• Tidak ada hasil yang ditemukan

Online at :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Online at :"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 59

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA

DARAH PADA PENYANDANG DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI

DESA MANGUNSAREN KECAMATAN TARUB

KABUPATEN TEGAL

M Irgan Aji Pangestu STIKes Bhakti Mandala Email : [email protected]

Firman Hidayat STIKes Bhakti Mandala Email : [email protected]

Khodijah

STIKes Bhakti Mandala Email : [email protected]

ABSTRAK:

Prevalensi diabetes mellitus setiap tahun semakin meningkat, diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik fisik maupun psikologis. Salah satu dampak psikologis yang muncul adalah depresi dan stressor yang ditandai dengan perasaan takut, khawatir, putus asa dan gelisah. Salah satu cara untuk mengatasi depresi adalah menurunkan nilai kadar gula darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah penandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasi pendekatan

cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, sebanyak 50

responden. Hasil analisa data menggunakan pearson corelation menunjukan p

value 0,00 (p<0,005) yang berarti ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula

darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2. Penyandang diabetes mellitus diharapkan untuk selalu kontrol rutin gula darahnya untuk mencegah komplikasi diabetes mellitus dan mengurangi tingkat depresi.

(2)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 60

PENDAHULUAN

Setiap keluarga pasti mengharapkan semua anggota keluarganya dalam keadaan sehat jiwa maupun raga. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Menurut data yang diperoleh oleh WHO pada tahun 2016 terdapat hampir 550 juta penduduk dunia mengalami jiwa termasuk depresi dengan angka kekam-buhan 50% hingga 92%. Tidak hanya jumlah gangguan jiwa, jenis gangguan jiwa juga terbilang banyak. Data WHO tahun 2016 menunjukan sekitar 35 juta jiwa terkena depresi, 47,5 juta terkena dimensia 2. Pravalensi depresi atau gangguan mental emosional umur 15 tahun keatas di indonesia sebesar 9,8% sedangkan depresi umur 15 tahun keatas sebesar 6,1% dan 9% penderita depresi yang minum obat atau menjalani pengobatan medis(Riskesdas, 2018).

Resiko depresi pada penderita Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh stressor psikologi kronik karena mengidap penyakit kronik, sebaliknya depresi dapat menjadi faktor resiko Diabetes Mellitus peningkatan sitokin pro-inflamasi IL-1, IL-6, dan TNF alfa ditemukan pada sebagian besar pasien dengan depresi dan hampir ditemukan pada pasien Diabetes Mellitus dengan tipe II. Sitokin proinflamasi tersebut berkaitan dengan kemunculan gejala depresi akibat gangguan neural3. Mereka yang memiliki depresi dibandingkan dengan mereka tanpa depresi umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan kurang aktifitas secara fisik. Depresi pada orang dengan Diabetes Mellitus berkaitan dengan kontrol glikemik dan meta-bolik yang lebih buruk, percepatan timbulnya komplikasi yang lebih cepat dan dua kali lebih besar diban-dingkan dengan penderita Diabetes Mellitus tanpa depresi(Charney, 2015).

Jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan Word Health Organization / WHO, memperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan Diabetes Mellitus. International Diabetic Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup dengan Diabetes Mellitus. Penyakit ini yang jumlah penderitana mengalami peningkatan di indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat ke-4 setelah Amerika Serikat, China, Indiadengan penderita Diabetes Mellitus terbanyak didunia. Diperkirakan Diabetes Mellitus akan meningkat pada tahun 2030 sebesar 21,3% juta orang (Roy, 2014). Jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia dari tahun ke

(3)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 61

tahun mengalami peningkatan, memperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan Diabetes Mellitus. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 menunjukan adanya peningkatan penderita Diabetes Mellitus dari 15,77% di tahun 2015 menjadi 22,1% di tahun 2016. Kejadian paling besar terjadi di kota Surakarta sebesar 22,534 kasus. Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Dr Moewardi pada tahun 2016 juga tinggi, yaitu ada 140 pasien Diabetes Mellitus tipe I dan 13,084 pasien dengan Diabetes Mellitus tipe II(WHO, 2017).

