• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun 2009/2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun 2009/2010 - USD Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

         

OLEH:

Albertus Dhita Anggoro NIM:061114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

         

OLEH:

Albertus Dhita Anggoro NIM:061114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii  

 

(4)
(5)

iv  

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri

(Matius 22:39)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ibu Hanna Sufefti Prihatini

Orang tuaku yang selalu memberikan perhatian,

dukungan dan semangat dalam menggapai cita-cita

Bagi pembaca yang terkasih,

semoga skripsi ini memberikan sumbangan terbaik

dalam perkembangan diri

 

 

 

 

(6)

v  

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Oktober 2010

Penulis

(7)

vi  

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Albertus Dhita Anggoro

Nomor Mahasiswa : 06 1114009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI PARA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN 2009/2010

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 8 Oktober 2010

Yang menyatakan

(8)

vii  

TAHUN AJARAN 2009/2010

Albertus Dhita Anggoro, 2010

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010, (2) butir-butir kegiatan belajar mandiri mana yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah Kuesioner Kegiatan Belajar Mandiri para Siswa dengan jumlah item 70. Aspek-aspek belajar mandiri dalam skala ini adalah pemahaman terhadap strategi pencapaian tujuan belajar, menerapkan cara/strategi belajar efektif, mengatur diri dalam proses belajar mandiri, dan refleksi diri terhadap evaluasi hasil belajar secara pribadi. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item dengan menggunakan program SPSS. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik belah dua gasal-genap (split-half). Penghitungan reliabilitas instrumen menggunakan program SPSS guna menghitung koefisien korelasi gasal genap dengan teknik Pearson Product Moment, dan hasilnya dikoreksi dengan formula Spearman-Brown. Hasil perhitungan reliabilitas 0,86, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori tinggi.

Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 sejumlah 47 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu, kelas VIIIA 25 siswa dan VIIIB 22 siswa.

Hasil penelitian adalah (1) tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 bergradasi pada 89% dari siswa seluruhnya memiliki tingkat belajar mandiri kategori sedang, 11% masuk kategori tinggi, dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori rendah sehingga disimpulkan bahwa tingkat belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 masuk dalam kategori sedang. (2) ada 10% butir kegiatan belajar mandiri yang tingkat pencapaiannya masih berada pada kategori rendah. Sebanyak 70% butir masuk dalam kategori sedang, dan 20% butir masuk dalam kategori tinggi, dengan demikian butir-butir yang masuk dalam kategori rendah dapat digunakan sebagai dasar pemberian topik-topik bimbingan dalam pelayanan bimbingan dan konseling belajar.

 

(9)

viii  

Albertus Dhita Anggoro, 2010

The purpose of this research is to identify (1) the self-learning intensity of eight graders in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010, (2) the self-learning which are not yet achieved in self of class VIII students in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010. This research is descriptive research.

The research instrument used is the self-learning intensity Questionnaire with 70 items. The self learning aspect in this scale are the comprehension towards the strategies of study’s purpose, the application of the effective learning strategies, the self regulate in process self-learning, and the self reflection toward the evaluation result study on a personal scale. The validity instruments are checked with approach the expert judgment and to continue by the Pearson Product Moment correlation analysis to examination of internal consistency with using SPSS program. The reliability instrument is checked using to engineering approach two odd-even split (split-half). The calculation of reliability instrument using the SPSS program to calculate the correlation coefficients even-odd with Pearson Product Moment technique, and the results are corrected with the Spearman-Brown formula. The results calculation of reliability 0.86, afterword consulted to Guilford criteria and concluded in the high category.

The subject research is eight graders in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010 the amount of 47 student consisted of two classes there are, 25 students from VIII A and 22 students from VIII B.

(10)

ix  

kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Tingkat Belajar Mandiri Para Siswa Kelas VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi

ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun

semua penglaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri

penulis.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak

yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si. Dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam

proses penulisan skripsi ini sampai selesai.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si. Ketua Program studi Bimbingan dan Konseling

yang telah memberikan pengetahuan dan dorongan selama ini yang berguna

(11)

x  

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.

5. Pariyadi, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba

instrumen penelitian.

6. Yulius, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

kepada para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

7. Dra. Siswinarni. Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 2

Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di

sekolah terhadap para siswa kelas VIII.

8. Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah berpartisipasi

dalam proses pengumpulan data.

9. Ibu dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan

selalau mendoakan.

10. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang

selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses

(12)

xi  

Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

(13)

xii  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTARK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 7

(14)

xiii  

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Subyek Penelitian ... 28

C. Instrumen Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 49

C. Usulan Topik-topik Bimbingan... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(15)

xiv  

Tabel 2 : Kriteria Guilford ... 34

Tabel 3 : Hasil Revisi Kuisioner Berdasarkan Telaah Ahli ... 39

Tabel 4 : Kategori Tingkat Belajar Mandiri Para Siswa ... 45

Tabel 5 : Capaian Skor Belajar Mandiri Para Siswa ... 46

Tabel 6 : Butir-butir yang Belum Tercapai pada Diri Siswa ... 48

(16)

xv  

(17)

xvi  

Lampiran 2 : Data Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner ... 67

Lampiran 3 : Kuesioner ... 69

Lampiran 4 : Data Hasil Capaian Skor Belajar Mandiri Pada Subyek ... 77

Lampiran 5 : Data Hasil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Belajar Mandiri .... 78

Lampiran 6 : Garis-garis Besar Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling 80 Lampiran 7 : Satuan Pelayanan Bimbingan ... 84

Lampiran 8 : Surat Pengantar Uji Coba Instrumen ... 91

Lampiran 9 : Surat Pengantar Penelitian ... 92

Lampiran 10 ;Surat Pengesahan Penelaahan Oleh Ahli ... 93

(18)

1

 

Dalam bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Tempat pendidikan pertama kali yang dialami oleh seseorang dalam kehidupannnya adalah keluarga. Dalam keluarga sifat-sifat kepribadian terbentuk, namun seseorang tidak hanya berhenti di keluarga saja dalam menemukan dan memperoleh pendidikan. Sekolah merupakan tempat di luar keluarga yang memberikan dan membekali pendidikan demi masa depan. Sekolah adalah lembaga yang mempunyai tugas pokok yang terpusat pada perkembangan siswa yang mengarah pada perkembangan kemampuan-kemampuan dalam ilmu dan teknologi (Winkel, 1996:51).

(19)

koran, majalah, televisi dan internet. Latihan-latihan yang diberikan melalui PR, sekolah memiliki harapan agar siswa mampu belajar mandiri sehingga kompetensi yang dimiliki semakin meningkat dan siswa lebih mendalami materi-materi yang sedang dipelajari.

Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, 2007:7).

Dalam belajar mandiri akan terlihat bagaimana hasil dari pemahaman dan pendalaman materi tanpa tuntunan guru, hasil akan baik bila belajar dilakukan dengan baik, hasil yang baik akan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa sehingga siswa yakin bisa mengerjakan latihan-latihan. Hasil akan kurang baik bila belajar tidak dilakukan dengan baik, hasilnya siswa kurang memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan latihan-latihan. Persiapan diri dalam belajar berkaitan dengan tuntutan pencapaian kompetensi bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar agar siswa mampu bersaing di dunia global maka peningkatan kualitas siswa sungguh ditekankan dalam proses belajar mengajar (Zakaria, 2010).

