• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA,

PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas III SMK YPKK 2 Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh:

Elizabeth Dyah Puspaningrum NIM: 011334054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA,

PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas III SMK YPKK 2 Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh:

Elizabeth Dyah Puspaningrum NIM: 011334054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

HUBTINGAN TINGKAT PENIXI}IKAI\I ORANG TUA. PEKER.IAA}I ORANG TUA. DAI{ LINGKUNGA,IY BEI,&IAR

DENGAITI JITYA KEWINAUSAHAAII SISWA Studi Knsusr Siswr Kelos m SMK YPKK 2 Slemrn

OIdr:

E lizNbeth D.vsh Pespaningrum I{IM:01t33d$5{

Telah disetujui oleh'

Pmbimbing;

Tanggal: 3tl Mei 2008

(4)

SKnIPSI

ET]BUNGAN TINGKAT PENDIDIKAIT ORANG TUA, PEKER}AAN ORANG TUA, DAN LINGKT]NGAFT BELA.IAR

DENGAN JIWA KEWIRAUSAIIAAN $ISWA Studi K*sust Sis?ye Kelrs m SMK YPKK 2 Sleman

Dipcsiapkan dan diarlis oleb: Dlizrbc& Dyrh Pnspmingrnn

IIIIV.{; 8i.:I33{031

Telah dipertshaokan di ds.fnrr Panitia Penguji pada tangggi 9 Juli 2008

dae dinyataksn telah memenuhi spret

liusrm*n P*niiia Pengpji Nama i,mgkap

ffi

Kehra

Sekretaris Anggota Aaggota Aaggota

Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. L. Sapon*, S. Fd.,ld"Si. L. Saptono, S. fi, M- Si. Rita Eny Psrwanti, S. Pd., M.Si. Natalina Fremastuti 8.. S. Pd"

Yogyakarta,9 Juli 2008

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universias Saaata Dharma

tll

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Akan kuperhatikan orang-orang

yang pernah kutemui dalam hidupku

dan kutanyakan pada diriku sendiri apa yang harus kuberikan

kepada mereka, apa yang telah mereka berikan padaku.

Pepatah kuno mengatakan: “Tunjukkan teman-temanmu padaku

dan

akan kutunjukkan padamu siapa dirimu” – ini lebih mengandung

kebenaran daripada yang kita lakukan.

Sahabat-sahabatku adalah cerminku,

yang menunjukkan padaku jalan menjadi orang yang terbaik.

(Suzanne Somers)

Skripsi ini kupersembahkan kepada: Allah Bapa, Put ra dan Roh K udus,

(6)

PER}IYATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian katyu orang lain" kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karyailmiah.

Yogyakarta 9'Ju[i-eoa Penulis,

#

(7)

vi ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA Studi Kasus : Siswa Kelas III SMK YPKK 2 Sleman

Elizabeth Dyah Puspaningrum NIM : 011334054

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa; (2) hubungan pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa; (3) hubungan lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa; (4) hubungan lingkungan sekolah denga n jiwa kewirausahaan siswa; (5) hubungan lingkungan masyarakat dengan jiwa kewirausahaan siswa.

Penelitian studi kasus ini dilakukan di SMK YPKK 2 Sleman pada bulan Mei 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK YPKK 2 Sleman yang berjumlah 579 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas 3 SMK YPKK 2 Sleman yang berjumlah 135 siswa. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan metode purposive random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan Uji Statistik Non Parametrik yaitu Chi Square.

(8)

vii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS ’ EDUCATIONAL LEVEL, PARENTS’ PROFESSION, ENVIRONMENT OF STUDYING AND THE

SPIRIT OF STUDENTS’ ENTREPRENEURSHIP

A Case Study on the Third Grade of YPKK 2 Vocational Senior High School in Sleman Regency

Elizabeth Dyah Puspaningrum Student Number : 011334054

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The aims of this research are to find out (1) the relationship between parents’ educational level and the spirit of students’ entrepreneurship; (2) the relationship between parents’ profession and the spirit of students’ entrepreneurship; (3) the relationship between family’s environment and the spirit of students’ entrepreneurship; (4) the relationship between the school’s environment and the spirit of students’ entrepreneurship; (5) the relationship between society environment and the spirit of students’ entrepreneurship.

The research is a case study held in YPKK 2 Vocational Senior High School in Sleman, in May 2006. The populations of this research were 579 students of YPKK 2 Vocational Senior High School in Sleman. The samples of this research were 135 students of the third grade of YPKK 2 Vocational Senior High School in Sleman. The samples of this research were determined based on the purposive random sampling method. The techniques of collecting the data were questionnaires and documentations. The technique of analysing the data was Non Parametric Statistical Test. It was Chi Square.

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elizabeth Dyah Puspaningrum

Nomor Mahasiswa : 011334054

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA,

PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas III SMK YPKK 2 Sleman

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 02 September 2008

Yang menyatakan

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua, dan Lingkungan Belajar dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa. Studi kasus pada siswa kelas III SMK YPKK 2 Sleman.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperole h banyak bantuan, semangat dan doa yang mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. L. Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dha rma Yogyakarta.

4. L. Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktunya, memberikan saran dan pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.

5. Rita Eny Purwanti, S. Pd., M. Si. selaku Dosen Tamu yang telah memberikan bantuan, saran dan pengarahan kepada penulis.

(11)

ix

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ak untansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya.

8. Ayah an da ter cin ta Bonifatius Markus Djamaludin (alm.) dan Ibunda

ter sayan g Fransisca Yuli Anna Susmiyati, yang telah memberikan segalanya: cinta dan kasih sayang yang besar, dan telah mencukupi segala

kebutuhanku. I love U ?

9 . Puspaningrum Sisters tersayang (Mba Ida, De Iin, and De Pipin) yang

telah memberi perhatian dan kasih sayangnya dalam memberikan dukungan

dan doanya selama ini.

10. Sahabat - sahabatku: Lina & Dita (makasi udah percaya pada koe, and makasi

dah jadi temen sh ar in g Ich a selama in i), Marina - Pantai koe (makasi ya untuk SMS2 lucunya yang udah buat Icha senyum ter us), Arum, Ria, Julay

(makasi ya atas semangatnya, dukungan & doanya buat Icha selama ini). L ove U Friends ?

11.Mas Gio tercinta, yang selama ini selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya (makasi honey atas dukungan, doa, pengor banan dan

kesetiaan n ya sampai saat in i).I L ove You bangetz ?

