• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK AFEKTIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KARAKTERISTIK AFEKTIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 METRO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

95

HUBUNGAN KARAKTERISTIK AFEKTIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA

KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 METRO

Mariya Fitriani & Nyoto Suseno

Jurusan Pendidikan MIPA/Fisika, FKIP UM Metro risma_profis@yahoo.co.id

Abstract: The purpose of this research was to know relationship between afektif's characteristic student with competence cognitive and how much outgrows that relationship. This research was conducted at SMK Muhammadiyah 2 Metro. Population in observational is student at SMK Muhammadiyah 2 Metro at class X, meanwhile the sample of observation used two class through cluster random sampling technique. This research consist of two variables which are student’s afektif characteristic and cognitive ability student’s. Afektif characteristic was gotten by using kuesioner and observation whereas student’s, cognitive ability is gotten through documentation of three sources of physic’s study result that consist to mid score, assigment’s score, and examination score. Base on the independent quiz result it was gotten that student’s cognitive ability point was regarded by its afektif's characteristic with significans's level 5% and it can be concluded that afektif characteristic has significant relationship to ward cognitive ability with the value of

504 , 0 

r on signifikansi's level of α = 5%. Its strength of that relationship can be seen from the result determinant coefficient 25,4% that means afektif's characteristic contribution student is 25,4% in increasing cognitif's abilities.

Keyword: afektif’s characteristic,competence cognitive, lesson of physic.

Pendahuluan

Komponen utama dalam suatu proses pembelajaran adalah siswa. Hal ini dapat difahami karena yang harus mencapai tujuan (yang harus berkembang) adalah siswa dan oleh karena itu siswalah yang harus belajar. Sehingga pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru agar dapat menciptakan situasi yang tepat serta memberi pengaruh yang baik bagi siswa untuk dapat belajar dengan optimal.

Hasil survei menemukan bahwa masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya rendah dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, sikap negatif siswa dalam belajar, minat belajar siswa kurang, siswa kurang aktif bertanya, dan masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hal ini menunjukkan bahwa aspek afektif yang meliputi sikap, minat, dan moral masih kurang baik dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.

Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut Slameto (2010 : 2) bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

(2)

96 seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa adalah aspek psikologis. Menurut Syah (2009 : 148) bahwa : “aspek-aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa antara lain tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa”.

Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu karakteristik siswanya. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pembelajaran. Uno (2006:158) mengemukakan bahwa:

Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimilikinya. Karakteristik siswa akan sangat mempengaruhi dalam pemilihan strategi pembelajaran, yang berkaitan dengan bagaimana menata pembelajaran, khususnya komponen-komponen strategi pembelajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.

Setiap siswa mempunyai karakteristik afektif yang berbeda-beda. Terjadinya proses belajar mengajar akan membuat karakteristik afektif siswa terbentuk sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Ahmad (2007 : 1) juga mengemukakan bahwa: “aspek afektif menentukan keberhasilan belajar siswa. Paling tidak ada dua komponen ranah afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif, bisa negatif atau netral”.

Gustox (2010) berpendapat bahwa:

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Kemampuan adalah kesanggupan, kebolehan atau kecakapan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Jadi kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Afifa : 2011).

Setiap orang memiliki persepsi tentang pengamatan atau penyerapan suatu obyek. Berarti menguasai sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya itu dapat direproduksi. Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali, maka

(3)

97 inilah yang merupakan tingkat kemampuan kognitif seseorang. Kemampuan kognitif siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dan kemandirian siswa maupun kemampuan siswa dalam pembelajaran.

Afifa (2011) mengemukakan:

Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar). Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar pada tertentu. Tes hasil belajar menghasikan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.

Tingkat intelektual setiap orang berbede-beda. Oleh karena itu, Bloom (dalam Daryanto 2010) telah mengembangkan taksonomi untuk domain kognitif. “Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar kearah yang lebih tinggi dari kegiatan mental”. Keenam tahapan dimensi proses kognitif Bloom menurut Anderson (2001) adalah sebagai berikut:

1. Mengingat (remember) ialah memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang.

2. Mengerti (understand) ialah menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. 3. Menerapkan (apply) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan

pada situasi baru.

4. Menganalisis (analyze) ialah menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan bagian tersebut menuju satu sruktur atau maksud tertentu.