(20)

konsep-konsep serta fakta-fakta dari guru kepada siswa, namun sekolah mengharapkan keaktifan dari siswa melalui aktifitas belajar mandiri.

Sekarang bukan jamannya lagi model pendidikan tradisional, yang menganggap bahwa pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, fakta, atau kenyataan yang ditemukan di masa-masa sebelumnya dari guru kepada murid-muridnya sehingga akibatnya tanpa guru siswa tidak bisa belajar dan kompetensipun kurang (Mudjiman, 2007:24). Selama ini banyak siswa yang menikmati hal itu, mereka hanya mengharapkan dicurahi pengetahuan oleh guru. Akibatnya siswa banyak mengisi waktu luangnya dengan bermain dan pergi berkumpul dengan temannya sehingga waktunya terbuang habis dengan percuma. Hasilnya siswa mengalami kurang percaya diri dalam menghadapi dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru di kelas maupun di luar kelas. Hal itu disebabkan kurangnya motivasi untuk melakukan aktifitas belajar mandiri dalam belajar sehingga kompetensi yang dimilki kurang.

(21)

tanggung jawabnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sesuai dengan motto sekolah yaitu “Membangun Komunitas Berpengharapan”. Siswa sungguh diarahkan kepada pribadi yang berkualitas dan dapat menjadi harapan baik di keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Para siswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan - permasalahan dalam kehidupannya dengan baik sehingga mereka bisa mendapatkan sebuah pengetahuan yang baru dan kemudian dijadikan sebuah bekal di masa mendatang, oleh karena itu peneliti ingin melihat seberapa jauh siswa melakukan belajar secara mandiri.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dipecahkan adalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010?

2. Butir-butir kegiatan belajar mandiri manakah yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(22)

2. Mengidentifikasi butir-butir kegiatan belajar mandiri yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010 yang berdampak implikatif terhadap pemilihan topik-topik program bimbingan belajar mandiri.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut teori-teori tentang belajar mandiri sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.

2. Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk pengembangan program Bimbingan Konseling Belajar, khususnya dalam rangka meningkatkan kemandirian siswa agar siswa semakin mampu melakukan belajar mandiri.

b. Bagi Siswa

(23)

c. Bagi Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Guru Mata Pelajaran agar guru semakin mampu mengupayakan pembelajaran yang mengarah kepada kegiatan belajar mandiri.

E. Definisi Operasional

(24)

7

 

Dalam bab ini dibahas kajian teoritis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini yaitu karakteristik perkembangan belajar siswa SMP, belajar mandiri, dan layanan bimbingan dan konseling belajar.

A. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP

Usia siswa SMP termasuk dalam usia masa remaja. Masa remaja merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Menurut Sarwono (2004:84) pada masa remaja hampir semua remaja masih menggantungkan diri kepada orang tua dalam hal belajarnya, karena hampir semua orang tua mengharapkan anaknya pandai di sekolah sehingga orang tua menginginkan anaknya menuruti kemauan orang tua.

(25)

Menurut Syah (2008:184) faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa terdiri dari dua macam yaitu :

1. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan psiko-fisik siswa, yaitu :

a. Gangguan yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b. Gangguan yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

c. Gangguan yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar.

2. Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, meliputi :

a. Lingkungan keluarga, contohnya : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

c. Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang kurang berkualitas.

(26)

itu dipandang sebagai faktor khusus yang disebut dengan sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar) yang terdiri atas :

1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca 2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis 3. Diskalkulia (dyscaculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kesulitan-kesulitan pada diri siswa dapat dikurangi dengan memberikan latihan-latihan agar siswa dapat mandiri sedini mungkin, dengan demikian anak dapat memilih jalannya sendiri dan akan berkembang lebih mantab.

B. Belajar Mandiri

1. Pengertian Belajar Mandiri

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri mempunyai pengertian tidak harus belajar sendiri, akan tetapi belajar mandiri merupakan upaya sistematis yang dilakukan oleh peserta didik dalam mengatur proses pembelajarannya dalam rangka mencapai penguasaan kompetensi secara utuh (Panen, dalam Zakaria, 2010). 

(27)

dalam belajar. Dalam belajar mandiri, siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya. Apabila terdapat kesulitan, barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, 2007:7). Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, tempat belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi hasil belajar ditetapkan oleh pembelajar sendiri.

Menurut Mudjiman (2007:7) penjelasan untuk batasan tersebut di atas adalah sebagai berikut,

a. Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan dan kreatifitas untuk mencapai tujuan.

b. Motif atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif.

c. Kompetensi adalah pengetahuan atau ketrampilan, yang dapat digunakan untuk memcahkan masalah.

d. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun ketrampilan baru yang dibutuhkan.

(28)

Dari batasan itu dapat diperoleh gambaran bahwa seseorang yang sedang menjalankan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh motif yang mendorongnya belajar.

2. Aspek-Aspek Belajar Mandiri

Belajar mandiri pada dasarnya meliputi tiga aspek, yaitu penentuan tujuan belajar, cara belajar dan evaluasi (Moore, dalam Rahadi, 2010). Tiga aspek tersebut ditentukan oleh pembelajar sendiri.

a. Tujuan Belajar Mandiri

(29)

b. Cara Belajar

Menurut Mudjiman (2007:18), setiap orang memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Hal ini antara lain terkait dengan tipe pembelajar, apakah termasuk auditif, visual, kinestetik atau tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu menemukan tipe dirinya serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuan sendiri. c. Evaluasi Hasil Belajar (Refleksi Diri)

Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Pembelajar melakukan evaluasi belajar dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya. Pembelajar akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Hasil evaluasi diri yang dilakukan berulang-ulang akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih lanjut (Mudjiman, 2007:18).

Refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Kemampuan refleksi merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan dalam belajar mandiri, sebab dari hasil refleksi pembelajar dapat menentukan langkah ke depan guna mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan.

3. Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)

(30)

karena menyangkut diri perorangan setiap siswa dalam proses belajar menuju kebiasaan belajar mandiri.

Menurut The Liang Gie (1995:189), pengaturan diri dalam proses belajar (self regulated learning) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari pribadi agar lebih sempurna. Terdapat empat bentuk perbuatan yang mendasari kegiatan pengaturan diri dalam proses belajar (The Liang Gie, 1995:189), yaitu :

a. Pendorongan Diri (self motivation)

(31)

b. Penataan Diri (self organization)

Bentuk perbuatan yang kedua dalam pengaturan diri adalah penataan diri, yaitu mengatur dengan sebaik-baiknya pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda dan semua sumber daya lainnya dalam kehidupan setiap siswa sehingga tercapai efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi yaitu perbandingan terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi dengan hasil yang diinginkan. Dalam proses menuju kegiatan belajar mandiri penataan diri sangat diperlukan agar dapat mencapai tujuan belajar. Pada dasarnya penataan diri dalam proses belajar mandiri yaitu siswa dapat merencanakan, mengatur dan mengurus segala hal dalam diri sendiri agar proses belajar dapat berlangsung secara tertib, lancar dan mudah.

c. Pengendalian Diri (self control)

(32)

d. Pengembangan Diri (self development)

Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri merupakan bentuk pengaturan diri yang terakhir. Pengembangan diri adalah perbuatan yang menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal mencakup segenap sumber daya pribadi dalam diri seorang siswa. Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri meliputi pengembangan fisik untuk menjaga kesehatan, pengembangan sosial untuk meningkatkan berbagai ketrampilan hubungan antar perorangan, pengembangan emosional untuk membina kesadaran diri yang lebih besar dan kekokohan emosional, pengembangan intelektual untuk menambah kearifan serta pengetahuan, pengembangan karakter untuk membina perilaku moral dan etis, pengembangan spiritual untuk memupuk suatu kesadaran yang lebih besar terhadap makna kehidupan.

