KELAS IVA SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh :
Margarita Nova Kurniawati
101134046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
KELAS IVA SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Disusun oleh :
Margarita Nova Kurniawati
101134046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2014
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Bapak Herybertus Rukiman dan Ibu Francisca Suparmi yang telah memberikan
dukungan, doa yang terus menerus pada peneliti.
Dosen Program Studi PGSD Sanata Dharma yang telah memberikan bimbingan,
didikan, saran, dan kritik bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini
Teman-teman dan sahabat yang telah memberikan dukungan dan saran pada saya
ketika menghadapi kesulitan
Waktu tidak akan terulang kembali, lakukan yang terbaik untuk setiap aktivitas, pekerjaan yang dijalani.
Doa dan restu orangtua merupakan salah satu cara Tuhan untuk menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan hidup.
SD NEGERI NOGOTIRTO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Margarita Nova Kurniawati Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL (Student Centered Learning) model PBL (Problem Based Learning) pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas. (2) Meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus (siklus I 3 kali pertemuan, dan siklus II, 2 kali pertemuan). Masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2x 35 menit. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto yang berjumlah 27 siswa dengan objek penelitian adalah peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan SCL model PBL.
Hasil penelitian ini adalah (1) minat belajar IPA meningkat dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Persentase siswa berminta yang dalam kondisi awal hanya 63% meningkat menjadi 96,3% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 98,15%. (2) prestasi belajar IPA meningkat dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Nilai KKM yang awalnya 57,2%, meningkat menjadi 70,4% pada siklus I dan menjadi , 100% pada siklus II.
Kata kunci: minat, prestasi belajar, SCL, PBL
Margarita Nova Kurniawati Sanata Dharma University
2014
This study aims to (1) Increase the student’s interest in learning science by using SCL (Student Centered Learning) approach with the PBL (problem based learning) model in IVA student’s of Nogotirto elementary school at the first semester of 2013/2014 by using action research. (2) Improve science learning achievement using the SCL approach by using PBL model in IVA student’s of Nogotirto elementary school at the first semester of 2013/2014 by using action research.
Type of research is action research, which implemented in two cycles (cycle I conducted in three meetings, and the second cycle was conducted in two meetings). Each meetings was held within 2x 35 minutes. Subjects In this research were students of SD Negeri IVA Nogotirto elementary school by conducting 27 students with the object of increasing the student’s interest and learning achievement using the SCL approach with PBL model.
The results of this research are (1) increasing the student’s interest in the learning science by using a SCL approach with PBL model in class IVA Nogotirto Elementary School at first semester of 2013/2014. In the firt cycle, the student’s interest increased from 63% to 96,3% and it increased continuedly to 98,15% in the second cycle. (2) increasing the student’s science learning achievement using the SCL approach with PBL model in class IVA Elementary School Nogotirto in first semester of 2013/2014. KKM (the minimum passing grade kriteria) the first cycle is 57,2% to 70,4% and to be 100% in the cycle II.
Keywords: student’s interest, learning achievement, SCL, PBL
rahmat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana (S-1) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ., SS., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah M. Hum, Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
4. Ibu Wahyu Wido Sari. S. Si., M. Biotech dan Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M. A., Ed. D,
dosen pembimbing penelitian kolaboratif.
5. Dosen penguji Maria Melani Ika Susanti, S. Pd., M. Pd dan Laurensia Aptik Evanjeli, S.
Psi., M.A
6. Dosen validator yang telah memvalidasi instrumen pembelajaran dan instrumen
penelitian yang peneliti gunakan.
7. Sekretariat PGSD yang telah membantu peneliti dalam pembuatan surat-surat penelitian.
8. Bapak Suprayana, S. Pd., Kepala SD Negeri Nogotirto yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Bapak Toni Handoko, A. Ma., guru mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Nogotirto
yang sudah bersedia berkolaborasi dalam penelitian.
10. Siswa-siswa kelas IVA yang telah bersedia bekerjasama dengan peneliti sehingga
penelitian ini dapat berjalan lancar.
11. Bapak Herybertus Rukiman dan Ibu Francisca Suparmi, orang tua peneliti dan keluarga
besar yang telah memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyusun
skripsi.
12. Sahabat-sahabat yang mendukung penelitian ini baik yang berada di PGSD maupun yang
di luar PGSD.
B. Setting Penelitian ... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ... 58
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 61
F. Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran ... 76
1. Validitas ... 76
2. Reliabilitas ... 102
3. Indeks Kesukaran ... 104
G. Teknik Analisis Data ... 110
1. Analisis Minat ... 110
2. Analisis Prestasi Belajar ... 112
H. Kriteria Keberhasilan ... 114
1. Indikator Keberhasilan ... 114
BAB IV. DESKRIPSI, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. ... 118
A. Deskripsi Penelitian ... 118
B. Hasil Penelitian ... 145
1. Hasil Peningkatan Minat ... 145
2. Hasil Peningkatan Prestasi ... 165
C. Pembahasan ... 173
BAB V. PENUTUP ... 191
A. Kesimpulan ... 191
B. Keterbatasan Penelitian ... 192
C. Saran ... 192
DAFTAR PUSTAKA ... 193
LAMPIRAN ... 196
Tabel III.3 Instrumen pengumpulan data ... 62
Tabel III.4 Lembar waawancara ... 63
Tabel III.5 Kisi-kisi kuesioner minat belajar ... 65
Tabel III.6 Sebaran item kuesioner ... 66
Tabel III.7 Lembar pengamatan minat ... 67
Tabel III.8 Kisi-kisi soal evaluasi siklus I ... 69
Tabel III.9 Kisi-kisi soal evaluasi siklus II ... 70
Tabel III.10 Rubrik penlaian kognitif ... 71
Tabel III.11 Rubrik penilaian afektif ... 71
