• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCL MODEL PBL PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN 20132014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCL MODEL PBL PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN 20132014"

Copied!
388
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS IVA SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh :

Margarita Nova Kurniawati

101134046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

KELAS IVA SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun oleh :

Margarita Nova Kurniawati

101134046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2014

(3)
(4)
(5)

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

 Bapak Herybertus Rukiman dan Ibu Francisca Suparmi yang telah memberikan

dukungan, doa yang terus menerus pada peneliti.

 Dosen Program Studi PGSD Sanata Dharma yang telah memberikan bimbingan,

didikan, saran, dan kritik bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini

 Teman-teman dan sahabat yang telah memberikan dukungan dan saran pada saya

ketika menghadapi kesulitan

(6)

Waktu tidak akan terulang kembali, lakukan yang terbaik untuk setiap aktivitas, pekerjaan yang dijalani.

Doa dan restu orangtua merupakan salah satu cara Tuhan untuk menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan hidup.

(7)
(8)
(9)

SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Margarita Nova Kurniawati Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL (Student Centered Learning) model PBL (Problem Based Learning) pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas. (2) Meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus (siklus I 3 kali pertemuan, dan siklus II, 2 kali pertemuan). Masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2x 35 menit. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto yang berjumlah 27 siswa dengan objek penelitian adalah peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan SCL model PBL.

Hasil penelitian ini adalah (1) minat belajar IPA meningkat dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Persentase siswa berminta yang dalam kondisi awal hanya 63% meningkat menjadi 96,3% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 98,15%. (2) prestasi belajar IPA meningkat dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Nilai KKM yang awalnya 57,2%, meningkat menjadi 70,4% pada siklus I dan menjadi , 100% pada siklus II.

Kata kunci: minat, prestasi belajar, SCL, PBL

(10)

Margarita Nova Kurniawati Sanata Dharma University

2014

This study aims to (1) Increase the student’s interest in learning science by using SCL (Student Centered Learning) approach with the PBL (problem based learning) model in IVA student’s of Nogotirto elementary school at the first semester of 2013/2014 by using action research. (2) Improve science learning achievement using the SCL approach by using PBL model in IVA student’s of Nogotirto elementary school at the first semester of 2013/2014 by using action research.

Type of research is action research, which implemented in two cycles (cycle I conducted in three meetings, and the second cycle was conducted in two meetings). Each meetings was held within 2x 35 minutes. Subjects In this research were students of SD Negeri IVA Nogotirto elementary school by conducting 27 students with the object of increasing the student’s interest and learning achievement using the SCL approach with PBL model.

The results of this research are (1) increasing the student’s interest in the learning science by using a SCL approach with PBL model in class IVA Nogotirto Elementary School at first semester of 2013/2014. In the firt cycle, the student’s interest increased from 63% to 96,3% and it increased continuedly to 98,15% in the second cycle. (2) increasing the student’s science learning achievement using the SCL approach with PBL model in class IVA Elementary School Nogotirto in first semester of 2013/2014. KKM (the minimum passing grade kriteria) the first cycle is 57,2% to 70,4% and to be 100% in the cycle II.

Keywords: student’s interest, learning achievement, SCL, PBL

(11)

rahmat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana (S-1) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ., SS., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah M. Hum, Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan

bimbingan dan arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

4. Ibu Wahyu Wido Sari. S. Si., M. Biotech dan Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M. A., Ed. D,

dosen pembimbing penelitian kolaboratif.

5. Dosen penguji Maria Melani Ika Susanti, S. Pd., M. Pd dan Laurensia Aptik Evanjeli, S.

Psi., M.A

6. Dosen validator yang telah memvalidasi instrumen pembelajaran dan instrumen

penelitian yang peneliti gunakan.

7. Sekretariat PGSD yang telah membantu peneliti dalam pembuatan surat-surat penelitian.

8. Bapak Suprayana, S. Pd., Kepala SD Negeri Nogotirto yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Bapak Toni Handoko, A. Ma., guru mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Nogotirto

yang sudah bersedia berkolaborasi dalam penelitian.

10. Siswa-siswa kelas IVA yang telah bersedia bekerjasama dengan peneliti sehingga

penelitian ini dapat berjalan lancar.

11. Bapak Herybertus Rukiman dan Ibu Francisca Suparmi, orang tua peneliti dan keluarga

besar yang telah memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyusun

skripsi.

12. Sahabat-sahabat yang mendukung penelitian ini baik yang berada di PGSD maupun yang

di luar PGSD.

(12)
(13)
(14)

B. Setting Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 58

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 61

F. Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran ... 76

1. Validitas ... 76

2. Reliabilitas ... 102

3. Indeks Kesukaran ... 104

G. Teknik Analisis Data ... 110

1. Analisis Minat ... 110

2. Analisis Prestasi Belajar ... 112

H. Kriteria Keberhasilan ... 114

1. Indikator Keberhasilan ... 114

BAB IV. DESKRIPSI, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. ... 118

A. Deskripsi Penelitian ... 118

B. Hasil Penelitian ... 145

1. Hasil Peningkatan Minat ... 145

2. Hasil Peningkatan Prestasi ... 165

C. Pembahasan ... 173

BAB V. PENUTUP ... 191

A. Kesimpulan ... 191

B. Keterbatasan Penelitian ... 192

C. Saran ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 193

LAMPIRAN ... 196

(15)

Tabel III.3 Instrumen pengumpulan data ... 62

Tabel III.4 Lembar waawancara ... 63

Tabel III.5 Kisi-kisi kuesioner minat belajar ... 65

Tabel III.6 Sebaran item kuesioner ... 66

Tabel III.7 Lembar pengamatan minat ... 67

Tabel III.8 Kisi-kisi soal evaluasi siklus I ... 69

Tabel III.9 Kisi-kisi soal evaluasi siklus II ... 70

Tabel III.10 Rubrik penlaian kognitif ... 71

Tabel III.11 Rubrik penilaian afektif ... 71

Tabel III.12 Rubrik Penilaian psikomotor siklus I pertemuan 1... 72

Tabel III.13 Rubrik penilaian psikomotorik siklus I pertemuan 2 ... 72

Tabel III.14 Rubrik penilaian psikomotorik siklus I pertemuan 3 ... 73

Tabel III.15 Rubrik penilaian psikomotorik siklus II pertemuan 1 ... 74

Tabel III.16 Rubrik penilaian psikomotorik siklus II pertemuan 2 ... 75

Tabel III.17 Rubrik validasi silabus ... 78

Tabel III.18 Hasil validasi silabus siklus I oleh ahli ... 79

Tabel III.19 Hasil validasi silabus siklus II oleh ahli ... 81

Tabel III.20 Rubrik validasi RPP ... 82

Tabel III.21 Hasil validasi RPP siklus I oleh ahli ... 83

Tabel III.22 Hasil validasi RPP siklus II oleh ahli ... 85

Tabel III.23 Rubrik validasi soal evaluasi ... 87

Tabel III.24 Hasil validasi soal evaluasi siklus I oleh ahli ... 88

Tabel III.25 Hasil validasi soal evaluasi siklus II oleh ahli ... 89

Tabel III.26 Hasil uji validitas empiris soal evaluasi siklus I ... 91

Tabel III.27 Kisi-kisi soal evaluasi siklus I setelah validasi ... 93

Tabel III.28 Hasil uji validitas empiris soal evaluasi siklus II ... 94

Tabel III.29 Kisi-kisi soal evaluasi siklus II setelah validasi ... 95

Tabel III.30 Kisi-kisi lembar wawancara setelah validasi ... 96

Tabel III.31 Hasil uji validitas empiris kuesioner minat ... 98

Tabel III.32 Kisi-kisi kuesioner minat setelah validasi ... 99

(16)

