• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang kesenian daerah. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di Sumedang memiliki ragam kesenian yang berbeda dengan daerah-daerah yang lainnya. Salah satunya adalah daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Di daerah ini tumbuh berbagai jenis kesenian daerah yang sangat digemari oleh masyarakatnya.

Kecamatan Rancakalong memiliki panorama alam yang indah

memperlihatkan kecantikan pesona alam pedesaan yang merupakan perpaduan bukit, lembah dan hamparan sawah serta udara yang masih bersih dan segar. Keaslian alamnya memperlihatkan belum terkena perubahan-perubahan yang mendasar sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Kecamatan Rancakalong termasuk daerah pegunungan yang letaknya berada di wilayah Gunung Puter atau wilayah Gunung Manglayang sebelah timur, yang mempunyai ketinggian kurang lebih 727 m di atas permukaan laut. Sebagai daerah pegunungan yang merupakan daerah pertanian subur, maka sebagian besar mayarakat berasal dari keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani.

Dalam kehidupan sehai-hari masyarakat Rancakalong masih kuat memegang teguh rasa tolong-menolong dan gotong-royong. Hal ini didasari oleh kekeluargaan,

(2)

mereka saling membantu satu sama lainnya baik dalam kehidupan sosial maupun pada saat mereka beraktivitas seperti bercocok tanam. Selain itu kehidupan masyarakat Rancakalong selalu melaksanakan tradisi-tradisi yang telah mendarah daging dengan jiwa mereka. Begitu juga dengan kepercayaannya terhadap roh-roh dan makhluk-makhluk halus yang mendiami tempat-tempat tertentu seperti mata air, gunung-gunung, sungai-sungai, pohon-pohon, batu-batu, dan padaringan goah . selain itu juga untuk tujuan lainnya, baik hidup bahagia, dikasihi majikan, maupun naik pangkat. Seperti disampaikan Sulastri (2001:34), bahwa:

Masyarakat Rancakalong selalu melaksanakan upacara-upacara seperti nyuguh, numbal (upacara menanam kepala ayam, kambing, kebau dan sapi) juga mereka mempunyai tempat-tempat yang dikeramatkan seperti : Cisindang (mata air yang diyakini membawa kahuripan), Tanjungboma (tempat yang sering didatani orang-orang yang punya maksud negatif), Jami

Akram (tempat yang dipercaya orang bisa membuat terkenal

penyanyi/pesinden dan membuat anak menjadi pintar) dan masih banyak yang lainnya.

Kesenian di kecamatan Rancakalong pada saat ini mengalami perkembangan pesat. Hal ini dikarenakan pemerintah setempat setiap tahun selalu mengadakan acara dengan tema Sumedang Puseur Budaya Sunda, di mana pada pelaksanaan upacara adat ini seluruh kesenian yang berada di kecamatan Rancakalong selalu dipertunjukkan di tempat yang telah disediakan. Menurut data yang tercatat di Dinas Kebudayaan Rancakalong terdapat 55 grup kesenian yang terbagi ke dalam 15 bentuk kesenian. Hal itu disampaikan olah Mamat bahwa grup kesenian yang ada di Rancakalong adalah :

(3)

dua puluh grup kesenian Jentreng/Tarawangsa, enam grup kesenian Kuda Renggong, lima grup kesenian beluk, lima grup kesenian Silat, empat grup kesenian Kliningan, tiga grup kesenian Jaipongan, dua grup kesenian Reak, dua grup kesenian Rengkong, dua grup kesenian Wayang Golek, dan satu masing-masing kesenian Calung, Singa Depok, Bangreng, Koromong, Rudat, dan Reog. Dari keseluruhan kesenian di atas kesenian yang sering dipertunjukkan adalah kesenian Tarawangsa. (wawancara 13 juli 2010). Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kesenian di desa Rancakalong begitu banyak, salah satunya adalah kesenian Reak. Kesenian Reak di desa Pasir Biru kecamatan Rancakalong pada awalnya merupakan suatu sarana upacara teteba, yaitu upacara untuk mengiringi anak laki-laki turun mandi sebelum anak di khitan atau disunat. Dewasa ini kesenian Reak berfungsi sosial yaitu sebagai sarana hiburan pengiring arak-arakan (helaran) setelah selesai disunat, akan tetapi dalam pertunjukkannya masih bersifat sakral. Reak adalah suatu pertunjukkan helaran yang banyak mengandung unsur-unsur magis, karena masih dipengaruhi oleh unsur-unsur animisme, dinamisme, dan totemisme. Pertunjukan Reak merupakan kombinasi atau gabungan dari alat musik reog, dan angklung, yang kemudian berkembang dengan musik tambahan seperti kecrek, kempul, goong, kendang, dan tarompet, sedangkan lagu pengiringnya adalah lagu-lagu beluk. Properti yang digunakan adalah dua kuda lumping, empat sampai enam pecut dan bangbarongan.