4. Komponen Konsep Belajar Mandiri

Pada bagian berikut akan diuraikan secara singkat masing-masing komponen konsep belajar mandiri menurut Mudjiman (2007:23).

a. Paradigma Konstruktivisme

(33)

konstruktivisme dilandasi penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru menuju ke pembentukan suatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar (Mudjiman, 2007:23). Belajar adalah membangun pengetahuan untuk membentuk pengetahuan baru (Hazel and Papert, dalam Mudjiman, 2007:23).

Pemikiran tentang pengetahuan baru itu menempatkan siswa sebagai komponen penting dalam proses pendidikan. Siswa tidak lagi dianggap sebagai pihak yang begitu saja menerima pengetahuan yang diberikan kepadanya, melainkan mengolahnya sebelum memahaminya. Penempatan siswa sebagai subjek pendidikan merupakan pandangan baru, yang berbeda dengan pandangan paradigma tradisional.

Dalam pendidikan tradisional, pendidikan dianggap sebagai proses transmisi pengetahuan, fakta, atau kenyataan yang ditemukan di masa-masa sebelumnya dari guru kepada murid-muridnya. Model seperti ini disebut teacher centered learningmodel karena proses pengajaran dan pendidikan berpusat pada guru sedangkan siswa bersifat pasif, siswa harus menerima apa yang diajarkan guru.

(34)

Selain model pembelajaran tradisional, berkembang banyak model pembelajaran progresif yang bercirikan keaktifan siswa. Pembelajaran progresif identik dengan Active Learning atau pembelajaran aktif antara lain Active Learning sendiri, Integrated Learning, Problem Based

Learning, Independent Learning atau belajar bebas, Selfmotivated

Learning atau belajar mandiri, Progressive Learning dengan

pendekatan ketrampilan proses, Pembelajaran PAMONG dan Quantum

Learning. Model-model baru ini umumnya bersumber pada paradigma

pembelajaran konstruktivistik (Mudjiman, 2007:25).

Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang berbasis paradigma konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivistik penambahan pengetahuan dilakukan oleh siswa sendiri, karena belajar menurut paradigma konstruktivisme adalah proses membentuk kembali atau membentuk baru pengetahuan.

b. Pengembangan Motivasi Belajar

(35)

Motivasi dari siswa sangat mempengaruhi dirinya dalam proses belajar, baik itu motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan kebutuhan psikologis dari dalam diri. Motivasi instrinsik mendorong untuk melakukan kegiatan dengan tujuan menguasai dan mendapat kompetensi baru, menikmati proses belajar serta merasakan kepuasan bila kegiatan belajar behasil. Motivasi instrinsik ada dalam kegiatan tanpa ‘iming-iming’ sebagai pendorong yang bersifat eksternal. Jadi bisa dikatakan bahwa motivasi instrinsik merupakan dorongan yang berasal secara alamiah dari dalam diri untuk mendapat pengetahuan serta kompetensi baru, seperti emosi, rasa senang dan minat.

1) Faktor-Faktor Pembentuk Motivasi Belajar

Menurut Mudjiman (2007:43) dalam proses pembentukan motivasi belajar ada faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain : a) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar

(36)

b) Faktor kebutuhan untuk belajar

Faktor ini mengenai seberapa jauh pembelajar akan memenuhi kebutuhannya dalam proses belajar, misalnya secara umum apakah dengan belajar yang sedang dijalani akan menjanjikan kompetensi yang dibutuhkan atau malah untuk menghindari sesuatu yang tidak dikehendaki. Pertanyaan itu akan terjawab bila pengetahuan yang cukup detail dimiliki.

c) Faktor kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar

Faktor ini mengenai seberapa jauh pengetahuan penbelajar tentang kemampuan dirinya dalam melakukan suatu proses belajar.

d) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar Faktor ini mengenai seberapa senang pembelajar akan menjalani proses belajar. Rasa senang akan timbul dari pengalamannya sendiri ataupun dari pengalaman orang lain yang pernah dilihat tentang belajar. Rasa senang juga akan timbul bila pembelajar meyakini bahwa pembelajar memilki kemampuan untuk melakukan kegiatan yang sedang dipertimbangkan.

e) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar

(37)

f) Faktor hasil belajar

Faktor ini mengenai seberapa jauh pengaruh hasil-hail belajar selama ini terhadap kemampuannya dalam mengahadapi proses belajar kedepan.

g) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar

Faktor ini mengenai kepuasan pembelajar terhadap hasil-hasil belajarnya selama ini dan rasa puas akan memperkokoh motivasinya untuk terus belajar, sebab pembelajar akan semakin tahu apa keuntungan yang didapat dari belajar dan akan meneruskan belajarnya ketahap yang semakin tinggi. Sebaliknya bila hasil belajar tidak memuaskan dapat menyebabkan kekecewaan dan memutuskan untuk berhenti belajar.

h) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses pembuatan keputusan

Faktor ini merupakan pengendali dari semua faktor-faktor yang sebelumnya, karena kemampuan diri pembelajar untuk membuat perhitungan sungguh mempengaruhi hasil yang akan didapat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.

2) Teknik Belajar untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar

(38)

belajar (Mudjiman, 2007:97). Teknik belajar yang akan dibicarakan adalah MASTER Plan (Rose and Nicholl, 1997:410-413) dan SQ3R (Robinson, 1946:28-31).

a) MASTER Plan

MASTER Plan juga disebut pembelajaran yang dipercepat

(Accelerated Learning). MASTER adalah akronim yang

mencerminkan langkah-langkah belajar sebagai berikut :

(1) Motivate your mind (Tumbuhkan Motivasi)

Menumbuhkan motivasi dalam diri agar tetap bersemangat dalam belajar. Menumbuhkan motivasi dalam diri hendaknya memperhatikan beberapa hal yaitu, pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi, bertambahnya kemampuan dalam melakukan belajar, mengupayakan rasa senang melakukan kegiatan belajar, mengingat adanya manfaat dari belajar.

(2) Acquiring the information (Kumpulkan Informasi)

(39)

kepada pihak lain guna mengecek kebenaran penyimpulan sekaligus guna mengetes penguasaan bahan hasil belajar oleh pembelajar.

(3) Searching out the meaning (Temukan Makna)

Memahami setiap fakta atau informasi yang didapat bukan hanya sekedar mengerti, kemudian disimpan dalam memori guna dipanggil kembali untuk diperlukan. Upaya memahami fakta berarti mengaitkan fakta-fakta yang telah dimilki menjadi sebuah pengetahuan baru.

