebanyak 11 orang (4,2%).

Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pemilihan suatu metode kontrasepsi karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu menyerap informasi dan lebih mampu mempertimbangkan hal-hal yang menguntungkan atau efek samping bagi

kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian suatu metode kontrasepsi (Yanuar 2010)

2. Kontrasepsi suntik

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008 ; 534). Macam-macam alat kontrasepsi menurut Sibagariang (2010) yaitu Implant, pil, IUD, Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP) dan kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena kegagalan penggunaanya lebih kecil. Kontrasepsi suntik juga memiliki dampak baik dan dampak buruk bagi pengguna.

Jenis jenis kontrasepsi suntik yaitu DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) atau kontrasepsi suntik 3 bulan

dan Cyclefom atau kontrasepsi suntik 1 bulan. Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 4.3 di peroleh dari data 263 responden yaitu 76 responden (28,9%) yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan sedangkan 187 responden (71,1%) menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

Berdasarkan hasil wawancara akseptor memilih menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dikarenakan kontrasepsi suntik 3 bulan berdaya kerja lebih panjang lebih dan lebih mudah di ingat, hal ini sejalan dengan pendapat Hartanto (2010). Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden sebagian besar responden lebih banyak memilih menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di bandingkan kontrasepsi suntik 1 bulan alasan responden masih menyesui, sehingga akseptor tersebut menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hartanto (2010) pada kontrasepsi suntik 3 bulan tidak ditemukan efek terhadap laktasi, tetapi justru malah dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI) dan tidak merubah komposisi ASI menurut Hartanto (2010).

Salah satu efek samping alat kontrasepsi suntik adalah gangguan siklus

(6)

mentruasi. Siklus mentruasi akan kembali normal setelah 3-6 bulan penggunaan kontrasepsi suntik dihentikan. Beberapa ibu bahkan bisa berlangsung lebih lama lagi. Gangguan siklus mentruasi yang tidak teratur atau berhenti sama sekali (anemorea). Menurut Saifuddin (2010) efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik terutama kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) adalah anemorea. Anemorea adalah keadaan tidak adanya mentruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut. Siklus mentruasi yang normal bisa terjadi akibat dari produksi hormon estrogen yang cukup. Siklus mentruasi terjadi akibat dari pengaruh kerja hormon estrogen yang dimiliki oleh tiap-tiap individu.

3. Siklus Mentruasi

Haid atau mentruasi adalah luruhnya lapisan dinding bagian dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah, sehingga haid ditandai dengan keluarnya darah dari lubang vagina. Bila sel telur yang dalam perjalanannya menuju rahim, tidak bertemu dengan sperma, maka tidak terjadi pembuahan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagian besar responden yaitu sebanyak 215 orang (81,7%) mengalami siklus mentruasi yang tidak normal. Pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik umumnya disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kaar estrogen turun dan prgesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek efek yang terlekuk lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir 100% para pengguna kontrasepsi suntik di wilayah kerja puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda mengalami siklus haid yang tidak teratur. 4. Hubungan Kontrasepsi Suntik

Terhadap Siklus Mentruasi di wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kec Sungai Kunjang Kota Samarinda

Kontrasepsi Suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada

penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare dan muntah. Kontrasepsi suntik juga memiliki dampak baik dan dampak buruk bagi pengguna. Kontrasepsi suntik terdapat jenis yitu, DMPA (Depo Medroksi Progesteron

Asetat) dan Cyclefom. Kontrasepsi suntik

mempunyai efek samping yaitu berat badan bertambah, sakit kepala, keputihan, jerawat, dan gangguan siklus mentruasi.

Lama pemakaian alat kontrasepsi DMPA dapat terjadi anemorea, menurut penelitian Riyanti (2011) hasil menunjukkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi suntik DMPA berhubungan secara signifikan dengan anemorea pada akseptor kontrasepsi suntik di BPS Sumarni, dimana semakin lama penggunaan kontrasesi suntik maka kejadian lama menstruasi akseptor DMPA semakin memendek bahkan sampai menjadi tidak mentruasi. Perubahan ini sejalan dengan berkurangnya darah mentruasi pada akseptor DMPA. Setelah penggunaan jangka lama jumlah darah haid yang keluar juga semakin sedikit dan kadang-kadang sampai terjadi anemorea. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) kebanyakan mengalami anemorea. Anemore yang dialami akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu memberikan keuntungan bagi akseptor tidak merasa repot dengan datangnya haid. Dampak negatif terhadap psikologi akseptor sering merasa takut apabila suntikan menyebabkan ketidaksuburan permanen dan kelainan janin (Antika,2013).