5. Mengevaluasi (evaluate) ialah membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

6. Membuat (create) adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil.

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang berarti antara karakteristik afektif dengan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fisika kelas X SMK Muhammadiyah 2 Metro dan untuk mengetahui besarnya hubungan antara karakteristik afektif dengan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fisika kelas X SMK Muhammadiyah 2 Metro.

(4)

98

Metode Penelitian

Adalah jenis penelitian korelasional atau hubungan yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu karakteristik afektif siswa (X) yang bertindak sebagai variabel bebas dan kemampuan kognitif (Y) yang bertindak sebagai variabel terikat.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Metro. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012, yang terdiri dari 13 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan teknik cluster random sampling yaitu dari 13 kelas diambil 2 kelas sebagai sampelnya. Pengambilan sampel 2 kelas tersebut dilakukan secara acak karena peneliti menganggap semua populasinya adalah sama atau homogen. Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu lembar angket dan lembar observasi. Berikut adalah rancangan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 Rancangan Penelitian No Variabel Indikator Metode Pengambilan Data Instrumen Metode Pengolahan Data 1. Karakteristik Afektif  Sikap  Minat  Moral  Konsep diri  Nilai Observasi dan Kuesioner Lembar Observasi dan Angket Kuantitatif 2. Kemampuan Kognitif  Mengingat  Memahami  Menerapkan Dokumentasi Kuantitatif

Untuk memperoleh hasil pengukuran data yang valid (sahih) dan reliabel, dilakukan uji instrumen, melalui uji ahli dan uji lapangan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.

Teknik analisisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan data, tabulasi data, dan pengelompokan data sesuai dengan variabel penelitian, lalu dilakukan uji normalitas dan homogenitas sampel, analisis varians (uji independen dan uji linieritas regresi), regresi linier sederhana, dan uji hipotesis (uji koefisien korelasi dan uji signifikansi).

(5)

99 0 20 40 60 80 100

Buruk Cukup Baik Sangat Baik

Kognitif Afektif

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh perbandingan nilai rata-rata kemampuan kognitif dan afektif siswa berdasarkan kriteria karakteristik afektifnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan Nilai Kognitif dan Afektif Siswa Kriteria Karakteristik Afektif Siswa Nilai Rata-rata Kemampuan Kognitif Nilai Rata-rata Karakteristik Afektif Sangat Baik 83 59 Baik 70 50 Cukup 54 46 Buruk 0 0

Berdasarkan tabel di atas, perbandingan nilai rata-rata kemampuan kognitif dan karakteristik afektif siswa berdasarkan kriteria karakteristik afektifnya dapat dilukiskan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Kognitif dan Afektif Ditinjau dari Karakteristik Siswa Berdasarkan tabel dan diagram di atas, siswa yang memiliki kriteria karakteristik afektif yang sangat baik, maka mereka juga memiki nilai rata-rata kemampuan kognitif dan karakteristik afektif yang paling tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kriteria karakteristik afektif baik dan cukup.

Berdasarkan hasil uji independen diperoleh bahwa nilai kemampuan kognitif siswa dipengaruhi oleh karakteristik afektifnya dengan taraf signifikansi 5% dan karakteristik afektif memiliki hubungan yang positif dan berarti terhadap kemampuan kognitif dengan nilai r = 0,504 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan kuatnya hubungan karakteristik afektif dan kemampuan kognitif diperoleh berdasarkan koefisien determinasi sebesar 25,4%. Hal ini

(6)

100 menunjukkan bahwa banyaknya kontribusi karakteristik afektif adalah sebesar 25,4% dalam meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Berdasarkan data hasil karakteristik afektif siswa, diperoleh bahwa sebagian besar kriteria karakteristik afektif siswa adalah baik. Sedangkan dari data kemampuan kognitif siswa, diperoleh sebagian besar kemampuan kognitif siswa memiliki kriteria yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki sikap dan minat yang positif terhadap mata pelajaran fisika.

Berdasarkan hasil uji independen, diperoleh hasil bahwa nilai kemampuan kognitif siswa dipengaruhi oleh karakteristik afektifnya atau dengan kata lain kemampuan kognitif dependen pada karakteristik afektif siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Gustox (2010) yang mengemukakan bahwa: “keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal”.

