• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif gambaran pengalaman aborsi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif gambaran pengalaman aborsi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah - USD Repository"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh

Antonia Wahyuningsih NIM : 029114059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

(2)
(3)
(4)

“Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup

Dan

Mampu menghidupi sesamaku”

Lord....

Give me serenity to accept the things that i can not change....

Give me courage to change the things that i can change...

And

Wisdom to know the difference.. amen

“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara, bisa jadi

dirasakan dalam semenit, sejam, sehari, setahun.

Namun menyerah dalam perjuangan,

rasa sakit itu akan terasa selamanya.”

(Lance Armstrong,, mantan atlit balap sepeda AS)

(5)

Karya tulis ini kupersembahkan

bagi orang-orang yang hadir dalam hidupku,

yang dengan tulus mencintaiku

dan tetap membuat adaku menjadi berarti.

Terima kasih, kalian telah mengisi hidupku

dengan cara kalian masing-masing...

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 mei 2007

Penulis

Antonia Wahyuningsih

(7)

Antonia Wahyuningsih Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman abosi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah. Aborsi yang dimaksud adalah abortus provokatus kriminalis atau tindakan pengeluaran kehamilan secara sengaja karena alasan-alasan lain selain alasan indikasi medis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam untuk mengungkap latar belakang remaja melakukan aborsi, dampak dari aborsi dan upaya mengatasi Post Abortion Syndrome. Peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku nonverbal sebagai data pelengkap. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga remaja yang berada dalam rentang usia antara 18-21 tahun dan pernah melakukan aborsi dalam kasus kehamilan pranikah.

Berdasarkan data yang dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja yang melakukan aborsi adalah remaja yang cenderung terlibat aktivitas seksual yang tinggi dengan pasangannya. Alasan pengambilan keputusan aborsi pada remaja adalah karena ketidaksiapan dalam menjalani kehidupan selanjutnya baik dari secara ekonomi maupun secara sosial. Konsekuensi nyata dari tindak aborsi tersebut diantaranya, secara fisik mengandung resiko kesehatan dan secara psikis menyebabkan remaja mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) atau Post Traumatic Stress Syndrome. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi PAS, diantaranya, remaja cenderung rajin berdoa minta ampun pada Tuhan, mendoakan janin yang telah diaborsi dan menyibukkan diri atau mulai menfokuskan diri pada masa depan.

(8)

in the Case of Premarital Pregnancy

Antonia Wahyuningsih Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aimed at depicting the adolescent’s experience of abortion in the case of premarital pregnancy. The abortion that was meant in this research was the criminality abortus provocatus or the intentional harsh act of stopping pregnancy due to some reasons other than the medical indication ones. This study was a qualitative research and qualitative descriptive was employed as the research method. The data gathering method was depth-interview which purpose was to reveal the motives of abortion by the adolescent, the impacts of abortion and the attempts to overcome the Post Abortion Syndrome. The researcher also carried out an observation on the nonverbal behavior as the complementary data.

Based on the analyzed data, the author could draw a conclusion that the adolescent who committed abortion was the one who tended to involve most frequently in sexual activities with his/her couple. The reason of abortion decision making among adolescents was their being unready to go well through their further life both economically and socially. The real consequence of the abortion was, physically, bearing the risk of unhealthiness, and psychologically causing the adolescent to experience Post Abortion Syndrome (the PAS) or Post Traumatic Stress Syndrome. In order to overcome the PAS, the adolescent tended to try some efforts, e.g. praying obediently for God’s forgiving upon him/her and for the aborted embryo, making himself/herself busy with some meaningful activities, or starting to focus on his/her future.

(9)

satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi.

Terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini dengan kritik ataupun saran, semangat, kehadiran, perhatian, gurauan, bantuan baik mental, spritual dan materi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus pemberi segalanya dan Bunda Maria yang selalu mendampingi. 2. Ibu dan bapak yang telah menjadikanku tetap mampu berdiri dan merasakan

kasih sayang. Terimakasih atas doa dan keringat yang terus mengalir untukku. Bu...selamanya, asih ada untuk ibu. Aku sayang bapak dan ibu....

3. Buat Romo Woto, terima kasih atas spirit dan perhatiannya baik secara moril ataupun materiil dalam mendampingi kehidupanku hingga aku mampu sampai pada tujuanku. Romo Bas dan Romo Ratno, terimakasih atas perhatian dan bantuannya.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Ibu Sylvia Carolina, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih telah membimbingku hingga sampai kelulusan.

6. Ibu Agnes Indar E., S.Psi., Psi., M.Si. selaku dosen penguji dan Bapak Wijoyo Adi Nugroho selaku dosen penguji dan pembimbing akademik.

7. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi. yang pernah mendampingi dalam studi.

8. Seluruh dosen Psikologi, staf Fakultas Psikologi (Mbak Nani, Mas Gandung, Mas Muji dan Pak Gie) dan civitas akademika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terima kasih telah membantu kelancaran studi penulis.

9. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dalam peminjaman buku-bukunya. 10.Mamak, Bapak, Mbah, Pakde, Bude, Bulek, Paklek, Mbak-Mbak, Mas-Mas,

Mas Medi, Ika, Emi, Eni, Mbak Asih, Mbak Lina, Dek Novi dan keluarga

(10)

12.Mas Nano: si Ndut yang ngaku ganteng, “My Candy”. Terima kasih buat semua kasih, waktu, dan perhatian yang ada sehingga aku tidak sendiri. Tetap semangat ya....”Satu Tiket” menanti untuk diraih sehingga kau bisa mewujudkan citamu. Semoga segala sesuatunya indah pada waktunya.

13.Keluarga besar Mama dan Papa, terimakasih atas kasih, doa, dan dukungannya selama ini.

14.Sahabat-sahabatku yang imutz: Tika, Heny, Eka, Wi2en, Pita, Prima, Aning, Ri2s, Mas Di2k Terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan selama ini, berkat kalian aku menemukan saudara baru. Don’t give up ya...I Love U All.... dan temen-temen mumet: Ria, mbak Diah, Sari, Dewi, Meme, Jean, Marto, Uni, Evi, Kuncup, Sigit, Perik, Beny, Oskar : aku kangen sama kalian.

15.Fr. Dadang, terima kasih atas kasih dalam untaian doamu dan persahabatan yang membuatku tidak sendiri. Semoga terang jalanmu memenuhi Panggilan-Nya. Om Giono, makasih ya...dah jadi om yang baik, semoga juga jadi bruder yang baik. Hendar, makasih juga ya...atas dukungan dan pengalamannya 16.Fr. Dwi, terima kasih telah membantuku membuka pengalaman mengarang.

Bruder Trie, Makasih juga ya...kapan makan baksonya?

17.Tio, Encis, Yudi, Indro, Mas Becak, Mas Kuntul, Mas Osak, Mas Rusman, Wiwib, Mbak Oki, Mbak Eni, Mbak Ika, Bambang: makasih ya....atas kebersamaan selama ini dan dukungannya.

18.Buat temen-temen kost (Shinta, Sinta, Amel, Wenny, Patmi), terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya, aku pasti akan merindukan saat-saat jadul bersama kalian. Buat Dodon dan Dek Beni, terimakasih atas bantuan Transletnya.

19.Buat saudara-saudara di pegunungan Menoreh, terima kasih atas perhatian dan dukungan selama tinggal di Yogyakarta.

(11)

mendapat kakak yang baik seperti kalian, dan keluarga Tantra, semoga semakin tetap eksis menciptakan mahakarya seni hidup.

22.NN, SS, CC, dan MM, terimakasih atas kerelaannya berbagi kisah hidup yang telah tertuang dalam pikiran, hati dan kertasku.

23.Komunitas tari Genta Rakyat, terimaksih pernah memberiku kesempatan untuk menarikan tarianku.

24.Teman-teman Fakultas Psikologi Angkatan 2000-2004: Roni, Ajeng, Desta, Hera, Astria, Ina, Tita, Iput, Weda, Lia, Nopek, Dani, Ana, Dias, Diana, ratih dan lain-lain yang belum tersebutkan, terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya

25.Mbak Santi, Mas Tomi, dan Bapak-Bapak di PPM, terimakasih atas pengalaman berkaryanya, ilmu, kasih, perhatian, dan bimbingannya. I learned how to work and care to others.