Tabel III.12 Rubrik Penilaian psikomotor siklus I pertemuan 1... 72
Tabel III.13 Rubrik penilaian psikomotorik siklus I pertemuan 2 ... 72
Tabel III.14 Rubrik penilaian psikomotorik siklus I pertemuan 3 ... 73
Tabel III.15 Rubrik penilaian psikomotorik siklus II pertemuan 1 ... 74
Tabel III.16 Rubrik penilaian psikomotorik siklus II pertemuan 2 ... 75
Tabel III.17 Rubrik validasi silabus ... 78
Tabel III.18 Hasil validasi silabus siklus I oleh ahli ... 79
Tabel III.19 Hasil validasi silabus siklus II oleh ahli ... 81
Tabel III.20 Rubrik validasi RPP ... 82
Tabel III.21 Hasil validasi RPP siklus I oleh ahli ... 83
Tabel III.22 Hasil validasi RPP siklus II oleh ahli ... 85
Tabel III.23 Rubrik validasi soal evaluasi ... 87
Tabel III.24 Hasil validasi soal evaluasi siklus I oleh ahli ... 88
Tabel III.25 Hasil validasi soal evaluasi siklus II oleh ahli ... 89
Tabel III.26 Hasil uji validitas empiris soal evaluasi siklus I ... 91
Tabel III.27 Kisi-kisi soal evaluasi siklus I setelah validasi ... 93
Tabel III.28 Hasil uji validitas empiris soal evaluasi siklus II ... 94
Tabel III.29 Kisi-kisi soal evaluasi siklus II setelah validasi ... 95
Tabel III.30 Kisi-kisi lembar wawancara setelah validasi ... 96
Tabel III.31 Hasil uji validitas empiris kuesioner minat ... 98
Tabel III.32 Kisi-kisi kuesioner minat setelah validasi ... 99
Tabel III.36 Hasil uji reliabilitas soal evaluasi siklus I ... 103
Tabel III.37 Hasil uji reliabilitas soal evaluasi siklus II ... 104
Tabel III.38 Kriteria indeks kesukaran ... 104
Tabel III.39 Indeks kesukaran evaluasi siklus I ... 105
Tabel III.40 Tabel indeks kesukaran soal evaluasi siklus I ... 106
Tabel III.41 Indeks kesukaran evaluasi siklus II ... 107
Tabel III.42 Tabel indeks kesukaran soal evluasi siklus ... 109
Tabel III.43 Skor alternatif pilihan jawaban kuesioner ... 110
Tabel III.44 Kriteria tingkat minat belajar ... 111
Tabel III.45 Target keberhasilan siklus I ... 116
Tabel IV.1 Minat dan prestasi siklus I ... 132
Tabel IV.9 Peningkatan dan capaian minat siklus I ... 155
Tabel IV.10 Target keberhasilan siklus II ... 156
Tabel IV.11 Minat siswa siklus II pertemuan 1 ... 158
Tabel IV.12 Minat siswa siklus II pertemuan 2 ... 160
Tabel IV.13 Peningkatan dan capian minat siklus II ... 161
Tabel IV.14 Data minat siswa satu kelas pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II ... 162
Tabel IV.15 Hasil minat siswa kondisi awal, siklus I dan siklus II ... 164
Tabel IV.16 Prestasi siswa siklus I ... 167
Tabel IV.17 Perbandingan prestasi belajar kondisi awal dengan siklus I ... 168
Tabel IV.18 Target capaian prestasi siklus II ... 169
Tabel IV.19 Prestasi belajar siswa siklus II ... 170
Tabel IV.20 Perbandingan prestasi belajar siklus I dengan siklus II ... 171
Tabel IV.21 Prestasi dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II ... 172
Gambar III.1 Siklus PTK model Kemmis Taggart ... 43
Gambar IV.1 Siklus I pertemuan 1 ... 174
Gambar IV.2 Siklus I pertemuan 2 ... 175
Gambar IV.3 Siklus I pertemuan 3 ... 176
Gambar IV.4 Siklus II pertemuan 1 ... 177
Gambar IV.5 Siklus II pertemuan 2 ... 178
Gambar IV.6 Identifikasi masalah ... 179
Gambar IV.7 Merancang kegiatan penyelesaian masalah ... 180
Gambar IV.8 Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah ... 180
Gambar IV.9 Kegiatan tutorial ... 181
Gambar IV.10 Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah... 181
Gambar IV.11 Menyusun laporan ... 182
Gambar IV.12 Penilaian... 182
Gambar IV.13 Peningkatan minat berdasarkan indikator ... 183
Gambar IV.14 Rasa senang ... 185
Gambar IV.15 Perhatian siswa ... 185
Gambar IV.16 Keterlibatan siswa ... 186
Gambar IV.17 Inisiatif siswa ... 186
Lampiran 2. Instrumen pembelajaran setelah divalidasi ... 200
Lampiran 3. Hasil perhitungan indeks kesukaran dan validitas ... 309
Lampiran 4. Data siswa pada kondisi awal ... 342
Lampiran 5. Contoh hasil pekerjaan siswa ... 357
Lampiran 6. Foto kegiatan ... 366
PENDAHULUAN
Bab ini akan menjadi pendahuluan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Pada bab ini termuat latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam dunia pendidikan merupakan
salah satu mata pelajaran yang penting dan pokok dalam kurikulum di
Indonesia, termasuk pada jenjang pendidikan dasar atau SD (Susanto,
2013:165). IPA menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib siswa ikuti
sebagai salah satu syarat kenaikan ke kelas selanjutnya. Pembelajaran IPA
adalah pembelajaran yang mendekatkan siswa untuk mengenal lingkungan
sekitarnya melalui kegiatan percobaan dan pengamatan (Samatowa, 2011:3).
Fokus pembelajaran IPA di SD menurut Samatowa (2011:2) yaitu
untuk memupuk minat siswa dalam mengenal lingkungan sekitar. Minat
adalah dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan dipilihnya suatu
kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, yang lama kelamaan
mendatangkan kepuasan (Susanto, 2013:58). Minat belajar mempengaruhi
hasil belajar siswa. Minat mempengaruhi prestasi belajar siswa
(Susanto,2013:67). Bahan pelajaran, pendekatan, atau metode pembelajaran
yang tidak sesuai dengan minat siswa, menyebabkan prestasi belajarnya tidak
optimal.
Pembelajaran IPA untuk menumbuhkan minat pada kenyataannya
belum peneliti lihat di SD Negeri Nogotirto. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran IPA kelas IVA di SD Negeri Nogotirto pada
tanggal 22 Oktober 2013, peneliti memperoleh infomasi bahwa siswa kurang
berminat dalam pembelajaran IPA. Beberapa siswa kurang memperhatikan
ketika mata pelajaran IPA berlangsung. Siswa sering melamun, mengobrol
dengan teman, dan sikap lainnya. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran IPA
juga tidak banyak. Hal ini terlihat dari sedikitnya siswa yang menjawab
pertanyaan guru. Selain itu, kurangnya minat siswa juga terlihat dari inisiatif
untuk belajar IPA. Hal ini terlihat dari tidak adanya yang mengajukan
pertanyaan dalam pembelajaran dengan kemauan sendiri.
Guna memperkuat hasil analisis peneliti bahwa minat siswa terhadap
mata pelajaran IPA masih kurang, peneliti melakukan observasi kelas
sebanyak 2 kali pada saat pembelajaran IPA berlangsung. Peneliti
menggunakan lembar observasi yang berisi indikator minat belajar untuk
melihat minat siswa dalam belajar. Observasi yang pertama peneliti lakukan
pada tanggal 24 Oktober 2013, pukul 07.00-08.10 WIB materi simbiosis.
