• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 yang bertujuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 yang bertujuan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi anak Indonesia. Problematika perlindungan anak Indonesia masih sangat banyak, mulai dari kebijakan tentang perlindungan anak, pemahaman tentang perlindungan anak dikalangan pengambil kebijakan, hingga isu yang terkait langsung dengan anak seperti pernikahan dini, perdagangan anak, anak berhadapan dengan hukum (ABH), identitas anak, hingga pengasuhan anak.1

Sesungguhnya isu perlindungan anak jauh lebih kompleks karena usia anak yang masih belia, belum memiliki akses pada pengambilan kebijakan, serta masih tergantung pada orang dewasa. Kehadiran Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II adalah sebuah langkah maju. Namun demikian kementerian ini belum memiliki taring yang tajam untuk melakukan pengarusutamaan isu perlindungan anak serta menerapkannya. Selain karena tidak memiliki perpanjangan tangan kebijakan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota, pelaksana program perlindungan anak juga lebih banyak di Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta bidang lintas sektoral lainnya. Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai lembaga negara yang melakukan pengawasan terhadap praktek perlindungan anak di Indonesia belum memiliki KPAI di tingkat Propinsi dan

1Nasyiatul Aisyiyah, Problematika Perlindungan Anak di Indonesia, Kesejahteraan

(2)

Kabupaten/Kota. Faktanya proses penerapan dan pengawasan terhadap perlindungan di wilayah Indonesia yang sangat luas memerlukan institusi yang lebih mengakar.

Kekerasan terhadap anak baik berupa pelecehan seksual, kekerasan fisik

dan psikis masih sering kita baca di media. Menurut data Menkokesra (2013), 3 dari 100 anak Indonesia pernah mengalami kekerasan. Sejumlah 70,5% pelaku

kekerasan terhadap anak lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak itu sendiri, misalnya orang tua, kerabat dekat, tetangga, hingga guru. Rumah dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi anak, ternyata bagi sebagian anak menjadi tempat yang tidak ramah bagi anak. Pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi bagi anak-anak sesuai umurnya penting diberikan agar anak-anak terhindar dari pelecehan seksual. Kepedulian orang tua, tetangga, guru, hingga aparat pemerintah jika ada tanda-tanda kekerasan terhadap anak dilingkungannya menjadi upaya pencegahan kekerasan terhadap anak.2

Di Indonesia praktik panti asuhan masih populer sebagai alternatif tempat pengasuhan pengganti ketika orang tua tidak lagi mampu. Hubungan orang tua dan anak juga seringkali tidak lancar ketika anak di panti asuhan. Seharusnya panti asuhan menjadi alternatif terakhir ketika orang tua tidak dapat mengasuh sendiri dan harus diimbangi dengan hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Target waktu pembinaan orang tua hingga mampu mengasuh anaknya kembali dan merekondisikan anak kembali pada orang tua harus tetap dipenuhi.

Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan

2Anis Mubasyiroh, Children in Need of Special Protection.http://www.

(3)

anak telah diterbitkan. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak telah diatur dengan jelas tentang perlindungan anak sampai kepada aturan sanksi pidana bagi yang melanggar hak anak. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.

Merebaknya berbagai kasus perlindungan anak tentu saja memprihatinkan kita semua. Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin, perilaku ayah atau ibu yang salah, pernikahan siri dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.

Pada kenyataannya berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih terjadi dan dianggap biasa oleh masyarakat kita, bahkan kalau diperkirakan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya masalah krisis seperti kemiskinan, ketidakadilan, kerawanan bencana baik bencana alam maupun bencana sosial, akses pornografi dan pornoaksi, disintegrasi bangsa, sindikat perdagangan narkoba dan sebagainya. Berita dari berbagai media baik media cetak, online maupun elektronik terhadap maraknya kasus tindakan kekerasan pada anak maupun anak yang berhadapan hukum merupakan informasi yang tidak

dapat disangkal bahwa kasus-kasus tersebut sering menghiasi pemberitaan di media massa. Belum lagi kasus yang tidak terungkap, karena luput dari

pemberitaan media atau memang sama sekali tidak ada yang mengetahui maupun melaporkan tentang pelanggaran terhadap hak anak tersebut.