(4) Triggering the memory (Kuncilah Fakta dalam Memori)

Setelah fakta atau informasi dipahamai, kemudian dikunci dalam memori dengan berbagi cara misalnya, fakta dirangkai kedalam sebuah konsep kemudian dibuat mental map.

(5) Exhibiting what you know (Tunjukkan Kepada Orang Lain)

(40)

(6) Reflecting on how you’ve learned (Refleksi)

Tahap refleksi merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran, pada tahap ini pembelajar bertanya tentang bagaimana dan apa yang diperoleh selama proses belajar yang sudah dijalani. Hal ini bertujuan untuk memecahkan sesuatu masalah atau menguasai suatu kompetensi.

b) Metode Survey, Question, Read, Recite and Review (SQ3R) Metode Survey, Question, Read, Recite and Review (SQ3R) adalah metode untuk mempelajari buku, artikel pada jurnal atau bentuk-bentuk bahan pelajaran yang lain. Metode ini mengarah pada pemahaman terhadap bacaan secara menyeluruh dan detail. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

(1) Langkah Orientasi (Survey/S), yaitu tahap mengamati secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran umum dari bahan pelajaran dengan cara memusatkan perhatian pada tiap bagian dari bahan tersebut yaitu membaca judul, daftar isi, pendahuluan, gambar-gambar dan grafik dengan penjelasannya.

(41)

jawabannnya tersurat atau tersirat atau sama sekali tidak ada dalam teks tetapi relevan untuk ditanyakan.

(3) Langkah Membaca (Read/R), yaitu membaca bahan pelajaran secara berurutan untuk mencari jawaban dari pertanyaan mengenai arti istilah, isi kalimat dan isi alinea. Tujuan membaca adalah siswa dapat memahami isi bacaan.

(4) Langkah Merumuskan (Recite/R), yaitu tahap merumuskan kembali dengan bahasa sendiri. Tahap ini siswa dibiasakan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pengertian yang telah diperoleh dari bacaan.

(5) Langkah Merangkum (Review/R), yaitu tahap merangkum atau memadukan semua bahan-bahan pelajaran yang sudah dirumuskan menjadi satu keseluruhan dengan kalimat dan bahasa sendiri. Pada tatahap ini siswa memperdalam pengetahuan dan pengertiannya tentang hubungan isi bahan mata pelajaran satu sama lain dan juga yang sudah dimiliki sebelumnya.

C. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

(42)

untuk membantu siswa dalam menghadapi dan menjalani proses belajar adalah layanan bimbingan belajar. Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Winkel, 2006:115).

1. Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Ahmadi (1991:105) tujuan dari bimbingan belajar adalah :

a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau kelompok anak.

b. Menunjukan cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan buku pelajaran.

c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan perpustakaan.

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.

e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan.

f. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu. g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya. 2. Materi Umum Layanan Pembelajaran dalam Bimbingan Belajar

Materi layanan pembelajaran dalam bimbingan belajar meliputi kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program pengayaan (Depdikbud, dalam www.wikipedia.com, 2010).

a. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa, antara lain dengan: 1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar

2) Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan, bakat, dan minat, 3) Menciptakan suasana pembelajaran yang matang, merangsang, dan

(43)

4) Pemberian hadiah atau penguat

5) Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa

6) Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti suasana yang menakutkan, megecewakan, membingungkan, menjengkelkan)

7) Melengkapi sumber dan sarana belajar 8) Mempelajari hasil belajar yang diperoleh

b. Peningkatan Ketrampilan Belajar, antara lain dengan : 1) Membuat catatan waktu guru mengajar

2) Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca,

3) Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan kegiatan tertentu)

4) Mengembangkan cara menjawab atau memecahkan soal-soal ulangan atau ujian

5) Menyusun makalah 6) Membaca efektif

7) Berbahasa efektif (lesan dan tulisan) 8) Bertanya efektif

c. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang baik, antara lain untuk :

(44)

3) Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah: membuat jadwal belajar

4) Memilih tempat yang baik

5) Belajar dengan mengunakan sumber-sumber belajar yang kaya (seperti buku teks, kamus, dan berbagai referensi yang lain, bahan atau hasil percobaan atau penelitian)

6) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui (kepada guru, teman, dan siapapun juga)

7) Mengembangkan motifasi dan sikap positif terhadap semua materi yang dipelajari.

8) Pengajaran perbaikan (guru pembimbing bekerjasama dengan guru mata pelajaran/ guru praktik)

9) Program pengayaan (guru pembimbing bekerjasama dengan guru matapelajaran / guru praktik)

10) Pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar (lingkungan fisik, sosial, dan budaya) untuk belajar.

(45)

28

 

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrument penelitian, dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan (2004:415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat belajar mandiri para siswa/siswi kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

B. Subjek Penelitian

(46)

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Kegiatan Belajar Mandiri

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Belajar Mandiri para Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010 dengan bentuk tertutup. “Kuesioner bentuk tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan atau prnyataan-pernyataan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan/pernyataan tersebut” (Furchan, 2005:260). Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek belajar mandiri siswa menurut Moore (dalam Aristo Rahadi, 2010), yaitu : pemahaman terhadap strategi pencapaian tujuan belajar, menerapkan cara/strategi belajar efektif dan refleksi diri terhadap evaluasi hasil belajar secara pribadi (refleksi diri) dan ditambahkan mengenai pengaturan diri dalam proses belajar mandiri dari The Liang Gie (1995:189), yaitu : pendorongan diri (self motivation), penataan diri (self

organization), pengendalian diri (self control) dan pengembangan diri (self

development).

(47)
(48)

Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner Kegiatan Belajar Mandiri Siswa

No Aspek Indikator No Item

Item Fav Item Unfav 1. Pemahaman terhadap strategi pencapaian tujuan belajar

1.1.Berusaha meningkatkan kompetensi dan kualitas dalam diri dengan bersikap lebih proaktif dan tanggung jawab terhadap tugas belajar untuk mencapai tujuan belajar

1.2.Melakukan diskusi bersama agar semakin mampu menghadapi dan mengatasi permasalahan secara baik dan relevan sehingga pelajaran di sekolah dapat dikuasai

1, 2, 3, 4, 5, 6

7, 8, 9, 10, 11 12,13,14 15 2 Menerapkan cara/strategi belajar efektif

2.1.Berusaha mempelajari bahan pelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggung

2.2.Aktif dalam melakukan perbuatan belajar (bertanya, memburu

informasi, mencari sumber pelajaran) 2.3.Melakukan eksplorasi

(pengembangan diri) terhadap berbagai fenomena yang relevan dengan bahan pelajaran

16,17,18, 19,20 21,22,23, 24,25,26, 27 28,29,30, 31,32 33,34,35 36, 37 38, 39

3. Mengatur

diri dalam proses

belajar mandiri

3.1. Mendorong diri agar lebih termotivasi belajar (pendorongan diri)

3.2. Berusaha mengatur diri dengan sebaik-baiknya sehingga mencapai efisiensi belajar (penyusunan diri) 3.3. Mengontrol diri dalam proses belajar

yang efektif (pengendalian diri)

40,41,42, 43,44 45,46,47, 48,49 50,51,52, 53 54, 55 56, 57 58,59,60

4.   Refleksi diri terhadap evaluasi hasil belajar secara pribadi

4.1. Menyadari diri dan melakukan peninjauan kembali antara tujuan dan hasil belajar sebagai bahan evaluasi, dilakukan berulang kali secara pribadi atas inisiatif sendiri

61,62,63, 64,65

66,67,68, 69,70

(49)

2. Validitas Kuesioner

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5). Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:293). Secara singkat menurut Nurgiyantoro (2009:338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur. Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi (content

validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana

kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti (Nurgiyantoro, 2009:339). Kualitas instrumen penelitian ini diperiksa dengan validitas isi (content validity), dikarenakan penyusunan instrumen didasarkan pada kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pernyataan per indikator.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan secara terpisah oleh sejumlah ahli (expert

judgement), guna menelaah kualitas konstruk secara logis setiap butir item

pernyataan kuesioner tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa, yang bertujuan agar setiap item pernyataan yang dibuat secara logis tepat /sesuai dengan konstruk kisi-kisinya (Nurgiyantoro, 2009:339).