Observasi yang kedua peneliti lakukan pada tanggal 4 November 2013 pukul
09.35-10.10 WIB pada materi ekosistem. Berdasarkan hasil observasi selama
dua kali terlihat bahwa rasa senang, perhatian, keterlibatan, dan inisiatif siswa
ketika pembelajaran IPA terbilang kurang. Rasa senang yang kurang terlihat
dari beberapa siswa yang datang terlambat, dan kurang bersemangat dengan
terlihat dari adanya siswa yang melamun, dan tidak menyimak penjelasan
guru. Keterlibatan siswa yang kurang terlihat dari tidak adanya siswa yang
menjawab pertanyaan guru dan menanggapi penjelasan guru. Inisiatif siswa
yang kurang terlihat dari tidak adanya siswa yang mau bertanya dan membuat
ringkasan tanpa harus diminta guru.
Rendahnya minat siswa juga terlihat dari perhitungan penyebaran
lembar kuesioner pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto pada tanggal 24
Oktober 2013. Berdasarkan data kuesioner, terlihat bahwa minat siswa dalam
belajar IPA masih kurang. Siswa yang menunjukkan minat atau berminat
tinggi hanya 17 dari 27 siswa (37%). Hal ini terlihat dari perhitungan nilai
rata-rata per indikator minat berdasarkan data kuesioner yang telah diisi siswa
sebelumnya. Pada indikator rasa senang, nilai rata-rata siswa yang memiliki
rasa senang terhadap pembelajaran IPA sebesar 3,39. Siswa yang
memperhatikan guru pada saat pembelajaran IPA sebesar 2,67. Siswa yang
terlibat pada waktu pembelajaran IPA sebesar 2,89. Siswa yang berinisiatif
untuk mencari informasi yang terkait dengan mata pelajaran IPA yaitu sebesar
1,81. Hal itu menunjukkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran IPA masih
kurang dan perlu adanya peningkatan.
Minat siswa yang rendah juga peneliti lihat melalui studi dokumetasi
nilai siswa selama dua tahun pada semester ganjil. Hal ini peneliti lakukan
karena minat berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Berdasarkan studi
dokumentasi nilai mata pelajaran IPA tahun 2011/2012 dari 34 siswa, 19
yaitu 67. Tahun 2012/2013, adanya 18 siswa dari 30 siswa (60%) lulus KKM.
Selain dari nilai KKM, rata-rata nilai kelas siswa juga mengalami perubahan.
Tahun 2011/2012 rata-rata nilai kelas IVA adalah 71,5 dan pada tahun
2012/2013 adalah 74,5. Adanya nilai siswa yang tidak memenuhi KKM
tersebut menunjukkan kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
IPA.
Berdasarkan data-data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas guna meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas IVA. Peneliti menggunakan pendekatan
Student Centered Learning (SCL) untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pendekatan SCL merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dimana siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
(Triyono, 2011:1). Pendekatan SCL memiliki berbagai jenis model
pembelajaran antara lain model pembelajaran berbasis inkuiri, kooperatif,
pembelajaran berbasis masalah, experiential learning, contextual teaching and
learning (CTL), dan discovery learning.
Penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar siswa. Peneliti meyakini pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
Keyakinan itu peneliti peroleh setelah peneliti mempelajari teori PBL yang
terdiri dari tujuh langkah pembelajaran. Ketujuh langkah itu antara lain
melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah, kegiatan tutorial, melanjutkan
kegiatan penyelesaian masalah, menyusun laporan dan penilaian. Terinspirasi
dari masalah yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan
SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester
ganjil 2013/2014”.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada peningkatan minat dan prestasi belajar kelas
IVA SD Negeri Nogotirto pada mata pelajaran IPA SK 6 tentang memahami
beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan
benda berdasarkan sifatnya. Berdasarkan SK tersebut, KD yang digunakan
dalam penelitian ini dibatasi pada KD 6.2 tentang perubahan wujud benda,
dan KD 6.3 tentang penggunaan benda berdasarkan sifat bahannya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pada penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan
pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto
2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan
pendekatan SCL model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto
semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?
D. Tujuan penelitian
Tujuan yang akan diwujudkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL
model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas.
2. Meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan SCL
model PBL pada siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014 dengan penelitian tindakan kelas
E. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah,
rendahnya minat dan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri Nogotirto
pada mata pelajaran IPA akan diatasi dengan menggunakan pendekatan
Student Centered Learning (SCL) model pembelajaran berbasis masalah
melalui penelitian tindakan kelas.
F. Batasan Pengertian
Menghindari penafsiran yang berbeda tentang istilah yang akan digunakan
1. Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan
dipilihnya suatu kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, yang
lama kelamaan mendatangkan kepuasan
2. Prestasi belajar adalah bukti atau hasil yang dicapai siswa dalam
melakukan kegiatan belajar
3. Pembelajaran IPA adalah suatu pembelajaran yang mempelajari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam yang disusun secara sistematis berdasarkan
hasil percobaaan dan pengamatan.
4. Pendekatan Sudent Centered Learning merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan peran
guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator
5. Model Problem based learning adalah proses pembelajaran yang
menekankan pada penyelesaian masalah oleh siswa secara ilmiah
6. Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada tahap opersional
konkret (7-11 tahun) dan mulai memunjukkan perilaku belajar seperti
berpikir objektif, operasional, dan lain sebagainya.
G. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa
Melalui penelitian ini, diharapkan prestasi dan minat siswa kelas IVA SD
Negeri Nogotirto dalam mata pelajaran IPA dapat meningkat
Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi atau saran bagi
guru untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dengan
mengembangkan pembelajaran inovatif.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam
mengembangkan model pembelajaan inovatif untuk meningkatkan minat
dan prestasi siswa dalam belajar.
4. Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan salah satu pembelajaran inovatif model PBL
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
Bab ini akan menjadi landasan teori peneliti dalam melakukan penelitian
yang terkait dengan judul penerapan pendekatan SCL dengan model PBL untuk
meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA kelas IVA SD Negeri Nogotirto.
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berpikir dan hipotesis tindakan
A. Teori- teori yang Mendukung.
Teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi teori perkembangan,
teori belajar, minat, prestasi belajar, SCL, PBL, dan IPA.
1. Teori perkembangan
Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada tahap operasional
konkret (7-11 tahun) dan mulai menunjukkan perilaku belajar seperti berpikir
objektif, operasional, dan lain sebagainya (Susanto, 2013:78-79). Menurut
Piaget (dalam Slavin, 2008:51) pada tahap operasional konkret anak dapat
membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah yang
melibatkan objek atau situasi yang sudah dikenal siswa. Hal ini berarti bahwa
siswa pada usia SD dapat belajar berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
pernah dialaminya. Siswa SD yang mampu belajar dari pengalaman sejalan
dengan prinsip pembelajaran IPA, dimana dalam belajar IPA siswa didorong
untuk lebih dekat dengan alam dan belajar berdasarkan pengalaman melalui
pengamatan dan percobaan. Selain belajar berdasarkan pengalaman, siswa SD
juga sudah mampu dalam memecahkan masalah yang sederhana (Susanto,
2013:73). Pernyataan tersebut sejalan dengan prinsip model pembelajaran
PBL, dimana dalam pembelajaran PBL, siswa dituntut untuk mampu
memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Selain perkembangan kognitif, siswa SD juga mengalami perkembangan
sosial. Perkembangan sosial siswa SD ditandai dengan adanya perluasan
hubungan dengan membentuk group dengan teman sebaya. Tahap ini siswa
SD umumnya sudah sanggup untuk bekerjasama dalam kelompok, dan peduli
terhadap orang lain (Susanto, 2013:75). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Erikson. Erikson berpendapat bahwa pada masa SD, peran orangtua dalam
mendidik siswa berkurang. Guru dan teman sebaya memegang peran penting
dalam perkembangan siswa (dalam Slavin, 2008:66).