26.Tini “Hp 3744”, My com-com : makasih ya...berkat adamu, aku bisa menulis sepuasku. Galon “Motor” berkat adamu, aku bisa sampai kemana-mana & bertemu dengannya.

27.Buat warga Paingan, terima kasih atas perhatiannya telah diterima dengan baik sebagai warga kost.

28.Buat adik-adik: Diky, Tresa, Dek Nova, Dek Dina, Boby, Bagas dan yang lainnya, makasih atas keceriaannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga dengan selesainya skripsi ini, dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 5 mei 2007 Penulis

Antonia Wahyuningsih

(12)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ... 7

D. MANFAAT PENELITIAN... 7

BAB II. DASAR TEORI ... 9

A. REMAJA... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja... 10

(13)

1. Pengertian Kehamilan ... 18

2. Kehamilan Pranikah Pada Remaja ... 19

C. ABORSI ... 20

1. Pengertian Aborsi... 20

2. Macam-macam Aborsi ... 21

3. Faktor-faktor yang Mendorong Aborsi ... 24

4. Pengambilan Keputusan Aborsi... 25

5. Dampak Aborsi ... 26

6. Upaya-upaya Mengatasi Post Abortion Syndrome... 27

D. GAMBARAN REMAJA YANG MELAKUKAN ABORSI DALAM KASUS KEHAMILAN PRANIKAH ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. JENIS PENELITIAN ... 31

B. SUBJEK PENELITIAN... 32

C. METODE PENGUMPULAN DATA... 32

1. Wawancara... 33

2. Observasi... 36

D. ANALISIS DATA ... 37

E. KEABSAHAN DATA ... 39

(14)

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 44

2. Penyajian Data ... 44

C. PEMBAHASAN ... 111

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 119

A. KESIMPULAN ... 119

B. SARAN ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122

(15)

TABEL II. Ringkasan Gambaran Pengalaman Aborsi Pada Remaja

dalam Kasus Kehamilan Pranikah ... 99

(16)

Bagan 2 : Bagan Hasil Penelitian Subjek II (CC) ... 82

Bagan 3 : Bagan Hasil Penelitian Subjek III (MM)... 98

(17)

Setiap masyarakat, cepat atau lambat akan mengalami perubahan

sosial. Salah satu perubahan ini adalah perilaku seksual yang menyimpang di

kalangan remaja. Penyimpangan perilaku seksual yang dimaksud dalam

konteks ini adalah hubungan seks bebas yang dilakukan oleh pasangan yang

belum menikah (pranikah) (Hidayana, 2004). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Dr. Boyke, seorang ginekolog dan konsultan seks, di beberapa

kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, dan Banjarmasin

diperkirakan ada 30 % murid SLTA dan mahasiswa berumur antara 17-21

tahun pernah melakukan hubungan seks pranikah (Kusmaryanto, 2002).

Salah satu dampak nyata dari hubungan seks bebas pranikah adalah

kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted

pregnancy) dan kemudian diikuti pertimbangan usaha aborsi (Kristinawati,

2002). Menurut Vinita (dalam Hidayana, 2004) bahwa suatu kehamilan yang

tidak diinginkan karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat dapat mengakibatkan terjadinya aborsi sebagai salah satu

pemecahan masalahnya. Aborsi merupakan tindakan penghentian dan

pengeluaran hasil kehamilan dari rahim, sebelum janin bisa hidup di luar

kandungan (viability), artinya dari trimester pertama kehamilan (pada usia

janin 7-12 minggu) sampai awal trimester ke tiga yaitu pada usia janin

kira-kira 24 minggu (Bertens, 2002).

(18)

Data WHO di seluruh dunia memperkirakan bahwa setiap tahun

dilakukan 20 juta aborsi tidak aman (abortus provocatus criminalis) dan

70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman. Abortus provocatus

criminalis adalah penghentian kehamilan secara sengaja sebelum janin mampu

hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain alasan indikasi

medis (Therapeutik). Secara medis maupun secara hukum Abortus provocatus

criminalis ini dilarang karena dari segi cara dan dampaknya, tindakan ini

menyebabkan kematian yang disengaja dan termasuk tindak pembunuhan

(Kusmaryanto, 2002).

Masalah aborsi ini sangat memprihatinkan karena adanya

kecenderungan peningkatan aborsi dari tahun ke tahun. Misalnya data dari

sebuah klinik di Jakarta menunjukkan pelaku aborsi di atas usia 20 tahun

(48%), 16-19 tahun (46,9%), dan usia 12-15 tahun (5,5%). Berdasarkan data

tersebut, dapat kita ketahui bahwa kecenderungan aborsi lebih tinggi

dilakukan oleh perempuan berusia di bawah 20 tahun dibandingkan dengan

yang berusia di atas 20 tahun (Hidayana, 2004). Hal ini juga menunjukkan

bahwa tindak aborsi lebih banyak dilakukan oleh remaja. Setiap tahunnya

diperkirakan sekitar dua juta bayi diaborsi dan 750.000 di antaranya dilakukan

oleh remaja putri yang belum menikah (Media Indonesia, Februari 2000).

Departemen Kesehatan juga mencatat bahwa di kalangan remaja kita setiap

tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi, atau 30% dari keseluruhan kasus aborsi

(sekitar 2 juta kasus) (BKKBN, 2005). Berdasarkan kasus di atas

(19)

seorang perempuan khususnya remaja untuk mengatasi kehamilan yang tidak

diinginkan. Pilihan melakukan aborsi adalah suatu keputusan serius yang

dapat memiliki dampak penting terhadap masa depan seseorang khususnya

remaja (Alison &Catherine, 1991).

Menurut Harjaningrum (2005), ada beberapa faktor yang mendorong

seorang remaja melakukan aborsi yaitu faktor ekonomi dan sosial.

Berdasarkan faktor ekonomi, aborsi dilakukan karena alasan ekonomi seperti

kondisi ekonomi remaja yang belum mapan sehingga masih tergantung pada

orang tua, dan alasan belum bekerja kerap menjadi faktor pendorong. Menurut

faktor sosial, alasan remaja melakukan aborsi diantaranya karena adanya

khawatir akan dampak sosial seperti putus sekolah/kuliah, malu pada

lingkungan sekitar, takut mendapat ejekan dari masyarakat, sang pacar yang

tidak mau bertanggung jawab, bingung siapa yang akan mengasuh bayi, atau

karena takut terganggu karir masa depannya.

Tindakan aborsi sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

aborsi yang dilakukan sendiri dan aborsi yang dilakukan oleh orang lain.

Tindakan aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara meminum

obat-obatan yang dapat membahayakan janin seperti jamu yang dapat

menggugurkan janin atau minum pil aborsi (mifepristone) (Bertens, 2002).

Adapun cara lainnya yaitu dengan sengaja melakukan perbuatan-perbuatan

yang dapat menggugurkan janin seperti melakukan olah raga lari atau

lompat-lompat. Tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang lain misalnya dengan

(20)

Salah satu contoh kasus, Mary Tan menjalani aborsi 13 tahun yang lalu tetapi sampai sekarang ia masih mengenang anaknya yang berkemungkinan lahir tanpa tempurung kepala. Pada saat-saat tertentu Ny. Tan membicarakan hal itu dengan airmata mengalir. "Saya kira tidak ada perempuan yang bisa sembuh dari trauma aborsi. Saya tidak bisa lupa pada saat-saat ketika obat disuntikkan ke perut saya dan bagaimana bayi itu berusaha melawan untuk tetap hidup," kata Ny. Tan dengan terisak-isak. Dia menggugurkan kandungannya ketika hamil empat bulan. Ny. Tan yang kini memiliki empat anak, menyimpan rapat emosinya hingga mengakibatkan lahirnya tekanan di bawah sadar berupa keinginan bunuh diri pada momen-momen tertentu (Suara Pembaharuan, 2003).

