• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SDN PONJONG II KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - UNWIDHA Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SDN PONJONG II KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - UNWIDHA Repository"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SDN PONJONG II KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN

PELAJARAN 2015/2016

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Bahasa

oleh

Awaluddin Siregar 12PSC01485

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

5 DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ………...xiii ABSTRACT ………...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian... 6

E.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A.Landasan Teori ... 7

B.Pembelajaran ... 7

C.Pembelajaran Keterampilan Berbicara ... 18

D.Penilaian Keterampilan Berbicara……….33

E.Metode Demonstrasi ... 35

F.Penelitian yang Relevan ... 39

G.Kerangka Pemikiran ... 42

I. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Desain Penelitian ... 44

(6)

6

C. Subjek Penelitian ... 46

D. Sumber Data ... 46

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 46

F. Validasi Data ... 48

G. Prosedur Penelitian... 48

H. TeknikAnalisis Data ... 52

I. Indikator Keberhasilan ………54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

Hasil Penelitian ... 55

Kondisi awal ... 55

Deskripsi Siklus 1 ... 57

Deskripsi Siklus 2 ... 62

Analisis ... 68

Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

Kesimpulan ... 75

Saran-saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(7)

7

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel KriteriaPenilaianKeterampilan Berbicara ... 47

Tabel 2 Kondisi Awal ... 50

Tabel 3 Hasil Postes Siklus 1 ... 54

Tabel 4 Hasil Postes Siklus 2 ... 60

(8)

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 38

Gambar. 2. Model Kemmis & McTaggart ... 41

Gambar 3. Rata-rata Peningkatan Keterampilan Berbicara ... 64

(9)

9 ABSTRAK

Awaluddin Siregar. NIM. 12PSC01485. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Ponjong 2 Kabupaten Gunungkidul Tahun Pelajaran 2015/2016 “, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Widya Dharma, Klaten 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai proses pembelajaran dengan metode demonstrasi guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Ponjong II Kabupaten Gunungkidul.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan yang diberikan yaitu demonstrasi keterampilan berbicara. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus - Oktober 2015. Materi tindakan kelas disesuaikan dengan program pembelajaran kelas V. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 21 siswa kelas V SD Negeri Ponjong II semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 di Kabupaten Gunungkidul. Data dikumpulkan melalui Wawancara, observasi dan tes kemampuan berbicara. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dalam bentuk tabel dan deskriptif kualitatif dalam bentuk uraian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Ponjong II Kabupaten Gunungkidul. Peningkatan ini dibuktikan oleh adanya peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara dan jumlah siswa yang mencapai keterampilan berbicara dengan kategori baik. Pada siklus 1, nilai rata-rata keterampilan berbicara mencapai 55,5 masuk kategori cukup. Jumlah siswa dengan kategori baik ada 7 atau 33,3% siswa. Pembelajaran pada siklus 1 menerapkan metode demonstrasi dan siswa diberi kesempatan melatih keterampilan berbicara dengan teman sebangku. Pada akhir siklus 1, terjadi peningkatan sebesar 3,6. Pada siklus 2, nilai rata-rata keterampilan berbicara mencapai 62,1 masuk kategori baik. Jumlah siswa dengan kategori baik ada 17 atau 80,9% siswa. Pembelajaran pada siklus 2 menerapkan metode demonstrasi dan siswa diberi kesempatan melatih keterampilan berbicara dalam kelompok. Pada akhir siklus 2, terjadi peningkatan sebesar 6,6. Tindakan kelas berakhir pada siklus 2 karena jumlah siswa yang masuk kategori baik lebih dari 75% dari seluruh jumlah siswa.

(10)

10 ABSTRACT

Awaluddin Siregar. NIM. 12PSC01485. “Speaking Skills Improvement by using Demonstration Method of Indonesian lesson in Eementary school fifth grade students Ponjong II Gunungkidul academic year 2015/2016”, Thesis, Indonesian Studies Program. Graduate University of Widya Dharma, Klaten 2015.

The aims of this study is to determine the teaching learning process uses the demonstration methods in Elementary School fifth grade students Ponjong II Gunungkidul.

This research is a classroom action research. That give the demonstration of speaking skills. The research was conducted from August - October 2015. The material of the classroom action learning program class V. The research subjects in this study were 21 students of class V Ponjong II Elementary School first semester of academic year 2015/2016 in Gunungkidul. Data were collected through interviews, observation and tests the ability to speak. Data analysis using quantitative descriptive techniques in the form of tables and descriptive qualitative in narrative form.