Hasil tersebut memperlihatkan bahwa seorang siswa akan mencapai hasil belajar fisika yang baik dan memuaskan apabila siswa tersebut paling tidak memiliki sikap yang positif terhadap pelajaran fisika. Apabila siswa sudah memiliki sikap yang positif terhadap pelajaran fisika, maka dengan sendirinya minat terhadap pejaran fisika akan muncul dan siswa akan merasa ingin lebih mempelajari mata pelajaran tersebut. Dalam hal ini, sikap memiliki peranan penting dalam pembelajaran dan merupakan salah satu faktor untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.

Berdasarkan uji koefisien korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi antara karakteristik afektif siswa dengan kemampuan kognitif sebesar 0,504 yang memiliki kriteria yang cukup. Selain itu, berdasarkan uji signifikansi atau uji seberapa kuatnya hubungan antara karakteristik afektif siswa dengan kemampuan kognitif diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 25,4%.

Hasil di atas menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara karakteristik afektif siswa dengan kemampuan kognitifnya. Hasil ini sejalan dengan pendapat Ahmad (2007 : 1) yang mengemukakan bahwa: “ranah afektif menentukan keberhasilan belajar siswa”. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa seorang siswa akan memiliki kemampuan kognitif yang tinggi apabila siswa tersebut memiliki karakteristik afektif yang cukup baik atau baik. Akan tetapi ranah afektif dan keberhasilan belajar seorang siswa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Jadi tidak menutup kemungkinan apabila seorang siswa yang memiliki karakteristik afektif baik tetapi kemampuan kognitifnya sedang.

Besarnya hubungan karakteristik afektif siswa terhadap kemampuan kognitifnya ditentukan oleh nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 25,4%. Nilai ini menunjukkan bahwa banyaknya kontribusi karakteristik afektif siswa adalah sebesar 25,4% dalam

(7)

101 meningkatkan kemampuan kognitifnya. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik afektif siswa cukup berpengaruh terhadap hasil belajar atau kemampuan kognitifnya.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang berarti antara karakteristik afektif siswa dengan kemampuan kognitifnya dan kuatnya hubungan antara karakteristik afektif siswa dengan kemampuan kognitif dapat dilihat dari hasil koefisien determinasi sebesar 25,4%. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kontribusi karakteristik afektif siswa adalah sebesar 25,4% dalam meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa karakteristik afektif siswa memiliki hubungan yang berarti dan cukup berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa, maka untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya di SMK Muhammadiyah 2 Metro, guru harus lebih memperhatikan karakteristik afektif siswanya serta memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa agar dalam diri siswa tumbuh karakteristik afektif yang baik dalam belajar sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Afifa, Nur. 2011. Pengertian Kemampuan Kognitif. (online). 9 Juli. (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2184204-pengertian-kemampuan-kognitif/. Diakses pada tanggal 30 April 2012 pukul 17:25 WIB).

Ahmad, Jazim. 2007. Evaluasi Pendidikan. Metro: Universitas Muhammadiyah Metro. Anderson, Lorin W (dkk.). 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Daryanto. 2010. Evalusi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gustox, Blogon. 2010. Pembelajaran Afektif. (online). 20 Agustus. (http://neo-edu.blogspot.com/2010/08/pembelajaran-afektif.html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012 pukul 12:30 WIB).

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1 Rancangan Penelitian  No  Variabel  Indikator  Metode  Pengambilan  Data  Instrumen  Metode  Pengolahan Data  1
Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Kognitif dan Afektif Ditinjau dari Karakteristik Siswa  Berdasarkan  tabel  dan  diagram  di  atas,  siswa  yang  memiliki  kriteria  karakteristik  afektif yang sangat baik, maka mereka juga memiki nilai rata-rata kemampua

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pelaksanaan dilapangan banyak hal yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain: dari 28 orang mahasiswa yang mengikuti perkulihan fiqih pada

Sesungguhnya, kedudukannya yang strategik berserta dengan sumber alam semulajadi yang dimiliki Hoi An dan polisi kerajaan Dinasti Awal Nguyen merupakan sebab utama menentukan Hoi

Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya peningkatan

Sintaks dan Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team ..... Kelebihan Dan Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun mempunyai tujuan untuk

Saiful Anwar Malang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk bisa belajar serta memperoleh pengalaman selama menjalankan Praktek Kerja Profesi

Pengaruh Pelatihan Self Management Terhadap Kemandirian pada Anak ... Metode

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remediasi pembelajaran Fisika dengan Model Guided Discovery Learning dapat