12.Mas Sigit & Kakak Koe Bund’r(makasi dah jadi teman curhat koe, dah buat akoe tersenyum dengan canda kalian, sahabat sejati koe), Mas Wisnu, Mas

(12)

x

13.Bapak, Ibu dan karyawan SMK YPKK 2 Sleman yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan memberi data-data dengan kesabaran dan keramahan.

14.Siswi SMK YPKK 2 Sleman yang telah membantu dalam pengisian kuesioner dengan penuh kejujuran.

15.Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…. ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... . iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT……….. vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ………. ……. xi

DAFTAR TABEL ……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xviii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A...Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Batasan Masalah ………... 8

C. Rumusan Masalah ………. 8

D. Tujuan Penelitian ……… 9

E. Manfaat Penelitian ………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua ………. 11

1. Pengertian Pendidikan ………. 11

(14)

xii

B. Pekerjaan Orang Tua ………... 13

1. Pekerjaan Pokok ……….. 13

2. Pekerjaan Sampinga n ……….. 14

C. Lingkungan Belajar ………... 15

1. Lingkungan Keluarga ……….. 15

2. Lingkungan Sekolah ……… 16

3. Lingkungan Masyarakat ………... 18

D. Jiwa Kewirausahaan ………. 20

1. Pengertian Kewirausahaan ……….. 20

2. Objek Kewirausahaan ………. 21

3. Hakikat Kewirausahaan ……….. 22

4. Karakteristik Kewirausahaan ………. 23

E. Kerangka Teoritik ………... 25

1. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang tua dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ………. 25

2. Hubungan Pekerjaan Orang tua dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ………. 26

3. Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……….…… 27

4. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……… . 28

(15)

xiii

F. Hipotesa ………. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 32

A. Jenis Penelitian ………... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ………. 32

D. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 33

E. Variabel Penelitian dan Teknik Pengukurannya ……….. 34

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 37

G. Pengujian Instrumen Penelitian ………... 38

H. Teknik Analisis Data ……… 43

1. Statistik Deskriptif ……….. 43

2. Pengujian Hipotesis ………. 44

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ……….. … 48

A. Identitas Sekolah ……… 48

B. Sejarah Singkat Sekolah ……… 48

C. Visi dan Misi serta Tujuan Program Pendidikan SMK YPKK 2 Sleman ……….. 49

D. Sistem Pendidikan SMK YPKK 2 Sleman ……… 50

E. Kurikulum SMK YPKK 2 Sleman ……… 50

F. Organisasi SMK YPKK 2 Sleman ……… 52

G. Data Pendukung Sekolah ……….. 54

(16)

xiv

I. Sarana Prasarana dan Fasilitas Pendidikan

SMK YPKK 2 Sleman ……….. 55

J. Upaya Menggali Jiwa dan Minat Berwirausaha ……… 56

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………... ... 57

A. Deskripsi Data ……… 57

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ……… 57

2. Pekerjaan Orang Tua ……… 58

3. Lingkungan Keluarga Menurut PAP Tipe II ………. 59

4. Lingkungan Sekolah Menurut PAP Tipe II ……….. 60

5. Lingkungan Masyarakat Menurut PAP Tipe II ………. 60

6. Jiwa Kewirausahaan Menurut PAP Tipe II ……….. 61

B. Uji Normalitas ……… 62

C. Analisis Data ………. 64

1. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……….… 64

2. Hubungan Pekerjaan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ………. 67

3. Hubungan Lingkungan Keluarga Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ………. 72

4. Hubungan Lingkungan Sekolah Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ………. 73

(17)

xv

D. Pembahasan ……… 78

1. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……….. . 78

2. Hubungan Pekerjaan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……… . 80

3. Hubungan Lingkungan Keluarga Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ………... 83

4. Hubungan Lingkungan Sekolah Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……….. 85

5. Hubungan Lingkungan Masyarakat Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa ……… 87

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ……….... 90

A. Kesimpulan ……… 90

B. Keterbatasan Penelitian ……… 91

C. Saran ………. 91

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian Item Pertanyaan………...35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar…....………...….. 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Jiwa Kewirausahaan ….. ………….... 37

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar………40

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Jiwa Kewirausahaan…….. 41

Tabel 3.6 Interprestasi Koefisien Kontingensi……….…….. 47

Tabel 4.1 Data Siswa SMK YPKK 2 Sleman………...…... 54

Tabel 4.2 Data Guru SMK YPKK 2 Sleman..……… 54

Tabel 4.3 Data Karyawan SMK YPKK 2 Sleman………….……... 54

Tabel 5.1 Data Karakteristik Tingkat Pendidikan Orang Tua.……….. 57

Tabel 5.2 Deskripsi Pekerjaan Orang Tua……….…………... 58

Tabel 5.3 Deskripsi Lingkungan Belajar Keluarga ………... 59

Tabel 5.4 Deskripsi Lingkungan Belajar Sekolah.. ………... 60

Tabel 5.5 Deskripsi Lingkungan Belajar Masyarakat……….... 61

Tabel 5.6 Deskripsi Jiwa Kewirausahaan Siswa………... 62

Tabel 5.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas………... 63

Tabel 5.8 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Sis wa Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Ayah)………... 64

Tabel 5.9 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Ibu)………... 66

Tabel 5.10 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua (Ayah)………... 68

Tabel 5.11 Daftar Interprestasi Nilai C Variabel Pekerjaan Orang Tua... 70

Tabel 5.12 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua (Ibu)………...71

Tabel 5.13 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa Berdasarkan Lingkungan Keluarga………...72

(19)

xvii

Tabel 5.15 Daftar Interprestasi Nilai C Variabel Lingkungan Sekolah...…. 76 Tabel 5.16 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Siswa Berdasarkan