2. Teori belajar yang mendukung
Belajar menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013:1) adalah suatu proses
dimana individu berubah perilakunya akibat pengalaman yang
didapatkannya. Hal ini sejalan dengan teori belajar konstruktivistik dimana
menurut teori konstruktivistik, seseorang belajar dari pengalaman yang
didapatkannya (Budiningsih, 2012:58). Menurut teori belajar konstruktivistik,
siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa aktif melakukan kegiatan,
aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna terkait dengan hal
yang sedang dipelajari. Selain itu, menurut pandangan konstruktivistik, siswa
adalah pribadi yang telah memiliki pengetahuan awal sebelum mempelajari
pengetahuan baru yang didapat. Peran guru menurut pandangan
konstruktivistik adalah sebagai pembantu atau penolong siswa untuk
mengkonstruksikan atau pengetahuan baru tersebut. Berdasarkan uraian
tersebut, terlihat bahwa belajar seharusnya lebih berpusat pada siswa (student
centered learning) dimana siswa aktif dalam belajar, dan guru berperan
sebagai fasilitator.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hardini (2012:4). Menurut Hardini,
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat pengalaman
yang berasal dari lingkungannya (2012:4). Melalui pengalaman atau aktivitas
yang ada di lingkungan yang telah dia alami, diharapkan seseorang dapat
merubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan kedua definisi di atas, terlihat bahwa pengertian belajar yang
dikemukakan oleh R.Gagne (dalam Susanto 2013:1) dan Hardini (2012:4),
terdapat persamaan pendapat. Keduanya sama-sama menyebutkan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat adanya pengalaman. Jadi
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami seseorang
yang menyebabkan perubahan tingkah laku ke arah yang positif atau ke arah
yang lebih baik akibat adanya pengalaman yang berasal dari lingkungan yang
dia alami.
3. Minat Belajar
Minat belajar berisi tentang teori-teori yang terkait dengan minat
belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, dan indikator minat
belajar.
a. Pengertian minat belajar
Minat menurut Susanto (2013:58) adalah dorongan dalam diri
seseorang yang menyebabkan dipilihnya suatu kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan, yang lama kelamaan mendatangkan
kepuasan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Djamarah (2011:166).
Menurut Djamarah (2011:166) minat adalah rasa lebih dari suka dan
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Ketertarikan tanpa ada yang menyuruh dapat diartikan bahwa ketertarikan
itu berasal dari dalam diri sendiri. Bukan karena suatu suruhan atau ajakan,
melainkan karena keinginan diri sendiri.
Berdasarkan pengertian minat belajar menurut Susanto (2013:58)
dan Djamarah (2011:166) tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat
belajar adalah rasa suka, ketertarikan atau dorongan yang timbul dalam
diri seseorang yang mengakibatkan dipilihnya suatu kegiatan atau
aktivitas.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Menurut Rosdiyah dalam Susanto (2013:60) faktor yang
mempengaruhi minat ada dua yaitu:
Faktor yang berasal dari pembawaan timbul dari dalam diri
individu. Minat yang berasal dari pembawaan biasanya dipengaruhi
faktor keturunan atau bakat. Bakat menurut Chaplin (dalam Susanto,
2013:16) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa depan.
2) Faktor minat yang berasal dari luar.
Minat dari luar diri seseorang dipengaruhi oleh lingkungan,
dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.
Pendapat Rosdiyah tersebut juga sejalan dengan pendapat Slameto.
Menurut Slameto (2003:180) faktor yang mempengaruhi minat ada dua yaitu
faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
1) Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi minat antara lain cita-cita, kepuasan,
kebutuhan, bakat, dan kebiasaan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi minat antara lain kelengkapan,
sarana prasarana, pergaulan orangtua dan persepsi masyarakat.
Pendapat Rosdiyah (dalam Susanto, 2013:60) dan Slameto
(2003:180) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat teryata
memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama menyebutkan bahwa minat
luar (eksternal). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
minat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi minat antara lain bakat,
cita-cita, kepuasan, kebutuha, dan kebiasaan. Faktor eksternal yang
mempengaruhi minat antara lain kelengkapan, sarana prasarana, pergaulan
orangtua dan persepsi masyarakat lingkungan, dan adat.
c. Indikator minat
Menurut Safari (2003: 60), ada empat indikator minat siswa dalam
belajar yaitu:
1) Perasaan senang
Perasaan senang dapat terlihat ketika siswa melakukan kegiatan
pembelajaran di kelas. Perasaan senang ditandai dengan adanya sikap
siswa yang tertawa, tersenyum, dan yang menunjukkan perasaan senang
lainnya.
2) Ketertarikan siswa
Ketertarikan siswa sebagai indikator minat yang lain berhubungan
dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk tertarik pada sesuatu.
Siswa yang memiliki ketertarikan atau tertarik pada sesuatu akan
mendorongnya untuk melakukan suatu hal yang dia sukai. Misalnya siswa
menyukai mata pelajaran matematika karena dalam pembelajaran guru
menggunakan media. Hal itu menarik bagi siswa karena media yang
digunakan cenderung bersifat nyata, dan memiliki bentuk serta warna yang
3) Perhatian
Perhatian siswa merupakan indikator lain dari minat siswa dalam
belajar. Siswa yang perhatian terhadap sesuatu akan berkonsentrasi
memperhatikan hal yang menarik perhatiannya tersebut. Perhatian siswa
ini umumnya dipengaruhi oleh rasa senang dan ketertarikan terhadap
sesuatu.
4) Keterlibatan
Selain perhatian, ketertarikan, dan rasa senang, indikator minat
yang lain adalah keterlibatan siswa. Siswa yang terlibat aktif melakukan
suatu hal menunjukkan adanya minat yang besar terhadap hal tersebut.
Siswa yang terlibat aktif ditandai dengan keikutsertaannya melakukan
segala sesuatu yang menjadi minatnya dalam belajar.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djamarah (2002:132). Menurut
Djamarah, indikator minat ada tiga yaitu: minat siswa dalam belajar dapat
diekspresikan melalui pernyataan lebih suka terhadap sesuatu daripada
lainnya, partisipasi aktif, perhatian yang lebih besar pada sesuatu yang disukai
dan adanya perasaan senang dalam pembelajaran.