Tabel III.36 Hasil uji reliabilitas soal evaluasi siklus I ... 103

Tabel III.37 Hasil uji reliabilitas soal evaluasi siklus II ... 104

Tabel III.38 Kriteria indeks kesukaran ... 104

Tabel III.39 Indeks kesukaran evaluasi siklus I ... 105

Tabel III.40 Tabel indeks kesukaran soal evaluasi siklus I ... 106

Tabel III.41 Indeks kesukaran evaluasi siklus II ... 107

Tabel III.42 Tabel indeks kesukaran soal evluasi siklus ... 109

Tabel III.43 Skor alternatif pilihan jawaban kuesioner ... 110

Tabel III.44 Kriteria tingkat minat belajar ... 111

Tabel III.45 Target keberhasilan siklus I ... 116

Tabel IV.1 Minat dan prestasi siklus I ... 132

Tabel IV.9 Peningkatan dan capaian minat siklus I ... 155

Tabel IV.10 Target keberhasilan siklus II ... 156

Tabel IV.11 Minat siswa siklus II pertemuan 1 ... 158

Tabel IV.12 Minat siswa siklus II pertemuan 2 ... 160

Tabel IV.13 Peningkatan dan capian minat siklus II ... 161

Tabel IV.14 Data minat siswa satu kelas pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II ... 162

Tabel IV.15 Hasil minat siswa kondisi awal, siklus I dan siklus II ... 164

Tabel IV.16 Prestasi siswa siklus I ... 167

Tabel IV.17 Perbandingan prestasi belajar kondisi awal dengan siklus I ... 168

Tabel IV.18 Target capaian prestasi siklus II ... 169

Tabel IV.19 Prestasi belajar siswa siklus II ... 170

Tabel IV.20 Perbandingan prestasi belajar siklus I dengan siklus II ... 171

Tabel IV.21 Prestasi dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II ... 172

(17)

Gambar III.1 Siklus PTK model Kemmis Taggart ... 43

Gambar IV.1 Siklus I pertemuan 1 ... 174

Gambar IV.2 Siklus I pertemuan 2 ... 175

Gambar IV.3 Siklus I pertemuan 3 ... 176

Gambar IV.4 Siklus II pertemuan 1 ... 177

Gambar IV.5 Siklus II pertemuan 2 ... 178

Gambar IV.6 Identifikasi masalah ... 179

Gambar IV.7 Merancang kegiatan penyelesaian masalah ... 180

Gambar IV.8 Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah ... 180

Gambar IV.9 Kegiatan tutorial ... 181

Gambar IV.10 Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah... 181

Gambar IV.11 Menyusun laporan ... 182

Gambar IV.12 Penilaian... 182

Gambar IV.13 Peningkatan minat berdasarkan indikator ... 183

Gambar IV.14 Rasa senang ... 185

Gambar IV.15 Perhatian siswa ... 185

Gambar IV.16 Keterlibatan siswa ... 186

Gambar IV.17 Inisiatif siswa ... 186

(18)

Lampiran 2. Instrumen pembelajaran setelah divalidasi ... 200

Lampiran 3. Hasil perhitungan indeks kesukaran dan validitas ... 309

Lampiran 4. Data siswa pada kondisi awal ... 342

Lampiran 5. Contoh hasil pekerjaan siswa ... 357

Lampiran 6. Foto kegiatan ... 366

(19)

PENDAHULUAN

Bab ini akan menjadi pendahuluan dalam penelitian yang dilakukan

peneliti. Pada bab ini termuat latar belakang masalah, pembatasan masalah,

rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam dunia pendidikan merupakan

salah satu mata pelajaran yang penting dan pokok dalam kurikulum di

Indonesia, termasuk pada jenjang pendidikan dasar atau SD (Susanto,

2013:165). IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib siswa ikuti

sebagai salah satu syarat kenaikan ke kelas selanjutnya. Pembelajaran IPA

adalah pembelajaran yang mendekatkan siswa untuk mengenal lingkungan

sekitarnya melalui kegiatan percobaan dan pengamatan (Samatowa, 2011:3).

Fokus pembelajaran IPA di SD menurut Samatowa (2011:2) yaitu

untuk memupuk minat siswa dalam mengenal lingkungan sekitar. Minat

adalah dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan dipilihnya suatu

kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, yang lama kelamaan

mendatangkan kepuasan (Susanto, 2013:58). Minat belajar mempengaruhi

hasil belajar siswa. Minat mempengaruhi prestasi belajar siswa

(Susanto,2013:67). Bahan pelajaran, pendekatan, atau metode pembelajaran

yang tidak sesuai dengan minat siswa, menyebabkan prestasi belajarnya tidak

optimal.

(20)

Pembelajaran IPA untuk menumbuhkan minat pada kenyataannya

belum peneliti lihat di SD Negeri Nogotirto. Berdasarkan hasil wawancara

dengan guru mata pelajaran IPA kelas IVA di SD Negeri Nogotirto pada

tanggal 22 Oktober 2013, peneliti memperoleh infomasi bahwa siswa kurang

berminat dalam pembelajaran IPA. Beberapa siswa kurang memperhatikan

ketika mata pelajaran IPA berlangsung. Siswa sering melamun, mengobrol

dengan teman, dan sikap lainnya. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran IPA

juga tidak banyak. Hal ini terlihat dari sedikitnya siswa yang menjawab

pertanyaan guru. Selain itu, kurangnya minat siswa juga terlihat dari inisiatif

untuk belajar IPA. Hal ini terlihat dari tidak adanya yang mengajukan

pertanyaan dalam pembelajaran dengan kemauan sendiri.

Guna memperkuat hasil analisis peneliti bahwa minat siswa terhadap

mata pelajaran IPA masih kurang, peneliti melakukan observasi kelas

sebanyak 2 kali pada saat pembelajaran IPA berlangsung. Peneliti

menggunakan lembar observasi yang berisi indikator minat belajar untuk

melihat minat siswa dalam belajar. Observasi yang pertama peneliti lakukan

pada tanggal 24 Oktober 2013, pukul 07.00-08.10 WIB materi simbiosis.

