• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Latar Belakang. Kewajiban negara yang diemban pemerintah adalah: (1) melindungi rakyat;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.2 Latar Belakang. Kewajiban negara yang diemban pemerintah adalah: (1) melindungi rakyat;"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.2 Latar Belakang

Kewajiban negara yang diemban pemerintah adalah: (1) melindungi rakyat; (2) melayani rakyat; (3) mengatur rakyat, dengan demikian sebenarnya esensi dari tanggung jawab pemerintah adalah pelaksanaan fungsi pelayanan. Fungsi pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah dilakukan melalui alokasi kebijakan publik di mana alokasi kebijakan publik dirumuskan bersama antar pelaku yang terlibat di dalam sistem pemerintahan.

Bagaimana alokasi kebijakan publik didapatkan melalui serangkaian proses yang secara mudah disebut proses kebijakan. Walaupun banyak ahli mendetailkan proses kebijakan publik dengan pemikiran masing-masing akan tetapi pada dasarnya proses kebijakan publik terdiri dari tiga tahap yaitu : (1) bagaimana sebuah kebijakan direncanakan; (2) diimplementasikan; (3) dan dievaluasi.

Pada pelaksanaannya implementasi kebijakan tidak semudah yang dibayangkan, implementasi merupakan kegiatan yang begitu kompleks didalamnya melibatkan pihak-pihak dengan berbagai kepentingan mereka masing-masing dan kerumitan bisa bertambah ketika kebijakan tidak dirumuskan secara jelas sebagai akibat kompromi-kompromi politik yang mewarnai proses perumusan kebijakan tersebut. Kondisi yang demikian akan melahirkan konsekuensi terjadinya deviasi atas tujuan kebijakan atau program yang telah ditetapkan seperti dikatakan Hogwood dalam (Purwanto, 2012) kebijakan publik lebih banyak gagal atau paling

(2)

2

tidak kebijakan publik tidak terwujud secara sempurna ketika diimplementasikan. Dengan kata lain, kebijakan dalam perencanaan dan implementasi sering mengalami ketidakkonsistenan antara tujuan kebijakan publik dengan hasilnya. Menurut Hogwood sebagaimana dikutip Purwanto (2012) kenyataan implementasi kebijakan yang sempurna tidak pernah terwujud dikarenakan beberapa hal, yaitu : 1. Ada hambatan eksternal. Kegagalan implementasi bukan karena lemahnya

kebijakan, namun bisa jadi karena faktor-faktor diluar organisasi; 2. Waktu dan sumber daya yang tidak tersedia secara memadai;

3. Kebijakan yang tidak didasarkan pada landasan pemikiran (teoritis) yang kuat tentang hubungan sebab akibat antara kebijakan dan hasil yang akan dicapai; 4. Hubungan sebab akibat antara kebijakan dengan hasil jarang bersifat langsung.

Sering kali terjadi satu kebijakan akan menimbulkan dampak dalam waktu yang lama;

5. Lembaga pelaksana jarang yang mandiri, mereka sangat tergantung pada aktor yang lain;

6. Jarang ada kesepakatan yang umum di antara para aktor tentang tujuan kebijakan dan cara mencapainya;

7. Jarang ada satu kondisi terjadinya komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai sebuah kebijakan publik juga tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan proses kebijakan publik. Bagaimana tujuan pembangunan yang dicantumkan dalam visi dan misi kepala daerah dijabarkan dalam program kegiatan untuk mencapai tujuan seringkali tidak konsisten. Hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana perencanaan pembangunan

(3)

3

daerah dirumuskan dengan keterlibatan banyak pihak sesuai dengan kapasitas dan kepentingan masing-masing pihak.

Kesejahteraan sosial adalah isu yang masih banyak diangkat dalam tema pembangunan di berbagai daerah di Indonesia tidak terkecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2014 prioritas pembangunan DIY sesuai yang tercantum dalam dokumen perencanaan tahunan (RKPD DIY 2014) adalah peningkatan kesejahteraan sosial dengan memperioritaskan penanggulangan kemiskinan. Prioritas penanggulangan kemiskinan di DIY dalam dalam 1 tahun terakhir mencakup antara lain hal-hal berikut: (1) kemiskinan dan ketenagakerjaan, (2) kesehatan, (3) pendidikan, (4) prasarana dasar, (5) ketahanan pangan.

Kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasarnya dilakukan dengan pelaksanaan Program-program dan kegiatan yang salah satunya dilakukan melalui Program Pembangunan Perumahan dengan Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu. Perencanaan Program dan Kegiatan Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu dilakukan melalui serangkaian proses yang panjang dimana di dalam proses tersebut melibatkan banyak pihak mulai dari masyarakat, DPRD sebagai wujud representasi masyarakat, BABPPEDA sebagai unsur perencana, dan SKPD sebagai pelaksana teknis Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu.

Pada tahap perumusan kebijakan Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu dibahas dengan DPRD,

(4)

4

bagaimana Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu menjadi prioritas penanganan, bagaimana Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu mrndapatkan alokasi anggaran APBD untuk implementasinya sangat terpengaruh oleh kegiatan politik. Disitulah terjadinya apa yang disebut oleh Hogwood adanya intervensi politik dalam bentuk kompromi-kompromi politik yang membuat perumusan kebijakan memiliki konsekuensi adanya deviasi atas tujuan program atau kebiatan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kenyataan diatas maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan yang akan diangkat yaitu bagaimanakah konsistensi perencanaan pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu di DIY dengan mengambil Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu tahun 2014 sebagai studi kasus.

I.3 Pertanyaan Penelitian

Prioritas ke-empat pembangunan DIY tahun 2014 menurut RKPD 2014 adalah penanggulangan kemiskinan. Prioritas tersebut ditetapkan dalam rangka menurunkan jumlah penduduk miskin terutama di kantong-kantong kemiskinan di DIY yang telah ditetapkan dalam RKPD DIY 2014. Dalam penelitian ini pertanyaan penelitian yang diangkat adalah: Sejauh mana konsistensi atau inkonsistensi rencana Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu sebagai salah jabaran kebijakan penurunan angka kemiskinan di daerah kantong-kantong kemiskinan di DIY tahun 2014?

(5)

5

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dirumuskan penelitian bertujuan untuk: membandingkan konsistensi rencana Kegiatan Fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu dibandingkan dengan prioritas penanganan RTLH secara teoritis dan kebijakan pengurangan angka kemiskinan di daerah kantong-kantong kemiskinan di DIY tahun 2014. Berdasarkan pembandingan tersebut akan diketahui tingkat konsistensi atau inkonsistensi tersebut.

I.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut serta pengembangan pengetahuan, khususnya dalam perencanaan pembangunan ;

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(6)

6

I.6 Keaslian Penelitian

I.6.1 Implementasi Kebijakan Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan Masyarakat Melalui program Bantuan rehabilitasi Sosial rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kabupaten Bintan Provinsi Riau

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Heny Utami, S.Pd. bertujuan untuk menganalisis :

1. Mengetahui mekanisme pelaksanaan implementasi program dan kinerja yang dihasilkan implementasi program;

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program bantuan RS-RTLH di kabupaten Bitan;

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriftif. Adapun hasil yang didapatkan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Proses implementasi dilaksanakan dengan baik karena masayarakat penerima kebijakan menilai baik bahkan sangat baik terhadap kebijakan; 2. Ditemukan faktor penghambat yang terdiri dari faktor internal yaitu

terbatasnya SDM dan finansial sedangkan faktor eksternalnya adalah lemahnya koordinasi antar dinas atau instasi pengampu kebijakan;

3. Pengukuran keberhasilan kebijakan dari sisi ketepatan waktu, ketepatan sasaran didapatkan bahwa kebijakan berhasil dilakukan.

(7)

7

I.6.2 Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Di Kota Surakarta

Penelitian dilakukan oleh Ruli Khusnu Rizka seorang mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program perbaikan rumah tidak layak huni yang dilaksanakan di Kota Surakarta, untuk memberikan rekomendasi dan usulan pengembangan program ini.