Kadar gula darah suatu indikator dalam mendiagnosis Diabetes Mellitus (DM), untuk menegakan serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi, dengan demikian perkembangan penyakit dapat dimonitor. Diagnosis DM biasanya mengambil gula darah puasa, gula darah 2 jam pp dan gula darah sewaktu sebagai sampel pemeriksaan. Pemeriksaan kadar gula darah biasanya menggunakan alat GDS dan sering juga dilakukan di laboratorium klinik (Dinkes Jateng, 2016). Kadar gula darah istilah yang mengacu kepada tingkat gula didalam darah konsentrasi gula darah serum diatur dengan ketat didalam tubuh, umumnya konsentrasi gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150mg/dl). Kadar gula darah mening-kat setelah makan dan berada pada level terendah dipagi hari sebelum makan. Umumnya pada orang normal, pankreas melepas hormon insulin yang berfungsi untuk memasukan gula dari darah menuju otot dan jaringan untuk memasok energi (Kemenkes RI, 2013).

Hasil studi pendahuluan didapatkan data dari Pukesmas Kecamatan Tarub terdapat 50 penderita penyakit diabetes mellitus. Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Tarub desa yang paling banyak menyandang Diabetes Mellitus yaitu desa Mangun- saren. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan 7 orang yang terkena diabetes mellitus tipe II, mayoritas penderita mengeluh setiap bulan sekali harus kontrol untuk mengetahui kadar gula darahnya, setiap malam mengeluh susah tidur karena sering BAK pada malam hari, juga sering mengeluh kakinya terasa kesemutan dan pengliha-tanya berkurang. Kemudian peneliti melakukan wawancara pada 3 penderita yang terdapat luka diabetes mellitus, penderita mengatakan luka sangat meng-ganggu aktivitas setiap harinya, lukanya sulit untuk disembuhkan walaupun sudah diobati terus menerus dan saya perhatikan orang yang menderita diabetes mellitus jarang keluar rumah atau jarang berin-teraksi dengan tetangga karena dirinya merasa pesimis dengan penyakit yang dialaminya.Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, penulis tertarik

(4)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 62

melakukan penelitian untuk mengiden-tifikasi apakah ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif menggunakan pendekatan cross

sectinal dengan menggunakan desain korelasi. Sampel berjumlah 50 responden

yang menyan-dang Diabetes Mellitus Tipe 2 diambil dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner dan alat easy touch (GDS). Analisis bivariat menggunakan uji Pearson Correlation untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karak-teristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Tingkat Depresi di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.

Kategori Responden Frekuensi Prosentase Jenis Kelamin Laki-laki 32 64% Perempuan 18 36% Total 50 100% Pekerjaan Tidak Bekerja 6 12,0% Buruh 3 6,0% Petani 15 30,0% Wiraswasta 22 44,0% PNS 8,0% Total 50 100% Tingkat Depresi Ringan (skor 21-34) 6 12,0% Sedang (skor 35-48) 20 40,0% Berat (skor 49-53) 24 48,0% Total 50 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan data dari tabel 1 menunjukan bahwa jenis kelamin mayoritas responden adalah laki-laki sejumlah 32 orang (64%), pekerjaan responden

(5)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 63

moyoritas bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 22 orang (44%), sedangkan tingkat depresi responden yang paling banyak mengalami depresi berat sejumlah 24 orang (48%).

Tabel 2 Tendensi Sentral Karakteristik Usia Responden di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.

Karakteristik Mean Median Modus Nilai Maksimal

Nilai Minimal

Usia 47 48 40 70 19

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa usia tertua responden di Desa Mangun-saren adalah 70 tahun dan usia termuda adalah 19 tahun. Rata-rata usia respon-den adalah 47 tahun dan usia terbanyak adalah 40 tahun.

Tabel 3 Tendensi Sentral Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.

Kadar Gula Darah

Mean Median Modus Nilai

Maksimal Nilai Minimal GDS 290 mg/dl 270 mg/dl 270 mg/dl 430 mg/dl 100 mg/dl Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa responden nilai maksimal kadar gula darah di Desa Mangunsaren adalah 430 mg/dl, responden yang nilai minimal kadar gula darah adalah 100 mg/dl. Rata-rata nilai kadar gula darah adalah 290 mg/dl dan nilai kadar gula darah terbanyak adalah 270 mg/dl.

Tabel 4 Hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.

Corelations Sig.

(2-tailed)

Pearson Correlation

Kadar Gula Darah 0,000 0,842

Tingkat Depresi 0,000 1

(6)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 64

Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa hasil analisis tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 jadi dapat disimpulkan bahwa 2 variabel tersebut berkorelasi sempurna karena nilai pearson correla-tionnya 0,842 dan nilai signifikan 0,000<0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, ini menunjukan bahwa ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.