(50)

item terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi

Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam analisis

konsistensi internal butir item adalah sebagi berikut:

XY

r =

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− 2 2 2

2 X N Y Y

X N Y X XY N Keterangan : XY

r = korelasi skor butir dengan skor-skor aspek

N = jumlah subyek

X = skor butir

Y = skor total per aspek

Pemeriksaan konsistensi internal dalam uji menggunakan program komputer SPSS. Di dalam program komputer SPSS sudah tersedia nilai probabilitas (Pv) maka penentuan keterpenuhan indek konsistensi internal ditetapkan berdasarkan Pv itu, yaitu : Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila Pv > 0,05 item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal, maka di drop.

3. Reliabilitas Kuesioner

(51)

pertama berupa item bernomor gasal dan bagian kedua berupa item-item bernomor genap.

Perhitungan indeks reliabilitas kuisioner tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa menggunakan program komputer SPSS dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan Product Moment gasal genap Kemudian dikoreksi dengan formula Spearman-Brown sebagai berikut:

tt

r =

gg gg r r

+ × 1 2

Keterangan :

tt

r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen

gg

r = koefisien korelasi skor belahan gasal-genap

Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Guilford, dalam Masidjo, 2006:72) sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0.41 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0.40 Rendah

(52)

4. Pengembangan Instrumen

a. Telaah Ahli (Expert Judgement) Terhadap Kuesioner

Penelaahan butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi yaitu, Dr. Gendon Barus, M.Si dan salah satu dosen Universitas Sanata Dharma Program Studi Bimbingan dan Konseling yaitu Br. Y. Triyono, S.J, S.S., M.S. Berdasar hasil penelaahan terhadap instrumen, hasil yang didapat yaitu perlu dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen agar setiap butir pernyataan yang dibuat berisi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami dan butir yang dibuat secara logis tepat/sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

1) Hasil Rekam Proses Telaah Instrumen oleh Dr. Gendon Barus, M.Si

a) Masukan dan saran terhadap pengembangan instrumen:

(1) Pada butir pernyataan hendaknya tidak bermakna ganda, jadi satu butir pernyataan menyatakan 1 hal saja.

(2) Butir pernyataan hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang menggiring subjek ke arah alternatif jawaban yang tersedia, misalnya kata hanya, saja, selalu.

(3) Butir pernyataan hendaknya dirumuskan dengan kalimat efektif sehingga subjek mudah memahami.

(4) Butir pernyataan dirumuskan dengan arti yang sederhana dan tepat pada sasaran.

(53)

(6) Indikator yang mengandung makna sama diringkas menjadi satu indikator yang lebih jelas.

(7) Butir-butir pada tiap indikator jumlahnya dibuat lebih dari satu.

(8) Konstruk instrumen diperkuat dan dikembangkan dengan teori Self Regulated Leearning.

(9) Penomoran pada tabel kisi-kisi instrumen dibuat berurutan agar memudahkan ahli dalam memeriksa atau menelaah.

(10) Peneliti lebih memahami maksud dari tiap aspek dan indikator sehingga butir yang dirumuskan tidak melenceng dari konstruknya

b) Perbaikan dan Pengembangan Instrumen dengan Memperhatikan Masukan dari Ahli :

(1) Pada butir-butir yang bermakna ganda diperbaiki oleh peneliti yaitu pada salah satu butir dari aspek 2 “Melakukan penelitian terhadap bahan mata pelajaran saya merasa bertambah pengetahuan dan pengalaman saya tentang pelajaran yang sedang saya pelajari” diperbaiki menjadi “Saya melakukan penelitian terhadap bahan mata pelajaran agar saya semakin bertambah pengetahuan”. Perbaikan terhadap butir-butir dilakukan oleh peneliti pada butir-butir yang bermakna ganda lainnya.

(54)

(3) Peneliti memperbaiki butir yang artinya terlalu kompleks agar mudah dipahami subjek yaitu siswa SMP kelas VIII, pada butir 2 dalam aspek 2 “Saya menambah pengalaman dengan belajar dari pandangan-pandangan orang lain dalam menghadapi sebuah permasalahan” diperbaiki menjadi “Saya suka mendengarkan pengalaman-pengalaman orang lain dalam diskusi”.

(4) Rumusan beberapa aspek dan indikator diperbaiki oleh peneliti karena tidak mengarah ke perilaku. Aspek pertama adalah Tujuan Belajar dan diperbaiki menjadi Memahami terhadap strategi pencapaian tujuan belajar, aspek kedua Cara Belajar diperbaiki menjadi Menerapkan cara belajar yang efektif dan pada aspek ketiga Evaluasi Diri diperbaiki menjadi Refleksi diri terhadap hasil belajar.

(5) Peneliti melihat kembali indikator pada tiap aspek dan memperbaiki serta menganalisa tiap indikator sehingga merumuskan kembali menjadi indikator yang lebih jelas dan tidak terpisah-pisah letaknya. Pada indikator aspek kedua, semula belajar dengan mendengarkan, menghafal, melihat, membaca, meringkas, aktif bertanya kemudian diperbaiki menjadi Berusaha mempelajari bahan pelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

(6) Peneliti menambah jumlah pernyataan pada tiap indikator.

(7) Peneliti mengembangkan dan memperkuat konstruk instrumen dengan menambah teori Self Regulated

Learning, sehingga menambahkan satu aspek pada

(55)

tiga indikator yaitu, Mendorong diri agar lebih termotivasi belajar, Berusaha mengatur diri dengan sebaik-baiknya sehingga mencapai efisiensi belajar dan Mengontrol diri dalam proses belajar yang efektif.

(8) Peneliti memperbaiki tata letak dan penomoran pada tabel kisi-kisi instrument agar lebih memudahkan ahli dalam memeriksa.

2) Hasil Rekam Proses Telaah Instrumen oleh Br. Y. Triyono, S.J, S.S., M.S.

a) Masukan dan saran terhadap pengembangan instrumen: (1) Judul kuesioner agar dicantumkan.

(2) Perbaikan pada kalimat dan kata yang kurang efektif pada instrumen.

b) Perbaikan dan pengembangan instrumen dengan memperhatikan masukan dari ahli :

(1) Menuliskan judul pada halaman muka kuisioner yaitu, Kuisioner Kegiatan Belajar Mandiri Para Siswa.