(4)

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, juga bertugas menerima pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan perlindungan anak. Melalui Bidang Data dan Pengaduan yang dibentuk oleh KPAI, berbagai macam kasus–kasus perlindungan anak terus mengalir datang dan diadukan kepada KPAI. Pada sisi lain perlindungan terhadap anak yang terlibat tindak pidana pelanggaran hukum sering diperlakukan seperti orang dewasa. Hal ini juga merupakan pelanggaran terhadap hak anak. Tindak kekerasan terhadap anak semakin bervariasi ragam, bentuk dan tempatnya, mulai terjadi dari lingkungan rumah tangga, yayasan/panti asuhan, sekolah, pondok pesantren dan tempat umum lainnya (jalanan, terminal, stasiun) yang tidak banyak diketahui kejadiannya, karena kurangnya kepedulian masyarakat terhadap perlindungan anak.

Masalah pokok perlindungan anak bidang keluarga dan pengasuhan alternatif didominasi oleh kasus-kasus yang berakar dari kerentanan keluarga baik rentan secara ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan religiusitas keagamaan, diantaranya :

a. Penelantaran anak menjadi masalah serius dan seperti fenomena gunung es, yang terus menunjukkan trend peningkatan. Kasus-kasus penelantaran anak memiliki motif yang sangat beragam, kasus yang dominan adalah kasus anak jalanan, pembuangan dan penelantaran bayi serta anak telantar karena orang tua bekerja.

b. Perebutan hak kuasa asuh anak, perceraian orang tua adalah sumber dari masalah perebutan hak kuasa asuh anak. Kasus perceraian tidak lepas dari rendahnya kualitas perkawinan, maraknya perkawinan siri, kawin kontrak, perkawinan campuran dan perkawinan di usia dini menjadi sumber

(5)

masalah perceraian, pada hal semestinya perkawinan adalah sebuah

perjanjian luhur antara dua insan yang salah satu fungsinya merupakan lembaga reproduksi untuk mempertahankan dan melanjutkan

keberlangsungan kehidupan yakni lahirnya keturunan (anak).

c. Angka perkawinan dini, di Indonesia secara nasional sangat tinggi, yakni mencapai 34,5 %. Dengan jumlah angka perkawinan mencapai 2,5 juta pasangan pertahun, berarti ada sekitar 600 pasangan perkawinan dini. Tingginya angka perkawinan di usia dini sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan karena perkawinan dini diduga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia yakni 34/1000 perkawinan. Banyak perkawinan dini dilakukan pada usia 11-13 tahun, yang secara fisik belum siap untuk reproduksi. Perkawinan dini sebagian besar dilakukan tanpa pencatatan oleh negara (nikah siri) karena petugas pencatat perkawinan (penghulu) tidak bersedia mencatat karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan.

d. Perwalian dan pengangkatan anak, praktek perwalian dan pengangkatan anak mayoritas dilakukan secara adat, sehingga proses pengangkatan anak tidak diputuskan melalui putusan pengadilan dan mayoritas tidak tercatat di dinas sosial, sehingga berakibat pada kaburnya silsilah keluarga anak dan juga berpengaruh terhadap hak kewarisan anak. Perkawinan campuran berbeda kewarganegaraan juga memunculkan masalah perwalian, karena menyangkut keabsahan kewarganegaraan anak yang dilahirkan, maka diperlukan kejelian hakim dalam memutuskan perwalian anak dengan mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.

(6)

e. Rendahnya kualitas lembaga pengasuhan alternatif, berdasarkan penelitian

Save The Children, Unicef dan Kementerian Sosial Republik Indonesia

pada tahun 2007 terdapat 5.000-8.000 lembaga pengasuhan alternatif di Indonesia dalam bentuk Panti Asuhan Anak. Penyelenggara panti asuhan anak ini mayoritas dimiliki oleh masyarakat yakni sebesar 99% dan hanya 40 panti asuhan anak yang dimiliki oleh pemerintah. Anak-anak ditempatkan di Panti asuhan didasarkan atas alasan kemiskinan yakni sebesar 90% dan karena alasan yatim piatu sebesar 6%. Kualitas panti asuhan masih sangat rendah, rasio perbandingan pengasuh dengan anak yang di asuh tidak seimbang, kualitas pengasuh panti tidak sesuai standar, bahkan kasus kekerasan anak dengan dalil penegakan disiplin dan agama juga ditemui dalam sistem pengasuhan berbasis panti. Sarana prasarana yang terbatas menyebabkan anak tidak dalam situasi yang lebih baik berada di panti asuhan.3