The results showed that the process of learning by demonstration method can improve speaking skills Elementary School fifth grade students Ponjong II Gunungkidul. This improvement is evidenced by an increase in the average value of speaking skills and the number of students who achieve good conversational skills categories. In cycle 1, the average value of speaking skills reach 55.5 categorized enough. The number of students with good category there are 7 or 33.3% of students. Learning in cycle 1 to apply the method of demonstration and practice the skills of the students are given the opportunity to talk with friends bench. At the end of cycle 1, an increase of 3.6. In cycle 2, the average value of speaking skills reach 62.1 categorized as good. The number of students with good category there are 17 or 80.9% of students. Learning to cycle 2 to apply the method of demonstration and the students are given the opportunity to train speaking skills in a group. At the end of cycle 2, an increase of 6.6. Classroom action research ended in cycle 2 due to the number of students who entered the category good more than 75 % of the total number of students.

(11)

11 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia memiliki beberapa tujuan, salah satunya adalah membekali siswa dengan keterampilan berbicara. Pengajaran berbicara sebagai bagian dari pengajaran bahasa Indonesia, diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan gagasan dalam bahasa lisan dengan tertib, lancar, dan teratur. Pengajaran berbicara di sekolah perlu direncanakan serta tertib dan teratur agar kemampuan berbicara yang merupakan salah satu dari aspek ketrampilan berbahasa dapat dicapai secara minimal. Pentingnya kemampuan berbicara dirasakan oleh hampir seluruh siswa SD, mengingat berbicara merupakan salah satu sarana yang penting untuk berkomunikasi secara lisan.

(12)

12

Kemampuan berbicara menjadi sarana untuk berkomunikasi, atau bakal untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, setiap mendapat tugas berpidato atau berdiskusi, siswa sering kali menghadapi kesulitan. Kesulitan berbicara dapat berupa kesulitan pemilihan kata yang tepat, kurang lancar berbicara, dan tidak jelas dalam mengunakan pikiran kepada orang lain.

Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.

(13)

13

proses pemahaman siswa. Demonstrasi diberikan sebagai model atau contoh bagi siswa. Latihan diberikan berfungsi sebagai sarana untuk menguji tingkat pemahaman siswa, sedangkan keterlibatan siswa dalam kegiatan merupakan perwujudan dari tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan program pengembangan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Sesuai dengan fungsinya mata pelajaran Bahasa dan Sastra antara lain sarana peningkatan pengetahuan dan ketrampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sebagai sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Keterampilan berbicara siswa di SD yang ada di Ponjong pada umumnya relatif lebih sulit dibandingkan dengan siswa yang berada di kota. Hal ini terjadi karena bahasa sehari-hari, termasuk bahasa percakapan yang digunakan di sekolah lebih sering menggunakan bahasa daerah (Jawa). Penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari jarang digunakan. Bahkan ketika berbicara untuk hal-hal yang bersifat resmi di sekolah, siswa lebih senang memakai bahasa krama, atau bahasa Indonesia namun dengan tata bahasa yang kurang lengkap.

(14)

14

lisan maupun tertulis. Observasi pendahuluan di kelas V SD Negeri Ponjong II mengungkapkan masih banyak siswa yang kurang lancar berbicara dalam bahasa Indonesia. Hal ini tampak pada saat siswa diajak berbicara oleh tamu yang kebetulan bertemu dengan siswa kelas V. Pada saat peneliti mengajukan pertanyaanpun, siswa tampak kurang lancar berbicara dalam bahasa Indonesia. Menurut guru kelas V SD Negeri Ponjong II, rendahnya kemampuan berbicara untuk siswa SD juga tampak pada saat terjadi proses pembelajaran. Pada saat guru melontarkan pertanyaan, siswa tidak menjawab dan hanya beberapa siswa saja yang menjawab. Pada saat guru menyuruh siswa maju ke depan kelas untuk berbicara, siswa ada yang mau dan ada yang tidak mau ke depan kelas dengan alasan siswa takut salah, malu, dan sebagainya. Siswa yang bersedia maju kedepan juga tidak bisa berbicara dengan lancar dan tampak malu-malu. Hal ini menjadikan guru kesulitan untuk mengetahui apakah siswa tersebut sudah jelas dengan pelajaran yang diberikan atau belum. Kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara dapat berakibat pada kurangnya kecakapan belajar siswa.