Observasi yang kedua peneliti lakukan pada tanggal 4 November 2013 pukul

09.35-10.10 WIB pada materi ekosistem. Berdasarkan hasil observasi selama

dua kali terlihat bahwa rasa senang, perhatian, keterlibatan, dan inisiatif siswa

ketika pembelajaran IPA terbilang kurang. Rasa senang yang kurang terlihat

dari beberapa siswa yang datang terlambat, dan kurang bersemangat dengan

(21)

terlihat dari adanya siswa yang melamun, dan tidak menyimak penjelasan

guru. Keterlibatan siswa yang kurang terlihat dari tidak adanya siswa yang

menjawab pertanyaan guru dan menanggapi penjelasan guru. Inisiatif siswa

yang kurang terlihat dari tidak adanya siswa yang mau bertanya dan membuat

ringkasan tanpa harus diminta guru.

Rendahnya minat siswa juga terlihat dari perhitungan penyebaran

lembar kuesioner pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto pada tanggal 24

Oktober 2013. Berdasarkan data kuesioner, terlihat bahwa minat siswa dalam

belajar IPA masih kurang. Siswa yang menunjukkan minat atau berminat

tinggi hanya 17 dari 27 siswa (37%). Hal ini terlihat dari perhitungan nilai

rata-rata per indikator minat berdasarkan data kuesioner yang telah diisi siswa

sebelumnya. Pada indikator rasa senang, nilai rata-rata siswa yang memiliki

rasa senang terhadap pembelajaran IPA sebesar 3,39. Siswa yang

memperhatikan guru pada saat pembelajaran IPA sebesar 2,67. Siswa yang

terlibat pada waktu pembelajaran IPA sebesar 2,89. Siswa yang berinisiatif

untuk mencari informasi yang terkait dengan mata pelajaran IPA yaitu sebesar

1,81. Hal itu menunjukkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran IPA masih

kurang dan perlu adanya peningkatan.

Minat siswa yang rendah juga peneliti lihat melalui studi dokumetasi

nilai siswa selama dua tahun pada semester ganjil. Hal ini peneliti lakukan

karena minat berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Berdasarkan studi

dokumentasi nilai mata pelajaran IPA tahun 2011/2012 dari 34 siswa, 19

(22)

yaitu 67. Tahun 2012/2013, adanya 18 siswa dari 30 siswa (60%) lulus KKM.

Selain dari nilai KKM, rata-rata nilai kelas siswa juga mengalami perubahan.

Tahun 2011/2012 rata-rata nilai kelas IVA adalah 71,5 dan pada tahun

2012/2013 adalah 74,5. Adanya nilai siswa yang tidak memenuhi KKM

tersebut menunjukkan kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran

IPA.

Berdasarkan data-data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas guna meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran IPA kelas IVA. Peneliti menggunakan pendekatan

Student Centered Learning (SCL) untuk meningkatkan minat dan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pendekatan SCL merupakan suatu

pendekatan pembelajaran dimana siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

(Triyono, 2011:1). Pendekatan SCL memiliki berbagai jenis model

pembelajaran antara lain model pembelajaran berbasis inkuiri, kooperatif,

pembelajaran berbasis masalah, experiential learning, contextual teaching and

learning (CTL), dan discovery learning.

Penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) untuk meningkatkan minat dan prestasi

belajar siswa. Peneliti meyakini pembelajaran problem based learning dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

Keyakinan itu peneliti peroleh setelah peneliti mempelajari teori PBL yang

terdiri dari tujuh langkah pembelajaran. Ketujuh langkah itu antara lain

(23)

melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah, kegiatan tutorial, melanjutkan

kegiatan penyelesaian masalah, menyusun laporan dan penilaian. Terinspirasi

dari masalah yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan

SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester

ganjil 2013/2014”.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada peningkatan minat dan prestasi belajar kelas

IVA SD Negeri Nogotirto pada mata pelajaran IPA SK 6 tentang memahami

beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan

benda berdasarkan sifatnya. Berdasarkan SK tersebut, KD yang digunakan

dalam penelitian ini dibatasi pada KD 6.2 tentang perubahan wujud benda,

dan KD 6.3 tentang penggunaan benda berdasarkan sifat bahannya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pada penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan

pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto

(24)

2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan

pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto

semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan penelitian

Tujuan yang akan diwujudkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL

model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil

tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas.

2. Meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL

model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil

tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah,

rendahnya minat dan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto

pada mata pelajaran IPA akan diatasi dengan menggunakan pendekatan

Student Centered Learning (SCL) model pembelajaran berbasis masalah

melalui penelitian tindakan kelas.

F. Batasan Pengertian

Menghindari penafsiran yang berbeda tentang istilah yang akan digunakan

(25)

1. Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan

dipilihnya suatu kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, yang

lama kelamaan mendatangkan kepuasan

2. Prestasi belajar adalah bukti atau hasil yang dicapai siswa dalam

melakukan kegiatan belajar

3. Pembelajaran IPA adalah suatu pembelajaran yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam yang disusun secara sistematis berdasarkan

hasil percobaaan dan pengamatan.

4. Pendekatan Sudent Centered Learning merupakan suatu pendekatan

pembelajaran dimana siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan peran

guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator

5. Model Problem based learning adalah proses pembelajaran yang

menekankan pada penyelesaian masalah oleh siswa secara ilmiah

6. Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada tahap opersional

konkret (7-11 tahun) dan mulai memunjukkan perilaku belajar seperti

berpikir objektif, operasional, dan lain sebagainya.

G. Manfaat penelitian

1. Bagi siswa

Melalui penelitian ini, diharapkan prestasi dan minat siswa kelas IVA SD

Negeri Nogotirto dalam mata pelajaran IPA dapat meningkat

(26)

Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi atau saran bagi

guru untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dengan

mengembangkan pembelajaran inovatif.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam

mengembangkan model pembelajaan inovatif untuk meningkatkan minat

dan prestasi siswa dalam belajar.

4. Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan salah satu pembelajaran inovatif model PBL

(27)

BAB II KAJIAN

PUSTAKA

Bab ini akan menjadi landasan teori peneliti dalam melakukan penelitian

yang terkait dengan judul penerapan pendekatan SCL dengan model PBL untuk

meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA kelas IVA SD Negeri Nogotirto.

Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan,

kerangka berpikir dan hipotesis tindakan

A. Teori- teori yang Mendukung.

Teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi teori perkembangan,

teori belajar, minat, prestasi belajar, SCL, PBL, dan IPA.

1. Teori perkembangan

Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada tahap operasional

konkret (7-11 tahun) dan mulai menunjukkan perilaku belajar seperti berpikir

objektif, operasional, dan lain sebagainya (Susanto, 2013:78-79). Menurut

Piaget (dalam Slavin, 2008:51) pada tahap operasional konkret anak dapat

membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah yang

melibatkan objek atau situasi yang sudah dikenal siswa. Hal ini berarti bahwa

siswa pada usia SD dapat belajar berdasarkan pengalaman-pengalaman yang

pernah dialaminya. Siswa SD yang mampu belajar dari pengalaman sejalan

dengan prinsip pembelajaran IPA, dimana dalam belajar IPA siswa didorong

untuk lebih dekat dengan alam dan belajar berdasarkan pengalaman melalui

pengamatan dan percobaan. Selain belajar berdasarkan pengalaman, siswa SD

(28)

juga sudah mampu dalam memecahkan masalah yang sederhana (Susanto,

2013:73). Pernyataan tersebut sejalan dengan prinsip model pembelajaran

PBL, dimana dalam pembelajaran PBL, siswa dituntut untuk mampu

memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Selain perkembangan kognitif, siswa SD juga mengalami perkembangan

sosial. Perkembangan sosial siswa SD ditandai dengan adanya perluasan

hubungan dengan membentuk group dengan teman sebaya. Tahap ini siswa

SD umumnya sudah sanggup untuk bekerjasama dalam kelompok, dan peduli

terhadap orang lain (Susanto, 2013:75). Hal yang sama juga diungkapkan oleh

Erikson. Erikson berpendapat bahwa pada masa SD, peran orangtua dalam

mendidik siswa berkurang. Guru dan teman sebaya memegang peran penting

dalam perkembangan siswa (dalam Slavin, 2008:66).

