• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar. Budidaya kelapa sawit bukanlah budidaya yang musiman, melainkan tahunan, Kelapa sawit mampu berproduksi hingga lebih dari 25 tahun. Tentu hal ini akan sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha budidaya kelapa sawit dalam jangka waktu yang panjang. Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasilan komoditas kelapa sawit terbesar di dunia (Putranto, 2009).

Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolahan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman panen juga salah satu faktor yang penting dalam menampung produksi. Keberasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolahan tanaman yang sudah bakudan potensi produksi di pohon tinggi, tidak ada artinya jika panen tidak dilaksanakan secara optimal.

Tanaman kelapa sawit secara umum sudah mulai dialihkan dari tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan setelah berumur 30 bulan. Namun dibeberapa tempat sering terjadi lebih awal. Parameter lain yang sering digunakan dalam menentukan kategori tanaman menghasilkan adalah persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen yakni sebesar >60 %. Pada keadaan ini berat tandan sudah mencapai 3kg dan pelepah brondolan dari tandan lebih muda.

Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kreteria matang panen, rotasi panen, sisitem panen, dan sarana pemanen. Keseluruhan faktor

(2)

ini merupakan kombinasi yang terpisahkan satu sama lain. Untuk meningkatkan keterampilan tentang keberhasilan panen ini perlu dilakukan pelatihan bagi pelaku perkebunan.

B. Perumusan Masalah

Kehilangan produksi (losses) dapat terjadi karena kesalahan – kesalahan panen seperti buah mentah sudah dipanen, tandan matang tidak dipanen, tandan yang dipanen tidak dikumpul di TPH, berondolan tertinggal dipiringan ataupun tersangkut di ketiak pelepah terhadap pencapaian produksi perusahaan.

Sebagai upaya untuk menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) sebagai bahan baku olah yang berkualitas maka perlu dijaga mutu TBS. Salah satu sistem yang digunakan adalah mengadakan denda terhadap jenis – jenis kesalahan yang dilakukan oleh pemanen.

Untuk mencapai kinerja panen yang baik, diterapkan penelitian bagi yang memperoleh prestasi lebih dari yang ditentukan dan denda yang bagi yang melakukan kesalahan panen. Penulis melakukan penelitian tentang “Kajian Denda Panen Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.)”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jenis – jenis kesalahan proses panen kelapa sawit dan penetapan tingkat nilai denda atau pinalti di Afdeling I Kebun Air Batu PT Perkebunan Nusantara IV.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dimanfaatkan sebagai masukan bagi para pelaku perkebunan mengenai pengaruh penerapan sistem denda atau pinalti panen sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanama hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memilik daya adaptasi dan respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya lainnya maka kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal.

(Lubis, A. U. 2008).

1. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit

Varietas kelapa sawit cukup banyak diklasifikasikan dalam berbagai hal, misalnya dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, table cangkang tempurung warna buah dan ciri-ciri lain.

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu dura yang bercangkang tebal jika dikawinkan dengan pisifera yang bercangkang tipis jika keduanya dikawinkan agar menghasilkan varietas baru tenera yang memiliki ketebalan cangkang diantara keduanya.

Tabel 1. Perbedaan Tabel Cangkang Beberapa Varietas Varietas Cangkang (mm) Pericarp (mm) Cankang (%/ buah) Mesocrap (%/buah) Inti (%/buah) Dura 2 – 5 2 – 6 25 – 50 20 – 65 4 – 20 Tenera 1 – 2,5 3 – 10 3 – 20 60 – 90 3 – 15 Pisifera - 5 – 10 - 92 – 97 3 – 8

(Sumber : kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. Di Indonesia, Lubis A. U, 2008) 2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

(4)

Agar dapat tumbuh optimal dam memberikan hasil maksimal, kelapa sawit menghendaki syarat tumbuh sebagai berikut:

a. Sinar Matahari

Sebagai tanaman yang berasal dari tanaman tropis Afrika Barat kelapa sawit termasuk tanama heliofil atau menyukai cahaya matahari. Sangat mempengaruhi perkembangan buah kelapa sawit. Jika ternaungi karena tanaman sangat rapat, pertumbuhan tanaman akan terhambat karna hasil asimilasi kurang maksimal. Tanaman kelapa sawit menghendaki paparan sinar matahari selama