Berdasarkan kasus di atas, diketahui bahwa peristiwa aborsi dapat

menyebabkan tekanan psikologis pada pelakunya. Seseorang perempuan yang

secara diam-diam melakukan aborsi, setelah proses aborsi biasanya akan

mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) (Harjaningrum, 2005). Gejala

yang sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri

sendiri, mengalami gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan

dengan kawan, perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan,

perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka juga sering

menangis berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit

konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk

beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian

(Harjaningrum, 2005). Secara medis aborsi dapat menyebabkan gangguan

kesehatan seperti infeksi pada rahim, perdarahan hebat, embolisme

(tersumbatnya pembuluh darah oleh bekuan darah), rahim yang terkoyak atau

berlubang, komplikasi anastesi, kejang, dan luka leher rahim. Apabila

kondisinya parah, rahim terpaksa diangkat, bahkan tak jarang nyawa pun

(21)

Contoh kasus tindak aborsi lainnya, seperti yang dilakukan oleh Ika gadis berusia 20 tahun, bukan nama sebenarnya, seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Saat itu janin Ika sudah berusia lebih 12 minggu. Semula keluarga Ika berusaha mencari sang pacar, tetapi jejaknya pun tidak ada. Lelaki itu raib bagaikan ditelan bumi. Kemudian keluarga Ika memutuskan bahwa Ika harus aborsi. ”Saya tidak berani menentang kehendak keluarga, takut kalo jantung Babe kumat lagi,” kata Ika. Ika pun dibawa dari satu klinik ke klinik lain, dari satu dokter ke dokter lain tetapi tetapi semua menolak melakukan aborsi karena usia janin sudah lebih tiga bulan. Bahkan, “Setelah perut saya diraba-raba dokter menasihati agar kandungan dipelihara saja, sayang kalo diaborsi,” ujar Ika mengenang pengalamannya. Namun, saran dokter tidak digubris oleh ibunya. “Kalo tak ada dokter yang berani biar ku bawa ke dukun tulang, yang penting janin itu harus keluar dari rahim kamu,”ujar Ika menirukan hardikan ibunya. Ika pun dibawa ke kawasan Tangerang , Banten. Ika seakan tidak percaya ketika ia membaca papan nama dengan tulisan “Dukun Tulang” di depan pondok yang mereka datangi itu. Di sana sudah menunggu sepasang suami istri setengah baya. Ika disuruh berbaring dan diberi minuman, “ Beberapa menit kemudian mataku terasa berat sekali, ingin tidur saja,” kata Ika mengenang peristiwa yang tidak akan pernah dilupakannya itu. Tiba-tiba ia merasakan perutnya seperti dipelintir dengan keras sehingga menimbulkan bunyi gemeretak dari dalam perutnya. Ika mengaku tidak merasakan sakit. Namun, dia merasa seakan-akan tubuhnya putus menjadi dua bagian. Malam hari Ika mengalami pendarahan hebat. Seluruh lantai kamar mandi penuh darah. Ika dilarikan ke rumah sakit. “Untung segera dibawa, kalo beberapa menit saja terlambat anak ini sudah tewas karena kehabisan darah, “ kata dokter di rumah sakit itu. Setelah melalui perawatan yang intersif selama 30 hari secara medis Ika dinyatakan sembuh. Namun, dokter dirumah sakit meminta kepada keluarga agar Ika berkonsultasi dengan psikolog karena Ika juga mengalami persoalan psikologis karena aborsi yang dialami Ika membuat jiwanya rapuh. Agar tidak berkembang menjadi trauma yang permanen maka Ika harus ditangani psikolog (InfoKESPRO, 2001)

Bersadarkan kasus di atas, dampak aborsi baik secara fisik maupun

psikis (post abortion syndrome) merupakan konsekwensi dari sebuah pilihan.

Konsekwensi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan

persoalan psikologis yang berkepanjangan pada diri remaja. Adapun upaya

yang dilakukan untuk mengatasi dampak aborsi tersebut diantaranya,

(22)

bantuan konselor untuk mengatasi masalah dan perasaan negatif akibat aborsi,

terbuka pada orang terdekat atau keluarga atas apa yang telah dialaminya,

berdoa minta ampun pada Tuhan dan rajin mendoakan janin yang telah

diaborsi, mencegah terjadinya kontak seksual dengan pasangan dan berusaha

menyibukkan diri dengan aktivitas baru. Masalah-masalah akibat aborsi yang

tidak segera diatasi maka dapat mengganggu perkembangan remaja baik

secara fisik maupun psikis (Alison &Catherine, 1991).

Dalam kasus aborsi remaja tidak hanya sebagai pelaku semata tetapi

juga sebagai korban, namun hingga saat ini masih ada remaja yang tetap

melakukan aborsi untuk mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan. Padahal

tindak aborsi memiliki dampak negatif baik secara fisik maupun psikis.

Adanya kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk memahami secara lebih

mendalam tentang gambaran pengalaman aborsi yang masih dilakukan hingga

saat ini khususnya pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah. Pemahaman

atas masalah ini dipandang perlu untuk dilakukan sebelum lebih banyak

korban akibat tindak aborsi.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman

remaja yang melakukan aborsi dalam kasus kehamilan pranikah? Untuk

memperoleh pembahasan yang lebih mendetail dari penelitian ini, maka

(23)

1. Apakah yang menjadi dasar atau latar belakang seorang remaja

memutuskan untuk melakukan aborsi?

2. Apakah dampak dari keputusan melakukan tindak aborsi baik secara fisik

maupun psikis pada remaja yang melakukan aborsi?

3. Upaya apakah yang dilakukan oleh remaja yang melakukan aborsi untuk

mengatasi Post Abortion Syndrome (PAS)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memahami secara

lebih mendalam tentang pengalaman aborsi pada remaja dalam kasus

kehamilan pranikah yang terkait dengan latar belakang melakukan aborsi,

dampak aborsi baik secara fisik maupun psikis, dan upaya mengatasi Post

Abortion Syndrome (PAS).

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan

informasi bagi penelitian-penelitian dalam bidang Psikologi Sosial

terutama dengan topik penelitian tentang aborsi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perkembangan psikologi konseling, hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan acuan atau sumber informasi bagi konselor dalam

(24)

b. Bagi remaja yang melakukan aborsi pada kasus kehamilan pranikah,

hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam memahami

dirinya.

c. Bagi keluarga, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi

untuk orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam memahami dan

memberi dukungan kepada remaja yang melakukan aborsi pada kasus

kehamilan pranikah dalam menentukan pilihan hidupnya.

d. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan

masyarakat untuk memahami keadaan remaja yang melakukan aborsi

pada kasus kehamilan pranikah sehingga masyarakat dapat berperan

serta dalam memberikan pengawasan terhadap remaja guna mencegah

terjadinya hubungan seks pranikah yang dapat berakhir pada tindakan

(25)

A. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence, berasal dari kata Latin

“adolescere”, yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di

sini mempunyai arti yang lebih luas yaitu mencakup kematangan mental,

emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1996).

Menurut Santrock (2003), masa remaja diartikan sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup

perubahan bilogis, kognitif, dan sosial-emosional. Beberapa ahli

perkembangan menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan

akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa

sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan

pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) menunjuk kira-kira setelah

usia 15 tahun. Masa remaja akhir lebih memiliki minat pada karir, pacaran,

dan eksplorasi identitas yang seringkali lebih nyata dalam masa remaja

akhir ketimbang dalam masa remaja awal (Santrock, 2003).

Monks (1989) mengemukakan bahwa masa remaja secara global

berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian sebagai

berikut: 12-15 tahun termasuk sebagai remaja awal, 15-18 tahun termasuk

sebagai remaja pertengahan, dan 18-21 tahun sebagai remaja akhir.

(26)

Menurut Kartini-Kartono (1982), batasan usia remaja adalah 12 –

21 tahun. Masa remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu pra-pubertas

dengan batasan usia 12-14 tahun, masa pubertas awal dengan batasan usia

14-17 tahun, dan pubertas akhir atau adolesensi dengan batasan usia 17-21

tahun.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

dengan segala perubahan-perubahan yang dialami meliputi perubahan

fisik, sosial, dan mental termasuk perubahan minat dan tujuan hidup

dengan batasan usia 12-21 tahun. Penulis membatasi subjek penelitian

pada remaja akhir yang memiliki rentang usia antara 18-21 tahun dengan

pertimbangan bahwa mereka lebih mampu memahami arah dan tujuan

hidupnya dengan konsekuen, mampu bertanggung jawab dan berusaha

hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya (Kartini-Kartono, 1982).