2. Teori belajar yang mendukung

Belajar menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013:1) adalah suatu proses

dimana individu berubah perilakunya akibat pengalaman yang

didapatkannya. Hal ini sejalan dengan teori belajar konstruktivistik dimana

menurut teori konstruktivistik, seseorang belajar dari pengalaman yang

didapatkannya (Budiningsih, 2012:58). Menurut teori belajar konstruktivistik,

siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa aktif melakukan kegiatan,

aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna terkait dengan hal

yang sedang dipelajari. Selain itu, menurut pandangan konstruktivistik, siswa

adalah pribadi yang telah memiliki pengetahuan awal sebelum mempelajari

(29)

pengetahuan baru yang didapat. Peran guru menurut pandangan

konstruktivistik adalah sebagai pembantu atau penolong siswa untuk

mengkonstruksikan atau pengetahuan baru tersebut. Berdasarkan uraian

tersebut, terlihat bahwa belajar seharusnya lebih berpusat pada siswa (student

centered learning) dimana siswa aktif dalam belajar, dan guru berperan

sebagai fasilitator.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hardini (2012:4). Menurut Hardini,

belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat pengalaman

yang berasal dari lingkungannya (2012:4). Melalui pengalaman atau aktivitas

yang ada di lingkungan yang telah dia alami, diharapkan seseorang dapat

merubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan kedua definisi di atas, terlihat bahwa pengertian belajar yang

dikemukakan oleh R.Gagne (dalam Susanto 2013:1) dan Hardini (2012:4),

terdapat persamaan pendapat. Keduanya sama-sama menyebutkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat adanya pengalaman. Jadi

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami seseorang

yang menyebabkan perubahan tingkah laku ke arah yang positif atau ke arah

yang lebih baik akibat adanya pengalaman yang berasal dari lingkungan yang

dia alami.

3. Minat Belajar

Minat belajar berisi tentang teori-teori yang terkait dengan minat

(30)

belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, dan indikator minat

belajar.

a. Pengertian minat belajar

Minat menurut Susanto (2013:58) adalah dorongan dalam diri

seseorang yang menyebabkan dipilihnya suatu kegiatan yang

menguntungkan, menyenangkan, yang lama kelamaan mendatangkan

kepuasan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Djamarah (2011:166).

Menurut Djamarah (2011:166) minat adalah rasa lebih dari suka dan

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Ketertarikan tanpa ada yang menyuruh dapat diartikan bahwa ketertarikan

itu berasal dari dalam diri sendiri. Bukan karena suatu suruhan atau ajakan,

melainkan karena keinginan diri sendiri.

Berdasarkan pengertian minat belajar menurut Susanto (2013:58)

dan Djamarah (2011:166) tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat

belajar adalah rasa suka, ketertarikan atau dorongan yang timbul dalam

diri seseorang yang mengakibatkan dipilihnya suatu kegiatan atau

aktivitas.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

Menurut Rosdiyah dalam Susanto (2013:60) faktor yang

mempengaruhi minat ada dua yaitu:

(31)

Faktor yang berasal dari pembawaan timbul dari dalam diri

individu. Minat yang berasal dari pembawaan biasanya dipengaruhi

faktor keturunan atau bakat. Bakat menurut Chaplin (dalam Susanto,

2013:16) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa depan.

2) Faktor minat yang berasal dari luar.

Minat dari luar diri seseorang dipengaruhi oleh lingkungan,

dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.

Pendapat Rosdiyah tersebut juga sejalan dengan pendapat Slameto.

Menurut Slameto (2003:180) faktor yang mempengaruhi minat ada dua yaitu

faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).

1) Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi minat antara lain cita-cita, kepuasan,

kebutuhan, bakat, dan kebiasaan.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi minat antara lain kelengkapan,

sarana prasarana, pergaulan orangtua dan persepsi masyarakat.

Pendapat Rosdiyah (dalam Susanto, 2013:60) dan Slameto

(2003:180) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat teryata

memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama menyebutkan bahwa minat

(32)

luar (eksternal). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

minat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi minat antara lain bakat,

cita-cita, kepuasan, kebutuha, dan kebiasaan. Faktor eksternal yang

mempengaruhi minat antara lain kelengkapan, sarana prasarana, pergaulan

orangtua dan persepsi masyarakat lingkungan, dan adat.

c. Indikator minat

Menurut Safari (2003: 60), ada empat indikator minat siswa dalam

belajar yaitu:

1) Perasaan senang

Perasaan senang dapat terlihat ketika siswa melakukan kegiatan

pembelajaran di kelas. Perasaan senang ditandai dengan adanya sikap

siswa yang tertawa, tersenyum, dan yang menunjukkan perasaan senang

lainnya.

2) Ketertarikan siswa

Ketertarikan siswa sebagai indikator minat yang lain berhubungan

dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk tertarik pada sesuatu.

Siswa yang memiliki ketertarikan atau tertarik pada sesuatu akan

mendorongnya untuk melakukan suatu hal yang dia sukai. Misalnya siswa

menyukai mata pelajaran matematika karena dalam pembelajaran guru

menggunakan media. Hal itu menarik bagi siswa karena media yang

digunakan cenderung bersifat nyata, dan memiliki bentuk serta warna yang

(33)

3) Perhatian

Perhatian siswa merupakan indikator lain dari minat siswa dalam

belajar. Siswa yang perhatian terhadap sesuatu akan berkonsentrasi

memperhatikan hal yang menarik perhatiannya tersebut. Perhatian siswa

ini umumnya dipengaruhi oleh rasa senang dan ketertarikan terhadap

sesuatu.

4) Keterlibatan

Selain perhatian, ketertarikan, dan rasa senang, indikator minat

yang lain adalah keterlibatan siswa. Siswa yang terlibat aktif melakukan

suatu hal menunjukkan adanya minat yang besar terhadap hal tersebut.

Siswa yang terlibat aktif ditandai dengan keikutsertaannya melakukan

segala sesuatu yang menjadi minatnya dalam belajar.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djamarah (2002:132). Menurut

Djamarah, indikator minat ada tiga yaitu: minat siswa dalam belajar dapat

diekspresikan melalui pernyataan lebih suka terhadap sesuatu daripada

lainnya, partisipasi aktif, perhatian yang lebih besar pada sesuatu yang disukai

dan adanya perasaan senang dalam pembelajaran.