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ...….. 96

Lampiran 2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ...102

Lampiran 3 Uji Normalitas Data ...108

Lampiran 4 Data Induk Penelitian...109

Lampiran 5 a. Daftar Distribusi Frekuensi………...113

b. Kategori Kecenderungan Variabel………... 122

Lampiran 6 Daftar Tabel………..125

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian………... .127

Lampiran 8 Data Sekolah SMK YPKK 2 Sleman………... 129

a. Struktur Organisasi Sekolah Tahun Pelajaran 2005/2006… .129 b. Susunan Penanggung Jawab Organisasi Sekolah………….. 130

c. Struktur Organisasi Komite Sekolah………..131

d. Susunan Pengurus Komite Sekolah ...132

e. Struktur Organisasi Majelis Sekolah………..133

f. Susunan Pengurus Majelis Sekolah……….. .134

g. Data Guru dan Karyawan………...135

h. Data Keadaan Siswa………. .136

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu sub sistem pendidikan nasional yang tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional, dimana tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk siswa menjadi manusia yang mandiri dan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut, SMK di samping memberikan kemampuan siap kerja kepada lulusannya, dapat pula mengembangkan ketrampilan kejuruan yang setara maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Secara struktural SMK memiliki posisi yang strategis, yakni terdapatnya dua kesempatan: pertama, kesempatan untuk terjun langsung ke dunia kerja karena lulusannya telah memiliki suatu keahlian dan kesempatan; kedua, kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ada kecenderungan bahwa lulusan memilih langsung terjun ke dunia kerja karena pendidikan menengah kejuruan senantiasa berorientasi pada lapangan pekerjaan.

(22)

kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup bidang keahliannya; mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup bidang keahliannya, menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam lingkup bidang keahliannya; menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Berdasarkan tujuan tersebut, tampak bahwa SMK memiliki peranan yang besar dalam menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja. Kenyataan menunjukkan sampai saat ini masih banyak dijumpai para lulusan yang menganggur (belum bekerja) yang disebabkan lulusan SMK belum memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia usaha atau dunia kerja.

(23)

bersaing dalam dunia kerja. Sementara Suyanto lebih mengarahkan motivasi untuk dapat mengembangkan diri, dengan mengajak peserta untuk membuka usaha mandiri daripada bekerja dengan orang lain. Menurutnya, untuk membangun usaha atau bisnis dapat dilakukan dari ide yang sederhana, dari pendidikan, keahlian, kejadian, hobi, dan keprihatinan (Kedaulatan Rakyat, 25/04/2005).

Sebagai calon pekerja, para lulusan diharapkan memiliki ketrampilan dan keahlian. Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan praktik lapangan yang dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK. Dalam program tersebut siswa diberikan tugas sesuai dengan bidangnya. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan tersebut. Dengan kreativitas dan sikap mandiri yang dimiliki akan membantu para lulusan menentukan masa depannya dan memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan atau bisa menciptakan sesuatu yang baru (sikap mandiri). Hal inilah yang menjadi dasar tumbuhnya jiwa kewirausahaan siswa. Dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki para lulusan SMK, maka para lulusan SMK tidak hanya tergantung pada dunia kerja yang sudah ada tetapi diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran yang semakin meningkat dari hari ke hari.

(24)

antara lain: tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan lingkungan belajar.

Tingkat pendidikan yang tinggi memotivasi seseorang untuk dapat mengembangkan diri, baik dalam hal ketrampilan, keahlian, kemandirian, dan lain- lain. Perkembangan kepribadian yang diperoleh orang tua kemudian ditanamkan kepada anak-anaknya. Tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap minat anak dengan asumsi bahwa orang tua yang tingkat pendidikannya tinggi selalu berusaha untuk menambah ilmu pengetahuannya. Kegiatan orang tua yang selalu belajar inilah yang menjadikan motivasi bagi anaknya untuk lebih giat di dalam belajarnya, terutama di dalam belajar untuk meraih cita-citanya.

(25)

dengan kemampuan orang tua dalam membiayai sekolah dan kemampuan orang tua menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Faktor pekerjaan orang tua akan mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan siswa. Orang tua yang bekerja sebagai seorang wirausaha akan mendorong anaknya dan menanamkan sikap berwirausaha kepada anaknya. Anak diharapkan dapat meneruskan usaha orang tuanya di masa mendatang.

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain: lingkungan keluarga, hal yang mempengaruhi kegiatan siswa seperti cara mendidik orang tua, perhatian orang tua, keadaan sosial ekonomi, dan latar belakang kebudayaan keluarga; lingkungan sekolah yang meliputi interaksi guru dan siswa, kurikulum, media pendidikan, dan pelaksanaan disiplin juga mempengaruhi jiwa berwirausaha siswa serta lingkungan masyarakat, dan cara hidup lingkungan sekitarnya.

(26)

Pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh melalui proses belajar, pengamatan dan berdasarkan pengalaman. Dalam hal ini siswa SMK memperoleh cukup pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan kewirausahaan dalam pelajaran di sekolah dan di industri. Di samping melalui sekolah, pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh di luar sekolah melalui media massa (seperti televisi, radio, majalah, dan surat kabar), pameran, kunjungan ke perusahaan, kursus, pengamatan langsung terhadap kegiatan kewirausahaan dan pendidikan wirausaha dalam keluarga. Dengan diperolehnya pengetahuan kewirausahaan dari sekolah maka akan menambah pengetahuan siswa tentang bagaimana mengembangkan kepribadiannya. Sedang pengetahuan yang diperoleh dalam lingkungan masyarakat dan keluarga, dapat meningkatkan pengetahuan, dan sedikitnya dapat diarahkan pada kebiasaan-kebiasaan dan sikap baru. Dengan demikian diduga kuat jiwa kewirausahaan akan tinggi dengan adanya pengetahuan kewirausahaan.

(27)

pihak perusahaan yang bertugas untuk menguji. Sedangkan dalam pembelajaran di industri, diberikan pelatihan kegiatan bekerja secara langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya untuk menguasai kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Bagi siswa SMK, sebagian besar lulusan memilih untuk bekerja karena mereka ingin hidup mandiri, ingin mencari pengalaman dalam bekerja dan dapat membantu orang tua dalam bidang ekonomi. Namun adapula yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi guna memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi dan memperoleh gelar sarjana. Dan dalam memilih pekerjaan, para lulusan ingin mencari dan memasuki suatu instansi yang dapat menempatkan mereka sesuai dengan bidang keahlian yang mereka pelajari di sekolah seperti menjadi seorang akuntan di suatu instansi, tetapi adapula yang memilih pekerjaan sesuai dengan hobby mereka seperti translator bahasa asing atau terjun dalam bidang perhotelan dan pariwisata. Jiwa kewirausahaan siswa SMK dikatakan tinggi apabila keinginan untuk bekerja diwujudkan setelah lulus sekolah. Sedangkan dikatakan rendah jika keinginan untuk bekerja hanya dalam keadaan terpaksa, mencari apabila terdapat lowongan yang ada. Karena siswa lulusan SMK sebagian besar memilih untuk bekerja, maka jiwa kewirausahaannya tinggi.