(15)

15

wajarlah kalau siswa sekolah dasar belum memiliki bekal yang memadai untuk terampil berbicara. Hal ini sangat memengaruhi keberanian siswa untuk menyampaikan ide, gagasan atau pendapat mereka kepada guru secara lisan. Kurangnya kemampuan berbicara berakibat pada proses belajar yang kurang efektif sehingga menyebabkan rendahnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan aspek berbicara. Namun, hal sebaliknya menunjukkan bahwa saat siswa bermain dan berekspresi secara bebas, pembicaraan mereka lakukan dengan mudah.

Berdasarkan uraian di atas, peningkatan keterampilan berbicara bagi siswa kelas V SD Negeri Ponjong II perlu dilakukan. Metode yang dipilih yaitu metode demonstrasi yaitu metode pembelajaran dengan cara memberikan contoh atau peragaan agar siswa dapat mengamati dan menirukan.

B. Identifikasi Masalah

1. Siswa kurang lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia

2. Lingkungan sekolah lebih terbiasa berbicara dengan menggunakan bahasa daerah (Jawa)

3. Peningkatan keterampilan berbicara dengan metode demonstrasi jarang diterapkan di SD kelas V SD Negeri Ponjong II.

C. Rumusan Masalah

(16)

16 D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan metode demonstrasi di kelas V SD Negeri Ponjong II Kabupaten Gunungkidul.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi guna meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas-kelas lain atau di sekolah lain

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam mendukung peningkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia. 3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara

(17)

83

mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Sanjaya, (2006: 225) metode pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan setuasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi yang dipelajari dapat menjadikan materi pelajaran lebih mudah dipahami. Materi pelajaran yang menekankan pada keterampilan, termasuk keterampilan berbicara, lebih cocok dengan metode demonstrasi. Dengan adanya demonstrasi atau peragaan, maka siswa dapat meniru atau mencontoh. Metode demonstrasi dalam pembelajaran keterampilan tampak lebih efektif karena demonstrasi atau peragaan berbicara menyajikan model atau figur yang dapat dicontoh dalam hal berbicara.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

(18)

84

dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Ponjong II Kabupaten Gunungkidul. Peningkatan ini dibuktikan oleh adanya peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara dan jumlah siswa yang mencapai keterampilan berbicara dengan kategori baik.

Pada siklus 1, nilai rata-rata keterampilan berbicara mencapai 55,5 masuk kategori cukup. Jumlah siswa dengan kategori baik ada 7 atau 33,3% siswa. Pembelajaran pada siklus 1 menerapkan metode demonstrasi dan siswa diberi kesempatan melatih keterampilan berbicara dengan teman sebangku. Pada akhir siklus 1, terjadi peningkatan sebesar 3,6.

Pada siklus 2, nilai rata-rata keterampilan berbicara mencapai 62,1 masuk kategori baik. Jumlah siswa dengan kategori baik ada 17 atau 80,9% siswa. Pembelajaran pada siklus 2 menerapkan metode demonstrasi dan siswa diberi kesempatan melatih keterampilan berbicara dalam kelompok. Pada akhir siklus 2, terjadi peningkatan sebesar 6,6. Tindakan kelas berakhir pada siklus 2 karena jumlah siswa yang masuk kategori cukup lebih dari 75% dari seluruh jumlah siswa.

B. Saran-saran

1. Bagi pihak sekolah sebaiknya menggunakan metode demonstrasi untuk materi-materi pelajaran yang memang membutuhkan keterampilan hidup dala kehidupan sehari-hari.

(19)

85

(20)

86

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi dan Uhbiyati. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Mukhsin. (1990). Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang. YA3.

Azizah, Nur. (2013). Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5- 6 Tahun. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Halida (2011)

Bailey, K. M., & Lance, S. (1994). New ways in teaching speaking. Bloomington, IN: Pantagraph Printing

Balqis Khayyirah. (2013). Cara Pintar Berbicara Cerdas Di Depan Publik. Yogyakarta: Diva Press.

Burhan Nurgiyantoro. (1995). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Bukian, Putu Ardana. (2004). Metode Pengajaran Berbicara di Kelas VI Sekolah Dasar No.6

Carolina, Yoca. (2001). Strategi Guru dalam Mengajarkan Keterampilan Berbicara pada Siswa SLTP di Singaraja. Skripsi. (Tidak diterbitkan). IKIP N Singaraja.