PEMBAHASAN

Tabel 1 didapatkan hasil penelitian tentang karakteristik jenis kelamin menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 32 (64%) dan perempuan sebanyak 18 (36%) dari 50 responden. Hal ini juga diperoleh data dari Puskesmas bahwa jenis kelamin yang menyandang diabetes mellitus sebagian besar laki-laki di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Salah satu faktor resiko diabetes mellitus adalah jenis kelamin. Dimana laki-laki memiliki resiko diabetes mellitus tipe 2 yang lebih meningkat cepat dari perem-puan. Laki-laki cenderung lebih sensitif terhadap insulin dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki memiliki akumulasi zat besi yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Zat besi yaitu mikronutrisi yang dibutuhkan untuk membentuk protein dan enzim dalam tubuh, seperti hemoglobin, sitokrom dan peroksidase. Namun, jumlah zat besi yang berlebihan dapat membahayakan tubuh karena melepaskan radikal bebas yang merusak kapasitas sekresi dari sel beta di pankreas untuk memproduksi insulin. Selain itu, kelebihan zat besi juga menurunkan kepekaan insulin pada jaringan periferal dan organ yang terlibat dalam metabolisme glukosa (Hendrikson, 2012). Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner paling banyak responden laki-laki sebanyak 32 responden (64%), sedangkan perempuan sebanyak 18 responden (26%) dari 50 responden. Hal ini karena berdasarkan data dari Puskesmas Tarub data yang paling banyak yaitu berjenis kelamin laki-laki. kejadian DM tipe 2 pada laki lebih banyak dibandingkan perempuan karena laki-laki kurang menjaga pola makan yang baik dan tidur yang tidak teratur, apalagi jika kurangnya beraktivitas setiap harinya. Jenis kelamin sangat berhu-bungan erat dengan kejadian DM tipe 2.

(7)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 65

Tabel 1 didapatkan karakteristik pekerjaan mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 22 orang dengan prosentase (44%), responden yang tidak bekerja sebanyak 6 (12%), responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 15 (30%), responden yang bekerja sebagai Pegawai Sipil (PNS) 4 (8%) dan responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 3 (6%).

Jenis pekerjaan dapat memicu timbulnya penyakit melalui ada tidaknya aktivitas fisik didalam pekerjaan, sehingga dapat dikatakan pekerjaan seseorang mempe-ngaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik berhubungan dengan kadar gula darah, aktivitas merupakan salah satu pilar dalam manajemen diabetes mellitus. Seseorang yang tidak bekerja atau jarang melakukan aktivitas maka terjadi penurunan pemanfaatan glukosa dalam tubuh yang menyebabkan hiper-glikemia yang dapat menyebabkan diabetes mellitus. Buruknya dalam mengontrol kadar gula darah akan bisa mengakibatkan komplikasi diabetes mellitus (Arif, 2013). Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 22 responden (44%) dan paling sedikit adalah buruh sebanyak 3 responden (6,0%). Responden mengatakan bekerja sebagai wiraswasta itu kadang-kadang setiap hari tidak bekerja karena sekarang susah untuk mendapatakan pekerjaan yang tetap dan dikerjakan setiap harinya. Hal ini akan menimbulkan resiko diabetes mellitus karena berkurangnya aktivitas yang dilakukan responden. Responden sedikit yang melakukan aktivitas rutin dan banyak mengatakan memanfaatkan tidur di siang hari.

Tabel 1 didapatkan hasil responden memilih depresi dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (12%), dalam kategori sedang yaitu sebanyak 20 responden (40%) dan sisanya depresi berat sebanyak 24 responden (48%) dari 50 responden di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Depresi merupakan gangguan psikologis yang sering dikaitkan dengan stresor jangka panjang seperti penyakit kronis, diantarannya diabetes mellitus (DM). Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan angka prevelensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, drepresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit lain, sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan (Nainggolan, 2015). Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan responden selalu berfikir negatif terhadap penyakit yang sedang dialaminya, mereka mengatakan cemas, khawatir penyakitnya tidak bisa sembuh,

(8)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 66

dan tidak bisa menjalani pengobatan. Bahkan, tidak jarang yang putus asa hingga mengalami depresi dan responden suka menyendiri tidak pernah kontak langsung dengan orang lain. Menurut peneliti, dengan cara berfikir responden yang kurang baik, maka ketika menghadapi suatu masalah yang berat responden bisa sampai terkena depresi.