(28)

TUA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa kelas 3 SMK YPKK 2 Sleman, Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Dengan latar belakang masalah yang demikian maka penulis akan membatasi bidang yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan lingkungan belajar dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa?

2. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa?

3. Apakah ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa?

4. Apakah ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa?

(29)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan masyarakat dengan jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah.

(30)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma.

Sebagai tambahan bahan bacaan dan pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya bagi mahasiswa FKIP dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Penulis.

(31)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua 1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan menurut Poerbakawatja dan Harahap (Muhibbin Syah, 1997:11) adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Sejalan pendapat itu Noeng Muhadjir (1975: 11) berpendapat bahwa pendidikan adalah membimbing anak menuju kedewasaan oleh seorang yang bertanggung jawab.

(32)

2. Klasifikasi Pendidikan

Pendidikan dapat diklasifikasikan dalam (Idris Zahara, 1981: 58): a. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari- hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, seperti di dalam keluarga, pekerjaan, hiburan, pasar dan di dalam pergaulan sehari-hari. Walaupun demikian pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang karena dalam kebanyakan masyarakat pendidikan informal berperan penting melalui keluarga, masyarakat dan pengusaha.

b. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah pendidikan sekolah yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dala m waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan formal diperoleh dengan syarat-syarat tertentu, diantaranya umur. Dilaksanakan menurut sistem pendidikan yang berlaku dan dilaksanakan secara ketat, teratur dan berurutan.

c. Pendidikan non formal

(33)

lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta atau anak didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. Pekerjaan Orang Tua

Pengertian kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan melakukan sesuatu, kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian. Sedangkan pekerjaan adalah hal- hal yang diperbuat, dilakukan, tugas kewajiban, sesuatu yang dapat dikerjakan untuk mendapat nafkah (Depdikbud, 1996: 428).

Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua siswa yang satu sudah tentu berbeda dengan jenis pekerjaan orang tua siswa yang lainnya. Pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua jenis (Yustina Dwi Any, 2004: 32), yakni:

1. Pekerjaan pokok.

(34)

2. Pekerjaan sampingan.

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat pekerjaan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok. Pekerjaan ini sama seperti halnya pekerjaan pokok yaitu tidaklah sama untuk masing- masing orang.

Dalam penelitian ini, penulis membedakan jenis pekerjaan orang tua menjadi dua jenis, yaitu:

a. Wirausaha/pedagang

Pekerjaan orang tua yang tergolong wirausaha dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis pekerjaan, antara lain:

a) Kontraktor kecil/besar d) Penjahit b) Pemilik toko e) Pengrajin c) Pengusaha kecil f) Peternak b. Bukan Wirausaha

Pekerjaan orang tua yang tergolong bukan wirausaha dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis pekerjaan, antara lain:

a) Pegawai negeri/swasta d) Petani/buruh b) Pensiunan e) ABRI c) Tidak bekerja f) Guru

(35)

C. Lingkungan Belajar 1. Lingkungan Keluarga.

Siswa yang mengalami proses belajar supaya berhasil sesuai dengan tujuan ya ng harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya. Patterson dan Loeber (1984) dalam Muhibbin Syah mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.

Faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa (Roestiyah, 1982: 159), yaitu:

a. Cara mendidik

Orang tua dalam mendidik anak seharusnya tidak memanjakan atau menekan dengan keras si anak, karena hal itu dapat menjadikan anak kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan. b. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, karena dengan adanya dorongan dan pengertian dari orang tua maka si anak akan merasa terbantu dan termotivasi dalam menentukan masa depannya. c. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukupkanlah sarana yang diperlukan anak sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

d. Latar belakang kebudayaan

(36)

Keadaan sosial-ekonomis menunjukkan pada taraf kemampuan finans ial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan ini tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan pendidikan yang akan ditempuh. Keadaan sosial-kultur menunjuk pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga yang dapat tinggi, sedang, atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan siswa dalam pergaulan antara orang tua dan anak serta pandangan keluarga mengenai pendidikan. Sebenarnya yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun akibat itu tidak harus timbul secara otomatis dan dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan membantu membentuk diri siswa atau menghambatnya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keluarga dan bagaimana sikap anak menanggapi lingkungannya dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikan dan dapat meneruskan harapannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

2. Lingkungan Sekolah.

(37)

berkembang mulai dari saat lahir sampai mencapai usia tua. Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi anak dalam belajarnya dan menyalurkan pengalaman-pengalaman belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W. S. Winkel, 2004: 2)

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan adanya sarana dan prasarana lain yang dapat menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak dalam belajar.

Menurut Roestiyah (1982:159-161) faktor-faktor yang mempenga ruhi kegiatan belajar siswa yang datang dari sekolah, yaitu: a. Interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi dengan para

murid menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.

b. Hubungan antar murid. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang bersaing secara tidak sehat.

c. Media pendidikan. Sekolah memerlukan alat-alat yang dapat membantu lancarnya kegiatan belajar siswa, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya.

(38)

e. Waktu sekolah. Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa yang bersekolah. Akibatnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal ini kurang dapat dipertanggungjawabkan. f. Pelaksanaan disiplin. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan

disiplinnya rendah, sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Pelaksanaan disiplin dalam belajar penting bagi siswa untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

g. Metode belajar. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu bimbingan dari seorang guru. Dengan belajar secara teratur dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

3. Lingkungan Masyarakat.

Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua ma upun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982: 162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya, tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawabnya sendiri sebagai seorang pelajar.

(39)

tugas belajarnya. Maka bacaan siswa perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan acara hiburan akan dapat membuat siswa malas untuk belajar. Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Komunikasi dengan anggota masyarakat yang lain merupakan hal yang penting bagi perkembangan diri siswa, tetapi hal tersebut dapat memberi pengaruh positif maupun memberi pengaruh negatif bagi diri siswa.

Muhhibbin Syah (1995: 45) mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olahraga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar.

(40)

D. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Pengertian jiwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 364) adalah suatu zat yang tidak dapat dilihat yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan hidup; roh; nyawa. Jiwa adalah sesuatu yang menjadi sumber tenaga, semangat atau penggerak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 1012), wirausaha adalah orang yang memiliki kepandaian atau bakat untuk mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Menurut Sulipan (2004: 1), pengertian wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk hidup sendiri di dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya yang bebas atau merdeka secara lahir dan batin.