Gangguan pola haid spooting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto,2005). Pendarahan ringan atau spooting, sering terjadi dan tidak berbahaya. Bila spooting terus berlanjut, atau haid telah berhenti tetapi kemudian terjadi pendarahan, maka perlu dicari penyebab pendarahan tersebut kemudian dilakukan penanganan yang tepat. Bila penyebab pendarahan tidak dengan jelas, tanya kliean apakah masih ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti dengan jenis kontrasepsi lain. Bila

(7)

pendarahan banyak atau lebih dari hari, atau 2 kali lebih banyak dari pendarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa haid yang normal, jelaskan kepada kliean bahwa hal itu biasa terjadi pada bulan pertama suntikan. Bila kliean tidak dapat menerima keadaan tersebut, atau pendarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti metode kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia pada klien, perlu diberikan preparat besi dan anjurkan agar konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.

Berdasaran hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, siklus mentruasi yang tidak normal pada pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan yang terbanyak di alami oleh pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan adalah anemorea atau 3 bulan berturut-turut tidak mentruasi bahkan ada yang sama sekali dari awal melakukan kontrasepsi suntik hingga sekarang tidak mentruasi sama sekali. Sedangkan siklus mentruasi yang tidak normal pada pengguna kontrasepsi suntik 1 bulan sering terjadi seperti pendarahan bercak atau spooting akan tetapi pada penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan siklus mentruasi kebanyakan normal. Efek samping dari kontrasepsi suntik yang paling utama adalah gangguan mentruasi berupa anemore, spooting, dan pendarahan memendek atau memanjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan maupun yang 3 bulan tetap mengalami perubahan siklus mentruasi. Penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan berpeluang lebih tinggi untuk mengalami perubahan siklus mentruasi di banding dengan yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) banyak di minati dibandingkan dengan kontrasesi suntik 1 bulan (cyclefom) karena di anggap masyarakat lebih mudah di ingat bahkan jika ada memiliki kartu jaminan kesehatan di berikan dengan gratis, sedangkan kontrasepsi suntik 1 bulan harus membayar selain itu banyak wanita atau ibu ibu yang merasa harus tiap bulan ke puskesmas untuk mengingatnya.

Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan siklus mentruasi. Kedua jenis kontrasepsi suntik seperti DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan Cyclefom

kandungan hormonnya sama yaitu

progesteron namun pengaruh terhadap

gangguan mentruasi ada perbedaan. Adanya perbedaan kadar hormon yang terkandung di dalam kontrasepsi suntik 1 bulan (Cyclefom) adalah 25 mg hormon progesteron sedangkan kandungan hormon untuk pada DMPA (Depo

Medroksiprogesteron Asetat) 150 mg

hormon progesteron sehingga gangguan siklus mentruasi pada pengguna kontrasepspi suntik 3 bulan lebih banyak di bandingkan pada pengguna kontrasepsi suntik 1 bulan. Hal ini sesuai dengan teori Suratun (2008).

Hasil penelitian Antika (2013) menunjukkan siklus menstruasi normal paling banyak pada responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu 22 orang (31%). Siklus menstruasi tidak normal paling banyak pada responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 44 orang (100%).

Hasil penelitian Lesmana (2012) menemukan ada sebanyak 67 (36,0%) responden yang mengalami gangguan siklus haid dan terdapat jumlah pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 140 (75,3%) responden, sedangkan responden dengan kontrasepsi suntik 1 bulan adalah sebanyak 46 (24,7%) responden. Menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan berpeluang 27,8 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan siklus mentruasi dibandingkan responden yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 1 bulan.

Hasil penelitian Gholamitabar (2015) menemukan sebanyak 300 responden yang menggunakan kontrasepsi, dari 300 responden di dapatkan yang menggunakan kontrasepsi suntik ada 150 orang. Dari 150 responden di dapatkan sebanyak 53 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan dan 48 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Hasil penelitian tersebut di

(8)

daatkan bahwa adanya hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan terjadinya ketidakteraturan siklus mentruasi.

Gangguan mentruasi berupa anemorea disebabkan karena progesteron dalam komponen DMPA menekan LH sehingga edometrium menjadi lebih dangkal dan atropis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Anemorea berkepanjangan pada pemberian progesteron tidak diketahui membahayakan dan banyak wanita dapat menerima dengan baik. Pada beberapa wanita perubahan mentruasi merupakan alasan utama untuk menghentikan penggunaan DMPA (Hartanto,2010) Hasil penelitian ini mengatakan bahwa ada hubungan penggunaan kontrasepsi suntik terhadap siklus mentruasi diwilayah kerja pukesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda. Yang menyatakan bahwa kontrasepsi suntik sebagai kontrasepsi hormonal yang dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut yang dapat mencegah terjadinya ovulasi sehingga dapat mempengaruhi pola haid yang normal menjadi anemorea, spooting, pendarahan memendek dan memanjang hal ini sejalan dengan pendapat Hartanto (2010). Sedangkan siklus mentruasi yang normal bisa terjadi akibat dari produksi hormon estrogen yang cukup. Siklus mentruasi terjadi akibat dari pengaruh kerja hormon estrogen yang dimiliki oleh tiap-tiap individu. (Saifuddin 2010). Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Terhadap Siklus Mentruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda dappat disimpulkan sebagai berikut :

1. Teridentifikasi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan sebanyak 76 orang dan kontrasepsi suntik 3 bulan sebanyak 187. 2. Teridentifikasi siklus menstruasi akseptor

kontrasepsi suntik yang sebagian besar mengalami ketidaknormalan mentruasi sebanyak 215 orang dan yang normal sebanyak 48.