Selanjutnya anak yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, belum tentu terpenuhi kesejahteraannya secara wajar dan dalam hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi terlantar. Keadaan terlantar ini juga dapat disebabkan oleh hal-hal lain seperti kemiskinan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

Kesejahteraan anak merupakan tanggungjawab utama dari orang tua dalam lingkungan keluarga, tetapi jika hal itu tidak dapat terlaksana maka ada pihak lain yang diserahi hak dan kewajiban tersebut. Jika memang tidak ada pihak yang dapat melaksanakannya sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945

3David Setyawan, Peta Permasalahan Perlindungan Anak di Indonesia,

(7)

bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, pelaksanaan hak dan kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan anak menjadi tanggungjawab negara.

Perwalian dapat dilakukan oleh seseorang dan atau suatu badan atau yayasan. Dalam perwalian yang dilakukan oleh seseorang /yayasan wajib menyelenggarakan kepentingan anak yang belum dewasa yang berada di bawah perwaliannya. Hal itu dilakukan agar seorang anak yang berada di bawah perwaliannya dapat merasakan cinta kasih dan terlindungi hak-haknya, seolah-olah ia berada dalam kekuasaan orang tuanya sendiri.

Pasal 365 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa dalam segala hal apabila hakim harus mengangkat seorang wali maka perwalian itu dapat diperintahkan dan diserahkan pada perkumpulan yang berbadan hukum yang berkedudukan di Indonesia. Hal tersebut tergantung pula pada anggaran dasar, akta pendiriannya atau peraturan-peraturan yang bertujuan untuk memelihara dan mengasuh anak-anak yang masih di bawah umur untuk waktu yang lama sampai anak itu menjadi dewasa.4

Salah satu pihak yang melaksanakan perwalian adalah panti asuhan, untuk melaksanakan fungsi perwalian terdapat ketentuan-ketentuan mengenai perwalian yang ditentukan dengan undang-undang dan sebagai wali maka terdapat

kewajiban-kewajiban yang berkaitan dalam pemenuhan kesejahteraan anak yang berada di bawah perwaliannya.

Selain itu sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, panti asuhan juga harus memiliki kewajiban-kewajiban tertentu terhadap usaha perwujudan

4Frisca Putri Prihandini, Pelaksanaan perwalian anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih

Boyolali Berdasarkan Hukum yang Berlaku Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Sebelas

(8)

kesejahteraan anak5

Panti asuhan sebagai lembaga perwalian bertindak sebagai wali bagi anak-anak yang mengalami gangguan ekonomi atau anak terlantar. Anak yatim piatu, anak terlantar dan anak tidak mampu merupakan anak-anak yang terganggu kesejahteraannya sehingga membutuhkan penanganan dari panti asuhan yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bahwa usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat.

Diserahkannya anak-anak tersebut pada panti asuhan maka mereka akan mendapatkan pengawasan dan pembinaan yang lebih baik. Dengan demikian tujuan menyelenggarakan panti asuhan adalah dalam jangka waktu tertentu memberikan pelayanan sosial yang meliputi perawatan, bimbingan, pendidikan, pengembangan dan rehabilitasi serta kemudian menyerahkan mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup lebih layak dan penuh tanggungjawab sebagaimana mestinya terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Sedangkan fungsi panti asuhan adalah sebagai pengganti keluarga dalam mengembangkan pribadi anak yang meliputi aspek fisik, psikis maupun sosial untuk menyiapkan anak-anak asuh yang berdiri sendiri dan bertanggungjawab baik dalam ekonomi, mental maupun sosial6.

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang pelaksanaan perwalian anak yang dilakukan oleh panti asuhan berdasarkan atas hukum yang berlaku di Indonesia pada saat ini, maka penulis berminat

5

Dewi Andika Putri, peran dan fungsi perwalian anak dalam mengasuh anak, skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2011, hal. 12.