1) Pernyataan lebih suka terhadap sesuatu daripada lainnya.
Pernyataan lebih suka terhadap sesuatu daripada yang lain
merupakan salah satu indikator minat belajar yang diungkapkan oleh
Djamarah (2002:132). Bila siswa berminat pada sesuatu, maka dia akan
Perasaan lebih suka ini dapat diartikan sebagai perasaan senang terhadap
sesuatu daripada hal yang lain.
2) Partisipasi aktif
Partisipasi aktif merupakan indikator lain yang menunjukkan minat
siswa dalam belajar. Partisipasi dapat terlihat dari aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Partisipasi aktif ditandai dengan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran.
3) Perhatian yang lebih besar pada sesuatu yang disukai
Indikator minat juga terlihat dari perhatian siswa. Perhatian
biasanya ada karena perasaan suka atau senang. Orang yang senang
terhadap sesuatu memiliki perhatian yang lebih besar hal tersebut. Siswa
yang memiliki minat terhadap suatu pembelajaran akan terlihat memiliki
perhatian yang besar terhadap pembelajaran tersebut.
Berdasarkan pendapat Safari (2003:60) dan Djamarah (2002:132)
tentang indikator minat belajar siswa, ternyata ada persamaan diantara kedua
pendapat itu. Keduanya menyatakan bahwa indikator minat terlihat dari
perasaan senang, dan perhatian siswa. Indikator minat siswa yaitu keterlibatan
yang diungkapkan oleh Safari (2003:60) juga memiliki pengertian yang sama
dengan indikator minat siswa yang dikemukakan oleh Djamarah (2002:132)
yaitu partisipasi aktif. Keduanya menunjukkan bahwa siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran dengan memperhatikan guru saat memberikan penjelasan,
bertanya apabila ada hal yang tidak diketahui memberikan pendapat dalam
materi yang diajarkan. Keduanya menunjukkan bahwa siswa dengan sukarela
melakukan hal tersebut tanpa paksaan, sehingga dapat dikatakan siswa
mempunyai inisiatif dalam pembelajaran. Jadi selain ketiga indikator tersebut,
ada lagi indikator yang menunjukkan siswa mempunyai minat dalam belajar
yaitu inisiatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator minat ada empat yaitu,
rasa senang, perhatian, keterlibatan, dan inisiatif.
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar berisi tentang teori-teori yang terkait dengan prestasi
siswa dalam belajar. Teori-teori tersebut antara lain definisi belajar, pengertian
prestasi belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
a. Pengertian prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Masidjo (1995:40) adalah hasil poses
belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil pengkuran
terhadap kemampuan siswa. Prestasi belajar merupakan pengukuran
terhadap kemampuan siswa sebagai hasil dari proses belajar yang telah
siswa lakukan.
Menurut Darsono (2000:110) prestasi belajar merupakan
perubahan yang terjadi akibat interaksi aktif dengan lingkungan yang
berhubungan dengan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
nilai sikap (afektif). Prestasi belajar dapat dilihat dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotor setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Adanya
Berdasarkan definisi di atas, pendapat Masidjo (1995:40) dan
Darsono (2010:110) tentang pengertian prestasi belajar, ternyata saling
mendukung. Masidjo (1995:40) mengungkapkan bahwa prestasi belajar
merupakan pengukuran terhadap kemampuan siswa dari hasil proses
belajar sedangkan Darsono (2010:110) mengungkapkan bahwa prestasi
belajar merupakan perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa proses belajar siswa
menghasilkan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan pengukuran
terhadap kemampuan siswa berdasarkan berdasarkan proses belajar siswa
yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Syah
(2008: 137-138) ada tiga yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor
pendekaan pembelajaran.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang, yaitu jasmani dan rohani. Keadaan jasmani yang baik
ditandai dengan kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya.
Sedangkan rohani terdiri dari sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.
Keadaan jasmani dan rohani seseorang mempengaruhi prestasi
belajarnya. Keadaan jasmani dan rohani yang baik mendorong siswa
2) Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekitar,
baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Lingkungan
sosial terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sedangkan lingkungan non sosial terdiri dari gedung sekolah, rumah,
cuaca, dan lain sebagainya. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik
lingkungan sosial maupun non sosial mempengaruhi prestasi siswa
dalam belajar.
3) Faktor pendekatan pembelajaran
Faktor pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan
siswa untuk mempelajari materi pelajaran guna mendapat prestasi yang
bagus. Upaya yang dilakukan siswa terdiri dari strategi serta metode
yang digunakan siswa dalam belajar agar mendapatkan nilai yang
bagus. Jadi strategi dan metode belajar juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar.
5. Student Centered Learning (SCL)
Student Centered Learning (SCL) berisi teori tentang SCL yang terdiri
atas pengertian SCL, ciri-ciri SCL dan model-model pembelajaran SCL.
Student Centered Learning (SCL) menurut Triyono (2011:1)
adalah pendekatan pembelajaran yang memberdayakan siswa menjadi
pusat perhatian selama pembelajaran. Jadi selama pembelajaran
berlangsung, siswa yang aktif melakukan segala aktivitas.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Severinus (2013:6).
Menurut Severinus (2013:6), student centered learning atau pembelajaran
yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengalami, berinteraksi, dan menemukan
masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Jadi guru memberi
kesempatan pada siswa untuk mengalami, berinteraksi, dan menemukan
masalahnya sendiri yang ada di lingkungan.
Pengertian SCL atau pembelajaran yang berpusat pada siswa yang
dikemukakan oleh Triyono (2011:1), ternyata memiliki kesamaan dengan
pengertian SCL yang dikemukakan Severinus (2013:6). Keduanya sama-
sama berpendapat bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa atau
SCL, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam
melakukan segala aktivitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa student
centered learning atau SCL adalah pendekatan pembelajaran yang
menekankan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
b. Ciri-ciri SCL
Triyono dalam artikel yang ditulisnya (2011:2) menyampaikan tiga
1) Siswa harus aktif terkibat dalam pembelajaran yang dipicu oleh
motivasi intrinsik.
Keaktifan siswa dalam pembejalajaran SCL dipicu oleh motivasi
intrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan belajar yang muncul
dalam diri siswa sendiri (Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI,
2007:85)
2) Topik, isu, atau subyek pembelajaran harus menarik dan memicu
motivasi intrinsik
Pembelajaran dalam SCL harus menarik sehingga dapat memicu
keinginan belajar siswa.
3) Pengalaman belajar diperoleh melalui suasana yang nyata.