2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja

Remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.

Beberapa karakteristik perkembangan remaja (Santrock, 2002) adalah

sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan perubahan

pubertas. Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan

kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa

(27)

berangsur-angsur (gradual) yang ditandai dengan perubahan hormonal

dan perubahan tubuh pada remaja.

Ada empat perubahan tubuh yang paling menonjol pada

perempuan yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche atau

haid pertama, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut

kemaluan. Perubahan fisik pada laki-laki yaitu pertambahan tinggi

badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis dan rambut

kemaluan (Malina; Tanne dalam Santrock, 2002).

b. Perkembangan Kognitif

1) Remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal.

Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal

berlangsung antara usia 11-15 tahun dan sifatnya lebih abstrak.

Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai

dasar pemikiran. Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi

khayalan, mampu menggunakan pemikiran deduktif hipotesis dan

penalaran yang abstrak. Pada tahap ini, remaja mampu memberi

jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah hidup yang selalu

berkembang, termasuk masalah iman kepercayaan, apa artinya

Tuhan dan nilai-nilai yang dipegang secara pribadi.

2) Pemikiran remaja bersifat egosentris.

Piaget menamakan keterpikatan remaja pada pemikiran

mereka sendiri sebagai “egosentrisme”, yaitu perasaan remaja yang

(28)

Egosentrisme remaja (adolescent egocentrism) meliputi dua bagian

yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan (imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain

memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.

Hal ini sering berkaitan erat dengan dengan kebutuhan akan

tingkah laku yang bersifat mengundang perhatian orang lain

(Charles, 1987).

Dongeng pribadi (the personal fabel) ialah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak

remaja, dimana mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat

mengerti perasaan mereka sebenarnya. Dalam sebuah penelitian

menyebutkan bahwa remaja yang tingkat egosentrisnya tinggi

menyakini bahwa mereka memiliki kemungkinan yang kecil untuk

hamil bila terlibat dalam hubungan seks tanpa alat kontrasepsi.

3) Remaja mulai berpikir tentang kepribadian sama seperti cara yang

dilakukan oleh para ahli teori kepribadian.

Pertama, remaja mulai mempertimbangkan informasi yang

diperoleh sebelumnya dan informasi yang diperoleh saat ini, serta

tidak semata-mata bersandar pada informasi konkret yang ada.

Kedua, remaja cenderung mendeteksi perubahan-perubahan

kontektual atau situasional pada perilaku mereka sendiri dan orang

lain. Ketiga, remaja mulai mencari lebih dalam, lebih kompleks

(29)

c. Perkembangan Sosial – Emosi

1) Dalam Keluarga

a) Otonomi dan attachment

Otonomi dan tanggung jawab merupakan tuntutan remaja

kepada orang tuanya. Ada kemungkinan orang tua menerapkan

pola pengasuhan otoriter pada remaja sehingga cenderung

memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan remaja

tanpa memperdulikan pendapat dari remaja (Yulia&Novita

dalam Gunarsa, 2004). Pada orang tua yang bijaksana,

cenderung melepaskan kendali namun tetap memberikan

bimbingan pada remaja untuk mengambil keputusan yang

masuk akal. Selain itu, adanya kelekatan (secure attachment)

dengan orang tua mampu meningkatkan kompetensi sosial

pada remaja dan kemampuan menjelajahi dunia sosial yang

lebih luas dengan cara-cara yang sehat.

b) Konflik orang tua-remaja

Konflik dengan orang tua seringkali meningkat pada awal

masa remaja. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh sejumlah

faktor: perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang

meliputi peningkatan idealisme dan penalaran logis, perubahan

sosial yang berfokus pada kemandirian, identitas, dan

(30)

2) Dalam Hubungan dengan Teman-teman Sebaya

a) Tekanan teman sebaya dan tuntutan konformitas

Tekanan teman sebaya sangat berpengaruh dalam

kehidupan remaja. Konformitas dengan tekanan teman-teman

sebaya pada masa remaja bersifat positif maupun negatif.

Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku

konformitas yang negatif, seperti mabuk-mabukan, seks bebas,

dan lain sebagainya. Remaja cenderung memiliki keinginan

untuk meluangkan waktu dengan anggota-anggota suatu klik.

b) Klik dan kelompok

Kelompok (crowd) adalah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Terbentuknya

kelompok karena adanya kepentingan atau minat yang sama

dalam berbagai kegiatan, bukan karena mereka saling tertarik.

Klik (cliques) adalah kelompok-kelompok yang lebih kecil,

memiliki kedekatan yang lebih besar di antara anggotanya, dan

lebih kohesif daripada kelompok.

c) Berkencan

Berkencan dapat merupakan suatu bentuk seleksi

pasangan, rekreasi, sumber status dan prestasi, serta suatu

lingkungan untuk belajar tentang relasi yang akrab. Dalam

berkencan dikenal istilah skenario berkencan (dating scrips)

(31)

dan mengevaluasi interaksi berkencan. Skenario berkencan

laki-laki bersifat proaktif sedangkan perempuan bersifat reaktif.

Berkencan berbeda-beda secara lintas budaya.

3. Moralitas Remaja

Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang mampu

menunjukkan bahwa suatu perbuatan itu benar atau salah (Poespoprodjo,

1986). Menurut psikolog Ervin Staub, moralitas adalah serangkaian

aturan, kebiasaan atau prinsip yang mengatur perilaku manusia dalam

hubungannya dengan sesama (Shelton, 1988). Secara mendasar, moralitas

dapat dicapai dengan cara menyesuaikan diri dengan hukum eksternal atau

aturan-aturan kelompok dan menginternalisasi nilai-nilai atau

norma-norma masyarakat melalui interaksi memberi dan menerima.

Remaja juga menerima moralitas kelompok atau moralitas

eksternal sebagai norma untuk pembentukan keputusan moral yang tepat

(Poespoprodjo, 1988). Keputusan moral adalah keputusan yang mampu

mencerminkan mana hal yang baik untuk dijalani dan mana hal yang

buruk yang harus dihindari. Dalam pengambilan keputusan moral, agama

menekankan pentingnya peranan suara hati dalam menentukan kebenaran

atau kekeliruan (Shelton, 1988).

Suara hati merupakan inti terdalam dari diri manusia yang

menuntun, mengarahkan dan menggerakkan manusia untuk melakukan

yang baik dan menolak yang buruk sehingga manusia semakin berusaha

(32)

1992). Suara hati berperan dalam mengarahkan manusia untuk

menentukan suatu kebenaran atau kesalahan dalam membuat suatu

keputusan moral yang tepat. Suara hati muncul dari kesadaran moral

terdalam dari dasar hati kita sebagai manusia. Suara hati merupakan

perintah, larangan, penilaian, teguran yang dimunculkan oleh hati nurani

(Poespoprodjo, 1988).

Hati nurani pada dasarnya adalah kesadaran moral yang dimiliki

oleh individu, yakni kesadaran untuk membedakan mana hal yang baik

untuk dilakukan dan hal yang buruk untuk dihindarkan (Poespoprodjo,

1988). Sebagai contoh, ketika seorang remaja putri diajak pacarnya

berhubungan seks, dalam batinnya akan muncul kesadaran bahwa yang

baik untuk dilakukan adalah menolak ajakan pacarnya, sedangkan yang

tidak baik untuk dihindari adalah menuruti ajakan berhubungan seks.

Kesadaran seperti itu muncul bagaikan suara dari dasar hati kita sehingga

biasa disebut “suara hati”. Suara tersebut mendesak seseorang untuk

mengikutinya, namun bukan tanpa alasan yang disadarinya melainkan

karena ia sadar bahwa hal tersebut baik dan mencerminkan tanggung

jawabnya sebagai manusia.

4. Seksualitas Remaja

a. Sikap dan Tingkah Laku Seksual Remaja

1) Peningkatan tingkah laku seksual remaja

Tingkah laku seksual remaja biasanya bersifat meningkat

(33)

sampai ke daerah dada), kemudian diikuti oleh petting (saling

menempelkan alat kelamin, atau pada beberapa kasus, seks oral,

yang secara besar meningkat pada masa remaja selama beberapa

tahun belakangan ini.