5 – 7 jam sehari. Lama penyinaran tersebut hanya dapat terpenuhi jika komoditas ini di budidayakan di wilayah tropis.

b. Curah Hujan

Untuk pertumbuhan yang optimal, kelapa sawit menghendaki curah hujan berkisar 2.500 – 3.000 mm, dengan pembagian merata sepanjang tahun dan tidak mengalami defiset air. Baik kekurangan maupun kelebihan curah hujan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Curah hujan terlampau sedikit sehingga tanah menjadi kering menyababkan akar tidak bisa menyerap unsur hara bagi tanaman.

c. Ketinggian

Kelapa sawit tergolong tanaman dataran rendah, sebab itu komoditas ini paling baik tumbuh pada tanah dengan ketinggian 0 – 500 m.

d. Suhu

Reaksi biokimia tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh suhu. Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada kisaran 24 – 38 C.

e. Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan alluvial. Hal yang harus di perhatikan

(5)

adalah tanamana tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (Agus Andoko, 2013).

3. Potensi Produksi

Tiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Produksi kelapa sawit marjinal berupa tandan buah segar (TBS) yang ditetapkan berdasarkan pendapatan marjinal. Tingkat produksi yang dapat dicapai untuk setiap kelas kesesuaian lahan.

Produktivitas tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah pengembangannya. Belum tercapainya produktivitas, berhubungan erat dengan kondisi kelas lahan. Pemahaman mengenai pengaruh unsur – unsur kondisi topografi, cuaca, dan ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat diperlukan. Pengelolaan faktor – faktor pembatas tersebut harus didasarkan pada pemahaman karakteristiknya masing – masing. Pengelolaan yang demikian akan bersifat spesifik lokasi, sehingga antara wilayah satu dengan wilayah lain yang memiliki karakteristik lahan yang berbeda akan memiliki bentuk pengelolaan tersendiri (Harahap, dkk, 2000 dalam Purnomo 2013).

Tabel 2. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan S1, S2, S3, S4.

Umur (Thn)

Klasifikasi Lahan Dan Produksi

S1 S2 S3 S4 T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS T RBT TB S 3 21 3 9 16 3 7 14 3 6 14 2 5 4 20 6 17 20 5 15 20 5 13 19 4 10 5 18 8 21 18 7 19 18 6 16 17 6 14 6 17 10 25 17 9 22 17 8 19 16 7 16 7 16 12 28 16 11 25 16 10 23 15 9 19 8 15 14 30 15 13 27 15 12 25 14 11 22 9 13 16 30 13 15 27 13 13 25 12 13 22 10 12 18 30 11 17 27 11 16 25 10 15 22 11 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22 12 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22 13 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22 14 8 23 23 8 22 25 8 20 23 8 18 21 15 8 23 23 8 22 25 8 20 23 8 18 21 16 7 26 25 7 24 24 7 22 22 7 20 20

(6)

17 7 26 25 7 24 24 7 22 22 7 20 20 18 6 28 24 6 26 22 6 23 20 6 22 19 19 6 28 24 6 26 22 6 23 20 6 22 19 20 5 30 22 5 29 21 5 27 19 5 25 18 21 5 30 22 5 29 21 5 27 19 5 25 18 22 5 31 20 5 27 19 5 24 17 5 22 16 23 5 31 20 5 27 19 5 24 17 5 22 16 24 4 35 18 4 30 17 4 28 16 4 26 15 25 4 35 18 4 30 17 4 28 16 4 26 15 Rata- Rata 9 20 24 9 18 22 9 16 20 9 15 18

(Sumber : Lubis A.U, 2008) Keterangan :

T = Jumlah tandan/pohon/ tahun BRT = Rata – rata berat tandan (kg) TBS = Ton tbs/ha/tahun

B. Panen Kelapa Sawit

Panen dan produksi merupakan hasil dari pemeliharaan tanaman. Baik buruknya pemeliahraan tanaman. Selama ini akan tercermin dari produksi. Pekerjaan panen adalah kegiatan memotong tandan matang, mengumpulkan dan mengangkutnya kepabrik untuk seterusnya diolah mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas yang rendah. Karyawan panen harus karyawan khusus dan sedapat mungkin diusahakan agar kerjanya hanya memanen. Hal demikian akan mempermuda penilaian kerja baik kwantitas maupun kualitasnya. Jika memungkinkan pembagian ancak tetap akan baik sekali ( Lubis. A. U. 2008).