Pengalaman belajar dalam SCL diperoleh dari suasana yang nyata
yaitu melalui pengamatan atau percobaan.
c. Model-model pembelajaran SCL
Model pembelajaran SCL menurut Severinus (2013:8) ada lima
yaitu, model pembelajaran berbasis inkuiri, kooperatif, model
pembelajaran berbasis masalah, experiential learning, dan contextual
teaching and learning (CTL).
a. Model pembelajaran berbasis inkuiri
Model pembelajaran berbasis inkuiri adalah salah satu model
pembelajaran dimana siswa menguji hipotesis atau masalah yang
seluruh prosesnya mendorong siswa untuk menjadi aktif terlibat dalam
(Coffman dalam Severinus 2013:8). Langkah-langkah pembelajaran
berbasis inkuiri antara lain adalah mengidentifikasi masalah,
merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan
ilmiah, mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data yang
diperoleh, mengembangkan penyelidikan, mnyimpulkan hubungan
antar masalah, bukti dan penjelasan, serta mengkomunikasikan
penyelidikan dan hasil penyelidikan.
b. Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dalam
pembelajaran SCL. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk
mempelajari materi yang disajikan oleh guru (Shafritz, Koeppe &
Soper dalam Severinus 2013:9). Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif antara lain adalah pembagian kelompok, pemberian materi
atau masalah, bekerjasama dalam kelompok, presentasi, penilaian,
kuis, pemberian penghargaan
c. Model pembelajaran berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model
pembelajaran untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan (Barell
dalam Severinus 2013:9). Langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah antara lain identifikasi masalah, merancang kegiatan
kegiatan tutorial, melanjutkan penyelesaian masalah, menyusun
laporan dan penilaian.
d. Experiental learning.
Experiental learning merupakan salah satu model pembelajaran
dimana siswa belajar melalui pengalaman. Langkah-langkah
eksperiental learning antara lain mengamati pengamatan, melakukan
refleksi dari pengalaman yang diperoleh, mencari hubungan
pengalaman dengan materi yang diajarkan guru, dan merencanakan
rencana lanjutan.
e. Contextual teaching and learning (CTL)
Contextual teaching and learning (CTL) juga termasuk model
pendekatan SCL. CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang
berawal dari pengalaman siswa, mengaitkan materi dengan situasi real,
belajar mandiri, guna mencapai tujuan pembelajaran.
f. Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) berisi teori tentang pengertian PBL, ciri-
ciri PBL, langkah PBL, serta kelebihan dan kekurangan PBL.
a. Pengertian problem based learnig
Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah
menurut Arends (dalam Trianto,2009:92) adalah pendekatan pembelajaran
pengetahuan, mengembangkan keterampilan inquiri, berpikir tingkat
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Pengertian problem based learning juga diungkapkan oleh Barell
(dalam Severinus, 2013:9). Menurut Barell (dalam Severinus, 2013:9)
model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model
pembelajaran untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan pengertian problem based learning yang diungkapkan
oleh Arends (dalam Trianto,2009:92), ternyata memiliki persamaan
dengan pengertian problem based learning yang diungkapkan oleh Barell
(dalam Severinus, 2013:9). Keduanya menyatakan bahwa problem based
learning adalah model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah
dalam kehidupan nyata. Jadi dapat disimpulkan bahwa problem based
learning adalah model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah
dalam kehidupan nyata untuk dapat menyusun pengetahuan,
mengembangkan keterampilan inquiri, berpikir tingkat tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
b. Ciri-ciri PBL
Dain Mardi (2012:1) mengungkapkan ciri-ciri PBL menjadi 7
yaitu:
1) Pembelajaran dipicu oleh permasalahan
Masalah didasarkan pada situasi nyata maksudnya masalah yang
diambil dalam pembelajaran berdasarkan situasi pada dunia nyata,
bukan rekayasa.
3) Informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tidak
diberikan terlebih dahulu
Guna memecahkan masalah dalam PBL, guru tidak memberikan cara
penyelesaian masalah terlebih dahulu pada siswa. Siswa dituntut untuk
mencari sendiri cara penyelesaian masalahnya
4) Dilaksanakan dalam kelompok kecil
Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri dari 3-6
orang siswa dalam satu kelompok.
5) Berfokus pada kemampuan berpikir, diantaranya adalah menyelesaikan
masalah, analisis, penetapan keputusan, dan berpikir kritis.
6) Memerlukan integrasi pengetahuan
Siswa berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok saat
pembelajaran, dan mengiintegrasikannya atau menghubungkannya
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan
masalah.
7) Terjadi self directed learning dan interdependent learning
Self directed learning merupakan peran aktif siswa dalam
menyelesaikan masalah. Siswa menentukan jawaban sementara,
mencarinya, dan setelah itu melakukan pembagian tugas pada masing-
masing anggota.
Sedangkan interdependent learning merupakan siswa yang saling
berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok. Pengetahuan
baru yang mereka dapat mereka hubungkan dengan pengetahuan yang
sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
c. Langkah-langkah PBL
Langkah-langkah pembelajaran PBL menurut Saverinus (2013: 10)
ada tujuh antara lain:
1) Identifikasi masalah
Siswa atau guru menemukan masalah yang terkait dengan materi
yang sedang diajarkan. Masalah yang ditemukan terkait dengan dunia
nyata. Masalah tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok untuk
dipahami bersama-sama.
2) Merancang kegiatan penyelesaian masalah
Setelah masalah dipahami, siswa dalam kelompok kemudian
merancang langkah penyelesaian masalah, sarana yang digunakan,
narasumber, pembagian tugas, pembagian tugas, jadwal, dan biaya.
3) Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah
Rancangan penyelesaian masalah kemudian dilaksanakan.
Pelaksanaan penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap. Setiap
4) Kegiatan tutorial
Selama melaksanakan kegiatan masalah, secara berkala kelompok
harus melaporkan kegiatan penyelesaian masalah pada guru. Hal ini
agar guru dapat memberikan evaluasi atau memberikan saran apabila
ada masalah dalam melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah.
5) Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah
Setelah mendapatkan saran dari guru, siswa melanjutkan kegiatan
penyelesaian masalah.
6) Menyusun laporan
Setelah kegiatan penyelesian masalah selesai dilaksanakan, siswa
diminta untuk menyusun terkait dengan hasil yang didapat.
7) Penilaian.
Penilaian dilakukan dengan observasi kinerja pada saat kegiatan
tutorial, yang dihasilkan, atau dengan tes tertulis atau lisan.
d. Kelemahan PBL
Sanjaya (2011:219) mengemukakan tiga kelemahan PBL yaitu:
1) Sulitnya mencari masalah yang revan
2) Persiapan untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu yang
lama
3) Jika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan dalam memecahkan
e. Kelebihan PBL
Menurut Sanjaya (2011:208-219) kelebihan PBL ada delapan,
yaitu:
1) Pemecahan masalah teknik yang bagus untuk lebih memahami isi atau
materi pelajaran
2) Pemecahan masalah dapat menantang siswa untuk giat belajar dan
memberikan kepuasan belajar terhadap pengetahuan baru yang didapat
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan
untuk mengembangkan pengetahuan baru dan bertanggung jawab
terhadap pembelajaran yang mereka lakukan serta mendorong siswa
untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses
pembelajaran.