(56)

Tabel 3. Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah Ahli (Expert Judgement)

No item

Item yang diperbaiki Perbaikan

1 Saya belajar setiap hari agar semakin mampu mengatasi kesulitan dalam belajar saya

Saya belajar setiap hari agar semakin mampu memahami bidang studi yang diajarkan di sekolah

3 Saya mempelajari cara belajar yang efektif agar semakin tahu menggunakan buku sebagai sumber ilmu

Saya melatih cara belajar yang efektif agar semakin tahu menggunakan buku sebagai sumber ilmu

5 Saya mempelajari bagaimana mengatur waktu keseharian yang efektif agar hasil belajar saya dapat maksimal

Saya mempelajari bagaimana mengatur waktu kegiatan sehari-hari yang efektif agar hasil belajar saya dapat

8 Saya merasa dengan belajar kelompok saya dapat melatih tanggung jawab terhadap semua tugas saya

Saya merasa belajar kelompok melatih saya semakin bertanggung jawab terhadap tugas yang dipercayakan

9 Saya mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah bersama teman setelah pulang sekolah

Saya mengerjakan PR dari Bapak/Ibu guru setelah pulang sekolah bersama dengan teman

11 Untuk memecahkan permasalahan dalam belajar saya mengajak teman untuk berdiskusi bersama

Saya mengajak berdiskusi teman dalam memecahkan masalah

16 Saya mengerjakan tugas agar terhindar dari kemarahan guru

Saya mengerjakan tugas supaya terhindar dari kemarahan guru

17 Saya mengikuti belajar kelmpok agar terlihat pandai

(57)

22 Saya merasa ada ganjalan bila belum belajar

Saya terlibat aktif dalam pelajaran di kelas

25 Saya menanyakan kesulitan-kesulitan belajar kepada guru di kelas

Saya senang mendengarkan acara-acara keagamaan di radio

36 Saya senang mendengarkan siaran berita keagamaan di radio

Saya merasa setiap hari terdorong untuk belajar

48 Saya membaca buku kiat belajar efktif agar mampu menguasai materi pelajaran di sekolah

Saya membaca buku kiat belajar efektif agar mampu menguasai materi pelajaran di sekolah

51 Saya mencoba mempelajari bahan pelajaran dengan menghafal, membaca dengan tenang, meringkas agar lebih semangat belajar

Saya mencoba mempelajari bahan pelajaran dengan menghafal

53 Pada saat belajar saya memilih tempat yang cocok untuk belajar

Pada saat belajar saya memilih tempat yang cocok 57 Saya mempersiapkan

keperluan sekolah pada

malamnya sebelum kekesokan harinya berangkat

sekolah

Keperluan sekolah saya siapkan pada malam sebelumnya

60 Saya mematikan televisi pada saat akan belajar agar lebih konsentrasi

Saya mematikan HP pada saat belajar agar lebih konsentrasi

62 Saya berusaha belajar sampai saya paham betul bahkan tuntas tak terlupakan lagi

Selama belajar saya berusaha untuk memahami materi yang dipelajari secara mendalam 65 Saya menaruh semua

keperluan belajar di atas tempat tidur

Saya menaruh semua keperluan belajar di atas tempat tidur

66 Saya datang ke sekolah tepat pada saat bel masuk bahkan melebihi waktu bel masuk

.Saya datang ke sekolah dengan keadaan tergesa-gesa

(58)

keperluan sekolah sesaat sebelum berangkat sekolah

keperluan sekolah dengan terburu-buru

68 Saya memilih menunda mengerjakan tugas sampai tugas menumpuk

Saya menunda pekerjaan sampai menumpuk

69 Saya belajar sambil menonton film kesukaan saya

Saya belajar sambil menonton film saya

77 Saya merasa latihan mengerjakan soal-soal kurang efektif dilakukan karena kurang adanya tuntunan dari guru

Saya merasa kurang yakin pada saat mengerjakan soal-soal latihan apabila tanpa dituntun guru

79 Saya merasa ulangan di sekolah membuat saya terbebani

Saya merasa kritik dari orang lain membuat belajar saya terhambat

Dari hasil penelaahan oleh 2 orang ahli, serta pengembangan dan perbaikan terhadap instrumen, maka instrumen dinyatakan siap untuk diuji coba kepada subjek yang telah ditentukan karena sudah sesuai dengan konstruk kisi-kisinya.

b. Uji Empirik Terhadap Kuesioner

1) Validitas Kuesioner

Setelah dilakukan uji coba terhadap instrumen (uji empirik) kepada siswa kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta pada hari Jumat, 14 Mei 2010 diperoleh hasil perhitungan konsistensi internal butir pada setiap aspek menggunakan rumus Pearson

Product Moment dengan jumlah subjek (N) 40.

(59)

berdasarkan nilai probabilitas (Pv), yaitu Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila Pv > 0,05 maka item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal, oleh sebab itu diputuskan untuk didrop. Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap aspek didapat bahwa 13 dari 80 butir pada kuisioner dinyatakan gugur atau tidak valid sehingga didrop karena hasil perhitungan korelasi menunjukkan Pv > 0,05. Data hasil uji konsistensi internal disajikan pada lampiran 1.

2) Reliabilitas Kuesioner

Dari data hasil uji coba (empirik) kepada siswa kelas VIII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta pada hari Jumat, 14 Mei 2010 diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrument dengan menggunakan rumus Spearman Brown yaitu 0,86. Hasil perhitungan 0,86 dikonsultasikan ke kriteria Guilford. Berdasarkan kriteria Guilford hasil perhitungan tersebut disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner masuk dalam kategori tinggi.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Persiapan dan pelaksanaan

Berikut ini adalah tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan data :

(60)

b. Menentukan responden, yaitu para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

c. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi pada saat bimbingan dan salah satu dosen Universitas Sanata Dharma Prodi Bimbingan dan Konseling pada hari Selasa, 11 Mei 2010.

d. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner yang dilakukan kepada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta pada hari Jumat, 14 Mei 2010.

e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner.

f. Pengambilan data yang dilakukan kepada para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada hari Kamis, 20 Mei 2010 dengan membagikan kuesioner kepada responden.

g. Melakukan analisis data yang terkumpul.

2. Teknik Analisis Data

a. Memeriksa keabsahan administratif hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut

b. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Selalu = 4, Sering = 3; Jarang = 2; dan Tidak Pernah = 1 untuk pernyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif.

(61)

d. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa dengan cara :

1) Menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap dengan menggunakan Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS.

2) Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010 menggunakan rumus Spearman-Brown dengan program komputer SPSS.