1) Pernyataan lebih suka terhadap sesuatu daripada lainnya.

Pernyataan lebih suka terhadap sesuatu daripada yang lain

merupakan salah satu indikator minat belajar yang diungkapkan oleh

Djamarah (2002:132). Bila siswa berminat pada sesuatu, maka dia akan

(34)

Perasaan lebih suka ini dapat diartikan sebagai perasaan senang terhadap

sesuatu daripada hal yang lain.

2) Partisipasi aktif

Partisipasi aktif merupakan indikator lain yang menunjukkan minat

siswa dalam belajar. Partisipasi dapat terlihat dari aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Partisipasi aktif ditandai dengan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran.

3) Perhatian yang lebih besar pada sesuatu yang disukai

Indikator minat juga terlihat dari perhatian siswa. Perhatian

biasanya ada karena perasaan suka atau senang. Orang yang senang

terhadap sesuatu memiliki perhatian yang lebih besar hal tersebut. Siswa

yang memiliki minat terhadap suatu pembelajaran akan terlihat memiliki

perhatian yang besar terhadap pembelajaran tersebut.

Berdasarkan pendapat Safari (2003:60) dan Djamarah (2002:132)

tentang indikator minat belajar siswa, ternyata ada persamaan diantara kedua

pendapat itu. Keduanya menyatakan bahwa indikator minat terlihat dari

perasaan senang, dan perhatian siswa. Indikator minat siswa yaitu keterlibatan

yang diungkapkan oleh Safari (2003:60) juga memiliki pengertian yang sama

dengan indikator minat siswa yang dikemukakan oleh Djamarah (2002:132)

yaitu partisipasi aktif. Keduanya menunjukkan bahwa siswa terlibat aktif

dalam pembelajaran dengan memperhatikan guru saat memberikan penjelasan,

bertanya apabila ada hal yang tidak diketahui memberikan pendapat dalam

(35)

materi yang diajarkan. Keduanya menunjukkan bahwa siswa dengan sukarela

melakukan hal tersebut tanpa paksaan, sehingga dapat dikatakan siswa

mempunyai inisiatif dalam pembelajaran. Jadi selain ketiga indikator tersebut,

ada lagi indikator yang menunjukkan siswa mempunyai minat dalam belajar

yaitu inisiatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator minat ada empat yaitu,

rasa senang, perhatian, keterlibatan, dan inisiatif.

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berisi tentang teori-teori yang terkait dengan prestasi

siswa dalam belajar. Teori-teori tersebut antara lain definisi belajar, pengertian

prestasi belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

a. Pengertian prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Masidjo (1995:40) adalah hasil poses

belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil pengkuran

terhadap kemampuan siswa. Prestasi belajar merupakan pengukuran

terhadap kemampuan siswa sebagai hasil dari proses belajar yang telah

siswa lakukan.

Menurut Darsono (2000:110) prestasi belajar merupakan

perubahan yang terjadi akibat interaksi aktif dengan lingkungan yang

berhubungan dengan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),

nilai sikap (afektif). Prestasi belajar dapat dilihat dari aspek kognitif,

afektif dan psikomotor setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Adanya

(36)

Berdasarkan definisi di atas, pendapat Masidjo (1995:40) dan

Darsono (2010:110) tentang pengertian prestasi belajar, ternyata saling

mendukung. Masidjo (1995:40) mengungkapkan bahwa prestasi belajar

merupakan pengukuran terhadap kemampuan siswa dari hasil proses

belajar sedangkan Darsono (2010:110) mengungkapkan bahwa prestasi

belajar merupakan perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa proses belajar siswa

menghasilkan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan pengukuran

terhadap kemampuan siswa berdasarkan berdasarkan proses belajar siswa

yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Syah

(2008: 137-138) ada tiga yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor

pendekaan pembelajaran.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang, yaitu jasmani dan rohani. Keadaan jasmani yang baik

ditandai dengan kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya.

Sedangkan rohani terdiri dari sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.

Keadaan jasmani dan rohani seseorang mempengaruhi prestasi

belajarnya. Keadaan jasmani dan rohani yang baik mendorong siswa

(37)

2) Faktor eksternal.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekitar,

baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Lingkungan

sosial terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Sedangkan lingkungan non sosial terdiri dari gedung sekolah, rumah,

cuaca, dan lain sebagainya. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik

lingkungan sosial maupun non sosial mempengaruhi prestasi siswa

dalam belajar.

3) Faktor pendekatan pembelajaran

Faktor pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan

siswa untuk mempelajari materi pelajaran guna mendapat prestasi yang

bagus. Upaya yang dilakukan siswa terdiri dari strategi serta metode

yang digunakan siswa dalam belajar agar mendapatkan nilai yang

bagus. Jadi strategi dan metode belajar juga dapat mempengaruhi

prestasi belajar.

5. Student Centered Learning (SCL)

Student Centered Learning (SCL) berisi teori tentang SCL yang terdiri

atas pengertian SCL, ciri-ciri SCL dan model-model pembelajaran SCL.

(38)

Student Centered Learning (SCL) menurut Triyono (2011:1)

adalah pendekatan pembelajaran yang memberdayakan siswa menjadi

pusat perhatian selama pembelajaran. Jadi selama pembelajaran

berlangsung, siswa yang aktif melakukan segala aktivitas.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Severinus (2013:6).

Menurut Severinus (2013:6), student centered learning atau pembelajaran

yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengalami, berinteraksi, dan menemukan

masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Jadi guru memberi

kesempatan pada siswa untuk mengalami, berinteraksi, dan menemukan

masalahnya sendiri yang ada di lingkungan.

Pengertian SCL atau pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

dikemukakan oleh Triyono (2011:1), ternyata memiliki kesamaan dengan

pengertian SCL yang dikemukakan Severinus (2013:6). Keduanya sama-

sama berpendapat bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa atau

SCL, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam

melakukan segala aktivitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa student

centered learning atau SCL adalah pendekatan pembelajaran yang

menekankan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

b. Ciri-ciri SCL

Triyono dalam artikel yang ditulisnya (2011:2) menyampaikan tiga

(39)

1) Siswa harus aktif terkibat dalam pembelajaran yang dipicu oleh

motivasi intrinsik.

Keaktifan siswa dalam pembejalajaran SCL dipicu oleh motivasi

intrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan belajar yang muncul

dalam diri siswa sendiri (Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI,

2007:85)

2) Topik, isu, atau subyek pembelajaran harus menarik dan memicu

motivasi intrinsik

Pembelajaran dalam SCL harus menarik sehingga dapat memicu

keinginan belajar siswa.

3) Pengalaman belajar diperoleh melalui suasana yang nyata.