(7)

Gambar 1 : panen kelapa sawit

1. Kriteria Matang Panen

Secara kasat mata tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari warna kulit buahnya. Saat masih mentah, bauah kelapa sawit berwarna hijau karena masih mengandung klorofil, warna kulit tersebut beragsur-angsur berubah dari waktu ke waktu karena pengaruh batakaroten. Saat matang, kulit buah kelapa sawit berwarna merah atau orange, menandakan kandungan minyak kelapa sawit di dalamnya telah maksimal.

Jika dibiarkan, buah kelapa sawit akan lepas dari tandannya, atau lebih popular dengan istilah brondolan. Kriteria matang panen tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan > 10 kg sebanyak 2 brondolan /kg tandan dan untuk berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan / kg tandan. Mutu buah panen ditentukan oleh fraksi matang panen yang terdiri 7 kelas.

Tabel 3. Fraksi Buah Kelapa Sawit Berdasarkan Tingkat Kematangan

Fraksi Brondolan% Keterangan 00 Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam

pekat

Sangat Mentah

0 1 -2,5% Buah luar membrondol buah warna hitam kemerahan

(8)

1 12,5 – 25% Buah luar membrondol, buah berwarna kemerahan

Kurang Matang

2 25 – 50% Buah luar membrondol, buah warna merah mengkilat

Matang

3 50 – 70% Buah luarmembrondol, buah berwarna orange

Matang

4 75 – 100% Buah luar membrondol, buah berwarna dominan orange

Lewat Matang

5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat Matang

(Sumber : Bambang S, 2010)

Mutu buah kelapa sawit ditentukan kandungan minyak dan asam lemak bebas (ALB) didalam pasar ekspor menetapkan kandungan ALB dibawah 3%, sementara pasar lokal kandungan ALB di bawah 5%. Waktu panen ideal kelapa sawit adalah ketika kandungan minyaknya maksimal, sendangkan kandungan ALB diusahakan serendah mungkin (Agus Andoko & Widodoro, 2013).

Fraksi panen ini sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas (ALB). Semakin tinggi fraksi panen (matang) rendemen minyak akan meningkat, sedangkan kadar mutu minyak semakin jelek sebagai akibat naiknya kadar ALB. Hubungan antara fraksi, rendemen dan mutu minyak sawit disajikan pada Tabel 4.

(9)

Tabel 4. Hubungan Fraksi Panen, Rendemen Minyak dan Asam Lemak Bebas Fraksi Rendemen Minyak (%) ALB (%)

00 0 0 0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22.2 2,6 5 22.9 3,8 (Sumber : Bambang S, 2010) 2. Rotasi Panen

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen yang terakhir dan panen berikutnya ditempat yang sama. Rotasi panen tergantung pada kecepatan buah matang. Pada panen awal rotasi panennya 15 hari, kemudian 10 hari, dan akhirnya 7 hari. Rotasi panen umunya menggunakan simbol 6/7 yang artinya enam hari kerja dengan interval 7 hari.

Sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali atau 5/7, artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari. Umumnya rotasi menggunakan sistim tersebut masih sesuai dan buah tidak lewat matang. Panen yang terlambat, dengan rotasi lebih dari 7 hari mengakibatkan peningkatan persentase buah yang terlalu matang (Agus Andoko & Widodoro. 2013).