5) Pemecahan masalah lebih menyenangkan dan disukai siswa
6) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berikir kritis
dan menyesuaikan terhadap pengetahuan baru.
7) Pemecahan masalah dapat memeberi kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus
belajar meski telah menyelesaikan pendidikan formal.
g. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA di SD belajar berisi tentang teori-teori yang terkait dengan
SD antara lain pengertian IPA, tujuan pembelajaran IPA di SD, pembelajaran
IPA di SD, dan SK, KD, dan materi pokok penelitian IPA.
a. Pengertian IPA
Menurut Trianto (2010:136-137), IPA adalah suatu kumpulan teori
yang sistematis yang penerapannya terbatas pada gejala alam, yang lahir
dan berkembangnya melalui metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Jadi IPA adalah
teori tentang gejala alam yang lahir melalui metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
Susanto (2013:167) juga mempunyai pendapat tentang pengertian
IPA. Menurut Susanto (2013:167), IPA adalah usaha manusia untuk
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat, dengan
prosedur, dan dapat dijelaskan dengan nalar sehingga didapat kesimpulan.
Berdasarkan pendapat Trianto (2010:136-137) dan Susanto
(2013:167), terdapat persamaan dari kedua pendapat tersebut. Keduanya
sama-sama menunjukkan bahwa suatu hasil muncul dari adanya suatu
proses atau prosedur yang dilakukan secara sistematis. Jadi dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah suatu usaha manusia untuk memahami
alam, melalui metode ilmiah yaitu pengamatan, dengan prosedur yang
sistematis dan dapat dijelaskan nalar, serta menggunakan sikap ilmiah,
b. Tujuan pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan
Nasional Standar Pendidikan tahun 2006 (dalam Susanto, 2013:171-172)
ada tujuh yaitu:
1) Yakin terhadap kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan, keindahan,
dan keteraturan alam
2) Mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
hubungan IPA, lingkungan, teologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan peran serta untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6) Sadar untuk menghargai alam dan segala isinya sebagai ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
c. Pembelajaran IPA di SD
Menurut Susanto (2013:170) pembelajaran IPA di SD dilakukan
dengan penyelidikan sederhana. Hal itu akan membuat siswa memiliki
pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan pengamatan
sederhana mengenai apa yang sedang dia pelajari. Adanya pengalaman
percaya diri, ingin tahu, dan lain sebagainya. Sikap itu terlihat dari
kegiatan perumusan masalah hingga penarikan kesimpulan yang dilakukan
oleh siswa.
Hardini (2012:150) juga mengungkapkan tentang pembelajaran
IPA. Menurut Hardini (2012:150), pembelajaran IPA di SD dan SMP
sebaiknya menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung yang
melalui penggunaan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pendapat Susanto (2013:170) dan Hardini (2012:150) tentang
pembelajaran IPA di SD memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama
menunjukkan bahwa pembelajarn IPA di SD mengutamakan pembelajaran
langsung dimana siswa sebagai subjek yang aktif dalam pemebelajaran.
Pengalaman langsug dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan,
diskusi, dan pengamatan sederhana. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran IPA yang menekankan
pengalaman langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi, dan
pengamatan sederhana.
d. SK, KD, dan Materi Pokok Penelitian IPA
Standar Kompetensi (SK) pada penelitian ini adalah SK 6, memahami
beragam sifat dan perubahan benda serta berbagai cara penggunaan benda
berdasarkan sifatnya. Berdasarkan SK tersebut, peneliti memilih kompetensi
dasar (KD) 6.2 dan 6.3 yang akan diterapkan dalam penelitian ini. KD 6.2
KD 6.2 tentang mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat
cair; cair gas cair; padat gas. Berdasarkan KD tersebut, materi
yang diajarkan adalah perubahan wujud benda. Menurut Sulistyanto, Heri dan
Edy Wiyono (2008:90) wujud benda dibedakan menjadi tiga yaitu padat, cair
dan gas dan ketiga wujud benda tersebut dapat mengalami perubahan wujud.
1) Perubahan dari Cair ke Padat dan Sebaliknya
Perubahan wujud benda cair ke disebut membeku. Peristiwa
membeku misalnya air berubah menjadi es batu setelah didinginkan,
coklat cair menjadi coklat padat setelah didinginkan, dan lain-lain.
Perubahan wujud padat ke wujud cair disebut meleleh atau mencair.
Contoh peristiwa meleleh atau mencair adalah lilin yang dinyalakan lama
kelamaan akan habis, es krim yang dipanaskan akan mencair, dan lain-
lain.
2) Perubahan dari cair ke gas dan sebaliknya
Perubahan wujud cair ke wujud gas disebut proses penguapan.
Contoh peristiwa penguapan adalah munculnya uap yang keluar dari teko
ketika ibu memasak air di dapur. Perubahan wujud gas ke wujud cair
disebut proses pengembunan. Proses pengembunan dapat dilihat ketika
membuat minuman. Ketika membuat minuman panas dengan memberikan
tutup pada atas gelas, lama-kelamaan pada bagian dalam tutup akan
terlihat titik-titik air karena udara panas pada air didinginkan oleh udara
ruangan. Peristiwa tersebut disebut dengan mengembun.
Perubahan wujud padat ke wujud gas disebut menyublim. Contoh
peristiwa menyublim adalah kapur barus yang disimpan di dalam lemari
biasanya berwujud padat, jika dibiarkan, lama-kelamaan kapur barus itu
mengecil dan akhirnya habis.
KD 6.3 tetang menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan
kegunaannya dengan materi mengenal kegunaan benda berdasarkan sifat
bahannya. Menurut Suhartanti dan Susantiningsih (2010: 87-90) bahan benda
dapat dibedakan menjadi tujuh yaitu logam, kaca, karet, kayu, plastik, kertas,
dan kain. Ketujuh bahan tersebut memiliki sifat dan kegunaan antara lain:
1) Logam
Logam memiliki sifat kuat, keras, dan tahan panas. Benda yang termasuk
benda logam yaitu emas, perak, aluunium, besi, baja, dan lain-lain. Benda
yang terbuat dari logam memiliki kegunaan antara lain untuk membuat
kerangka rumah, jembatan, mobil, membuat peralatan dapur, perhiasan,
dan lain sebaginya.
2) Kaca
Kaca memiliki sifat, tembus pandang, tidak tembus air, tahan panas, dan
keras. Kaca sering digunakan untuk membuat jendela, akuarium, piring,
gelas, toples, botol, dan lain-lain.