Adapun yang dimaksud dengan kewirausahaan adalah sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Menurut Suryana (2001: 2), kewirausahaan merupakan hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.

(41)

pribadi. Orang yang memulai dan mengerjakan usahanya sendiri, mengorganisasi dan membangun perusahaan sejak revolusi industri dinamakan kewirausahaan (Masykur Wiratmo, 1995:2).

Di dalam kewirausahaan disepakati adanya tiga jenis perilaku, yaitu memulai inisiatif, mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah sumber daya dan keadaan menjadi sesuatu yang praktis serta penerimaan atas resiko dan kegagalan.

2. Objek Studi Kewirausahaan

Seperti telah dikemukakan bahwa kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu objek studi kewirausahaan adalah nilai- nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997: 14-15) dalam Suryana, kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:

1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.

2) Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang menyala- nyala.

3) Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah dari orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

4) Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang- ulang akan melahirkan motivasi.

(42)

6) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.

7) Kemampuan mental yang dilandasi oleh agama.

8) Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun yang menyakitkan.

3. Hakikat Kewirausahaan

Ada enam hakikat penting kewirausahaan yang dikemukakan oleh Suryana (2001: 7), yaitu:

1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. (Ahmad Sanusi, 1664).

2) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).

3) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).

4) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).

5) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih.

(43)

dan jasa baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara baru dalam rangka memberikan kepuasan kepada konsumen.

4. Karakteristik Kewirausahaan

Dalam mencapai keberhasilannya , seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang dikutip dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise Development Report” (1986) oleh Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2001:10): (1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertiveness).

(2) Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana dan mengutamakan monitoring.

(3) Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.

Secara eksplisit, Steinhoff dan Burgess (1993: 38) dalam Suryana mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi:

(1) Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas. (2) Bersedia menanggung risiko waktu dan uang. (3) Berencana, mengorganisir.

(4) Kerja keras sesuai dengan tingkat urgensinya.

(5) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang lainnya.

(44)

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan kepribadian seseorang.

Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan secara ringkas oleh Vernon A. Musselman (1989: 155), Wasty Sumanto (1989) dan Geoffey Meredith (1989: 5) dalam Suryana, diantaranya memiliki ciri-ciri:

(1) Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri, (2) Kemauan untuk mengambil resiko, (3) Kemauan untuk belajar dari pengalaman, (4) Memotivasi diri sendiri,

(5) Semangat untuk bersaing, (6) Orientasi pada kerja keras, (7) Percaya pada diri sendiri, (8) Dorongan untuk berprestasi, (9) Tingkat energi yang tinggi, (10) Tegas,

(11) Yakin pada kemauan sendiri.

Wasty Sumanto (1989: 5) menambahkan ciri-ciri yang 12 dan ke-13 sebagai berikut:

(12) Tidak ada uluran tangan dari pemerintah/pihak lain di masyarakat, (13) Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah

kepada alam,

Geoffey Meredith (1989: 5) menambahkan ciri yang ke-14 sampai dengan ke-16, yaitu:

(14) Kepemimpinan, (15) Keorisinilan,

(45)

E. Kerangka Teoritik

1. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Jiwa

Kewirausahaan Siswa.

Membimbing, mendidik, dan mendampingi anak dalam mempersiapkan masa depan agar memiliki bekal ketrampilan, keahlian dan kemampuan berpikir merupakan salah satu tugas orang tua. Hal ini dapat diwujudkan misalnya dengan membimbing serta membiasakan anak untuk berdisiplin belajar. Kemampuan orang tua dalam membimbing dan membantu kegiatan belajar anak-anaknya dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah membantu jika anak mengalami kesulitan belajar, karena orang tua memiliki pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Sedangkan bagi orang tua yang berpendidikan rendah tentu saja kemampuannya terbatas sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya, sebab pendidikan formal yang ditempuh rendah.

(46)

Dalam hal ini, tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa. Jiwa kewirausahaan anak tumbuh dengan adanya bimbingan dari orang tua dan dorongan atau penggerak terhadap anak untuk berwirausaha, dapat dilihat apakah orang tua juga mempunyai jiwa kewirausahaan. Walaupun tingkat pendidikan orang tua tinggi jika tidak memiliki jiwa kewirausahaan maka anak sulit menumbuhkan jiwa berwirausaha, begitu pula sebaliknya.

2. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa. Pekerjaan orang tua merupakan salah satu faktor pendukung menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa. Kreativitas dan sikap mandiri merupakan faktor yang sangat penting untuk mendorong semangat dalam berwirausaha. Dengan kreativitas dan sikap mandiri yang tinggi akan menciptakan jiwa berwirausaha yang tinggi pula, apalagi jika didorong oleh pekerjaan orang tua sebagai seorang wirausahawan yang sukses, maka akan semakin mendorong semangat untuk berwirausaha.

(47)

menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Semakin orang tersebut kreatif, maka kemampuan untuk brwirausaha semakin tinggi dan semakin orang tersebut mandiri maka keinginan untuk berwirausaha pun semakin tinggi.

3. Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa. Manusia mempunyai lingkungan tempat tinggal, baik itu lingkungan statis atau keadaan tempat tinggal, lingkungan dinamis atau lingkungan sosial. Lingkungan keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa, terutama dalam pembentukan dan perkembangan pada diri siswa. Dalam hal ini yang lebih berperan adalah orang tua. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama untuk mendidik manusia wirausaha/wiraswasta, dan sebagai penanggung jawab pertama dan utama pelaksanaan pendidikan seorang wirausaha. Oleh karena itu, pendidikan seorang wirausaha harus dimulai sejak manusia mulai hidup dan berkembang di lingkungan keluarga. Disinilah letak peranan orang tua/keluarga di dalam mempersiapkan manusia wirausaha, bahwa peranan orang tua/keluarga dalam mendidik manusia wirausaha adalah sangat penting.

(48)

tahap-tahap selanjutnya sampai siswa mampu berdiri sendiri atau berwirausaha.