6Wahyuddin Lukman, Sosialisasi di Panti Asuhan dalam Membentuk Tingkah Laku Anak

(Kasus di Panti Asuhan Abadi Aisyiyah Kecamatan Soreang, Kota Parepare).Skripsi pada Jurusan

(9)

melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “PELAKSANAAN PENGANGKATAN WALI SERTA PERLINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN GELORA KASIH SIBOLANGIT”

B. Permasalahan

Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hubungan hukum antara anak dengan orang tua setelah adanya pengangkatan wali di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit ? 2. Bagaimanakah hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan

Gelora Kasih Sibolangit ?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan wali serta perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan hukum antara anak dengan orang tua setelah

adanya pengangkatan wali di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. 2. Untuk mengetahui hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan

Gelora Kasih Sibolangit.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkatan wali serta perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Secara Teoretis

(10)

pengetahuan hukum perdata sekaligus dapat menambah literatur khususnya mengenai perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.

2. Secara Praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan

masyarakat tentang proses pemberian perlindungan anak yang diberikan oleh Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit sehingga masyarakat mengetahui

tentang arti pentingnya pemberian perlindungan anak bagi para wali khususnya. E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah7.

Oleh karena itu penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam suatu penelitian diperlukan adanya metodologi penelitian yang disesuaikan dengan ilmu pengetahuan tersebut.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu metode penelitian yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Aspek yuridis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih

7Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

(11)

Sibolangit antara lain :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

c. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1/HUK/1998 tentang Penyelenggaraan Asuhan Bagi Anak Terlantar

d. Perjanjian perlindungan anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. Aspek normatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah perjanjian perlindungan anak yang dibuat antara Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit dengan keluarga anak.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini termasuk penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat8. Metode deskriptif analisis tersebut menggambarkan peraturan yang berlaku yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut perlindungan hukum bagi peserta dalam perjanjian perlindungan anak yang terdapat di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.

3. Sumber dan jenis data

Secara umum jenis data yang diperlukan dalam suatu penelitian hukum terarah pada penelitian data sekunder dan data primer. Penelitian ini menggunakan jenis sumber data sekunder yang didukung dengan data primer, yaitu data yang

8Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

(12)

mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan dan koleksi pustaka pribadi penulis yang dilakukan dengan cara studi pustaka atau literatur.

Data Sekunder terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari undang-undang perlindungan anak.

b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan tentang bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan data sekunder yang didukung oleh data primer. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasan.

Data yang diperlukan dalam penulisan ini diperoleh melalui : a. Studi kepustakaan (library research)

Informasi data yaitu informasi yang berupa tulisan yang berbentuk skripsi, buku ilmiah, hasil penelitian, majalah yang kemudian disimpulkan. Dengan

demikian data yang diteliti dalam suatu penelitian dapat berwujud data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan / atau secara langsung dari masyarakat.

(13)

Wawancara adalah cara memperoleh data / informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebagai pelengkap dari data sekunder yang ada.

5. Analisis data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Seluruh data yang diperoleh yaitu data-data dari bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan hukum yang mengikat seperti Undang-Undang Perlindungan Anak dan data dari lapangan sebagai data pendukung, yang berupa hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden akan dianalisis secara keseluruhan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit. Seluruh data primer maupun data sekunder yang terkumpul setelah dianalisis, selanjutnya ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci, kemudian disusun supaya lebih sistematis dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil dari kesimpulan yang merupakan data yang tersaji dalam bentuk sistematis tersebut dijadikan dasar yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi ini.

F. Keaslian penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit”, pada prinsipnya merupakan buah pikiran penulis sendiri, dibuat dengan melihat beberapa referensi sumber bacaan seperti buku-buku dari perpustakaan, media cetak, ataupun media elektronik yang memiliki hubungan dengan judul skripsi ini, sekaligus bersumber dari riset lapangan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit sebagai sumber langsung dari penyusunan skripsi ini.