De Porter, Bobbi, dan Hernacki, Mik. (2001). Quantum Learning. Diterjemahkan oleh Alwiyah Adurrahman. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman PembelajaranEkonomi Secara Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas

Djamarah, S.J.(2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Gillies, R.M. & Ashman, A.F. (2003). Cooperative learning : the social and intellectual outcomes of learning in groups, New York: RoutledgeFalmer

(21)

87

Halida. (2011). Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal [online]. Pontianak: 99 PAUD FKIP Universitas Tanjungpura. (http:// jurnal.untan.ac.id/ index.php/jckrw/article/view/270/275. Diakses tanggal 20-05- 2012). Hamalik, Oemar. (2009). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Sinar

Baru Algensindo.

Irwanto. (2002). Psikologi Umum. Jakarta: Prenhallindo.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2014). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan: buku guru / kementerian pendidikan dan kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Laksono, Kisyani. (2003). Berbicara. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan. Mas’ud, Lalu.( 2005). Penerapan Pendekatan Komunikatif-Integratif dalam

Pembelajaran Keterampilan Berbicara II Suatu Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara. (Mahasiswa Semester II Program Studi PBSID STKIP Hamzanwadi Selong Tahun Akademik 2003/2004). Thesis. Singaraja. IKIP Negeri Singaraja. Program Pasca Sarjana.

Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. (1992). Analisis data kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas

Mulyasa, E., (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Nitko, A.J. & Brookhart S.M. (2007). Educational Asessment of Students. New Jersey: Pearson Education

Nurbiana Dhieni. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurhayati, Strategi Pembelajaran Bahasa: Alternatif Pemilihan Strategi dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa , Lingua Jurnal Bahasa & Sastra, Volume 9, Nomor 2, Juni 2008.

Pardjono, Sukardi, Paidi, Syamsi, K., Sukamti & Prayitno, E., (2007). .Panduan penelitian tindakan kelas, Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta

(22)

88

Purwanto, N. & Alim, D. (1997). Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Retno, S. (2008). Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis. Yogyakarta : Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.

Rohendi , D., Sutarno, H. & Ginanjar, M.A., Efektivitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi Di Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (PTIK), Vol. 3 No.1 / Juni 2010, hlm. 16-18.

Samsul, Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 1 Galumpang Melalui Metode Latihan, Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8, 2015, hlm. 173-192

Sanjaya & Musliastuti. (1998). Telaah Kurikulum 1994 dan Buku Teks I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Saodih, N. dan Ibrahmi, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saputro, S., (2000). Strategi pembelajaran. Malang. FIP UNM.

Schunk D.; Pintrich P.; Meece J. (2010). Motivation in Education :Theory, Research, and Aplication Third Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc

Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

(23)

89

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Sunarto dan Hartono, A. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprihadi Saputro. (2000). Starategi Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Malang.

Suryabrata, Sumadi, (2011). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan Suatu Pengantar Baru. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Tarigan, H.G., (2008), Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wahyu, S. (2009). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Media Gambar Idola Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Ampel Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Inovasi Pembelajaran . Jakarta : Gaung Persada Press group.

Yudha dan Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Drektorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Yudhistira, D. (2014) Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas V SDN Karangkandri 04 Cilacap. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Internet:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data panjang total larva chironomida yang telah dikelompokkan berdasarkan selang kelas tertentu, perlakuan tanpa penambahan bahan organik tidak

Berkenaan dengan bakat, mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro tidak dapat mengenali bakat mereka untuk menentukan minat studi

Penentuan konsentrasi udara ambient dilakukan dengan metoda gravimetri [2], yang diperoleh dari pengurangan hasil penimbangan berat sampel pada filter PM-lO, PM-2,5 dan TSP dengan

Studi Empiris ini bertujuan untuk menganalisa 1) terdapat hubungan antara motivasi karir akuntan dan kompetensi terhadap minat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), 2)

Kelompok IV (Gambar 12) secara morfologi memiliki karakter rimpang putih kecoklatan, rimpang ini dikonsumsi masyarakat, daun bulat telur, tepi rata, daun berwarna hijau

Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik. Menganalisis corak kehidupan masyarakat

Atje Wiriadinata, selanjutnya bagaimana proses Pembentukan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sebagai bagian dari pengembangan organisasi Angkatan Udara, terakhir mengenai