Bagaimanakah wujud pelayanan orang tua dalam mendidik manusia wirausaha di lingkungan keluarga? Bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua untuk mempersiapkan siswa menjadi seorang wirausaha adalah menciptakan situasi belajar kewirausahaan di lingkungan keluarga. Dengan cara menciptakan hubungan yang erat dan serasi antara orang tua dan anak dan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya, menciptakan kesibukan rumah tangga yang bermanfaat, mengadakan kesempatan untuk pertemuan antar anggota keluarga untuk persiapan mental wirausaha, dan bangunlah keluarga menjadi suatu perusahaan mini. 4. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Lingkungan sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa, karena sekolah berperan membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan kreativitas dan kemandirian yang telah terbentuk dalam keluarga. Lingkungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal untuk memperlengkapi bekal pribadi seorang wirausaha, dan sebagai penanggung jawab pendidikan seorang wirausaha.

(49)

membelajarkan siswa secara aktif, pembenahan dalam pengorganisasian pengalaman belajar, dan pembenahan dalam kurikulum pendidikan formal. Terutama dalam sekolah kejuruan, siswa lebih dituntut untuk memiliki ketrampilan bekerja dan pengalaman tersebut didapatkan dari praktik lapangan yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk memasuki dunia kerja. Dari pengalaman tersebut, akan mudah menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa.

5. Hubungan Lingkungan Masyarakat dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa.

(50)

Dengan kenyataan di atas, maka terdapat peranan dan kehidupan yang kompleks di kalangan masyarakat. Terletak dari berbagai persoalan tersebut, maka masyarakat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang besar di dalam mewujudkan manusia wirausaha. Pendidikan kewirausahaan di lingkungan masyarakat akan lebih berhasil apabila masyarakat memiliki minat dan dorongan untuk hidup maju. Untuk itu perlu adanya motivasi kehidupan berwirausaha bagi segenap anggota masyarakat terutama pada diri siswa. Usaha- usaha motivasi kewirausahaan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Motivasi secara langsung dilakukan oleh para petugas dari dunia usaha/industri yang bertindak memberikan penyuluhan atau keterangan-keterangan tentang kewirausahaan kepada siswa, atau dengan pengembangan praktik-praktik kewirausahaan seperti perkumpulan sosial (pramuka, kunjungan panti asuhan, palang merah), dan perkumpulan pemuda (karang taruna). Sedangkan motivasi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui berbagai macam media pendidikan seperti radio, televisi dan surat kabar.

(51)

lulusan lebih tertarik untuk bekerja daripada melajutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena akan lebih senang kalau akhirnya mereka bisa memperoleh penghasilan sendiri yang didapatkan baik dari bekerja di kantor/pabrik atau dari usahanya sendiri.

F. Hipotesa

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa

3. Ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.

(52)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu semua penelitian mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, hal ini dikarenakan pengumpulan dan analisa data dilakukan pada waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK 2 Sleman, Jl. Pemuda Wadas Tridadi Sleman Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April- Mei 2006.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

(53)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan jiwa kewirausahaan siswa.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK YPKK 2 Sleman Yogyakarta.

2. Sampel penelitian

(54)

E. Variabel Penelitian dan Teknik Pengukurannya 1. Variabel Bebas

a. Tingkat pendidikan orang tua (X1), yaitu tingkat pendidikan tertinggi

yang terakhir ditempuh oleh orang tua siswa yang ditunjukkan dengan ijazah. Pengukuran variabel ini dengan memberi bobot kepada masing-masing jenjang pendidikan yaitu pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh orang tua yang ditunjukkan dengan ijazah. Ketentuan pengukuran bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua yang dicapai maka semakin tinggi pula skor untuk suatu alternatif jawaban. Ketentuan tersebut meliputi:

a. Tingkat pendidikan tamat SD diberi skor 1 b. Tingkat pendidikan tamat SLTP diberi skor 2 c. Tingkat pendidikan tamat SLTA diberi skor 3 d. Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi diberi skor 4

b. Pekerjaan orang tua (X2)

Pekerjaan ayah dan ibu yang paling berperan dalam keluarga. Jenis pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya (dalam rangka mencari nafkah). Pengukuran variabel pekerjaan orang tua dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan pekerjaan orang tua yang wirausaha dan yang bukan wirausaha. Ketentuan pengukuran variabel ini meliputi:

(55)

c. Lingkungan belajar (X3)

Lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pengukuran variabel lingkungan belajar dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: (a) lingkungan keluarga. Dimensi ini terdiri dari 4 indikator (cara mendidik, pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan keluarga); (b) lingkungan sekolah. Dimensi ini terdiri dari 7 indikator (interaksi guru dan murid, hubungan antar murid, media pendidikan , kurikulum, waktu sekolah, pelaksanaan disiplin dan metode belajar); (c) lingkungan masyarakat. Dimensi ini terdiri dari 3 indikator (teman bergaul, lingkungan dalam proses belajar serta adanya media massa dan televisi). Dalam penelitian ini kelima belas indikator dijabarkan ke dalam tujuh belas (17) item pertanyaan. Masing- masing item pertanyaan akan diukur dengan skala likert.

Tabel. 3.1

Penilaian setiap butir pertanyaan

Skor Jawaban Sikap

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

(56)

Berikut diuraikan tabel operasional variabel lingkungan belajar: Tabel. 3.2

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan No. Lingkungan

Keluarga

a. cara mendidik orang tua b. Pengertian orang tua c. Kondisi sosial-ekonomi

keluarga

d. Latar belakang kebudayaan keluarga

1, 2, 3 4 5 6, 7

Lingkungan Sekolah

a. interaksi gur u-siswa b. hubungan antar siswa c. media pendidikan d. kurikulum

e. waktu sekolah f. pelaksanaan disiplin g. metode belajar

8

9, 10 11, 12 13, 14 Lingkungan

Belajar

Lingkungan Masyarakat

a. mass media dan televisi b. teman bergaul

c. cara hidup lingkungan

15, 16 17

2. Variabel Terikat

(57)

Tabel. 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Jiwa Kewirausahaan

Variabel Indikator Pertanyaan No.

Jiwa

Kewirausahaan

a. percaya diri

b.berorientasi pada tugas dan hasil c. pengambilan resiko

d.kepemimpinan

e. berorientasi ke masa depan f. kerja keras

g. kreatif dan inovatif

1, 2, 3, 4 5, 6 7, 8 9

10, 11, 12 13, 14

15, 16, 17 dan 18

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dan disajikan sesuai dengan keadaan responden. Cara ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan lingkungan belajar dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini diperlukan untuk memperoleh data-data guna melengkapi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.