2) Aturan seksual bagi remaja perempuan dan laki-laki

Aturan seksual adalah pola yang khas berupa gambaran peran seseorang mengenai bagaimana individu harus bertingkah

laku secara seksual. Perempuan dan laki-laki disosialisasikan

agar mengikuti aturan seksual yang berbeda. Remaja perempuan

belajar untuk mengaitkan hubungan seks dengan cinta (Michael

dalam Santrock, 2001). Mereka sering merasionalisasikan

tingkah laku seksual mereka dengan mengaitkan pada diri

mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta.

Alasan lain untuk melakukan hubungan seks adalah

karena didorong oleh kekasih, mencoba-coba sebagai cara untuk

memperoleh kekasih, keingintahuan, dan keinginan seksual yang

tidak berhubungan dengan mencintai dan menyayangi. Pada

remaja laki-laki merasakan adanya tekanan yang berarti dari

teman-teman sebayanya untuk melakukan hubungan seks dan

untuk menjadi aktif secara seksual.

3) Remaja yang rawan dan seksualitas

Remaja yang rawan cenderung menunjukkan tingkah laku

(34)

dimaksud adalah remaja yang merasa tidak berarti, tidak memiliki

kesempatan yang memadai untuk belajar dan bekerja, dan merasa

memiliki kebutuhan untuk membuktikan sesuatu pada dirinya

sendiri dengan seks. Tingkah laku mereka yang tidak bertanggung

jawab dan tiadanya dukungan sosial dapat menyebabkan terjadinya

kehamilan, munculnya penyakit menular seksual, dan stres

psikologi (Scott-Jone & White dalam Santrock, 2001).

B. KEHAMILAN PRANIKAH PADA REMAJA 1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan pada sel telur oleh

sperma yang nantinya dapat berkembang menjadi janin. Hubungan seks

atau kontak intim antara alat kelamin perempuan dengan alat kelamin pria

dalam masa-masa suburnya, sangat memungkinkan terjadinya kehamilan.

Tanda-tanda terjadinya kehamilan menurut Gilarso (2003), diantaranya:

a. Tanda-tanda awal terjadinya kehamilan, yaitu: tidak mengalami siklus

haid; payudara membengkak dan terasa kencang; ibu sering merasa

mual pada pagi hari sampai ingin muntah; lebih sering buang air kecil;

sembelit; lebih sulit tidur; sering sakit kepala. Banyak ibu mulai

menyukai makan yang masam-masam.

b. Pada usia kehamilan selanjutnya (3 bulan ke atas), rahim mulai

membesar dan mulai ada hiperpigmentasi pada wajah yang disebut

(35)

strie, dan lingkaran disekitar puting payudara tampak lebih hitam

disebut ariola mamae.

c. Pada kehamilan lima bulan, denyut jantung anak sudah bisa didengar

oleh pemeriksa, ibu mulai merasa adanya gerakan anak di dalam

kandungannya.

Secara emosional, perempuan hamil akan lebih mudah mengalami

stres karena emosinya yang tidak stabil. Tekanan emosi yang kuat akan

menyebabkan ketegangan pada otot sehingga dapat mengubah susunan

kimia dalam darah dan mempengaruhi kehamilan ibu (Snow, 1989).

Selama masa kehamilan “ Si ibu” akan merasakan terjadinya perubahan

tidak hanya dalam tubuhnya tetapi juga pada perasaannya (Gilarso, 2003).

2. Kehamilan Pranikah Pada Remaja

Adanya fenomena pergaulan seks bebas sebelum menikah di

kalangan remaja yang kita jumpai dewasa ini, masih dianggap sebagai

peristiwa tabu dan melanggar norma pribadi dan masyarakat (Kristinawati,

2002). Salah satu penyebab terjadinya seks pranikah adalah karena

ketidakmampuan remaja dalam mengendalikan nafsu atau dorongan

seksual yang semakin meningkat pada masa remaja.

Salah satu akibat yang nyata dari pergaulan seks bebas pranikah

adalah kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan

(unwanted pregnancy) dan diikuti pertimbangan usaha aborsi

(Kristinawati, 2002). Menurut Vinita (dalam Hidayana, 2004), bahwa

(36)

dianggap tidak sesuai dengan tuntutan dan norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat.

Adapun dampak lainnya dari kehamilan pada remaja yaitu dapat

meningkatkan resiko kesehatan baik bagi ibu maupun bayinya. Bayi yang

dilahirkan oleh remaja cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah

atau mengalami masalah neurologis dan penyakit anak. Ibu remaja sering

berhenti dan keluar dari sekolah, dan tidak dapat memperoleh pekerjaan.

Berbagai konsekuensi negatif yang dialami remaja hamil pranikah

baik yang melakukan aborsi maupun tidak adalah mengalami masalah

psikologis yang cukup berat, seperti rasa malu, depresi, cemas dan

perasaan rendah diri karena merasa bersalah telah melakukan tindakan

yang dipandang sebagai aib atau dosa oleh norma agama dan masyarakat

(Sampoerno, 1982).

C. ABORSI

1. Pengertian Aborsi

Secara medis, aborsi ialah penghentian dan pengeluaran hasil

kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup di luar kandungan atau

viabiliti (Kusmaryanto, 2002). Dalam peristilahan moral dan hukum,

aborsi adalah pengeluaran janin sejak saat pembuahan sampai dengan

kelahiran yang mengakibatkan kematian. Menurut Bertens (2002), aborsi

merupakan tindakan penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari

(37)

trimester pertama kehamilan (pada usia janin 7-12 minggu) sampai awal

trimester ke tiga yaitu pada usia janin kira-kira 24 minggu.

Metode aborsi yang banyak digunakan pada usia kehamilan 7-12

minggu adalah kuret isap (suction curettage), yaitu cara membersihkan

janin dalam rahim dengan menggunakan alat kuretase (sendok kerokan).

Metode aborsi yang digunakan pada usia 12-20 minggu adalah metode

dilatasi (dilation and evacuation) yang disertai pembiusan total. Metode

aborsi lainnya yang digunakan sesudah minggu ke-20 adalah instillation

abortion dengan cara menyuntikkan cairan yang dapat mematikan si janin

ke dalam rongga amnion, kemudian isi rahim dikeluarkan secara alami.

Metode aborsi lainnya yang dapat digunakan yaitu dengan meminum pil

aborsi yang memiliki nama kimia mifepristine (Bertens, 2002).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

aborsi adalah tindakan penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari

rahim, sebelum janin bisa hidup di luar kandungan pada usia kehamilan

antara 7 sampai 24 minggu.

2. Macam-macam Aborsi

Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah “abortus” atau

“aborsi”, tetapi yang dimaksudkan adalah abortus provocatus dan abortus

Spontaneus sekaligus (Bertens, 2002). Aborsi yang dimaksud dapat

(38)

a) Abortus Spontaneus atau aborsi spontan, yaitu di mana kandungan

seorang yang hamil dengan spontan gugur. Istilah ini lebih dikenal

dengan “keguguran”.

b) Abortus Provocatus atau aborsi yang disengaja adalah tindakan dengan

sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita

hamil.

Menurut Kusmaryanto (2002), ada beberapa macam aborsi yang

termasuk dalam Abortus Provocatus, yaitu:

a) Aborsi Therapeutik/Medicinalis adalah penghentian kehamilan dengan

indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu si janin. Aborsi ini

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih sehingga relatif aman.

b) Aborsi Kriminalis adalah penghentian kehamilan sebelum janin

mampu hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain

alasan indikasi medis (Therapeutik) dan dilarang oleh hukum. Aborsi

ini dapat menjurus pada aborsi yang tidak aman (unsafe abortin),

biasanya dilakukan oleh dukun atau orang yang memiliki kemampuan

atau pengetahuan yang rendah dengan peralatan yang kurang lengkap

dan tidak steril atau dengan meminum obat-obatan yang berkhasiat

untuk menggugurkan kandungan.

c) Aborsi Eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari

kelahiran bayi yang cacat atau yang mempunyai penyakit genetis.

Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan

(39)

d) Aborsi Langsung-Tak Langsung

Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya

secara langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang

ibu. Sedangkan aborsi tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi

medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri bukan

menjadi tujuan yang utama. Misalnya: seorang ibu penderita kanker

yang harus diangkat rahimnya agar kanker tidak menjalar ke bagian

tubuh lainnya.

e) Selective Abortion adalah penghentian kehamilan karena janin yang

dikandung tidak memenuhi kriteria yang diinginkan. Misalnya: ada

orang tua yang ingin anak laki-laki, maka begitu ketahuan janin yang

ada di dalam kandungan perempuan lalu digugurkan.

f) Embryo Reduction (Pengurangan Embrio)

Pengurangan embrio ini biasanya dilakukan oleh orang yang

melakukan pembuahan artifisial (buatan) karena mengalami kelebihan

janin sehingga harus digugurkan agar tidak menghambat

perkembangan janin yang ada menjadi tidak sehat.

g) Partial Birth Abortion adalah istilah politis/ hukum yang ada dalam

istilah medis dimana aborsi dilakukan pertama-tama dengan cara

memberikan obat-obatan kepada wanita hamil, tujuannya agar cervix

(leher rahim) terbuka secara premature. Tindakan selanjutnya

memasukkan alat untuk menarik keluar kaki bayi tetapi kepala bayi

(40)

Berdasarkan pemaparan di atas tentang beberapa macam aborsi

maka peneliti akan menggunakan kasus aborsi kriminalis, yaitu

penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan

dengan alasan-alasan lain, selain alasan indikasi medis (Therapeutik) dan

dilarang oleh hukum. Adapun alasan yang menyertai pemilihan kasus

tersebut adalah karena banyaknya kasus aborsi kriminalis yang dilarang

oleh hukuman namun banyak dilakukan oleh remaja.

3. Faktor-Faktor yang Mendorong Aborsi

Tindak aborsi akibat kehamilan yang tidak inginkan mencerminkan

ketidaktahuan remaja tentang masalah seksualitas yang menyangkut

banyak hal. Ketidaktahuan membuat remaja orang berpikir bahwa janin

itu hanyalah segumpal darah tanpa arti sehingga bisa dibuang sama seperti

darah menstruasi. Ketidaktahuan ini membuat remaja perempuan yang

terlambat mengalami siklus menstruasi lalu mengambil pil atau obat

pelancar datang bulan yang sebenarnya pil atau obat aborsi (Kusmaryanto,

2002).

Adapun faktor-faktor yang mendorong para remaja melakukan

aborsi dengan sengaja (Harjaningrum, 2005), antara lain :

a. Faktor ekonomi

Aborsi dilakukan karena alasan ekonomi, misalnya kondisi

ekonomi yang belum mapan sehingga masih tergantung pada orang

(41)

b. Faktor sosial

Mereka yang hamil di luar nikah, umumnya melakukan aborsi

karena khawatir akan dampak sosial seperti putus sekolah/ kuliah,

malu pada lingkungan sekitar, takut mendapat ejekan dari masyarakat,

sang pacar yang tidak mau bertanggung jawab, bingung siapa yang

akan mengasuh bayi, atau karena takut terganggu karir masa depannya.

4. Pengambilan Keputusan Aborsi

Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan

atau decision making, bahkan mungkin harus dilakukan beberapa kali.

Mulai dari masalah-masalah yang sederhana sampai dengan masalah yang

kompleks dan menuntut banyak pertimbangan yang mendalam, seperti

halnya keputusan untuk aborsi pada remaja. Pembuatan atau pengambilan

keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan

di antara situasi-situasi yang tidak pasti (Suharnan, 2005). Medin (1996)

mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai sebuah proses untuk

menghasilkan, mengevaluasi, dan memilih sebuah pilihan keputusan di

antara berbagai pilihan yang relevan. Dalam pilihan tersebut juga

terkandung suatu konsekwensi atau resiko.

Pilihan aborsi merupakan salah satu keputusan yang diambil oleh

remaja putri untuk mengatasi kehamilan akibat hubungan seks pranikah.

Kehamilan pranikah dianggap sebagai aib bagi keluarga (Bertens, 2002).

Seorang remaja yang hamil merasa seakan-akan dunia runtuh dan tidak

(42)

2002). Pada diri remaja yang bersangkutan juga muncul perasaan bersalah,

malu, takut terhadap orang tua dan sangsi sosial dari masyarakat. Kondisi

ini menjadikan seseorang remaja cenderung mengambil jalan pintas yaitu

aborsi sebagai keputusan akhir.

Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kondisi fisik dan

mental yang tidak didukung oleh emosi yang stabil maka dapat

menghasilkan keputusan yang tidak tepat yang kemudian hari dapat

disesali (Bertens, 2002). Pilihan aborsi pun pada akhirnya dapat menjadi

suatu keputusan yang disesali.

5. Dampak Aborsi

Kehamilan pranikah yang dialami perempuan yang belum menikah

secara kejiwaan menimbulkan stres yang tidak saja bagi diri sendiri tetapi

juga bagi keluarga dan orang tuanya. Para perempuan yang mengalami

kehamilan pranikah cenderung mengambil jalan pintas, yaitu dengan

menggugurkan kandungannya. Seseorang yang melakukan aborsi diyakini

akan mengalami resiko kesehatan dan gangguan psikologis.

Resiko kesehatan yang mungkin terjadi akibat aborsi adalah infeksi

pada rahim, perdarahan hebat, embolisme(tersumbatnya pembuluh darah

oleh bekuan darah), rahim yang terkoyak atau bolong, komplikasi anastesi,

kejang, dan luka leher rahim. Rahim terpaksa harus diangkat bila

kondisinya parah, bahkan tak jarang nyawa pun harus dikorbankan

(43)

Perempuan yang secara diam-diam melakukan aborsi, setelah

proses aborsi biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS)

atau sering juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang

sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri

sendiri, mengalami gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam

berhubungan dengan kawan, perubahan kepribadian yang mencolok,

serangan kecemasan, perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat

dalam.

Selain itu, mereka juga sering menangis berkepanjangan, sulit

tidur, sering bermimpi buruk, sulit konsentrasi, selalu teringat masa lalu,

kehilangan ketertarikan untuk beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan

anak-anak yang lahir kemudian (Harjaningrum, 2005). Pengalaman

banyak orang menunjukkan bahwa pengalaman buruk berkenaan dengan

aborsi akan dikenang terus menerus dan menjadi beban psikologis yang

tidak mudah untuk diatasi dalam perjalanan hidup selanjutnya

(Kusmaryanto, 2002).

6. Upaya-Upaya Mengatasi Post Abortion Syndrome

Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi Post

Abortion Syndrome (PAS) tersebut diantaranya (Alison &Catherine,

1991):

a. Melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pasca aborsi ke dokter

untuk memastikan bahwa kondisi rahim dan servik sudah sehat

(44)

b. Bila merasa depresi akibat perasaan bersalah sebaiknya meminta

bantuan konselor untuk mengatasi masalah dan membicarakan

perasaannya untuk membantu mengenali dan memahami kondisi diri.

c. Berusaha terbuka pada orang terdekat atau keluarga atas apa yang

telah dialaminya agar tidak merasa sendiri.

d. Mendekatkan diri pada Tuhan, biasanya dengan lebih rajin berdoa

minta ampun pada Tuhan karena telah berbuat dosa dan rajin

mendoakan janin yang telah diaborsi.

e. Berusaha mencegah terjadinya kontak seksual dengan pasangan dan

berusaha menyibukkan diri dengan aktivitas baru yang lebih berguna.

f. Berusaha untuk jujur dan berani memaafkan diri sendiri serat belajar

menerima konsekwensi dari keputusan yang telah diambil.