3) Karet
Karet memiliki sifat yang kuat, lentur dan isolator. Karet umumnya
digunakan sebagai alas sepatu, ban, pembungkus kabel, dan lain
4) Kayu
Kayu memiliki sifat kuat, keras, dan tidak dapat menghantarkan panas.
Kayu sering digunakan untuk membuat mebel seperti kursi, meja, almari,
dan sebagai pegangan alat-alat dapur.
5) Plastik
Plastik bersifat tahan air, tidak mudah pecah dan mudah dibentuk. Plastik
biasanya digunakan untuk membuat ember, gelas, piring, paying, kursi,
dan lain sebagainya.
6) Kertas
Kertas bersifat ringan, mudah robek, dan menyerap air. Kertas biasanya
digunakan untuk membuat tisu, bahan buku, Koran, dan kardus.
7) Kain
Kain bersifat ringan, mudah menyerap air, dan tidak mudah robek. Kain
digunakan sebagai bahan handuk, pakaian, selimut, dan sprei.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini menyangkut variabel
yang sama dengan penelitian yaitu minat, prestasi dan PBL. Berikut hasil
penelitian yang relevan berdasarkan ketiga variabel tersebut.
Steele, Medder & Tunner (2000) melakukan penelitian dengan judul A
comparison of learning outcomes and attitudes in student- versus faculty-led
problem-based learning: an experimental study. Penelitian ini bertujuan
untuk compare learning outcomes and perceptions of facilitator behaviours
students and those led by faculty. Maksudnya penelitian ini digunakan untuk
membandingkan hasil belajar dan persepsi perilaku fasilitator dan proses
kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL) kelompok yang
dipimpin oleh pelajar dan yang dipimpin oleh staf pengajar. Penelitian ini
dilakukan pada 127 mahasiswa kedokteran tahun kedua dan 30 ilmu dasar dan
klinis fakultas. Hasil penelitian ini adalah no differences were detected in
student performance on the objective evaluation based on whether the
facilitator was a faculty member or peer group member, nor were there any
differences in the perceptions of group process. Maksudnya tidak ada
perbedaan yang terdeteksi dalam kinerja pada evaluasi obyektif berdasarkan
apakah fasilitator adalah seorang staf pengajar atau anggota kelompok sebaya,
juga tidak ada perbedaan persepsi dalam proses kelompok.
Demirel, Melek & Belma Arslan (2010) melakukan penelitian dengan
judul the effects of problem based learning on achievement, attitude,
metacognitive awareness and motivation. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan determine the effects of problem based learning on students’ success,
attitudes towards course, metacognitive awareness and motivation level in the
Primary Education Science and Technology course. Penelitian ini dilakukan
pada dua kelompok yang berbeda pada siswa kelas enam dari IDV Bilkent
Sekolah Dasar Swasta di Ankara. Hasil penelitian ini adalah there was a
significant difference between the experimental group which was exposed to
problem based learning and control group which wasn’t in terms of success,
experimental group. Maksudnya, ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen yang terkena menggunakan pembelajaran problem
based learning dan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa keberhasilan,
sikap, kesadaran metakognitif dan motivasi lebih berpihak pada kelompok
eksperimen.
Syaiful Risdiato (2012) melakukan penelitian dengan judul peningkatan
minat dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan demonstrasi
materi pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru tahun
pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan
prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisiuas Kotabaru dengan menggunakan
metode demonstrasi materi pesawat sederhana yang ditandai dengan
peningkatan rata-rata minat siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa, dan
persentase siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Kanisius Kotabaru. Hasil penelitian ini ada adalah adanya peningkatan minat
dari siswa kelas V setelah dilakukan tindakan siklus I, dan siklus II yang
ditandai dengan peningkatan rata-rata minat, peningkatan nilai rata-rata siswa
kelas V dan peningkatan persentase siswa yang mencapa KKM.
Hananto (2011) melakukan penelitian dengan judul peningkatan prestasi
belajar IPA materi wujud benda dan sifatnya mnggunakan metode
eksperimen pada kelas IV SD Negeri Krinjing I semester I tahun jaran
2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan metode
Krinjing I semester I tahun 2011/2012, pada materi wujud benda dan sifatnya
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek
penelitian ini adalah siswa SD Krinjing I semester I tahun 2011/2012 kelas IV.
Hasil dari penelitian ini adalah metode eksperimen dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Yohanes Batista Ibnu P (2012) melakukan penelitian dengan judul
peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah
dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SD
K Totogan tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi pembentukan
tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SD
Totogan tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan ditandai dengan peningkatan
rata-rata minat siswa dan persentase siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini
dilakukan dengan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V SD K Totogan
yang berjumlah 22 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan
tanah dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD K
Totogan tahun pelajaran 2011/2012.
Kelima penelitian yang relevan tersebut akan peneliti gunakan sebagai
salah satu acuan penelitian. Penelitian dari Demirel, Melek & Belma Arslan
(2010) dan dari Steele, Medder & Tunner (2000) akan peneliti gunakan
sebagai acuan PBL. Penelitian dari penelitian dari Hananto (2012), Risdiato,
kelima penelitian yang relevan tersebut peneliti kelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu PBL serta minat dan prestasi belajar. Penelitian yang
revan dengan PBL ada dua yaitu penelitian dari Demirel, Melek & Belma
Arslan (2010) dan dari Steele, Medder & Tunner (2000). Penelitian yang
relevan dengan minat dan prestasi ada tiga yaitu penelitian dari Hananto
(2012), Risdiato, S. (2012) dan Yohanes Batista Ibnu P (2012). Berdasarkan
kelima penelitian tersebut dapat dilihat bahwa belum ada penelitian yang
menunjukkan bahwa model PBL dapat menigkatkan minat dan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan masalah yang ada dan belum
adanya penelitian yang menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan minat
siswa dalam mata pelajaran IPA, maka peneliti berniat untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan model PBL untuk meningkatkan minat dan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Berikut bagan hasil
Gambar II.1
Bagan Hasil Penelitian yang Relevan
PBL Minat dan Prestasi
Demirel, Melek & Belma Arslan (2010) “the effects of problem based learning on achievement, attitude, metacognitive awareness
and motivation”
Steele, Medder & Tunner (2000) “A comparison of learning outcomes and attitudes in student-
versus faculty-led problem-based
Hananto (2012) “Peningkatan prestasi belajar IPA materi wujud benda dan sifatnya menggunakan metode eksperimen pada kelas IV SD Negeri Krinjing I semester I
tahun 2011/2012
Risdiato, S. (2012) “Peningkatan minat dan prestasi belajar siswa
dengan menggunakan demonstrasi materi pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru tahun
pelajaran 2011/2012”
learning: an experimental study” Yohanes Batista Ibnu P (2012) “Peningkatan minat dan prestasi
belajar IPA materi pembetukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SD K Totogan tahun
pelajaran 2011/2012”
Peningkatan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan SCL model PBL pada