Tabel 2 didapatkan karakteristik usia responden mayoritas berusia ≥47 tahun dan usia terbanyak 40 tahun, usia maksimal responden adalah 70 tahun, selain itu, dari penelitian ini didapatkan hasil responden dengan usia termuda yaitu berusia 19 tahun. Usia responden rata-rata ≥47 kurang mengetahui tentang penyakit diabetes mellitus, tanda gejala dan penyebabnya.

Intoleransi glukosa pada usia ≥47 sering dikaitkan dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya masa otot, adanya penyakit penyerta dan penggu-naan obat, disamping itu pada orang lanjut usia juga akan terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Resiko terkena kadar gula darah akan meningkat sejalan dengan penuaan, para ahli sepakat mulai usia ≥47 tahun keatas. Namun hasil penelitian menemukan bahwa kejadian diabetes mellitus dengan kadar gula darah puasa yang tidak normal lebih banyak dibawah usia 47 tahun, hal ini didasari bahwa pada usia tersebut aktivitas fisiknya berkurang karena kesibukan dengan pekerjaannya, sehingga memicu peningkatan kadar gula darah yang tidak normal (Purwanti, 2016). Peneliti berpendapat bahwa penelitian ini, dari hasil pengisian kuesioner paling banyak responden berusia rata-rata 47 tahun, responden mengatakan kurang mengetahui pola makan yang baik, pola hidup sehat dan aktivitas yang jarang dilakukan seperti berolahraga. Menurut peneliti, seseorang yang berusia dia atas 45 tahun mempunyai cara berfikir yang kurang terutama dalam menghadapi masalah atau penyakit yang dideritanya. Kemudian, dalam penelitian ini, terdapat responden yang berusia 60-70 tahun, mereka mengatakan jarang kontrol ke Puskesmas atau Rumah sakit terkait kondisi mereka yang tidak memungkinkan untuk pergi sendiri, karena responden sudah tidak tinggal bersama anaknya, jadi tidak ada yang mengantar untuk periksa.

Tabel 3 didapatkan hasil uji bivariat dengan tendensi sentral yang dilakukan peneliti menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah responden adalah 290 mg/dl, sedangkan nilai kadar gula darah maksimal responden adalah 430 mg/dl dan nilai minimal kadar gula darah responden adalah 100 mg/dl di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

(9)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 67

Diabetes mellitus adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah disebabkan oleh karena adanya kelainan sel beta pulau Langer-hans kelenjar pankreas. Pada DM tipe 2 kadar glukosa darah meningkat karena adanya resistensi insulin akibat gaya hidup yang salah atau pola hidup yang kurang baik. Diabetes mellitus merupa-kan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduannya (Rathus, 2010). Peneliti berpendapat bahwa dari hasil wawancara dengan responden mengatakan tidak mengetahui pola makan yang baik dan suka makan sembarangan. Rata-rata responden yang tingkat pendidikannya rendah mempunyai resiko menyandang diabetes mellitus karena kadar gula darahnya tidak terken-dali 2 kali dibandingkan dengan respon-den yang pengetahuannya tinggi. Kemudian salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan seseorang itu tingkat pendidikan, rata-rata responden yang peneliti lakukan kebanyakan berpendi-dikan rendah, dengan meningkatnya pengetahuan responden diabetes mellitus dapat melakukan penatalaksanaan penya-kitnya sehingga kondisi kesehatan responden menjadi lebih baik. Dimana monitor glukosa darah merupakan hal utama dalam pengelolaan diabetes mellitus. Pemantauan gula darah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari pengelolaan diabetes mellitus, karena dengan pengendalian kadar glukosa darah yang baik dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi kronis diabetes, responden juga mengatakan sulit untuk mengakses informasi tentang diabetes mellitus sehingga responden tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami.