3. Sistem Ancak Panen

Menurut Fadli M.L. dkk (2006). Ancak panen adalah areal dengan luas tertentu yang harus dipanen pada hari itu. Luas ancak panen disesuaikan dengan jam kerja, Senin – Kamis = 21%, Jumat = 16% per hari. Dua sistem ancak panen yang umumnya diterapkan di perkebunan adalah :

(10)

a. Ancak Tetap

Sistem ancak tetap, ancak panen dan pemanen tetap. Keuntungan areal mudah dikontrol, lebih bersih. Kerugian, tandan lambat sampai di TPH.

b. Ancak giring

Sistem ancak giring, ancak panen dan pemanen tidak tetap. Keuntungan tandan cepat sampai di TPH. Kerugian, sulit dikontrol dan kemungkinan tandan/brondolan tertinggal dan pelepah tidak ditunas. (Fadli M. L. dkk 2006)

Gambar 2 : Cara berpindah dalam sistem ancak giring

4. Kerapatan Panen

Angka kerapatan panen (AKP) adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang panen) dari suatu luas tertentu. AKP dipakai meramalkan produksi kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, pengolahan TBS pada esok harinya.

Perhitungan ramalan produksi :

Keterangan : P = produksi

JP = jumlah pohon

(11)

AKP = jumlah kerapataan tandan/pohon RBT = rata – rata berat tandan.

Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri dari 2 yaitu :

 Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada 2 baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak ikut.  Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang baris

dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati (Bambang, S. 2010). 5. Penyediaan Tenaga Panen

Persiapan tenaga panen meliputi jumlah tenaga kerja dan pengetahuan / keterampilannya. Persiapan tenaga panen peru dilakukan dengan baik dan tepat waktu agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan, sehingga kegiatan panen dapat dilakukan sebaik mungkin. Kelebihan pemanen pada bulan panen rendah digunakan untuk kegiatan penunasan (Fadli M. L. dkk. 2006).

Tenaga panen yang harus disesuaikan panen puncak yang telah tersedia pada awal tahun yang dihitung dengan rumus:

𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘

ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑋 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑥 110% 6. Penentuan Basis Borong

Penentuan basis borong di dasarkan pada umur tanaman dan produksi maka diberikan standat kapasitas pemanen atau basisi borong dimana kelebihan kapasitasnya akan dibayarkan berdasarkan insentip atau rangsangan atau permi yang diatur oleh masing – masing perusahaan.

Tabel 5. Standar Kapasitas (Lubis, A.U.2008) Produksi / ha / tahun ( Ton TBS ) Kapasitas/Hari ( kg / hk ) Basis Borong ( Kg ) 2,5 400 - <6 500 250

(12)

6 – 12 600 300

12 – 18 700 350

18 – 22 800 400

22 – 25 900 400

>25 900 450

Seperti diterngkan diatas maka basis borong dan kapasitas ini sangat ditentukan oleh kondisi setempat. Kapasitas perhari ini sering disebut sebagai basis tugas yaitu jumlah kg tandan yang harus diselesaikan dalam 1 hari kerja dinas (7 jam). Basis borong atau disebut juga basis premi adalah batas jumlah tandan yang dipanen dalam basis tugas yang tidak mendapat premi besarnya basisi premi adalah 0,6 x basis tugas (Akiat et.al 1986; PTP IV, 1984).

Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi tanaman kelapa sawit per ha yang dikaitkan dengan umur tanama, topografi areal, kerapatan pohon, dan premi yang disediakan serta musim panen (puncak/kecil). Berdasarkan umur dan produksi tanaman dapat diberikan standat kapasitas pemanen atau disebut dengan basis borong (BB) atau prestasi normal (PN). (Bambang, S. 2010)

7. Pemeriksaan

Pemeriksaan panen dilakukan di TPH. Pemeriksaan di lapangan meliputi: tandan matang tidak di panen, tandan dipanen tidak dikumpul, berondolan tertinggal di piringaan pohon/jalan pikul, buah tertinggal di pelepah (kurang tandas), tebasan dan rumpukan pelapah, sedangkan pemeriksaan di TPH meliputi: tandan afkir, tandan mentah, cangkang kodok (huruf V), susunan tandan, kebersihan tandan, dan brondolan. Sampel pemeriksaan diambil pada tiap 2 jalan pikul per ancak panen, sedangkan TPH sebanyak 10 – 20 tandan/pemanen. Pemeriksaan dilakukan Mandor Panen, Mandor I, Krani, dan Asisten (Bambang, S. 2010).

(13)

8. Alat – alat Panen

Hal yang juga penting dalam panen adalah alat penen. Alat panen yang biasa dipakai adalah seperti dodos kecil dan dodos besar, keranjang buah lengkap dengan pikulnnya, kereta sorong, plengki, batu asah, gancu, goni berondolan, dan kayu pikulan.

