• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat memberi berbagai pengalaman pada siswa dengan cara melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. Khalimah, 2010). Sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (KTSP Standar Isi 2006).

Ilmu pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Sehingga dengan adanya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar, siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP Standar Isi 2006).

2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.

(2)

6

Tidak lain halnya seperti yang terkandung dalam BNSP (2006:484) bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

4. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu ada materi yang dibahas dalam pembelajaran. Namun materi itu dibatasi oleh ruang lingkup yang tertera dalam Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 yang meliputi aspek- aspek sebagai berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi benda cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

5. Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.

(3)

7

2.1.1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Ruang lingkup yang dipelajari dalam IPA dalam rangka untuk mencapai Standar untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dapat ditetapkan melalui SK dan KD. BNSP telah melakukan penyusunan Standar Isi yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006 yang mencakup komponen :

1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.

2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri Mrisi 2 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan media animasi pada mata pelajaran IPA. Adapun perincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai materi dalam pelaksanaan proposal penelitian kelas 5 semester 2 sebagai berikut ini (KTSP 2006).

Tabel 2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas 5 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5. Memahami hubungan

antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya

5.1.Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan ( gaya gesek, gaya gravitasi,gaya magnet) 5.2.Menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

(4)

8

2.1.2. Metode Demonstrasi

2.1.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi

Kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan apabila guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru adalah metode demonstrasi. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran“. Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses. Roestiyah N. K (2001:83). Sedangkan menurut Udin S. Winata Putra, dkk (2004:424), “metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu”. Sementara menurut Mulyani dalam Sumantri, dalam Roetiyah, (2001:82) menyetakan bahwa metode

demonstrasi adalah cara pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan

kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruanyang dipertunjukkan oleh guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode

demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan. Agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Contoh penerapan metode demonstrasi dalam materi gerhana bulan dan matahari. Siswa akan lebih mudah memahami adanya gerhana bulan dan matahari jika proses terjadinya diperlihatkan secara langsung menggunakan alat peraga.

(5)

9

2.1.2.2. Langkah-Langkah Penerapan Metode Demonstrasi

Menurut Havid Zulkarnain (2009:26), menguraikan langkah-langkah metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :

1. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.

2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan.

3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan b. Tahap Pelaksanaan

1. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa

2. Mengingat pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran 3. Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi

dengan baik

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif 5. Membimbing siswa melakukan demonstrasi 6. Hindari ketegangan

7. Evaluasi; dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut baik di sekolah maupun di rumah. c. Tahap Akhir

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perludiakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

(6)

10

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa

2. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan 3. Melakukan uji coba demonstrasi

4. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan

5. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

b. Kegiatan Inti

1. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir

2. Menciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang menegangkan

3. Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

5. Membimbing siswa melakukan demonstrasi c. Kegiatan Penutup

Proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran serta pemberian evaluasi.

(7)

11

Tabel 3

Sintaks Pembelajaran Metode Demonstrasi

No Fase-fase Perlakuan guru

1 Orientasi - Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

- Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran

- Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

- Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran

- Menginformasikan kerangka pelajaran - Memotivasi siswa

2 Demonstrasi - Penyajian materi

- Pemberian contoh konsep

- Pemodelan/peragaan keterampilan

- Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh siswa

3 Latihan Terbimbing

Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan memberikan bimbingan jika perlu.

4 Demonstrasi Mandiri

Siswa melakukan kegiatan demonstrasi secara mandiri di depan kelas

(8)

12

2.1.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi 2.1.2.3.1. Kelebihan Metode Demonstrasi

Menurut Elizar (1996:45), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru. Sedangkan menurut M. Basyirudidin Usman (2002:46) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan ketrampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:56) menyatakan keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi. Apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.

(9)

13

2.1.2.3.2. Kelemahan Metode Demonstrasi

1. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang diperuntukkan.

2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

3. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

2.1.3. Media Pembelajaran

2.1.3.1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat proses belajar mengajar yang pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (message) kepada penerima pesan (communican) yaitu anak. Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak, maka dalam proses komunikasi pendidikan tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut media pendidikan/pembelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (1980) mengemukakan bahwa: “media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah”. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat (2008) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Sementara menurut Briggs (1970) media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses pembelajaran yang menarik.