Pengalaman belajar dalam SCL diperoleh dari suasana yang nyata

yaitu melalui pengamatan atau percobaan.

c. Model-model pembelajaran SCL

Model pembelajaran SCL menurut Severinus (2013:8) ada lima

yaitu, model pembelajaran berbasis inkuiri, kooperatif, model

pembelajaran berbasis masalah, experiential learning, dan contextual

teaching and learning (CTL).

a. Model pembelajaran berbasis inkuiri

Model pembelajaran berbasis inkuiri adalah salah satu model

pembelajaran dimana siswa menguji hipotesis atau masalah yang

seluruh prosesnya mendorong siswa untuk menjadi aktif terlibat dalam

(40)

(Coffman dalam Severinus 2013:8). Langkah-langkah pembelajaran

berbasis inkuiri antara lain adalah mengidentifikasi masalah,

merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan

ilmiah, mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data yang

diperoleh, mengembangkan penyelidikan, mnyimpulkan hubungan

antar masalah, bukti dan penjelasan, serta mengkomunikasikan

penyelidikan dan hasil penyelidikan.

b. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dalam

pembelajaran SCL. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk

mempelajari materi yang disajikan oleh guru (Shafritz, Koeppe &

Soper dalam Severinus 2013:9). Langkah-langkah pembelajaran

kooperatif antara lain adalah pembagian kelompok, pemberian materi

atau masalah, bekerjasama dalam kelompok, presentasi, penilaian,

kuis, pemberian penghargaan

c. Model pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model

pembelajaran untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan (Barell

dalam Severinus 2013:9). Langkah-langkah pembelajaran berbasis

masalah antara lain identifikasi masalah, merancang kegiatan

(41)

kegiatan tutorial, melanjutkan penyelesaian masalah, menyusun

laporan dan penilaian.

d. Experiental learning.

Experiental learning merupakan salah satu model pembelajaran

dimana siswa belajar melalui pengalaman. Langkah-langkah

eksperiental learning antara lain mengamati pengamatan, melakukan

refleksi dari pengalaman yang diperoleh, mencari hubungan

pengalaman dengan materi yang diajarkan guru, dan merencanakan

rencana lanjutan.

e. Contextual teaching and learning (CTL)

Contextual teaching and learning (CTL) juga termasuk model

pendekatan SCL. CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang

berawal dari pengalaman siswa, mengaitkan materi dengan situasi real,

belajar mandiri, guna mencapai tujuan pembelajaran.

f. Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) berisi teori tentang pengertian PBL, ciri-

ciri PBL, langkah PBL, serta kelebihan dan kekurangan PBL.

a. Pengertian problem based learnig

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah

menurut Arends (dalam Trianto,2009:92) adalah pendekatan pembelajaran

(42)

pengetahuan, mengembangkan keterampilan inquiri, berpikir tingkat

tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Pengertian problem based learning juga diungkapkan oleh Barell

(dalam Severinus, 2013:9). Menurut Barell (dalam Severinus, 2013:9)

model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model

pembelajaran untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan pengertian problem based learning yang diungkapkan

oleh Arends (dalam Trianto,2009:92), ternyata memiliki persamaan

dengan pengertian problem based learning yang diungkapkan oleh Barell

(dalam Severinus, 2013:9). Keduanya menyatakan bahwa problem based

learning adalah model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah

dalam kehidupan nyata. Jadi dapat disimpulkan bahwa problem based

learning adalah model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah

dalam kehidupan nyata untuk dapat menyusun pengetahuan,

mengembangkan keterampilan inquiri, berpikir tingkat tinggi,

mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

b. Ciri-ciri PBL

Dain Mardi (2012:1) mengungkapkan ciri-ciri PBL menjadi 7

yaitu:

1) Pembelajaran dipicu oleh permasalahan

(43)

Masalah didasarkan pada situasi nyata maksudnya masalah yang

diambil dalam pembelajaran berdasarkan situasi pada dunia nyata,

bukan rekayasa.

3) Informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tidak

diberikan terlebih dahulu

Guna memecahkan masalah dalam PBL, guru tidak memberikan cara

penyelesaian masalah terlebih dahulu pada siswa. Siswa dituntut untuk

mencari sendiri cara penyelesaian masalahnya

4) Dilaksanakan dalam kelompok kecil

Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri dari 3-6

orang siswa dalam satu kelompok.

5) Berfokus pada kemampuan berpikir, diantaranya adalah menyelesaikan

masalah, analisis, penetapan keputusan, dan berpikir kritis.

6) Memerlukan integrasi pengetahuan

Siswa berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok saat

pembelajaran, dan mengiintegrasikannya atau menghubungkannya

dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan

masalah.

7) Terjadi self directed learning dan interdependent learning

Self directed learning merupakan peran aktif siswa dalam

menyelesaikan masalah. Siswa menentukan jawaban sementara,

(44)

mencarinya, dan setelah itu melakukan pembagian tugas pada masing-

masing anggota.

Sedangkan interdependent learning merupakan siswa yang saling

berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok. Pengetahuan

baru yang mereka dapat mereka hubungkan dengan pengetahuan yang

sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah.

c. Langkah-langkah PBL

Langkah-langkah pembelajaran PBL menurut Saverinus (2013: 10)

ada tujuh antara lain:

1) Identifikasi masalah

Siswa atau guru menemukan masalah yang terkait dengan materi

yang sedang diajarkan. Masalah yang ditemukan terkait dengan dunia

nyata. Masalah tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok untuk

dipahami bersama-sama.

2) Merancang kegiatan penyelesaian masalah

Setelah masalah dipahami, siswa dalam kelompok kemudian

merancang langkah penyelesaian masalah, sarana yang digunakan,

narasumber, pembagian tugas, pembagian tugas, jadwal, dan biaya.

3) Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah

Rancangan penyelesaian masalah kemudian dilaksanakan.

Pelaksanaan penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap. Setiap

(45)

4) Kegiatan tutorial

Selama melaksanakan kegiatan masalah, secara berkala kelompok

harus melaporkan kegiatan penyelesaian masalah pada guru. Hal ini

agar guru dapat memberikan evaluasi atau memberikan saran apabila

ada masalah dalam melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah.

5) Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah

Setelah mendapatkan saran dari guru, siswa melanjutkan kegiatan

penyelesaian masalah.

6) Menyusun laporan

Setelah kegiatan penyelesian masalah selesai dilaksanakan, siswa

diminta untuk menyusun terkait dengan hasil yang didapat.

7) Penilaian.

Penilaian dilakukan dengan observasi kinerja pada saat kegiatan

tutorial, yang dihasilkan, atau dengan tes tertulis atau lisan.

d. Kelemahan PBL

Sanjaya (2011:219) mengemukakan tiga kelemahan PBL yaitu:

1) Sulitnya mencari masalah yang revan

2) Persiapan untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu yang

lama

3) Jika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan dalam memecahkan

(46)

e. Kelebihan PBL

Menurut Sanjaya (2011:208-219) kelebihan PBL ada delapan,

yaitu:

1) Pemecahan masalah teknik yang bagus untuk lebih memahami isi atau

materi pelajaran

2) Pemecahan masalah dapat menantang siswa untuk giat belajar dan

memberikan kepuasan belajar terhadap pengetahuan baru yang didapat

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan

untuk mengembangkan pengetahuan baru dan bertanggung jawab

terhadap pembelajaran yang mereka lakukan serta mendorong siswa

untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses

pembelajaran.

5) Pemecahan masalah lebih menyenangkan dan disukai siswa

6) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berikir kritis

dan menyesuaikan terhadap pengetahuan baru.