3) Menghitung koefisien validitas kuesioner kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010 menggunakan Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS

(62)

teoretisnya (x) adalah 2

4 1+

= 2,5. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dan

berpedoman pada kriteria Azwar (2009:107-109) penggolongan subjek dimasukkan ke dalam 3 kategori diagnosis tingkat kegiatan belajar mandiri seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Kategori Tingkat Kegiatan Belajar Mandiri Para Sisiwa

No Formula Kriteria Rerata Skor

Ktegori Kebermaknaan Tentang Kebutuhan Pelayanan BK

1. [x+1,0(sd)] ≤ X 3,01-4,00 Tinggi Perlu mendapat layanan

bimbingan fungsi pengayaan

terkait dengan tema-tema yang

terindikasi pencapaian skor

tinggi sehingga siswa mampu

mempertahankan belajar mandiri

2. [x-1,0(sd)] ≤ X < [x+1,0(sd)] 2,01-3,00 Sedang Perlu diberikan bimbingan

dengan tema-tema bimbingan

yang terindikasi capaian skornya

cukup sehingga diharapkan

meningkatkan belajar mandiri

3. X < [x-1,0(sd)] 1,00-2,00 Rendah Sangat perlu diberi bimbingan

dengan topik-topik bimbingan

yang terindikasi skor rendah agar

meningkatkan belajar mandiri

Keterangan :

X : Rata-rata Skor Total dan Butir Subjek x : Mean Teoretis

(63)

46

 

Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Kegiatan Belajar Mandiri Para Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dan mengidentifikasi butir-butir belajar mandiri mana yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta dalam belajar mandiri. Dalam penelitian ini ada tiga kategori tingkat belajar mandiri para siswa berdasarkan nilai rata-rata skor total, yaitu kategori tinggi, kategori sedang, dan kategori rendah. Nilai capaian rata-rata skor belajar mandiri pada penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 5.Capaian Skor Rata-rata Belajar Mandiri Para Siswa No Skor rata-rata Jml siswa Klasifikasi

1. 1,00-2,00 0 Rendah

2. 2,01-3,00 42 Sedang

(64)

Berdasarkan dari perhitungan skor rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kegiatan belajar mandiri sebagian siswa (sebanyak 89%) masuk pada kategori sedang karena masuk pada rerata skor 2,10-3,00, sedangkan sisanya (sebanyak 11%) sudah berada pada kategori tinggi. (Hasil perhitungan rata-rata skor disajikan pada lampiran 4).

Berdasarkan hasil analisis profil capaian skor kegiatan belajar mandiri pada setiap siswa berikut disajikan grafik profil capaian skor rata-rata kegiatan belajar mandiri pada tiap siswa.

Grafik 1. Profil Capaian Skor Rata-rata Kegiatan Belajar Mandiri Tiap Subyek

(65)

perhatian bagi guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling belajar agar siswa mampu meningkatkan kegiatan belajar mandiri secara efektif.

2. Butir-butir Belajar Mandiri yang Belum Tercapai pada Diri para Siswa

Berdasarkan perhitungan rata-rata skor tiap butir pada kuisioner didapat bahwa ada 7 butir yang masuk dalam kategori rendah berdasarkan tabel kriteria (1,00-2,00). Melihat hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa ada 7 butir belajar mandiri yang belum tercapai pada diri siswa. Butir-butir tersebut adalah:

Tabel 6. Butir-Butir yang Belum Tercapai pada Diri Siswa (kategori rendah)

No No Item

Rumusan Skor Peringkat Aspek

1. 25 Saya mengunjungi perpustakaan untuk menambah bacaan atau membaca buku referensi untuk mencari arti istilah-istilah ilmiah

1,77 1 2

2. 26 Saya membuat daftar pertanyaan dari bahan pelajaran yang sudah saya baca

1,81 2 2

3. 30 Saya merasa senang mengikuti perkumpulan karang taruna di lingkungan tempat tinggal saya

1,91 3 2

4. 9 Saya mengerjakan PR dari Bapak/Ibu guru setelah pulang sekolah bersama teman

2,00 4 1

5. 42 Saya mengikuti les bahasa agar mampu bersaing di dunia internasional

2,00 5 3 6. 28 Saya senang melakukan penelitian

terhadap bahan mata pelajaran

2,06 6 2 7. 17 Saya merasa terbebani bila diajak pergi

pada saat jam belajar

(66)

Berikut ini disajikan grafik pie agar memperoleh gambaran lebih lengkap tentang komposisi capaian skor rata-rata tiap butir item belajar mandiri.

Grafik 2. Profil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Belajar Mandiri

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil Penelitian tingkat belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan:

1. Tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa masuk pada kategori sedang. 2. Terdapat 7 butir kegiatan belajar mandiri yang belum tercapai pada diri

para siswa karena nilai rata-rata skor tiap butirnya masuk dalam kategori rendah.

(67)

rasa terpaksa. Hal yang dapat dirasakan para siswa secara positif apabila melakukan kegiatan belajar mandiri adalah mampu menjalani kegiatan belajar dengan sepenuh hati sehingga memperoleh hasil yang memuaskan bagi diri siswa.

Dalam hal ini hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat belajar mandiri para siswa termasuk kategori sedang, hal ini dikarenakan sebagian besar (89%) siswa masuk dalam kategori sedang dan sisanya (11%) sudah masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa para siswa masih kurang memahami strategi dan tujuan belajar sendiri, para siswa masih belum mampu menerapkan cara/strategi belajar yang efktif bagi diri para siswa dan para siswa belum mampu mengatur diri sebaik-baiknya dalam proses belajar. Akhirnya sebagian besar siswa masih masuk dalam kategori sedang. Penyebab sebagian besar siswa masuk kategori sedang dapat dilihat dari 7 butir item yang pencapaiannya masih dalam kategori rendah. Penyebab permasalahan itu antara lain, siswa kurang berminat datang keperpustakaan untuk mencari informasi atau siswa enggan ke perpustakaan karena kurang adanya fasilitas penambah informasi dan pengetahuan bagi diri para siswa.

(68)

dan perhatian dari orang tua terhadap proses belajar siswa sangat kurang, sehingga dari pihak orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak di sekolah akibatnya anak merasa kurang bersemangat untuk belajar.

Kemampuan ekonomi orang tua mengakibatkan sebagian dari siswa tidak dapat mengikuti les tambahan di luar sekolah karena tidak ada biaya, siswa tidak dapat membeli buku pelajaran, dan siswa merasa malu untuk bergabung dengan orang lain karena minder. Ada kemungkinan lain anak cenderung kurang aktif dalam mencari dan menambah pengetahuannya disebabkan kurang termotivasinya siswa untuk berkembang secara mandiri.

Melihat hasil penelitian tersebut, para siswa diharapkan semakin sadar dan meningkatkan motivasi belajarnya sehingga kegiatan belajar mandiri dalam pelaksanaannya semakin ditingkatkan guna memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Hasil yang didapat oleh para siswa adalah siswa dapat mandiri dalam proses belajar seperti harapan sekolah dan orang tua.

(69)

mandirinya. Menumbuhkan motivasi dalam diri hendaknya memperhatikan beberapa hal yaitu pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi, bertambahnya kemampuan dalam melakukan belajar, mengupayakan rasa senang melakukan kegiatan belajar, mengingat adanya manfaat dari belajar.

Langkah belajar efektif yang selanjutnya yang dapat membantu para siswa agar semakin mampu melaksanakan kegiatan belajar mandiri adalah langkah

Acquiring the information (Kumpulkan Informasi), dengan langkah ini

diharapkan para siswa semakin mandiri dalam hal mencari informasi demi perkembangan pengetahuan dalam diri para siswa. Pengumpulan informasi diarahkan oleh masalah yang hendak dijawab termasuk di dalamnya adalah kompetensi yang hendak dicapai; jalan pikir atau kerangka pikir untuk menjawab masalah; jenis informasi yang dibutuhkan dengan diarahkan oleh kerangka pikiran; identitas sumber-sumber informasi; pencarian informasi; analisis informasi; penyimpulan hasil analisis; pengkomunikasian kesimpulan kepada pihak lain guna mengecek kebenaran penyimpulan sekaligus guna mengetes penguasaan bahan hasil belajar oleh pembelajar.