D. GAMBARAN PENGALAMAN ABORSI PADA REMAJA DALAM

KASUS KEHAMILAN PRANIKAH

Hubungan seksual pranikah merupakan salah satu bentuk

penyimpangan seksual yang dilakukan sebelum menikah dan tidak dibenarkan

oleh agama manapun. Berdasarkan data penelitian yang ada, sebagian besar

remaja SLTA dan mahasiswa pada usia 12-17 telah melakukan hubungan seks

pranikah. Salah satu akibat yang nyata dari hubungan seks bebas pranikah

adalah kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan

(45)

Keputusan untuk aborsi yang diambil oleh remaja dilandasi karena

adanya perasaan khawatir akan dampak sosial seperti putus sekolah/ kuliah,

malu pada lingkungan sekitar, takut mendapat ejekan dari masyarakat, sang

pacar yang tidak mau bertanggung jawab, bingung siapa yang akan mengasuh

bayi, atau takut terganggu karir masa depannya. Selain itu, adanya

kekhwatiran karena kondisi ekonomi yang belum mapan juga menjadi salah

satu alasan dilakukannya tindak aborsi. Dalam kondisi demikian, terkadang

seorang remaja putri kurang mampu mengikuti suara hatinya yang

menuntunnya untuk melakukan hal yang benar dan menolak yang hal yang

buruk.

Aborsi kini telah menjadi salah satu pilihan di antara alternatif lain

bagi remaja untuk mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan. Ada

kecenderungan remaja melakukan tindak aborsi yang tidak aman, misalnya

dengan pergi ke dukun beranak, meminum obat-obatan yang dapat

membahayakan janin seperti jamu penggugur janin atau minum pil aborsi

(mifepristone), melakukan olah raga lari atau lompat-lompat (Bertens, 2002).

Tindak aborsi dengan bantuan medis atau dokter baru akan dilakukan bila

terjadi kegagalan dengan usaha aborsi yang dilakukan sendiri sebelumnya.

Usaha aborsi yang dilakukan tentunya memiliki konsekwensi atau

dampak tersendiri bagi diri remaja. Seseorang yang melakukan aborsi diyakini

akan mengalami resiko kesehatan dan gangguan psikologis. Resiko kesehatan

yang mungkin terjadi akibat aborsi adalah infeksi, perdarahan hebat,

(46)

terkoyak atau bolong, komplikasi anastesi, kejang, luka dan leher rahim.

Dalam kondisi yang parah, rahim terpaksa diangkat dan bahkan harus

mengorbankan nyawa.

Secara psikologis, remaja yang secara diam-diam melakukan aborsi

biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) setelah aborsi.

Gejala yang sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri,

perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan, perasaan

bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Selain itu, mereka juga sering

menangis berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit

konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk

beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian.

Adapun upaya yang dilakukan oleh remaja yang melakukan aborsi

untuk mengatasi Post Abortion Syndrome (PAS), diantaranya: melakukan

pemeriksaan kondisi kesehatan pasca aborsi ke dokter, meminta bantuan

konselor atau terbuka pada orang terdekat atau keluarga untuk mengatasi

masalah dan perasaan negatif akibat aborsi, berdoa minta ampun pada Tuhan

dan rajin mendoakan janin yang telah diaborsi, mencegah terjadinya kontak

seksual dengan pasangan dan berusaha menyibukkan diri dengan aktivitas

baru. (Alison &Catherine, 1991). Dampak-dampak yang muncul akibat aborsi

yang tidak segera diatasi dapat mengganggu perkembangan remaja baik secara

(47)

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menjelaskan bahwa metode

penelitian kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan dan

mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan

lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya”. Menurut

Cresswel (1998), pendekatan kualitatif adalah sebuah proses pemahaman

penyelidikan yang didasarkan pada tradisi metodologi penyelidikan berbeda

yang mengeksplorasi masalah manusia atau sosial. Peneliti kualitatif

membangun sebuah kekomplekkan, gambaran yang holistik, analisis

kata-kata, laporan yang mendetail, dan menyusun studi dalam suasana yang natural.

Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian dengan tujuan penelitian

untuk membuat pecandraan (deskriptif) secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata,

2002). Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan serta memahami

secara mendalam tentang pengalaman aborsi pada remaja dalam kasus

kehamilan pranikah.

(48)

B. SUBJEK PENELITIAN

Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini tidak

diarahkan pada keterwakilan, dalam arti jum lah atau peristiwa acak,

melainkan pada kecocokan konteks teoritis tentang gambaran remaja yang

melakukan aborsi dalam kasus kehamilan pranikah (Poerwandari, 2005).

Subjek penelitian diperoleh dengan cara mencari informasi tentang

remaja yang pernah melakukan aborsi dalam kasus kehamilan pranikah

dengan bertanya kepada beberapa teman kuliah. Subjek dalam penelitian ini

adalah remaja perempuan yang pernah melakukan aborsi dalam kasus

kehamilan pranikah dan belum melakukan pernikahan setelah terjadinya

aborsi. Usia subjek berada pada rentang usia 18-21 tahun yang tergolong

dalam adolesensi atau remaja akhir dengan pertimbangan bahwa remaja akhir

lebih mampu memberikan jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah

hidupnya termasuk masalah iman kepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya.

Beberapa identitas subjek seperti nama, tempat tinggal, alamat asal,

pekerjaan, nama orang tua, dan sebagian besar nama tokoh-tokoh yang banyak

terkait dalam kehidupan subjek akan disamarkan untuk menjaga kerahasiaan

subjek.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan metode wawancara sebagai alat utama

(49)

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif ini dilakukan guna

memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami

individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan

eksplorasi terhadap isu-isu atau suatu hal yang tidak dapat dilakukan

melalui pendekatan lain (Poerwandari, 2005)

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan pedoman

umum. Pedoman wawancara umum berisi tentang hal-hal atau isu-isu

yang harus diliput dan terungkap tanpa menentukan urutan pertanyaan,

bahkan mungkin tanpa pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara

digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus

dibahas dan sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah

aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Bentuk wawancara

dalam penelitian ini adalah mendalam (in-deph-interview), dimana peneliti

mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek secara

utuh dan mendalam (Poerwandari, 2005).

Tabel I.

Pedoman Umum Wawancara

Topik Utama Topik Pertanyaan

Latar Belakang Keluarga a. Bagaimana suasana keluarga dalam

(50)

b. Bagaimana pola asuh orang tua ? (PAO)

c. Permasalahan apa saja yang sering

muncul dalam keluarga? (MK)

d. Bagaimana relasi dalam keluarga? (RK)

Relasi dengan teman

pergaulan.

a. Bagaimana relasi dengan teman-teman?

(RT)

b. Apa saja bentuk relasi yang terjalin?

(RT/RP)

c. Aktivitas apa saja yang sering dilakukan

bersama teman-teman? (AT)

Relasi dengan teman

pacar

a. Bagaimana intensitas pertemuannya? (IP)

b. Aktivitas apa saja yang dilakukan dengan

dengan pacar? (AT/AP)

Pengalaman seks

pranikah

a. Kapan anda mulai melakukan hubungan

seks pertama kali? (ML)

b. Betuk perilaku seksual apa yang sering

dilakukan? (PS)

c. Bagaimana intensitas melakukan

hubungan seks? (IHS)

d. Bagaimana perasaan anda setelah

melakukan hubungan seksual? (DHS)

Pengalaman tentang

kehamilan

a. Bagaimana anda mengetahui kehamilan

(51)

b. Bagaimana Perasaan anda setelah

mengetahui terjadi kehamilan? (PK)

c. Reaksi diri apa saja yang muncul setelah

mengetahui kehamilan? (RE)

d. Tindakan apa yang dilakukan setelah

mengetahui terjadinya kehamilan? (TD)

Pengalaman memutuskan

aborsi

a. Apa yang diketahui tentang aborsi?

(PAB)

b. Bagaimana cara mendapat Informasi

tentang aborsi? (IA)

c. Apa alasan anda memilih atau

memutuskan untuk aborsi? (AL)

d. Siapa saja yang berperan dalam proses

pengambilan keputusan untuk melakukan

aborsi? (OP)

e. Bagaimana mendapatkan biaya untuk

aborsi? (BA)

f. Apakah metode aborsi yang dipilih?

(MA)

Dampak aborsi a. Apakah dampak yang terjadi secara fisik?

(DFA)

b. Apakah dampak yang dirasakan secara

(52)

Upaya mengatasi Post

Abortion Syndrome

(PAS)

a. Apakah cara yang dilakukan untuk

mengatasi PAS? (US)

b. Apakah keinginan atau harapan pribadi

anda? (KP)

Pemahaman tentang

moral agama?

a. Bagaimana pemahaman anda tentang

agama? (PAG)

b. Bagimana pendapat anda tentang moral

agama terkait masalah aborsi dan seks

bebas? (PP)

2. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan

dalam proses mengamati suatu hal atau fenomena yang akan diteliti.

Obserasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

lebih baik tentang konteks dari hal-hal yang diteliti. Dalam penelitian ini,

peneliti melibatkan diri dalam penelitian untuk mengamati perilaku

nonverbal dan fenomena-fenomena yang belum terungkap dalam

wawancara. Ada dua manfaat dari metode ini, yaitu sebagai cross check

dengan hasil wawancara dan sebagai alat yang memungkinkan peneliti

memperoleh data-data yang belum terungkap oleh subjek penelitian secara

(53)

D. ANALISIS DATA

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan kesatuan uraian

dasar. Dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, maka

peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut (Poerwandari, 2005):

1. Organisasi data

Data yang sudah diperoleh akan diorganisasikan secara rapi dan

sistematis. Organisasi data yang rapi dan sistematis akan memungkinkan

peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan

analisis yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan

dalam penyelesaian penelitian (Highlen dan Finley dalam Poerwandari,

2001).

Data-data tersebut meliputi:

a. Data mentah berupa tulisan (dari hasil wawancara) disesuaikan dengan

hasil wawancara.

b. Data yang sudah ditandai dengan kode-kode.

c. Penjabaran kode-kode dan kategori-kategori.

2. Koding

Penelitian kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang

penting. Koding dilakukan untuk dapat mengorganisasi dan

mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail, sehingga data dapat

memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Kode yang

(54)

kata-kata. Teknik koding dalam penelitian ini digunakan untuk

mengidentifikasi hal-hal yang terkait dengan tindak aborsi pada remaja

dalam kasus kehamilan pranikah yang diperoleh dari hasil wawancara.

Langkah-langkah koding dalam penelitian ini meliputi :

a. Menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) wawancara

sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di

sebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkan dalam

membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu .

b. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris

transkrip.

c. Peneliti secara urut melakukan pengkodean pada baris transkrip.

Memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode-kode

tertentu. Kode yang digunakan adalah singkatan atau simbol yang

mudah diingat dan mewakili berkas tersebut.

3. Analisis

a) Penelitian ini menggunakan analisis tematik yang memungkinkan

peneliti menemukan pola-pola yang tidak terlihat jelas oleh pihak lain.

Analisi tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat

menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks.

Analisis tematik adalah suatu proses yang dapat digunakan dalam

mengolah informasi kualitatif dan memungkinkan penerjemahan

gejala/informasi kualitatif menjadi data kualitatif sesuai kebutuhan

(55)

E. KEABSAHAN DATA

1. Kredibilitas

Dalam penelitian kualitatif, konsep validitas diganti dengan istilah

kredibilitas yang dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut

kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada

keberhasilannya mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau

pola interaksi yang kompleks. Salah satu ukuran kredibilitas penelitian

kualitatif adalah deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan atau

kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek

(Poerwandari, 2005). Pencapaian validitas atau kredibilitas dilakukan

melalui orientasi dan upayanya mendalami dunia empiris dengan

menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis

data.

Adapun konsep yang digunakan antara lain: validitas komunikatif

yang dilakukan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisisnya

pada responden atau subjek penelitian, validitas argumentatif yang tercapai bila presentasi alur temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan

baik serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah,

validitas ekologis yang menunjuk pada sejauh mana studi dilakukan pada

kondisi alamiah dari subjek penelitian sehingga kondisi ‘apa adanya’ dan

(56)

2. Transferability

Transferability dalam penelitian kualitatif menggantikan konsep

generalisasi untuk menjelaskan sejauh mana temuan suatu penelitian yang

dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat diaplikasikan pada

kelompok lain. Setting atau konteks yang menjadi tempat penerapan atau

pen-transfer-an hasil penelitian harus relevan atau memiliki banyak

kesamaan dengan setting di mana penelitian dilakukan (Poerwandari,

2005). Upaya untuk menerapkan hasil penelitian pada kelompok berbeda

lebih menjadi tanggung jawab peneliti lain yang ingin mencoba

membuktikan.

3. Dependability

Dependability sama artinya dengan istilah reliabilitas dalam

penelitian kuantitatif. Untuk meningkatkan reliabilitas ada beberapa hal

yang dianggap penting dalam penelitian kualitatif (Poerwandari, 2005),

antara lain:

a. Koherensi, yakin bahwa metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Keterbukaan, artinya sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan.

(57)

4. Confirmability

Confirmability (konfirmabilitas) digunakan untuk mengganti istilah

objektivitas dengan menekankan bahwa temuan penelitian dapat

dikonfirmasikan. Penelitian kualitatif mengembangkan pemahaman

berbeda tentang objektivitas. Objektivitas dapat diartikan sebagai sesuatu

yang muncul (emergent) dari hubungan subjek-subjek yang berinterelasi.

Peneliti kualitatif lebih mementingkan objektivitas dalam pengertian

transparansi, yakni kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka

proses dan elemen-elemen penelitiannya sehingga memungkinkan pihak

lain melakukan penilaian (Poerwandari, 2005). Di sisi lain, objektivitas

juga dilihat sebagai kerangka ‘kesamaan pandangan atau analisis’ terhadap

objek atau topik yang diteliti. Dalam hal ini objektivitas dilihat melalui

sejauh mana diperoleh kesetujuan di antara peneliti-peneliti mengenai

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua

tahap yaitu, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Langkah-langkah yang

ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mencari informasi tentang remaja yang pernah melakukan

aborsi dengan bertanya pada teman-teman kuliah, dan kerabat.

b. Setelah mendapatkan informasi, peneliti melakukan perkenalan

sekaligus rapport dengan bantuan teman atau penghubung yang kenal

dengan remaja pelaku aborsi. Dalam perkenalan, peneliti juga meminta

ijin kepada remaja yang melakukan aborsi untuk menjadi responden

penelitian.

c. Setelah perkenalan, peneliti melakukan pendekatan secara pribadi

untuk membangun kedekatan dan kepercayaan dengan berkunjung

informal ke kost subjek sebanyak 2 kali, menjaga komunikasi melalui

handphone dan SMS, serta pergi dan makan bersama.

d. Peneliti mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan sebagai pedoman

wawancara. Pokok-pokok pertanyaan tersebut meliputi pertanyaan

yang ditujukan kepada remaja pelaku aborsi untuk mendapakan

Gambar

Tabel I.
Tabel II RINGKASAN GAMBARAN PENGALAMAN ABORSI PADA REMAJA DALAM KASUS KEHAMILAN PRANIKAH

Referensi

Dokumen terkait

Limbah cair tahu yang banyak mengandung banyak protein dimasukkan dalam digester yang di dalamnya telah berisi karbon aktif yang mengikat bakteri-bakteri untuk

Skripsi : Studi komparatif Prestasi belajar Qur’an Hadis Melalui Pendekatan Teacher Centered Learning dengan Student Centered Learning di Madrasah Aliyah Negeri

Skripsi dengan judul “Perancangan Sistem Basis Data Produksi Barang dan Penjualan pada PT Graha Tunggal Tata Persada“ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang tertuang dalam Pasal (3) ayat (1) bahwa “salah satu syarat keselamatan kerja yaitu memberi pertolongan pada

Pengelolan data Administrasi Sistem Peminjaman VCD Pada Rental Disk Tara mempunyai peranan penting untuk menghasilkan Informasi pelayanan yang akan dilaporkan untuk setiap

Perencanaan dan Penerapan Metode CLEO (Claim, Law, Evaluation, Outcome) ... Deskripsi Pembelajaran ... Hasil Analisis Pembelajaran Berbicara dan Menulis Argumentasi

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Untuk pertama kalinya, kepercayaan terhadap Mahkamah Konstitusi berada pada titik nadir. Pasca penangkapan ketuanya, kepercayaan publik terhadap MK merosot dibawah 30 %. Publik