3. Dokumentasi

(58)

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui apakah kuesioner itu benar-benar dapat dijadikan alat ukur untuk mengukur ketiga variabel tersebut, maka perlu diadakan pengujian

validitas dan reliabilitas, sebagai berkut:

1. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban responden atas pertanyaan yang diberikan memiliki validitas (kesahihan) atau tidak. Valid atau tidaknya data dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh masing- masing item pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Apabila korelasi antara skor total dengan masing- masing pertanyaan signifikan, maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Penyajian validitas dilakukan dengan menggunakan metode koefisien korelasi Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996:369):

r =

(

)

{

}

∑ ∑

{

(

)

}

2 2

2 2

Yi Yi

n Xi Xi

n

Yi Xi XiYi

n

Keterangan:

r = koefisien korelasi

Yi = skor total setiap item tes ke-I Xi = skor masing- masing item ke-I n = jumlah item pertanyaan

Nilai r tabel ditentukan berdasarkan tabel nilai- nilai r product moment

(59)

Sedangkan jika nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak digunakan.

Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 12.0, untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen diujicobakan pada 49 responden. Dalam pengujian validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan jalan mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari nilai r tabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dari setiap item pertanyaan, berikut ini hasil pengujian validitas.

a. Pengujian validitas variabel lingkungan belajar

(60)

Tabel. 3.4

Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar

Butir Soal R hitung R tabel Keterangan

Butir 1 0,219 0,188 valid

Butir 2 0,311 0,188 valid

Butir 3 0,258 0,188 valid

Butir 5 0,270 0,188 valid

Butir 6 0,224 0,188 valid

Butir 8 0,262 0,188 valid

Butir 9 0,224 0,188 valid

Butir 11 0,196 0,188 valid

Butir 14 0,263 0,188 valid

Butir 15 0,341 0,188 valid

Butir 16 0,309 0,188 valid

Butir 17 0,315 0,188 valid

Butir 19 0,326 0,188 valid

Butir 20 0,468 0,188 valid

Butir 21 0,270 0,188 valid

Butir 22 0,322 0,188 valid

Butir 24 0,268 0,188 valid

b. Pengujian validitas variabel jiwa kewirausahaan

(61)

Tabel. 3.5

Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Jiwa Kewirausahaan

Butir Soal R hitung R tabel Keterangan

Butir 1 0,510 0,188 valid

Butir 2 0,483 0,188 valid

Butir 3 0,414 0,188 valid

Butir 4 0,325 0,188 valid

Butir 5 0,476 0,188 valid

Butir 6 0,332 0,188 valid

Butir 7 0,303 0,188 valid

Butir 8 0,470 0,188 valid

Butir 9 0,337 0,188 valid

Butir 11 0,535 0,188 valid

Butir 12 0,370 0,188 valid

Butir 13 0,458 0,188 valid

Butir 15 0,314 0,188 valid

Butir 16 0,431 0,188 valid

Butir 17 0,338 0,188 valid

Butir 18 0,378 0,188 valid

Butir 19 0,378 0,188 valid

Butir 20 0,431 0,188 valid

2. Pengujian Reliabilitas

Raliabilitas dilakukan setelah test of validity. Tes reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya ataukah tidak. Dengan kata lain, jika hasil pengukuran konsisten atas objek yang sama maka instrumen pengukuran tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur. Langkah- langkah yang digunakan untuk tes reliabilitas adalah mencari nilai reliabilitas dengan menggunakan rumus

Cronbach-alpha. Rumusnya sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2002:171):

rtt=

(62)

Keterangan:

rtt = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

2

∑σ

b = jumlah varian butir

2 1

σ

= varians total

Setelah r hitung diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka alat ukur yang digunakan dikatakan reliabel (andal). Apabila r hitung lebih kecil dari r tabel, alat ukur yang digunakan tidak fleksibel.

Hasil analisis yang diperoleh, koefisien alpha atau rttnya sebesar

0,849 (lihat lampiran 2 hal. 105). Kemudiaan harga rtt tersebut dikonsultasikan dengan harga kategori nilai r menurut Suharsimi Arikunto,

karena rttnya berada pada taraf 0,800-1,00 dapat dikatakan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dianggap memenuhi kedua persyaratan instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel, sehingga instrumen lingkungan belajar dan jiwa kewirausahaan siswa dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.

3. Uji Normalitas

(63)

α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah 0,05 maka

distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika masing- masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal, adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):

D = MaxFo

( )

Xi −Sn

( )

Xi

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

Fo(Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan SN = Distribusi frekuensi kumulatif observasi

Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai F hitung < dari nilai F tabel maka distribusi data dikatakan normal.

H. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

(64)

2. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan apakah hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain, maka digunakan uji statistik Korelasi product moment.

Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:369):

rxy =

(

)

{

2 2

}

{

2

(

)

2

}

Yi Yi

n Xi Xi

n

Yi Xi XiYi

n

∑ ∑

− −

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

Yi = skor total setiap item tes ke-I Xi = skor masing- masing item ke-I n = jumlah item pertanyaan

Sedangkan untuk menguji apakah r hitung signifikan atau tidak, maka dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut:

t hitung =

2

r 1

2 n r

− −

Keterangan:

r = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Hipotesis akan diterima apabila t hitung > t tabel dan sebaliknya hipotesis akan ditolak bila t hitung < t tabel. Untuk menguji harga t hitung digunakan taraf signifikansi 5% dan derjat kebebasan N-2.

Pengujian dengan korelasi product moment dapat dilakukan apabila data yang diperoleh berdistribusi normal. Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan korelasi

(65)

akan dilakukan denga n menggunakan uji statistik non parametrik

Chi-Square

( )

χ2 .

Untuk pengujian hipotesis 1 sampai 5 digunakan uji statistik Chi

Squre

( )

χ2 . Langkah-langkah pengujian Chi Square adalah sebagai

berikut:

a. Memasukkan data yang diperoleh dalam tabel kontingensi.

b. Menghitung nilai Chi-square

( )

χ2 dengan langkah sebagai berikut:

1) Mencari nilai Chi-square

( )

χ2

2

χ =

(

)

2 0

F FhFh

Keterangan: 2

χ = chi-square

F0 = frekuensi yang diperoleh Fh = frekuensi yang diharapkan

2) Mencari nilai Frekuensi yang diharapkan, dengan rumus sebagai berikut:

Fh = jumlah kolom x jumlah baris jumlah seluruh

3) Menyusun Hipotesis

Ho = Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Ha = Ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. 4) Memilih level signifikansi yaitu 5% dengan derajat kebebasan (db)

(66)

Keterangan: b = batas k = kolom

Kriteria pengujian hipotesis:

Ho ditolak apabila χ2 hitung > χ2 tabel Ho diterima apabila χ2 hitung < χ2 tabel

c. Menghitung Koefisien Kontingensi ( C )

Untuk mengetahui derajat hubungan antara faktor yang satu dengan lainnya digunakan koefisien kontingensi ( C ), sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien kontingensi adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:282):

C =

n ?