Setelah langkah mengumpulkan informasi selanjutnya langkah Searching

out the meaning (Temukan Makna). Para siswa diharapkan setelah mendapat

(70)

mengembangkan diri dalam proses belajarnya sehingga mampu melakukan kegiatan belajar mandiri secara efektif.

C. Usulan Topik-topik Bimbingan dan Konseling Belajar

Melihat dari butir-butir belajar mandiri yang belum tercapai pada diri siswa, guru pembimbing dapat mengetahui kebutuhan dari para siswa dalam hal belajar mandiri yang dirasa masih kurang. Kebutuhan belajar mandiri yang dirasa belum tercapai dalam diri para siswa berdasarkan butir-butir terindikasi rendah yaitu, dalam aspek pemahaman terhadap strategi pencapaian tujuan belajar, menerapkan cara/strategi belajar efektif dan mengatur diri dalam proses belajar mandiri. Memperhatikan kebutuhan para siswa tersebut maka guru pembimbing dapat membantu para siswa melalui kegiatan bimbingan dan konseling belajar baik secara klasikal maupun individual dengan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Topik-topik-topik yang terkait dengan butir-butir terindikasi rendah itu antara lain seperti dalam tabel berikut:

Tabel 7. Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Aspek yang Masuk dalam Butir Belajar Mandiri Terindikasi Rendah

No Aspek-aspek yang Terindikasi dalam Butir Rendah

Usulan Topik

1. Menerapkan cara/strategi belajar efektif

1. Gaya belajarku

2. Teknik mempelajari buku pelajaran secara efektif 3. Cara belajar yang efektif 4. Pemecahan masalah 2. Pemahaman terhadap strategi

pencapaian tujuan belajar

1. Aku siap belajar 2. Siapa Aku 3. Mengatur diri dalam proses

belajar mandiri

(71)

(Penjabaran topik-topik bimbingan disajikan dalam garis-garis besar program pelayanan bimbingan dan konseling pada lampiran 6 dan contoh satuan pelayanan bimbingan pada lampiran 7)

Berpedoman pada butir-butir belajar mandiri yang terindikasi rendah, maka bimbingan yang diselenggarakan akan membantu para siswa semakin sadar akan tanggung jawabnya dalam belajar. Siswa yang mampu belajar mandiri adalah siswa yang mampu mendorong dirinya sendiri untuk belajar guna mencari serta menambah pengetahuan dengan modal pengetahuan yang sudah dimiliki agar kompetensi yang dimiliki semakin meningkat (Mudjiman, 2007:23). Berbekal dorongan untuk menambah pengetahuan yang dimiliki, siswa yang mampu belajar mandiri akan berusaha untuk menerapkan cara/strategi belajar yang efktif dan mampu mengatur diri dalam proses belajar mandirinya guna mencapai apa yang menjadi tujuan belajarnya.

Usulan topik-topik bimbingan belajar yang diberikan diharapkan mampu mendorong siswa untuk semakin meningkatkan belajar mandirinya, karena topik yang diusulkan berdasarkan dari aspek-aspek belajar mandiri yang masuk butir-butir terindikasi rendah. Para siswa diharapkan semakin memahami hal-hal yang belum tercapai pada dirinya dalam hal belajar mandiri. Hasil yang diharapkan adalah para siswa mampu meningkatkan kegiatan belajar mandiri, sehingga hasil belajar yang diperoleh memuaskan.

(72)
(73)

56

 

Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran terhadap kegiatan bimbingan dan konseling belajar di sekolah.

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian adalah:

1. Tingkat kegiatan belajar mandiri sebagian besar siswa (89%) SMP BOPKRI 2 Yogyakarta masuk pada kategori sedang, namun sebagian sisanya (11%) sudah masuk kedalam kategori tinggi dan tidak ada yang msuk kategori rendah (0%).

2. Terdapat 7 butir kegiatan belajar mandiri yang terindikasi tingkat pencapaiannya rendah.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil penelitian untuk berbagai pihak.

1. Guru Pembimbing

(74)

belajar yang efektif bagi para siswa dengan topik-topik bimbingan antara lain seperti yang di usulkan yang didasarkan pada butir-butir terindikasi rendah. Topik-topik tersebut dijabarkan dalam garis-garis besar program pelayanan bimbingan dan konseling.

2. Siswa

Semakin sadar untuk berefleksi sampai sejauh mana tingkat belajar mandirinya dan dapat memperoleh bantuan-bantuan yang sesuai untuk meningkatkan kegiatan belajar mandiri. Diharapkan siswa semakin terdorong untuk melakukan kegiatan belajar dengan sepenuh hati dari dalam diri tanpa merasa terpaksa dan semakin menyadari kelemahan pada dirinya melihat dari sejauh mana tingkat belajar mandirinya.

3. Guru Mata Pelajaran

(75)

58

 

Aristo, Rahadi. 2008. Kemandirian Belajar diunduh pada tanggal 25 Februari 2010 dari http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/kemandirian-belajar-siswa-smp-terbuka/

Arita Martini. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Ha

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner Kegiatan Belajar Mandiri Siswa
Tabel 2. Kriteria Guilford
Tabel 3. Hasil Revisi Kuesioner Berdasarkan Telaah Ahli
Tabel 4. Kategori Tingkat Kegiatan Belajar Mandiri Para Sisiwa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Bupati Sanggau Nomor : 824/14/BKD-MUT Tanggal 21 Januari 2016 Tentang Perubahan atas Keputusan Bupati Sanggau Nomor : 824/003/BKD-MUT Tanggal 7 Januari 2016 Tentang

Jumlah jenis obat yang diresepkan dalam satu resep pada peresepan obat antidiabetik oral pada pasien rawat jalan RSAL Dr. Jenis obat

Dengan pengujian sumber elektron yang ternyata menghasilkan arus berkas elektron lebih dari 30 mA, dapat disimpulkan bahwa sumber elektron hasil rancang bangun ini memenuhi syarat

In the novel, Hatsue Miyamoto and Kabuo Miyamoto are Nisei that is the second generation of Japanese who were born in America whose parents were.. Issei , immigrants from Japan

Karena fitur keamanan yang ada pada standar 802.11 tidak menyediakan integritas pesan yang kuat, bentuk lain dari serangan aktif yang membobol integritas sistem sangat

pertumbuhan optimum; 3) Pengamatan jumlah planlet cabai yang hidup, dari medium yang sudah ditambahkan AS; 4) Analisis karakter ekpresi yang spesifik pada plantlet cabai

Kelurahan Cibangkong memiliki jumlah RW terbanyak dengan 13 RW yang terdiri dari 84 RT, sedangkan Kelurahan Kebon Gedang dan Kebonwaru memiliki jumlah RW dan RT paling sedikit yaitu

Yonas Muanley Alamat url weblog lihat daftar pustaka Pertemuan ke-4 Mahasiswa mampu menjelaskan komponen- komponen dalam Strategi Pembelajaran PAK Bahan Ajar Strategi