3. Ada hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan terjadinya siklus mentruasi di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda.

Saran

1. Bagi Responden

Bagi akseptor kontrasepsi suntik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi untuk pengetahuan kepada pengguna kontrasepsi suntik dengan siklus mentruasi, agar tidak cemas dengan keadaannya bahwa efek samping pada siklus menstruasi itu biasa terjadi, siklus mentruasi normal biasanya kembali setelah 1 hingga 3 bulan atau bahkan lebih lama beberapa tahun setelah suntikan dihentikan.

2. Bagi STIKES Muhammadiyah

a. Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sumber reverensi institusi Prodi S1 Kesehatan Masyarakat sebagai bahan penelitian selanjutnya. b. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa mengenai kontrasepsi suntik

3. Bagi Instansi Terkait

a. Hendaknya hasil penelitian ini dpat dijadikan sebagai sumber referensi atau acuan dalam memberikan bimbingan, konseling dan penyuluhan kepada masyarakat baik yang menggunakan kontrasepsi suntik mauun yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik. b. Menginformasikan kepada

masyarakat mengenai kontrasepsi suntik antara lain dengan leafleat konseling ataupun penyuluhan mengenai efek samping dari kontrasepsi suntik.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih lanjut mengenai faktor lain yang membedakan kontrasepsi suntik 1 bulan maupun kontrasepsi suntik 3 bulan. Misalnya seperti ASI (Air Susu Ibu).

KEPUSTAKAAN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2015). Data KB Kalimantan Timur Tahun 2015.

(9)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana Nasional. (2007). Unit Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: BKKBN Badan Keluarga Berencana Dan Keluarga

Sejahtera tahun 2015. Data pengguna KB suntik tertinggi diseluruh kecamatan Kota samarinda.

Budiman (2013). Peneltian kesehatan Jakarta : Bursa Ilmu

Dita Agil Antika. 2014. Hubungan Penggunaan KB Suntik Dengan Siklus Mentruasi Pada Akseptor KB Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Ponjong I Gunung Kidu

Hartanto,H. (2004). Keluarga berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : penerbit Pustaka Sinar Harapan.

Hartanto, H (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : penerbit Pustaka Sinar Harapan.

Heni Fitrianingsih (2015). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi DMPA Peningkatan Berat Badan dan Upaya Penanganannya

Kemenkes ,RI (2013) Situasi Keluarga Berencana Indonesia 2013. http://www.depkes.go.id/resources/downl

oad/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. diakses 13 januari 2016

Kemenkes,RI (2015) Data dan informasi

tahun 2014

http://www.depkes.go.id/resources/downl

oad/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf diakses 14 januari 2016.

Notadmodjo,S (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: penerbit Rineka Cipta .

Notadmodjo,S (2010).metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: penerbit Rineka Cipta .

Prawihardjo,S (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Ratna (2012). Perbedaan Siklus Haid antara yang Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD dan Suntik

Siswanto, (2014). Metodologi Peneltian Kesehatan dan Kedokteran Yogyakarta: penerbit Bursa Ilmu

Sibagariang, E (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita Jakarta : Trans Info Media

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung :Alfabeta

Suratun, (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi Jakarta : penerbit TIM

Wisnu Aji Eko (2014). Hubungan antara Efek Samping KB dengan Skor Kecemasan Akseptor KB Suntik 3 Bulan

Yanuar (2010). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur tentang KB terhadap Pemilihan Kontrasepsi di Lingkungan Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat Hubungan Perilaku Penggunaan Gadget dengan Kualitas Tidur Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Untuk memproduksi coran komponen otomotif (1) terlebih dahulu dipilih bahan yang tidak tercampur dengan bahan-bahan lain; (2) menggunakan dapur krusibel yang terbuat

Pers yang ter ena tinda an anti pers pada umumnya adalah Pers-Pers yang independen dan tida menyata an diri sebagai aliran atau pembawa politi yang diper enan an oleh

Penelitian ini mendapatkan beberapa faktor dominan yang menyebabkan tingkat realisasi proyek infrastruktur melalui skema KPS di Indonesia masih rendah, yaitu: (i) kemauan

Titik-titik pada sumbu datar merepresentasikan kedudukan setimbang atom-atom. Titik-titik penuh menggambarkan kedudukan atom-atom itu pada suatu saat tertentu. Jarak

6 Pada percobaan ini nilai efisiensi penyerapan kadar air dalam etanol oleh ZA yang telah diaktivasi dengan ukuran partikel 80 mesh cenderung lebih baik bila

Perawat anastesi memasukkan obat induksi atas advis Sp An., segera setelah pasien tidur, yang ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata,masker oksigen dipasangkan

Petani juga berhubungan dengan sistem perusahaan atau industri pengolahan kopi dimana perusahaan membutuhkan bahan baku dari yang di hasilkan, petani juga membutuhkan