7) Pemecahan masalah dapat memeberi kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus

belajar meski telah menyelesaikan pendidikan formal.

g. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA di SD belajar berisi tentang teori-teori yang terkait dengan

(47)

SD antara lain pengertian IPA, tujuan pembelajaran IPA di SD, pembelajaran

IPA di SD, dan SK, KD, dan materi pokok penelitian IPA.

a. Pengertian IPA

Menurut Trianto (2010:136-137), IPA adalah suatu kumpulan teori

yang sistematis yang penerapannya terbatas pada gejala alam, yang lahir

dan berkembangnya melalui metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah

seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Jadi IPA adalah

teori tentang gejala alam yang lahir melalui metode ilmiah dan sikap

ilmiah.

Susanto (2013:167) juga mempunyai pendapat tentang pengertian

IPA. Menurut Susanto (2013:167), IPA adalah usaha manusia untuk

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat, dengan

prosedur, dan dapat dijelaskan dengan nalar sehingga didapat kesimpulan.

Berdasarkan pendapat Trianto (2010:136-137) dan Susanto

(2013:167), terdapat persamaan dari kedua pendapat tersebut. Keduanya

sama-sama menunjukkan bahwa suatu hasil muncul dari adanya suatu

proses atau prosedur yang dilakukan secara sistematis. Jadi dapat

disimpulkan bahwa IPA adalah suatu usaha manusia untuk memahami

alam, melalui metode ilmiah yaitu pengamatan, dengan prosedur yang

sistematis dan dapat dijelaskan nalar, serta menggunakan sikap ilmiah,

(48)

b. Tujuan pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan

Nasional Standar Pendidikan tahun 2006 (dalam Susanto, 2013:171-172)

ada tujuh yaitu:

1) Yakin terhadap kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan, keindahan,

dan keteraturan alam

2) Mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

hubungan IPA, lingkungan, teologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan peran serta untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Sadar untuk menghargai alam dan segala isinya sebagai ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

c. Pembelajaran IPA di SD

Menurut Susanto (2013:170) pembelajaran IPA di SD dilakukan

dengan penyelidikan sederhana. Hal itu akan membuat siswa memiliki

pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan pengamatan

sederhana mengenai apa yang sedang dia pelajari. Adanya pengalaman

(49)

percaya diri, ingin tahu, dan lain sebagainya. Sikap itu terlihat dari

kegiatan perumusan masalah hingga penarikan kesimpulan yang dilakukan

oleh siswa.

Hardini (2012:150) juga mengungkapkan tentang pembelajaran

IPA. Menurut Hardini (2012:150), pembelajaran IPA di SD dan SMP

sebaiknya menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung yang

melalui penggunaan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Pendapat Susanto (2013:170) dan Hardini (2012:150) tentang

pembelajaran IPA di SD memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama

menunjukkan bahwa pembelajarn IPA di SD mengutamakan pembelajaran

langsung dimana siswa sebagai subjek yang aktif dalam pemebelajaran.

Pengalaman langsug dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan,

diskusi, dan pengamatan sederhana. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran IPA yang menekankan

pengalaman langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi, dan

pengamatan sederhana.

d. SK, KD, dan Materi Pokok Penelitian IPA

Standar Kompetensi (SK) pada penelitian ini adalah SK 6, memahami

beragam sifat dan perubahan benda serta berbagai cara penggunaan benda

berdasarkan sifatnya. Berdasarkan SK tersebut, peneliti memilih kompetensi

dasar (KD) 6.2 dan 6.3 yang akan diterapkan dalam penelitian ini. KD 6.2

(50)

KD 6.2 tentang mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair  padat

 cair; cair  gas  cair; padat  gas. Berdasarkan KD tersebut, materi

yang diajarkan adalah perubahan wujud benda. Menurut Sulistyanto, Heri dan

Edy Wiyono (2008:90) wujud benda dibedakan menjadi tiga yaitu padat, cair

dan gas dan ketiga wujud benda tersebut dapat mengalami perubahan wujud.

1) Perubahan dari Cair ke Padat dan Sebaliknya

Perubahan wujud benda cair ke disebut membeku. Peristiwa

membeku misalnya air berubah menjadi es batu setelah didinginkan,

coklat cair menjadi coklat padat setelah didinginkan, dan lain-lain.

Perubahan wujud padat ke wujud cair disebut meleleh atau mencair.

Contoh peristiwa meleleh atau mencair adalah lilin yang dinyalakan lama

kelamaan akan habis, es krim yang dipanaskan akan mencair, dan lain-

lain.

2) Perubahan dari cair ke gas dan sebaliknya

Perubahan wujud cair ke wujud gas disebut proses penguapan.

Contoh peristiwa penguapan adalah munculnya uap yang keluar dari teko

ketika ibu memasak air di dapur. Perubahan wujud gas ke wujud cair

disebut proses pengembunan. Proses pengembunan dapat dilihat ketika

membuat minuman. Ketika membuat minuman panas dengan memberikan

tutup pada atas gelas, lama-kelamaan pada bagian dalam tutup akan

terlihat titik-titik air karena udara panas pada air didinginkan oleh udara

ruangan. Peristiwa tersebut disebut dengan mengembun.

(51)

Perubahan wujud padat ke wujud gas disebut menyublim. Contoh

peristiwa menyublim adalah kapur barus yang disimpan di dalam lemari

biasanya berwujud padat, jika dibiarkan, lama-kelamaan kapur barus itu

mengecil dan akhirnya habis.

KD 6.3 tetang menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan

kegunaannya dengan materi mengenal kegunaan benda berdasarkan sifat

bahannya. Menurut Suhartanti dan Susantiningsih (2010: 87-90) bahan benda

dapat dibedakan menjadi tujuh yaitu logam, kaca, karet, kayu, plastik, kertas,

dan kain. Ketujuh bahan tersebut memiliki sifat dan kegunaan antara lain:

1) Logam

Logam memiliki sifat kuat, keras, dan tahan panas. Benda yang termasuk

benda logam yaitu emas, perak, aluunium, besi, baja, dan lain-lain. Benda

yang terbuat dari logam memiliki kegunaan antara lain untuk membuat

kerangka rumah, jembatan, mobil, membuat peralatan dapur, perhiasan,

dan lain sebaginya.

2) Kaca

Kaca memiliki sifat, tembus pandang, tidak tembus air, tahan panas, dan

keras. Kaca sering digunakan untuk membuat jendela, akuarium, piring,

gelas, toples, botol, dan lain-lain.

3) Karet

Karet memiliki sifat yang kuat, lentur dan isolator. Karet umumnya

digunakan sebagai alas sepatu, ban, pembungkus kabel, dan lain

(52)

4) Kayu

Kayu memiliki sifat kuat, keras, dan tidak dapat menghantarkan panas.

Kayu sering digunakan untuk membuat mebel seperti kursi, meja, almari,

dan sebagai pegangan alat-alat dapur.

5) Plastik

Plastik bersifat tahan air, tidak mudah pecah dan mudah dibentuk. Plastik

biasanya digunakan untuk membuat ember, gelas, piring, paying, kursi,

dan lain sebagainya.