Kesenian reak ini sangat erat kaitannya dengan agama Islam, karena khitan adalah salah satu syarat bagi seseorang (laki-laki) yang masuk Islam. Namun, bukan berarti bahwa reak bermakna religious, tetapi kesenian ini pada dasarnya hanya untuk menghibur anak yang akan dikhitan. Dalam perkembangan fungsinya kesenian reak

(4)

ini tidak banyak berubah, yaitu sebagai hiburan. Selain itu kesenian reak juga sekaligus berfungsi sebagai identitas masyarakat pendukungnya yang bermakna bahwa kesenian tradisional reak merupakan salah satu unsur jati diri masyarakat Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.

Kesenian Reak pada saat ini masih eksis dan dinantikan banyak orang untuk dilihat sebagai hiburan pada acara khitanan. Keberadaan Kesenian reak Lingkung Seni Gelar Pusaka Desa Pasir Biru sangat menarik, apabila diamati dalam sebuah penelitian untuk melihat keberadaanya di masyarakat. Salah satu hal yang menarik dari keberadaan kesenian Reak Lingkung Seni Gelar Pusaka yaitu para pemain atau pelaku adalah anak-anak berumur 8 sampai 14 tahun, karena kesenian ini merupakan re generasi dari para pemain sebelumnya yang tidak lain adalah orang tua atau kakek nenek mereka.

Maka berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sajian kesenian Reak, teknik memainkan instrumen musik pengiring pada lagu-lagu pokok di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul STRUKTUR PENYAJIAN KESENIAN REAK PADA ACARA KHITANAN OLEH LINGKUNG SENI GELAR PUSAKA DI KABUPATEN SUMEDANG.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini secara khusus dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Reak grup Lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi non musikal?

2. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Reak grup Lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi musikal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta memperoleh data dan gambaran lengkap tentang:

1. Struktur pertunjukan Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi non musikal.

2. Struktur pertunjukan Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi musikal.

(6)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan di atas dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung dalam melakukan kegiatan penelitian lapangan di masyarakat, selain itu menambah wawasan khususnya dalam mengkaji Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dan bekal pengalaman yang paling berharga guna mempersiapkan diri di tengah masyarakat sebagai pendidikan musik.

2. Bagi Pembaca, dapat memberi motivasi untuk lebih meningkatkan kecintaan terhadap kesenian-kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat.

3. Bagi Program Studi Seni Musik, dapat memberi masukan untuk menambah wawasan tentang kesenian tradisional di Indonesia khususnya Jawa Barat, dan juga dapat menjadi rujukan bagi para peneliti sejenis khususnya tentang Kesenian Tradisional yang ada di Jawa Barat.

E. Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah stuktur pertunjukan pada Kesenian Reak memiliki ciri khas tersendiri yang dapat diamati melalui struktur pertunjukan dan teknik memainkan dog-dog dan anklung yang bervariasi.

(7)

F. Metode Penelitian

Seperti tergambarkan pada judul penelitian, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, metode penelitian yang dianggap paling tepat untuk dapat menggali seluruh paparan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa dari objek yang diteliti.

G. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan pengumpulan data di dalam sebuah kegiatan penelitian, sangat bergantung kepada teknik yang digunakan peneliti di dalam pengumpulannya. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan pengumpulan data tersebut, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Observasi

Observasi yang diartikan sebagai sebuah kegiatan pengamatan, dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan ini akan digunakan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Kesenian Reak. Dengan melakukan pengamatan ini, diharapkan peneliti akan mendapatkan sejumlah data yang akan diteliti.

(8)

2. Wawancara

Untuk melengkapi data-data yang tidak dapat digali melalui kegiatan observasi yang akan dilakukan peneliti, maka dilengkapi dengan kegiatan wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan beberapa tokoh Kesenian Reak.

3. Studi Dokumentasi

Teknik lainnya yang diperlukan di dalam melakukan penelitian ini adalah mengenai dokumen-dokumen penting dalam bentuk audio visual dan deskripsi tertulis, khususnya mengenai kesenian Reak lingkung seni Gelar Pusaka. Dokumen-dokumen tersebut merupakan media informasi sebagai data faktual yang sangat penting untuk dikaji, selain sebagai dokumen data tambahan yang sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Untuk kelengkapan teknik pengumpulan data penelitian ini, semua data yang terhimpun akan didokumentasikan melalui perekam audio dan audio visual yang dimaksudkan untuk pelengkap data otentik di lapangan, hal ini akan dilakukan agar dalam pengumpulan data-data penelitian akan valid dan maksimal.

4. Studi Pustaka

Melalui teknik ini, data-data penelitian dapat dilengkapi melalui berbagai referensi dan sumber pustaka, seperti: buku-buku, majalah, jurnal, artikel, skripsi, dan media cetak lainnya yang terkait dengan data penelitian yang dubutuhkan.

(9)

H. Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian ini terletak di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang sedangkan subjek penelitiannya yaitu Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka. Alasan peneliti mengambil Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka, karena grup tersebut merupakan salah satu grup lingkung seni yang masih menampilkan kesenian Reak dan hingga kini tetap eksis.

I. Langkah-langkah Penelitian

Untuk membantu proses penelitian dilapangan, peneliti merumuskan dan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemilihan topik atau judul

Dalam hal ini peneliti mencari topik atau permasalahan yang akan dikaji dan dijadikan sebagai bahan untuk penelitian. Selanjutnya penenliti memberikan anggapan sementara mengenai topik yang akan diteliti.

2. Penyusunan proposal

Setelah judul atau topik disetujui langkah selanjutnya, adalah penyusunan proposal yang terdiri dari, permasalahan-permasalahan yang akan peneliti ungkap.

3. Survai

“Survai atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang sangat populer dalam penelitian deskriptif.” (Alwasilah, 2002:151). Dalam hal ini sesudah menentukan judul dan tempat penelitian, peneliti melakukan survai yang tujuannya untuk mendapatkan informasi faktual dengan melihat kejadian, fenomena,

(10)

eksistensi, karakteristik dan keberadaan kesenian tradisional pada suatu kelompok reak Lingkung Seni Gelar pusaka.

4. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data-data yang akurat, baik dalam literatur, melakukan observasi maupun wawancara sesuai dengan topik atau permasalahan yang sedang dikaji.

5. Penyusunan laporan

Langkah terakhir adalah penyusunan laporan kedalam bentuk skrpsi yang berisikan rincian yang berlaku, selanjutnya dipertanggung jawabkan dalam ujian sidang skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 28 Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa seorang pendidik harus: (1) memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

Pengaruh Pendekatan Floor Time Terhadap Kemampuan Berbahasa Pada Anak Autistik Pengaruh pendekatan floor time dianalisis dengan Uji Wilcoxon 2-related samples yaitu

Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium..

Namun dalam proses perkembangannya, tentu dapat terjadi berbagai kondisi yang tidak diharapkan di luar kontrol individu maupun dokter gigi sehingga

Setelah peneliti melakukan penelitian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dapat diketahui beberapa kendala yang menyebabkan Disdukcapil masih belum optimal

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak

Pada penelitian ini peneliti membandingkan dua metode yaitu metode C4.5 dan Metode Naïve Bayes untuk dipresentasikan dalam kelulusan Mahasiswa.Data yang diambil dari 2