C. Premi Panen

Memberikan penghaargaan berupa uang atau kelebihan perestasi kerjanya, dalam bentuk harga TBS per kg dari TBS kelebihan BB (Basis Borong) yang disebut prestasi mutu (NPM) dan nilai premi kerajinan (NPK). Pemberian sangsi bagi bagi prestasi kerja yang tidak memenuhi standar. Hal ini dimaksutkan untuk memotivasi pemanen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas panen. Besarnya pemberian premi panen tergantung pada kreteria kelas panen, dimana semakin besar nilai kelas panen premi panen yang di peroleh akan semakin besar.

Tabel 6. Kriteria Penilaian Kelas Panen

Nilai Kelas Panen

(KP)

Nilai Premi Mutu (NPM) >85 A 10 70 – 85 B 8 50 – 70 C 5 <50 D 0 (Sumber: Bambang. S. 2010)

Perhitungan premi panen untuk karyawan Menggunakan rumus berikut P = H{Npk +{(K-Bp) X Npm

Keterangan = P : Premi

H : Hari panen/bulan, Npk : Nilai premi kerajinan K : Kapasitas

(14)

Bp : Basis Premi

Premi mandor panen menggunakan rumus berikut :

Premi mandor I menggunakan rumus berikut:

𝑃 =Jumlah pemanen satu mandoranJumlah premi panen 𝑥 1,25

Premi krani panen, menggunakan rumus berikut: 𝑃 =Jumlah premi mandor panenJumlah mandor panen 𝑥 0,8

D. Pemeriksaan Panen dan Denda

Pengawasan dan denda diberlakukan adalah untuk menjaga konsistensi pelaksanaan sistem panen agar menghasilkan mutu buah yang sesuai dengan kreteria matang panen. Pengawasan mutu panen dilakukan berlapis mulai dari P2B, Mandor Panen, Mandor I, Asisten Afdeling dan Kepala Dinas Tanaman (KDT). Setiap pagi hari laporan sortasi, baik dari Afdeling maupun di loading ramp, sudah sampai ke Manager.

Dalam bidang keproduksian maka pencatatan data produksi sangatlah penting sekali baik untuk melihat kemajuan yang dicapai, rencana kedepan maupune fisiensi. Semua pihak harus dilibatkan dari atas sampai ke bawah. Laporan-laporan harus selalu “up to date” dan benar. Hal ini dimonitor oleh Asisten, Kepala Dinas Tanaman, dan Manager. Standat atau pedoman atau intruksi kerja harus selalu dijadikan pedoman dan diketahui dengan baik (Lubis.A.U. 2008).

(15)

Gambar 3. Contoh format pemeriksaan Ancak Panen dan TPH

Pengawasan merupakan hal yang paling penting dalam keberhasilan panen. Sisitem pengawasan yang diterapkan dapat menggunakan dua cara yaitu pengawasan langsung lapangan dan pengawasan yang bersifat adminitrasi. Penawasan lapangan dilakukan oleh Mandor Panen dan Mandor I, sedangkan pengawasan secara admnistrasi dilakukan oleh Krani buah dan Asisten.

Pengawasan bertujuan untuk mendapatkan mutu pekerjaan panen yang baik. Pengawasan lapangan yang bersifat langsung harus diterapkan secara tegas kepada karyawan panen. Tindakan tindakan pengawasan lapangan berupa pengawasan potong buah terhadap buah matang dan mentah, pemotongan gagang buah, pengankutan TBS ke TPH, pengutipan brondolan serta pemotongan cabang.

Pengawasan yang bersifat administrasi (tidak langsung) yang dilakukan oleh Asisten berupa pemeriksaan yang mencakup kematangan buah menurut kriteria yang berlaku, kebersihan brondolan, penyusunan TBS di TPH, dan tumpukan brondolan. Tugas pokok buah yaitu melakukan pemeriksaan mutu buah, persentase brondolan, kebersihan dan

(16)

kerapian ancak panen. Krani buah bertugas melakukan pengawasan terhadap TBS yang di TPH dan pencatatan buah (Ahady, 2009 dalam Rico, 2011).