6) Kertas

Kertas bersifat ringan, mudah robek, dan menyerap air. Kertas biasanya

digunakan untuk membuat tisu, bahan buku, Koran, dan kardus.

7) Kain

Kain bersifat ringan, mudah menyerap air, dan tidak mudah robek. Kain

digunakan sebagai bahan handuk, pakaian, selimut, dan sprei.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini menyangkut variabel

yang sama dengan penelitian yaitu minat, prestasi dan PBL. Berikut hasil

penelitian yang relevan berdasarkan ketiga variabel tersebut.

Steele, Medder & Tunner (2000) melakukan penelitian dengan judul A

comparison of learning outcomes and attitudes in student- versus faculty-led

problem-based learning: an experimental study. Penelitian ini bertujuan

untuk compare learning outcomes and perceptions of facilitator behaviours

(53)

students and those led by faculty. Maksudnya penelitian ini digunakan untuk

membandingkan hasil belajar dan persepsi perilaku fasilitator dan proses

kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL) kelompok yang

dipimpin oleh pelajar dan yang dipimpin oleh staf pengajar. Penelitian ini

dilakukan pada 127 mahasiswa kedokteran tahun kedua dan 30 ilmu dasar dan

klinis fakultas. Hasil penelitian ini adalah no differences were detected in

student performance on the objective evaluation based on whether the

facilitator was a faculty member or peer group member, nor were there any

differences in the perceptions of group process. Maksudnya tidak ada

perbedaan yang terdeteksi dalam kinerja pada evaluasi obyektif berdasarkan

apakah fasilitator adalah seorang staf pengajar atau anggota kelompok sebaya,

juga tidak ada perbedaan persepsi dalam proses kelompok.

Demirel, Melek & Belma Arslan (2010) melakukan penelitian dengan

judul the effects of problem based learning on achievement, attitude,

metacognitive awareness and motivation. Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan determine the effects of problem based learning on students’ success,

attitudes towards course, metacognitive awareness and motivation level in the

Primary Education Science and Technology course. Penelitian ini dilakukan

pada dua kelompok yang berbeda pada siswa kelas enam dari IDV Bilkent

Sekolah Dasar Swasta di Ankara. Hasil penelitian ini adalah there was a

significant difference between the experimental group which was exposed to

problem based learning and control group which wasn’t in terms of success,

(54)

experimental group. Maksudnya, ada perbedaan yang signifikan antara

kelompok eksperimen yang terkena menggunakan pembelajaran problem

based learning dan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa keberhasilan,

sikap, kesadaran metakognitif dan motivasi lebih berpihak pada kelompok

eksperimen.

Syaiful Risdiato (2012) melakukan penelitian dengan judul peningkatan

minat dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan demonstrasi

materi pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru tahun

pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan

prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisiuas Kotabaru dengan menggunakan

metode demonstrasi materi pesawat sederhana yang ditandai dengan

peningkatan rata-rata minat siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa, dan

persentase siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD

Kanisius Kotabaru. Hasil penelitian ini ada adalah adanya peningkatan minat

dari siswa kelas V setelah dilakukan tindakan siklus I, dan siklus II yang

ditandai dengan peningkatan rata-rata minat, peningkatan nilai rata-rata siswa

kelas V dan peningkatan persentase siswa yang mencapa KKM.

Hananto (2011) melakukan penelitian dengan judul peningkatan prestasi

belajar IPA materi wujud benda dan sifatnya mnggunakan metode

eksperimen pada kelas IV SD Negeri Krinjing I semester I tahun jaran

2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan metode

(55)

Krinjing I semester I tahun 2011/2012, pada materi wujud benda dan sifatnya

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek

penelitian ini adalah siswa SD Krinjing I semester I tahun 2011/2012 kelas IV.

Hasil dari penelitian ini adalah metode eksperimen dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Yohanes Batista Ibnu P (2012) melakukan penelitian dengan judul

peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah

dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SD

K Totogan tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi pembentukan

tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SD

Totogan tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan ditandai dengan peningkatan

rata-rata minat siswa dan persentase siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini

dilakukan dengan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V SD K Totogan

yang berjumlah 22 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan

tanah dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD K

Totogan tahun pelajaran 2011/2012.

Kelima penelitian yang relevan tersebut akan peneliti gunakan sebagai

salah satu acuan penelitian. Penelitian dari Demirel, Melek & Belma Arslan

(2010) dan dari Steele, Medder & Tunner (2000) akan peneliti gunakan

sebagai acuan PBL. Penelitian dari penelitian dari Hananto (2012), Risdiato,

(56)

kelima penelitian yang relevan tersebut peneliti kelompokkan dalam dua

kelompok besar yaitu PBL serta minat dan prestasi belajar. Penelitian yang

revan dengan PBL ada dua yaitu penelitian dari Demirel, Melek & Belma

Arslan (2010) dan dari Steele, Medder & Tunner (2000). Penelitian yang

relevan dengan minat dan prestasi ada tiga yaitu penelitian dari Hananto

(2012), Risdiato, S. (2012) dan Yohanes Batista Ibnu P (2012). Berdasarkan

kelima penelitian tersebut dapat dilihat bahwa belum ada penelitian yang

menunjukkan bahwa model PBL dapat menigkatkan minat dan prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan masalah yang ada dan belum

adanya penelitian yang menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan minat

siswa dalam mata pelajaran IPA, maka peneliti berniat untuk melakukan

penelitian dengan menggunakan model PBL untuk meningkatkan minat dan

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Berikut bagan hasil

(57)

Gambar II.1

Bagan Hasil Penelitian yang Relevan

PBL Minat dan Prestasi

Demirel, Melek & Belma Arslan (2010) “the effects of problem based learning on achievement, attitude, metacognitive awareness

and motivation

Steele, Medder & Tunner (2000) “A comparison of learning outcomes and attitudes in student-

versus faculty-led problem-based

Hananto (2012) “Peningkatan prestasi belajar IPA materi wujud benda dan sifatnya menggunakan metode eksperimen pada kelas IV SD Negeri Krinjing I semester I

tahun 2011/2012

Risdiato, S. (2012) “Peningkatan minat dan prestasi belajar siswa

dengan menggunakan demonstrasi materi pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru tahun

pelajaran 2011/2012”

learning: an experimental study” Yohanes Batista Ibnu P (2012) “Peningkatan minat dan prestasi

belajar IPA materi pembetukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SD K Totogan tahun

pelajaran 2011/2012”

Peningkatan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada

Gambar

Gambar II.1
Gambar III.1
Tabel III.1
Tabel III.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persediaan Bahan Baku yang dilakukan pada PT.Semen Padang. telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Teluk Bayur .... Laporan

Tingkat pendapatan keripik ubi kayu pada Industri Pundi Mas diperoleh dengan cara penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesesuaian wilayah perairan di zona budidaya laut pulau Karimunjawa dan pulau Kemujan bagi pengembangan budidaya

Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia

[r]

This paper addresses the author’s struggles as the student -teacher in Satya Wacana Christian University, Salatiga, Indonesia in bringing English as the