(14)

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa judul skripsi ini tidak memiliki kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada sebelumnya, karena terdapat perbedaan dalam rumusan permasalahannya. Adapun judul-judul skripsi yang telah ada tersebut, antara lain :

1. Pelaksanaan Perwalian Anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali Berdasarkan Hukum Yang Berlaku di Indonesia, Oleh : Frisca Putri Prihandini Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (NIM:E.000 4170)9

Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai :

a. Bagaimana prosedur perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali ?

b. Apa sajakah hak-hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali ?

c. Permasalahan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan perwalian anak pada Panti Asuhan Widya Kasih Boyolali dan bagaimana upaya untuk mengatasinya ?

2. Pengangkatan Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Anak (Studi Kasus Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta) di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunankalijaga Oleh Endang Sri Utami (NIM : 10340012)10 Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai :

9Frisca Putri Prihandini, Pelaksanaan perwalian anak oleh Panti Asuhan Widya Kasih

Boyolali Berdasarkan Hukum yang Berlaku Di Indonesia, Skripsi pada, Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, Surakarta,2008, hal.15.

10Endang Sri Utami, Pengangkatan Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Anak (Studi

Kasus Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta), Skripsi pada, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

(15)

a. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan anak di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta/bagaimana kaitannya dengan usaha pemenuhan hak anak ?

b. Bagaimanakah akibat hukum pengangkatan anak yang di angkat

baik terhadap orangtua angkat maupun orangtua kandung ? 3. Tanggungjawab Panti Asuhan sebagai Wali terhadap Anak Asuhnya.

Oleh : Puteri Riskia (NIM : 040710101030)11

Pada skripsi ini membahas permasalahan mengenai :

a. Bagaimana kewajiban panti asuhan sebagai wali terhadap anak asuhnya ?

b. Akibat hukum apabila panti asuhan melalaikan kewajiban terhadap anak asuhnya ?

G. Sistematika penulisan

Judul dalam penulisan skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Pengangkatan Wali Serta Perlindungan Anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit”, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : RUANG LINGKUP TENTANG WALI

Pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan asas perwalian, syarat menjadi wali, tugas dan kewajiban seorang wali dan berakhirnya perwalian.

11Puteri Riskia, Tanggungjawab Panti Asuhan sebagai Wali terhadap Anak Asuhnya.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Skripsi pada,Universitas Jember Fakultas Hukum,2012.

(16)

BAB III : PERLINDUNGAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2014

Pada bagian ini akan membahas tentang asas-asas perlindungan anak, hak-hak anak dan tanggungjawab pemerintah dalam perlindungan anak.

BAB IV : PELAKSANAAN PENGANGKATAN WALI SERTA PER

LINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN GELORA KASIH SIBOLANGIT

Pada bagian ini berisikan mengenai hubungan hukum dengan anak setelah ada pengangkatan di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit, hak-hak anak setelah adanya perwalian di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit dan pelaksanaan pengangkatan wali bagi anak di Panti Asuhan Gelora Kasih Sibolangit.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian penutup dalam skripsi ini yang berisikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan perhitungan Ecological Footprint berdasarkan data tahunan yang telah berlalu, dan tidak dapat benar-benar tepat mengukur kemampuan daya dukung lingkungan hidup

Panalitèn mênikå ngêwrat gangsal ancas panalitèn. Ancasipun inggih mênikå 1) ngandharakên kawontênanipun naskah utawi deskripsi naskah Sêrat Purwåkarånå, 2)

BLMSK adalah ritual penggantian kain kelambu/kain mori (luwur) yang digunakan untuk membungkus nisan, cungkup, makam, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Puncak

Agama Buddha, pertama dibabarkan oleh Sang Buddha sendiri dan kemudian bersama dengan murid-murid Beliau yang telah mencapai tingkat Arahat. Selama dua ratus tahun

3) Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. 4) Terapi di sini

Nilai koefisien regresi variabel produk (X3) adalah sebesar 0,278 artinya dimana jika ada kenaikan sebesar satu satuan skor pada variabel produk maka akan

kemampuan yang dimiliki karyawan diiringi dengan pemberian motivasi kerja yang cukup dari pimpinan perusahaan, maka karyawan tersebut diharapkan dapat menggerakkan

Sumber data dalam penelitian ini adalah film《 天下无贼》 Tiānxià Wú Zéi karya (赵本夫) Zhao Benfu. Data dalam penelitian ini berupa monolog, kutipan-kutipan