Sistem lain yang dapat digunakan sebagai alat control administrasi adalah penggunaan buku karyawan panen. Buku ini digunakan setiap hari oleh karyawan panen. Buku ini digunakan setiap hari oleh karyawan panen untuk dapat mengetahui prestasi kerja masing-masing seperti besarnya premi, jumlah buah yang dipanen, lebih borong, denda dan sebagainya.

Sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan, maka apabila pihak-pihak terkait melakukan pelanggaran akan dikenai tindakan dengan cara pemberian denda (sanksi). Sanksi akan diberikan kepada Pemanen, Mandor, krani atas tidak tercapainya prestasi kerja. Sanksi yang diberikan jika:

a. Prestasi kerja 1 bulan dibawah Basis Borong (BB) diberikan sanksi seharga selisih kg Tandan Buah Segar dengan Basis Borong (BB).

b. Jika dalam 3 bulan berturut-turut tidak tercapai Basis Borong (BB) diberikan peringatan.

c. Pemanen yang mempunyai kesalahan 50% atau termasuk kelas D tidak mendapat premi.

d. Jika dalam 3 bulan berturut-turut termasuk kelas D diberikan peringatan tertulis. Selain itu ada beberapa faktor terjadinya pemberian denda (sanksi) bagi karyawan antara lain :

 Tidak siap borong.

 Pemotongan buah mentah.  Buah masak tidak dipanen.

 Brondolan tidak dikutip atau dibuang di gawangan.  TBS tidak tersusun rapi di TPH.

(17)

 Pelepah tidak dipotong.

Denda bagi Krani buah meliputi penerimaan buah mentah dan penimbangan Berat Janjang Rata-rata (BJR) yang lebih dari BJR pabrik. Denda bagi Mandor Panen meliputi pemotongan buah mentah dan buah masak yang tidak terpanen dan buah tertinggal dipiringan dan pelepah berserakan.

(18)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Afdeling I Kebun Sawit Air Batu PT. Perkebunan Nusantara IV, Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

B. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif. Data dari lapangan dikumpulkan melalui pengamatan terhadap objek sampel dan pengambilan data sekunder.

C. Pengamatan

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara : 1. Pengamatan langsung, meliputi :

a. Jenis-jenis kesalahan pemanen. b. Pelaksanaan pengawasan panen c. Perhitungan denda panen. 2. Data Sekunder, meliputi :

a. Sistem organisasi panen

b. Data kesalahan pemanen dan perhitungan denda panen

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Tabel Cangkang Beberapa Varietas   Varietas  Cangkang   (mm)  Pericarp (mm)  Cankang  (%/ buah)  Mesocrap (%/buah)  Inti  (%/buah)  Dura  2 – 5  2 – 6  25 – 50  20 – 65  4 – 20  Tenera  1 – 2,5  3 – 10  3 – 20  60 – 90   3 – 15  Pisifera
Tabel  2.  Produktifitas  Tanaman  Kelapa  Sawit  Menurut  Kelas  Lahan  S1,  S2,  S3,                    S4
Gambar 1  : panen kelapa sawit
Tabel 4. Hubungan Fraksi Panen, Rendemen Minyak dan Asam Lemak Bebas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag mengindikasikan bahwa perusahaan yang mendapatkan

Walau bagaimanapun, hasil kajian mendapati antara aspek yang tidak begitu mempengaruhi responden terlibat dalam masalah sosial adalah rakan-rakan kurang mencabar

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 8 Ogos 2012 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nurul Nadia Binti Ibrahim bagi menilai tesis

Howsanindo Industry Manufacturing harus melakukan pembelian persediaan bahan baku secara tepat, perencanaan dan pengendalian yang tepat dapat dilakukan dengan salah

efektivitas dari mesin/peralatan adalah dengan metode OEE ( Overall Equipment2. Effectiveness) , metode OEE adalah besarnya efektivitas yang dimiliki

1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip

Namun karena sampai dengan tahun 2014 Indonesia tidak memiliki peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang diskresi termasuk tidak memiliki wadah

Teknik aplikasi yang digunakan adalah dengan melakukan penyemprotan pada tanaman uji sesuai dengan petak-petak perlakuan yang sudah dibagi dengan rancangan acak