Tabel 4 Hasil uji pearson correlation diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi uji pearson correlation lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) maka keputusan uji adalah Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Gangguan psikis pada penyandang diabetes melitus dapat berakibat gang-guan pada pengontrolan kadar gula darah. Pada keadaan depresi akan terjadi peningkatan ekskresi hormon katekola-mik, glukagon, glukokortikoid, β-endor-fin dan hormon pertumbuhan. Pada pen-yandang diabetes selain mengalami ke-munduran dari segi fisik seorang penyandang diabetes mellitus pada umumunya juga mengalami kemunduran dari segi emosional. Segi emosional tersebut meliputi sikap menyangkal, obsesif, marah dan takut yang semuanya merupakan sikap yang

(10)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 68

terlihat negatif. Banyak orang yang menyangkal sewaktu mengetahui dirinya terkena diabetes, dan tidak mau menerima kenyataan bahwa ia harus menjalani kehidupan sebagai penyandang diabetes mellitus. Seseorang yang mengalami perubuhan fisik dan psikologi mengakibatkan depresi, sehinga akan meningkatkan hormon stres dan kemudian mengakibatkan kadar glukosa darah menjadi meningkat. Pada saat terjadinya ganguan emosional, penyan-dang diabetes tidak mejaga kadar gula darah, tidak menjaga diet diabetes serta tidak mematuhi terapi diabetes yang dianjurkan dokter, keadaan ini turut menimbulkan peningkatan kadar gula darah. Dimana semakin tinggi tingkat depresinya maka kadar gula darahnya semakin meningkat (Suyono, 2013).

Berdasarkan hasil yang peneliti lakukan tentang tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal, responden mengalami depresi berat sebanyak 24 (48%) dengan rata-rata kadar gula darahnya sebesar 290 mg/dl. Depresi pada responden yang menyandang diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan rasa pesimisme dan dapat mengakibatkan ketidakpatuhan serta perawatan diri yang berkurang, selain depresi pada penyan-dang diabetes mellitus yang lebih tinggi akan mempengaruhi sikap emosional, rasa cemas, ketakutan, kesedihan dan sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup), dukungan keluarga pada respon-den yang depresi berat dan gula darah yang tinggi sangat diperlukan untuk memperhatikan kehidupan kedepan yang lebih baik lagi. Keluarga yang menyandang diabetes mellitus mengatakan responden sering menyendiri, jarang keluar rumah dan sering mengatakan selalu memikirkan penyakit yang di alaminya tidak bisa sembuh, hal itu mengakibatkan responden mengalami gangguan psikis yang mengganggu kesehariannya. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 sangat berpengaruh dan erat tak terpisahkan.

SIMPULAN

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal tahun 2019. Sebaiknya penyandang diabetes mellitus tipe 2 menghindari depresi supaya kadar gulanya normal.

(11)

JHNMS Adpertisi

Vol. 1 No. 1 (2020): Juni

Online at :

http://journal.adpertisi.or.id/index.php/JHNMS/

pg. 69

REFERENSI :

Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Charney. (2015). Neurobiology Of Mental Illness. New York: Oxford Univercity Press.

Roy, T. (2014). Epidemiologi Of Depression And Diabetes. A Systematic Review.Vol 22 (4).

WHO. (2017). Prevalance Depression Of Diabetes Mellitus. USA: World Health Organization.

Dinkes, Jateng. (2016). Jumlah Penderita Diabetes Mellitus Di Jateng. Dinkes Jateng.

Kemenkes, RI. (2013). Pemeriksaan Kadar Gula Darah. Jakarta.

Hendrikson. (2012). Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Semarang.

Arif. (2013). Pengaruh Usia dengan Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes

Mellitus Tipe 2. Semarang 2 (5). 18-22.

Nainggolan. (2015). Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Jenis Kelamin. Jakarta.

Purwanti. (2016). Kontrol Gula Darah. Jakarta: Rineka Cipta.

Rathus. (2010). Psikologis terhadap Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta. Suyono. (2013). Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam hal ini penelitian terhadap kebisingan pada pesawat tanpa awak dilakukan dengan metode simulasi menggunakan ANSYS Workbench untuk menganalisa kontur kebisingan yang

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Hasil penelitian menggunakan uji simultan (uji F) secara bersama-sama menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional, lingkungan kerja, dan motivasi

 Siswa dapat memberi contoh dan memilih perilaku yang baik dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia..

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merumuskan judul “ Meningkatkan

Sedangkan bagi responden yang menjadi peserta menyatakan bahwa kegiatan latihan keterampilan klinik dengan menggunakan metode PAL sangat membantu dalam

para wisatawan untuk menikmati bentuk- bentuk wisata yang berbeda dari biasanya. Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dalam