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan program belum sepenuhnya tercapai atau dengan kata lain belum banyak membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup/derajat kesehatan masyarakat miskin, dilihat dari belum meningkatnya setiap kondisi rumah dan penyediaan sarana-prasarananya. Hal ini dikarenakan tidak seluruh lokasi mendapatkan perbaikan yang sama;

2. Tingkat ketepatan kelompok sasaran pelaksanaan program cukup tinggi, sebesar 95,89% tepat sasaran masyarakat miskin dilihat dari tingkat penghasilan masyarakat dan 60,27% tepat sasaran rumah tidak layak huni, dilihat dari kondisi rumah sebelum mendapatkan bantuan;

3. Efisiensi pelaksanaan program diwujudkan dalam terselenggaranya kepanitiaan program tingkat kota, kelurahan, dan kelompok kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga mekanisme pelaksanaan program juga dapat berjalan dengan cukup efisien;

4. Kecukupan pelaksanaan program yang dinilai dari keberhasilan program berdasarkan aspek fisik, ekonomi, dan sosial tercapai sebesar 53,27%.

(8)

8

Keberhasilan ini masih belum begitu tinggi dikarenakan program ini belum dapat memenuhi setiap aspek tridaya pembangunan perumahan. Aspek fisik hanya dapat dicapai sebesar 50,41%, aspek ekonomi tercapai 27,40%, dan aspek sosial tercapai 66,67%;

5. Tingkat responsivitas masyarakat atas program perbaikan rumah tidak layak huni ini telah memuaskan harapan, persepsi, atau nilai masyarakat sebesar 65,37%. Kesesuaian harapan dalam pelaksanaan program belum cukup tinggi, dengan pencapaian sebesar 47,95 %, manfaat yang dirasakan masyarakat dari pelaksanaan program sebesar 55,56%, dan kecilnya permasalahan/kendala yang muncul di masyarakat sebesar 7,40%.

I.7 Sistematika Penulisan

Penelitian Inkonsistensi Perencanaan Pembangunan Perumahan Masyarakat Kurang Mampu di Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan

Bab Pendahuluan berisi sub-bab: (a) latar belakang (landasan konseptual dan landasan kontekstual) , (b) pertanyaan penelitian, (c) tujuan penelitian, (d)manfaat penelitian, (e) sistematika penulisan,(f) keaslian penelitian).

Bab II:Tinjauan Pustaka

Bab Tinjauan Pustaka merupakan pengembangan dari tinjauan pustaka yang telah ditulis pada proposal tesis.

Bab III: Metode Penelitian

Bab Metode Penelitian berisi pengembangan metoda penelitian yang telah dipaparkan pada proposal tesis.

(9)

9

Memberikan gambaran umum obyek penelitian dari berbagai sudut pandang

Bab V: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat hasil penelitian dan pembahasan yang sifatnya terpadu. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk daftar (tabel), grafik, foto, atau bentuk lain, dan ditempatkan dekat dengan pembahasan. Pada alinea pertama bab ini sebaiknya dikemukakan bahwa hasil penelitian dapat dijumpai pada daftar dan gambar yang nomornya disebutkan. Pembahasan berisi tentang hasil yang diperoleh, berupa penjelasan teoretik baik secara kualitatif, kuantitatif, atau statistika. Sebaiknya hasil penelitian juga dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang sejenis.

Bab VI: Simpulan dan Saran

Bab Simpulan dan Saran harus dinyatakan secara terpisah. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Saran dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis, ditujukan kepada para peneliti dalam bidang sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah diselesaikan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Marketing Politik Ridho Ficardo – Bakhtiar Basri Melalui Media

Puncak Keemasan Dunamis Indonesia dalam membangun awareness terhadap produk animasi beakbug telah dilakukan dengan menggunakan konsep Brand Visualization yang

Namun perlu di ketahui bahwa sistem ini di buat bukan untuk menggantikan hakim tetapi hanya membantu dalam pengambilan keputusan sehingga lebih cepat dan tepat, akan

 Jika pembagian muatan secara Tegak terkonsentrasi pada bagian atas, maka kapal akan memiliki nilai GM yang kecil, dan akibatnya kapal mempunyai sifat yang langsar

2) Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga menurut pikiran

D-III TLB (Teknik Listrik Bandara) Formasi Pola Pembibitan Kemenhub: 24 Taruna/Taruni 3 Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP).

isu-isu yang menjadi ancaman dan mengganggu kepentingan nasional suatu Politik luar negeri suatu negara cenderung untuk memperhatikan. kepentingan nasionalnya dan memperjuangkannya

Oleh karena itu, sehubungan dengan sifat dari Program persaudaraan madani adalah merupakan kebijakan pemerintah yang bersifat sukarela dan belum memiliki