Berdasarkan beberapa definisi media pembelajaran menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengefektifkan, merangsang, kemauan peserta didik dalam mewujudkan komunikasi yang menarik antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

(10)

14

2.1.3.2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan/terstandar 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

6. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar

7. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

Berdasarkan pendapat Kemp dan Dayton (1985) jelas bahwa media mempunyai fungsi dan manfaat yang berpengaruh pada hasil belajar yang diantaranya, 1) media dapat diseragamkan atau dapat terstandar, 2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, siswa akan merasa pembelajaran lebih menyenangkan 3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif antara guru dan siswa 4) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang signifikan. 2.1.3.3. Media Pembelajaran Animasi

Animasi merupakan salah satu bentuk visual bergerak yang dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan materi pelajaran yang sulit. Dengan diintergrasikan ke media lain seperti video, presentasi, atau sebagai bahan ajar tersendiri animasi cocok untuk menjelaskan materi-materi pelajaran yang secara

(11)

15

langsung sulit dihadirkan di kelas atau disampaikan dalam bentuk buku. Hal ini sejalan dengan pendapat Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan yang menarik. Prinsip dari animasi adalah bagi pergerakan mewujudkan ilusi dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat.

Sebagai media ilmu pengetahuan animasi memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan, seperti animasi sistem kerja katrol, sistem kerja tuas dan lain sebagainya.

Sebagai media pembelajaran, media animasi juga mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan sebagai media pembelajaran. Berikut kelebihan dan kelemahan media animasi dalam proses pembelajaran.

2.1.3.3.1. Kelebihan dan Kelemahan Media Animasi a. Kelebihan

1. Media animasi mempermudah guru menyampaikan dan menerima materi, fikiran dan pesan serta dapat menghindarkan salah pengertian.

2. Media animasi mendorong keinginan seseorang untuk mengetahui lebih lanjut informasi yang sedang dipelajarinya.

3. Media animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran peserta didik yang lebih berkesan

4. Media animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi.

(12)

16

b. Kelemahan

Media animasi merupakan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran, karena dengan menggunakan media animasi siswa dapat mengetahui atau lebih mudah memahami tentang materi yang disampaikan oleh guru. Hanya saja pendidik harus juga berfikir kreatif untuk menggunakan animasi sesuai dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat memahami isi materi yang terkandung dalam animasi yang ditampilkan oleh guru. Menurut Artawan (2010), kelemahan dari media animasi diantaranya :

1. Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup memadai untuk mendesain animasi yang dapat secara efektif digunakan sebagai media pembelajaran

2. Memerlukan software khusus untuk membukanya

3. Guru sebagai komunikator dan fasilitator harus memiliki kemampuan memahami siswanya, bukan memanjakannya dengan berbagai animasi pembelajaran yang cukup jelas tanpa adanya usaha belajar dari mereka atau penyajian informasi yang terlalu banyak dalam satu frame cenderung akan sulit dicerna siswa.

4. Menggunakan media animasi memang mempunyai beberapa kelemahan yang timbul, namun kelemahan itu tentunya dapat diatasi. Cara mengatasiya tentunya pendidik atau guru harus kreatif dan menguasai sofware yang dibutuhkan. Selain dari pedidik yang berperan yang harus dipehuhi adalah fasilitas yang mendukung.

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar setelah dilakukan evaluasi. Pengertian hasil belajar itu sendiri menurut Nana Sudjana (2010:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar ini akan menghasilkan kemampuan yang menurut Horwart Kinggsley dalam buku Nana Sudjana,

(13)

17

(2010:22) dibedakan menjadi tiga macam kemampuan (hasil belajar) yaitu: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.

Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono, (2011:7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suprijono, (2011:5-6) bahwa hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Sedangkan Anni (2004:4) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah siswa mengalami aktivitas pembelajaran. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang ditunjukkan dengan bertambahnya kemampuan baru yang dimiliki siswa seperti kecakapan, informasi, pengertian, informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap melalui pengalaman belajar yang diperoleh dari aktivitas belajar dan proses pelaksanaannya dapat diukur dengan menggunakan teknik tes yang diberikan oleh guru.

Cakupan evaluasi terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks KTSP yang diberlakukan. Hal ini merupakan penjabaran dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan. Didalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari Standar Isi adalah SK dan KD. Satu SK terdiri dari beberapa KD dan setiap KD dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah. Indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian KD yang bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, SK dan KD yang diajarkan oleh guru.

(14)

18

Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Benyamin S. Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7) yang secara garis besar mengungkapkan tiga tujuan pembelajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar kemudian membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang tempat utama terutama dalam tujuan pengajaran di SD. Menurut Mawardi (2010:4) aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, diantaranya yaitu : (a) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini siswa dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. (b) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. (c) Penerapan (application), jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi yang baru dan konkrit. (d) Analisis (analysis), tingkat kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. (e) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor dan hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. (f) Evaluasi (evaluation), jenjang yang menuntut siswa untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.

Menurut Mawardi (2010:5) ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu

(15)

19

menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menetukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu : (a) Menerima (receiving), maksudnya siswa diharapkan peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. (b) Menjawab (responding), maksudnya adalah siswa diharapkan tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. (c) Menilai (valuing), siswa diharapkan dapat menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. (d) Organisasi (organitation), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan masalah, membentuk suatu sistem nilai.

Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Perubahan gerakan tubuh ini merupakan kemampuan-kemampuan motorik yang menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan, terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan terampil, dan gerakan indah dan kreatif.

Tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Menurut Endang Poerwanti (2008) dalam Mawardi (2010:1), pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran akan memudahkan pelaksanaan proses penilaian terhadap tingkat ketercapaian hasil belajar siswa.

Penilaian menurut Akhmad Sudrajat (2008) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

(16)

20

sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil belajar seorang siswa. Jadi penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar mengajar.

Jenis penilaian selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan penilaian. Ada bermacam jenis penilaian menurut Mawardi (2010:11) yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi lima jenis, diantaranya yaitu : (a) Penilaian Formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Informasi dari penilaian formatif dapat dipakai sebagai umpan balik pengajar mengenai proses pembelajaran. (b) Penilaian Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (caturwulan, semester atau Tahun Pelajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai siswa selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas. (c) Penilaian Diagnostik, yakni penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami siswa serta berbagai kondisi khusus siswa. (d) Penilaian Penempatan, yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anak pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat, kesanggupan, kondisi fisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek khusus yang berhubungan dengan aspek pembelajaran. (e) Penilaian Seleksi, yaitu penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan kapanpun saat diperlukan. Aspek yang dinilai dapat beranekaragam disesuaikan

(17)

21

dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah memilih calon untuk posisi tertentu, karena itu analisis dari penilaian ini biasanya menggunakan kriteria yang bersifat relatif atau berdasarkan norma kelompok.

Objek yang dinilai dalam penilaian hasil belajar adalah hasil belajar siswa itu sendiri. Untuk menilai sesuatu diperlukan alat penilaian yakni alat yang digunakan untuk mempermudah proses penilaian. Alat penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu, teknik tes dan teknik non tes. Penilaian dengan teknik tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2009: 32).

Menurut Mawardi (2010:19) teknik penilaian tes dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Tes Essay, merupakan bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawabannya. (2) Tes Objektif, merupakan tes yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menuliskannya, atau mengisi jawaban pendek tanpa menguraikan. (3) Tes Menjodohkan (Matching Test), merupakan bentuk tes menjodohkan yang mencakup dua kolom yang sejajar, dimana setiap kata, jumlah atau simbol-simbol di satu kolom dengan kata, kalimat di kolom yang lain. (4) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), merupakan tes yang menuntut siswa untuk memilih satu alternatif jawaban yang paling tepat diantara beberapa alternatif jawaban yang tersedia.

Teknik penilain non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Menurut Mawardi (2010: 25) teknik non tes meliputi: (1) Pengamatan (Observation), merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. (2) Wawancara (interview), merupakan suatu teknik penilaian dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada objek yang diteliti, jadi wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara sepihak (3) Angket, merupakan suatu teknik yang

(18)

22

dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket minat dan sikap (4) Daftar cocok (check list), merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, tergantung format yang dipergunakan. (5) Skala bertingkat (rating scale), merupakan sebuah daftar yang hampir sama dengan daftar cek, akan tetapi aspek yang dicek ditempatkan pada bentuk skala bertingkat. Skala menunjukkan suatu nilai yang berbentuk angka. Angka-angka yang digunakan disusun secara bertingkat dari yang kecil ke besar. (6) Portofolio, merupakan teknik penilaian dimana siswa menjabarkan tugas atau karyanya dengan cara memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan dicapai siswa.

Penilaian hasil belajar tersebut sangat penting, selain sebagai catatan keberhasilan siswa juga sebagai dokumen yang menggambarkan kemampuan siswa sehingga saat mencari pekerjaan maupun melanjutkan pendidikan, siswa akan menjadi jauh lebih berkembang dan mampu bersaing. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah besarnya angka atau skor yang diperoleh dari skor tes (tes formatif) dan non tes (observasi keaktifan siswa menyimak materi dan keaktifan siswa ketika belajar bersama baik dalam diskusi maupun presentasi).

2.1.5. Hubungan Metode Demonstrasi berbantuan Media Animasi dengan Hasil Belajar

Hubungan adalah keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain. Begitu juga hubungan antara metode demonstrasi berbantuan media animasi dengan hasil belajar siswa pada penelitian. Disini dapat dilihat bahwa metode Demonstrasi adalah metode yang mana siswa berinteraksi langsung dengan obyek atau benda yang di demonstrasikan, apalagi ditambah dengan media animasi yang berfungsi sebagai alat pendukung untuk menarik perhatian siswa. Biasanya materi disampaikan melalui buku paket dan hanya dijelaskan secara lisan atau konvensional. Namun disini materi-materi yang terdapat pada buku dan sumber

(19)

23

lainnya dirangkum sesederhana mungkin sesuai dengan karakteristik sd kelas 5 serta kombinasi simulasi benda-benda yang didemontrasikan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat memungkinkan akan mudah menambah pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan dan berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai cara, salah satunya melakukan evaluasi, dan lembar pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru menggunakan soal evaluasi tes obyektif pilihan ganda dan lembar pengamatan kinerja siswa.