? 2

2 +

Keterangan:

C = koefisien kontingensi 2

χ = chi-square

n = jumlah item

Agar harga koefisien (C) yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi antara faktor, maka harga C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum ( C maks) yang bisa terjadi.

Harga C maksimum dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

C maks =

m m−1

Keterangan:

m = banyaknya kategori yang paling kecil di antara variabel yang diketahui semakin dekat nilai C dengan C maks, maka makin kuat

(67)

Perhitungan interprestasi rasio koefisien kontingensi (C) terhadap C maksimum (C maks) adalah sebagai berikut:

C rasio =

maks

C C

Tabel. 3.6

Interprestasi Koefisien Kontingensi

Nilai C Interprestasi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

(68)

48 BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMK YPKK 2 Sleman

Alamat Sekolah : Jl. Pemuda Wadas Tridadi Skeman Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen

Program Keahlian : Akuntansi

Status : Swasta Disamakan

Nama Yayasan : Yayasan Pendidik an Kejuruan dan Ketrampilan Yogyakarta

B. Sejarah Singkat Sekolah

SMK YPKK 2 Sleman dibuka resmi berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tanggal 1 Juni 1981 No. 0121/I.131/I.81 dengan nama SMEA YPKK Sleman bergabung dengan SMA Sulaiman di Jl. Magelang Wadas Tridadi Sleman. SMK YPKK 2 Sleman didirikan oleh Yayasan Pendidikan Kejuruan dan Ketrampilan Yogyakarta yang beralamat di Jl. Wates Km. 4,5 Banyuraden Gamping Sleman yang bertujuan menyiapkan tenaga kerja di tingkat menengah terutama dalam bidang pembukuan.

(69)

Negeri IV Tempel, dan pada tahun 1988 pindah lagi di SMP PGRI Sleman. Lalu tahun 1989 SMK YPKK 2 Sleman sudah mulai menetap dan menempati gedung baru bertingkat milik sendiri yang dibangun di atas tanah desa Tridadi, Kecamatan Sleman di Jl. Pemuda Wadas Tridadi Sleman. Dan sampai sekarang SMK YPKK 2 Sleman terus berkembang dengan dilengkapi identitas, fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai.

C. Visi dan Misi serta Tujuan Program SMK YPKK 2 Sleman 1. Visi

Mewujudkan lulusan atau tamatan yang siap kerja, dengan didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, etos kerja yang tinggi, disiplin, kreatif, inovatif dengan dilandasi oleh iman dan taqwa yang kuat. 2. Misi

a. Mendidik dan melatih peserta diklat berbagai ilmu dan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat dunia kerja.

b. Menjalin hubungan kerja sama dengan dunia Industri/Dunia kerja sebanyak-banyaknya dengan prinsip saling menguntungkan.

c. Memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat pengguna.

d. Membekali peserta diklat dengan pendidikan agama dan budi pekerti yang memadai.

3. Tujuan Program SMK YPKK 2 Sleman

(70)

b. Memperkenalkan kepada siswa SMK untuk mengenal dunia kerja, jenis usaha dengan memahami peluang dan kebutuhan.

D. Sistem Pendidikan SMK YPKK 2 Sleman

Sistem pendidikan menggunakan sistem program semester, penyampaian materi dan praktik. Praktik dilaksanakan melalui pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Program PSG merupakan program sekolah bersama dnegan pihak dunia usaha/dunia kerja yang diorganisir melalui Komite Sekolah.

E. Kurikulum SMK YPKK 2 Sleman

Kurikulum SMK YPKK 2 Sleman ditetapkan secara nasional yang sifatnya masih umum karena belum mengacu kepada kebutuhan dunia usaha dan industri tertentu. Oleh karena itu baik materi maupun sistem pengorganisasiannya masih perlu dianalisis dan dikembangkan lebih lanjut pada tingkat sekolah, agar benar-benar terkait dan sepadan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.

1. Pengertian Kurikulum

(71)

dan pemahaman, pengembangan ketrampilan, dan menginternalisasikan sikap, nilai profesionalisme sesuai dengan tuntutan kerja.

2. Tujuan Kurikulum

Penyusunan kurikulum secara berkelanjutan bertujuan untuk menjaga dalam meningkatkan isi kurikulum, serta pengurutan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagai acuan bagi para pengelola dan pelaku pendidikan di lapangan yang dipelajari dan dikuasai tamatan benar-benar sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam dunia kerja.

3. Pelaksanaan Kurikulum

a. Penyusunan materi dan strategi pelaksanaan kurikulum dapat dilakukan melalui pendekatan sinkronisasi dan pendekatan analisis jabatan.

b. Hasil dari penyusunan materi dan pengurutan pelaksanaan kurikulum disepakati sebagai program bersama oleh Majelis Sekolah, SMK, dan Institusi Pasangan yang akan dilaksanakan bersama secara taat as

Gambar

Tabel 5.16 Tabel
Tabel. 3.1
Tabel. 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar
Tabel. 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama berupa pengambilan data di lapangan berupa contoh sedimen dasar dan pengukuran kecepatan dan arah arus

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial keadilan dan sistem perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika

Pada penelitian ini akan dibuat arang aktif dari tongkol jagung dan diaktivasi secara fisika dan kimia dengan aktivator KOH dimana KOH adalah agen yang paling efektif

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional ( to get things done ) dan interpersonal (bersosialisasi) yang menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara

Untuk menghitung objek orang yang ada pada citra, terlebih dahulu mengklik tombol ekstraksi fitur untuk mendapatkan model training yang kemudian citra di input

Beberapa kegiatan yang dilakukan peserta PPG pada tahap observasi dan orientasi lapangan sebagai berikut. a) Mempersiapkan diri dengan berbagai instrumen yang diperlukan untuk

Adalah transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan atas dasar faktur penjualan yang dilampiri dengan surat order pengiriman dan surat muat yang diterima oleh