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan Mulyo, S.Pd, program PJJ FKIP UKSWdengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar IPA menggunakan metode demonstrasi diSD Negeri Karang Anom 02 Kec. Kandeman Kab. Batang semester I Tahun pelajaran2010/2011”, hipotesis tindakan dalam penelitian tersebut yang menyatakan bahwapembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajarIPA siswa kelas II SD Negeri Karang Anom 02 semester I tahun pelajaran 2010/2011ternyata didukung oleh kebenaran empirik yang berupa hasil tindakan kelas dalam duasiklus.Hasil penelitian siklus I dan siklus II dengan penggunaan metode demonstrasidalam pembelajaran lebih maksimal, maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Terbukti dalam penelitian di SD Negeri Karang Anom 02 pada kelas II nilai rata-rata hasil belajarsiswa apabila penyampaian materi tanpa menggunakan metode demonstrasi adalah 27,78% dan nilai rata-rata belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada siklus I adalah 55, 56% tuntas, tidak tuntas 44,44% dengan jumlah nilai 1088, rata-rata60,44%. Pada siklus II 80% tuntas, tidak tuntas 20% dengan jumlah nilai 1455, rata-rata80,83.

Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009), Program PJJ FKIP-PGSD UKSW dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA tentang Periskop Melalui Metode Demonstrasi di SD Negeri Ngablak 02 Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009”, menyimpulkan bahwa metode demonstrasi berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD

(20)

24

Negeri Ngablak 02. Hasil belajar siswa pada saat belum dilakukan tindakan adalah 75% siswa memperoleh nilai di bawah KKM 65 dan 25% memperoleh nilai memenuhi KKM. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, hasil belajar siswa meningkat menjadi 60% memperoleh nilai memenuhi KKM.Sedangkan pada siklus perbaikan yaitu siklus II, hasil belajar siswa meningkat lagi menjadi 90% siswa memperoleh nilai memenuhi KKM 75.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi sangat efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA. Hal itu disebabkan oleh aktifitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percobaan-percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesama teman dalam berkelompok dan sebagainya.

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh kerangka pikir bahwa kondisi awal pembelajaran IPA kelas 5 SD N Mrisi 2 Kec. Tanggungharjo Kab. Grobogan Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014, lebih banyak berpusat kepada guru. Guru lebih banyak berceramah dan menggunakan media yang kurang menunjukkan suasana belajar aktif dan dibuat aktif. Kondisi seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan mengalami kesulitan dalam memahami materi belajar IPA. Akibatnya hasil belajar IPA siswa tidak maksimal. Ini terbukti dengan nilai yang didapat saat observasi dengan guru kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 pada mata pelajaran IPA, siswa yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 75. Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media animasi dalam proses pembelajaran IPA.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka dengan optimalisasi metode demonstrasi berbantuan media animasi yang akan dipilih nantinya, diharapkan dapat memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara komprehensif (menyeluruh).

(21)

25

Dari hasil kajian teori dan kajian hasil peneitian yang relevan, berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka Berpikir Pembelajaran

konvensional

a. Berpusat pada guru b. Guru menjelaskan

materi c. Siswa

mendengarkan penjelasan guru d. Siswa merasa bosan e. Minat siswa kurang

Hasil belajar siswa rendah

Kondisi

awal

Peranan pembelajaran Demonstrasi berbantuan Media Animasi a. Student centered b. Siswa berinteraksi langsung dengan obyek materi c. Animasi mendukung minat belajar siswa Pemantapan penerapan

Metode Demonstrasi berbantuan Media

Animasi a. Membuat siswa

tidak bosan karena berinteraksi langsung dengan obyek materi b. Animasi mendukung minat belajar siswa. Hasil belajar meningkat Hasil belajar meningkat

(22)

26

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi berbantuan media animasi diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Berpikir Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai di rsakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

segar dan kering tajuk yang berbeda nyata terhadap naungan 0% dan 50% (Tabel 2). Intensitas cahaya yang dibutuhkan tumbuhan cukup beragam, ada tanaman yang

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

Kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman yang aspiratif dan akomodatif, dengan memungkinkan terakomodasinya kebutuhan akan perumahan dan permukiman bagi kelompok

Penduduk yang bekerja pada Februari 2016 bertambah sebanyak 219,6 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 66,4 ribu orang dibanding keadaan

Kegiatan monitor/pengamatan dilakukan oleh tim PPIRS dengan mengisi instrument penilaian monitoring dan evaluasi proses pembersihan dan pensterilan alat medis

dimaksud dalam huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran