• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA POST PARTUS A. Definisi - ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R P3A0 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT POST PARTUS SPONTAN H- KE 0 PACUAN RETENTIO SISA PLASENTA DENGAN PRE EKLAMSI BERAT DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. GOETENG TARUNADIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA POST PARTUS A. Definisi - ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R P3A0 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT POST PARTUS SPONTAN H- KE 0 PACUAN RETENTIO SISA PLASENTA DENGAN PRE EKLAMSI BERAT DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. GOETENG TARUNADIB"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

POST PARTUS

A. Definisi

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau

obat-obatan (prawiroharjo, 2008).

Postpartus adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan ,keluarnya cairan berupa lochea dan

lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu

kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya

anggota keluarga baru ( Mitayani, 2011).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting,

Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis

menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat

membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga

merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul

(2)

sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin

& Fratidhini, 2009).

B. Etilogi

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori

menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi

rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)

a. Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone

dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila

progesterone turun.

b. Teori placenta menjadi tua

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan

kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot

rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d. Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul

(3)

e. Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan

dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,

amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin

menurut tetesan perinfus.

C. Tanda Dan Gejala

1. Tanda permulaan persalinan

Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan (Preparatory stage of labor)

yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi

tanda-tanda sebagai berikut :

a. Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan

tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot

rahim.

f. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa

(4)

2. Tanda-tanda Post partus sebagai berikut :

Menurut Hafiffah ,(2011) post partus di tandai oleh :

a. Sistem reproduksi

1) Uterus di tandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil 2) Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.

Tahapannya:

- Rubra(merah) : 1-3 hari

- Sanguinolenta: warna merah kekuningan , berisi darah dan lendir terjadi pada

hari ke 3-7

- Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari

ke 7-14 pasca persalinan

- Lochea alba: cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca

persalinan

- Lochea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau

busuk

- Lochiotosis: lochea tidak lancar keluarnya

3) Siklus menstruasi

Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui

4) Serviks

Setelah lahir servik akan mengalami edema , bentuk distensi untuk beberapa

hari , struktur interna akan kembali setelah 2 minggu

5) Vagina

(5)

6) Perinium

Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan terjadi masa

penyembuhan selama 2 minggu

7) Payudara

Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen (bengkak karena peningkatan prilaktin.

D. Anatomi Dan Fisiologi a. Anatomi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam

rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan 9 eksterna

berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron

(Syafrudin & Fratidhini, 2009).

1. Struktur eksterna

(6)

a) Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran

panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang

dibatasi perineum.

b) Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang

di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar

sebasea

dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa

pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis

selama koitus.

c) Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi

lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya

memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,

berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia

minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum

pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan

di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan

anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia

(7)

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada

permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih

gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan

semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora

licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap

sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf

yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.

d) Labia minora

Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang

ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.

Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,

permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.

Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah

kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada

stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora

juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora

sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

e) Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang

(8)

terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris

menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki

aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata

dalamm bahasa yunani, yang berarti „‟kunci‟‟ karena klitoris dianggap

sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan

yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan

sensasi tekanan.

f) Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.

Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina

dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak

berlendir mudah teriritasi oleh

bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar

di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium

vagina.

g) Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis

tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis

(9)

h) Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur internal

Gambar 2.2 Struktur Internal

(sumber buku anatomy fisiologis sistem reproduksi wanita)

a) Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian

mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi

dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan

(10)

Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum

primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga

merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi

wanita normal.

b) Tuba fallopi

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk

mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan

berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi

merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian

oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.

Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.

Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang

terbesar ialah pada saat ovulasi.

c) Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk

simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari

tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan

insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang

(11)

yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen

uterus bagian

bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus

menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan

permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan

lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan

miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk

lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,

membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana

terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada

uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena

peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.

d) Vagina

(12)

tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil.

Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk

mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus

genetalis atas atau bawah.

Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen

mempertahankan keasaman.

Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan

yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

b. Fisiologi

Perubahan fungsional menurut (Dewi vivian&Sunarsih,2011)

1) Tanda-tanda vital

Suhu mulut pada hari pertama meningkat 30oC sebagai akibat pemakaian

energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan

darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar

antara 60- 70 kali per menit.

2) Sistem Kordiovaskuler

Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya

dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume

darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan.

Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.

3) Sistem Reproduksi

Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di

(13)

sympisis le bih dari 9 hari TFU tidak teraba. Macam-macam lochea

berdasarkan jumlah dan warnanya:

- Lochea rubra : 1-3 hari, berwarna merah terang, mengandung darah,

mungkin ada bekuan kecil, bau amis yang khas (bau seperti hewan), keluar

banyak sampai sedang

- Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah(pink)

kecoklatan.

- Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.

- Lochea Alba : setelah hari ke- 14 berwarna putih.

Macam-macam episiotomi:

1) Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih sedikit pendarahan penyembuhan lebih baik.

2) Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih aman.

3) Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.

d. Sistem gastro intestinal

Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal

ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan

(14)

e. Sistem muskuloskeletal

Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan

hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding

perut terlihat lembek dan kendor.

f. Sistem endokrin

Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang

maka timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu.

Produksi ASI akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.

g. Sistem perkemihan

Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2

hari post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih

dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah

melahirkan.

2. Adaptasi psikologi post partum (Suherni,2009)

a. Fase taking in

Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri

sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.

b. Fase taking hold

Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam

perawatan bayinya, berlangsung 10 hari.

c. Fase letting go

Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan

(15)

E. Patofisiologi

Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan

psikologis ,pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan

terjadi peningkatan kadar ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan

perinium terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis ,personal hygine yang

kurang baik ,pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor

dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko

infeksi . perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara.

Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin,

sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah

dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah di pembuluh

payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus.

Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak

efektiv. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ), taking hold (ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan ,

ibu akan cemderung berfokus pada diri sendiri dan lemas , sehingga muncul

masalah keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar

mengenai perawatan diri dan ayi, akan cemderung utuh informasi karena

mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh keperawatan

(16)

Leting go ibu akan mulai mengalami perubahan peran , sehingga akan

muncul masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang tua

F. Pathway

PRE EKLAMSI BERAT (PEB)

Fisiologis Psikologis

Penurunan aliran darah Prostaglandin plasenta menurun Iskemia uterus Stress Bluess

Hipertensi

Medulla oblongata system syaraf meningkat

Gangguan pervusi darah dan multi organ

Peningkatan intracranial, oedem paru, penurunan perfusi plasenta

Kejang

Kematian Persalinan dengan pacuan His kurang kuat

Post partus spontan Retention sisa plasenta

curetage

Hormon Estrogen Aliran darah di Payudara berurai dari Uterus (involusi)

ASI Keluar Penyempitan Pada Duktus Intiverus

Payudara bengkak ASI tidak keluar Retensi ASI

Mastitis

Gambar 2.3 pathway post partus spontan (Amin Hadi aplikasi Nanda NIC NOC 2012-2014)

(17)

G. Diagnosa keperawatan dan Intervensi keperawatan a. Diagnosa Keperawatan

Menurut Judith M. Wilkinson et al (2012) dalam buku Nanda

1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses

persalinan.

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang

pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya

konstipasi.

5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan

dengan kehilangan darah dan intake ke oral.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses

persalinan dan proses melelahkan.

b. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan

NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang

NOC:

a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4

Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur

(18)

Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 Derajat , N

60-100x/menit, RR 16-24x/menit, TD 120/80 mmHg

Intervensi :

a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan

pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang

mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )

Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri

Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau

asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien

c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang

Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri

d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan

perhatian klien pada hal lain

Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan

perhatian klien dari rasa nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara

perawatan Vulva

NIC: setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,

(19)

NOC :

a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya

b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri

c. Perawatan pervagina berkurang

d. Vulva bersih dan tidak inveksi

e. Tidak ada perawatan

f. Vital sign dalam batas normal

Intervensi :

a. Pantau vital sign

Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi

b. Kaji daerah perineum dan vulva

Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan

perineum

c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum

Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya

d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien

Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya

e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya

Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi

f. Lakukan perawatan vulva

Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman

(20)

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang

pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

NIC : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

NOC :

a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

b. Asi keluar

c. Payudara bersih

d.Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri

e. Bayi mau menetek

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara

Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk

menentukan intervensi selanjutnya.

b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah

terjadinya bengkak pada payudara

c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu

menyusui

Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi

bayi

d. Jelaskan cara menyusui yang benar

(21)

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya

konstipasi

NIC : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi

NOC :

a. Pasien mengatakan sudah BAB

b.Pasien mengatakan tidak konstipasi

c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya

Intervensi :

a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun

Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi

b. Observasi adanya nyeri abdomen

Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB

c. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat

Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB

d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat

Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB

e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan

Rasional : penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang

peristaltik usus dengan perlahan atau evakuasi feses

5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan

(22)

NOC :

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk

memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian

cairan lewat IV.

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran

urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit

baik

Intervensi :

a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital

Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui

penyimpangan dari keadaan normal

b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok

Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda

syok

c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program

Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang

mengalami difisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk

karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.

6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses

persalinan dan proses melelahkan Kemungkinan dibuktikan oleh

mengungkapkan laporan kesulitan jatuh tidur / tidak merasa segera

setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di bawah mata sering

(23)

NIC: istirahat tidur terpenuhi

NOC :

a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang

diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.

Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat

Intervensi :

a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama

persalinan dan jenis kelahiran

Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi

malam meningkatkan tingkat kelelahan.

b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat

Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi,

menurunkan rangsang

c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke

rumah

Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi

lebih awal serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan

tubuh serta menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat

mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan

reflek secara psikologis

7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan

(24)

NOC :

a. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu

Intervensi :

a. persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan dan

tingkat kelelahan klien

Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan untuk

melakukantanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan dari atau

perawatan bayi.

b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan

pasangan dalam mengidentifikasi hubungan

Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif bila

penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan

pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi

c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum

progresif

Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai,

menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera

secara umum

d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,

berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat

Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan untuk

(25)

PRE EKLAMPSI

A. Definisi

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan

atau sampai 48jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III

kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced

Hipertension(PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012).

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

umumnya terjadi pada triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi

sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk, 2006).

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria

tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi

sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan

berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20minggu atau segera setelah

kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada

(26)

jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome”akibat

vasospasmegeneral dengan segala akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai

proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah

dan Yulianti, 2010).

B. Etiologi

Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum

diketahui secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh

(vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan

mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida,

kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat,

usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35tahun serta anemia

(Maryunani,dkk,2012).

Adapun teori-teori lain menurut (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010).

1. Peran Prostasiklindan TromboksanPengeluaran

hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh. Pe

mbuluh-pembuluh darah menciut, terutama mbuluh-pembuluh darah kecil,

akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan

zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat

pembeku darah yang ikut menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan

(27)

2. Peran Faktor Immunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul

lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan

pertama pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

C. Tanda dan gejala

Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah

sebagai

berikut:

1.Hipertensi

biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.Bila

peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali

dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan

bahwa penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini

meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin

penderita menderita preeklampsia.Peningkatan tekanan sistolik

kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik

sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-sekurang-kurangnya

140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg atau

lebih atau dengan kenaikan 20 mmHgatau lebih, ini sudah dapat dibuat

sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali

(28)

Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah

indikasi terjadi preeklampsia berat.

2.Edema

Ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalamjaringan

tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada

ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan

padakehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan

diagnosa pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam

kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu

beberapa kali atau3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau

bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada

akhir kehamilan, mungkin merupakan tandapreeklampsia. Bertambahnya

berat badan disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema

nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat. Hal ini perlu

menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre eklampsia. Edema

dapatterjadi pada semua derajat PIH (Hipertensi dalam kehamilan)

tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya

general.

3.Proteinuria

Berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3

g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif

(29)

standard)atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan

dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang

diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul

lebih lambat darihipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering

ditemukanpada preeklampsia,karena vasospasmus pembuluh-pembuluh

darah ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.

Sedangkan menurut (Rukiyah dan Yulianti, 2010), tanda dan gejala

yang spesifik adalah :

1. Tanda gejala Pre Eklamsi Berat

a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110

mmHg

b. Trombosit <100.000 /mm3

c. Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada

pemeriksaan kuantitatif bisa disertai dengan:

a) Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)

b) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan

c) Nyeri abdomen

d) Gangguan fungsi hati

e) Gangguan perkembangan Intrauterine.

2. Tanda gejala pre eklampsi ringan

a. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan

(30)

c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

d. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ

D. Fisiologi

Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan

beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan

ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh

ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air

susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006)

1. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada

dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan

pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada

kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali

seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006)

2. Vagina

Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen

sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut

tanda Chadwick.

3. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis

sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun

(31)

hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih

oleh plasenta.

4. Payudara

Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat

hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena

hiperpigmentasi.

5. Sistem Sirkulasi

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara

fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume

darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu,

diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%.

6. Sistem Respirasi

Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa

sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus

tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma

kurang leluasa bergerak.

7. Traktus Digestivus

Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena

(32)

muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila

terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum.

8. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh

uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang

dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir

kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas

Panggul.

E. Patofisisologis

Pada pre eklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini

menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia

uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan

tropoblastik yaitu akibat hiperkosidase lemak dan pelepasan renin uterus.

Bahan tropoblastikmenyebabkan terjadinya enditheliosis menyebabkan

pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang di lepaskan mengakibatkan

pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin.

Pelepasan trombokson akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan

aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi

intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif

koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor

pembekuan darah menrun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin

uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan

(33)

angiotensin II. Angitensin II bersama tromboksan akan menyebabkan

terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan limen ateriol menyempit.

Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati

oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen

mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain

menyebabkan vasispasme, angiotensin II akan merangsang glandula

suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan

koagulasi intavaskular akan menyebabkan gangguan pervusi darah dan

gangguan multi organ.

Gangguan multi organ terjadi pada organ-organ tubuh diantaranya

otak,darah,paru-paru,liver,renal dan plasenta. Pada otak akan dapat

menyebabkan terjadinya oedema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan

tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan

terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga

menimbulkan diagnosa keperawatan resiko cedera. Pada darah akan terjadi

endhiteliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh arah pecah.

Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya perdarahan,

sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemio

hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya

kongestif vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan

terjadinya oedem paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan

(34)

memunculkan diagnosa aldosteron, terjadi peningkatan reabsorbsi natrium

dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema

sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume

cairan. Selain itu, vasospasme erteriol pada ginjal akan menyebabkan

penurunan GFR dan pemeabilitan terhadap protein akan meningkat.

Penurunan GFR tidak diimabangi dengan peningkatan reabsorbsi oleh tubulus

sehingga menyebabkan diuresis menuru sehingga menyebabkan terjadinya

oliguru anuri. Oliguri atau anuri akan memunculjan diagnosa keperawatan

gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan

menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomelurus dan

menyebabkan proteinuria. Pada mata, akan terjasi spasmus arteriola

selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat

menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan

resiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia

sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat

berakibat terjadinya intra uterin growth rwtradation serta memunculkan

diagnosa keperawatan gawat janin

Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf

parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi

traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat

menyebbkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H

menyebabkan HCI meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigestrik.

(35)

timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Pada ektrimitas dapat

terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah

yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam

laktat dan sedikitnya ATP yang di produksi akan menimbulkan keadaan cepat

lelah , lemah sehingga muncul masalah keperawatan intoleransi aktifitas.

F. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan

fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )

b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta

c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir

d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak

efektif terhadap proses persalinan

G. Intervensi keperawatan

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan

fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :

a) Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

(36)

Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt

Intervensi :

a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam

Rasional:Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan

indikasi dari PIH

b) Catat tingkat kesadaran pasien

Rasional: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak

c) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,

penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria

Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,

ginjal,jantung dan paru yang mendahului status kejang

d) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi

uterus

Rasional: Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan

memungkinkan terjadinya persalinan

e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM

Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk

mencegah terjadinya kejang

2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta

Tujuan :setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress

(37)

Kriteria Hasil :

a) DJJ ( + )

b) Hasil NST

c) Hasil USG

Intervensi :

a) Monitor DJJ sesuai indikasi

Rasional: Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan

solusio plasenta

b) Kaji tentang pertumbuhan janin

Rasional: Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi

sehingga timbul IUGR

c) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim

tegang, aktifitas janin turun )

Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu

akibat hipoxia bagi janin

d) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM

Rasional: Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi

jantung serta aktifitas janin

e) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

Rasional :. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

(38)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri

dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

a) Ibu mengerti penyebab nyerinya

b) Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :

a) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

Rasional: . Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat

menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap

nyerinya

b) Jelaskan penyebab nyerinya

Rasional: Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif

c) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul

Rasional: Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi

pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan

terpenuhi

d) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

(39)

Konsep induksi

A. Devinisi

Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang

aterm, dalam seadaan belum terdapat tanda persalinan atau belum in-partu,

dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar kandungan (umur diatas 28

minggu) ( Manuaba,2007).

Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung

sebelum atau esudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang

timbulnya his (Israr, 2008)

B. Indikasi induksi persalinan.

a. Indikasi Ibu

1) Berdasarkan penyakit yang diderita

a) Penyakit ginjal

b) Penyakit jantung

c) Penyakit hipertensi

d) Diabetes militus

e) Keganasan payudara dan posrio

2) Komplikasi kehamilan

a) Pre eklampsi

b) Eklampsia

3) Berdasarkan kondisi fisik

(40)

c) Kelainan bentuk tulang belakang

4) Ruptur spontan ketuban: jika kehamilan sudah dalam 2 minggu

aterm dan persalinan belum mulai setelah 24 jam, maka induksi

dengan oxytosctin harus di pertimbangkan.

5) Perdarahan antepartum: termasuk disini semua kasus placenta letak

rendah dan solutio placenta yang ringan, dimana perdarahan tidak

bisa diatasi dengan istirahat ditempat tidur atau jika bayi sudah

meninggal.

6) Kanker : pengakhiran kehamilan bertujuan untuk memungkinkan

tindakan pembedahan, radiasi atau terapi dengan bahan-bahan kiia

untuk lesi tersebut, atau semata-mata hanya untuk mengurangi

beban yang menimpa daya tahan kekuatan diri si penderita.

7) Riwayat persalinan cepat: tujuannya adalah untuk menghindari

terjadinya kelahiran dirumah atau di perjalanan.

b. Indikasi janin / fetal

1) Kehamilan lewat waktu

2) Placenta previa

3) Solusio placenta

4) Kematian intrauterin

5) Kematian berulang dalam rahim

6) Ketuban pecah dini

7) Diabetes kehamilan: bayi cenderung menjadi besar dan sering

(41)

Karena itu, kehamilan harus di akhiri pada saat sekitar minggu

ke-37

8) Inkompatibilitas rhesus: kalau janin mengalami sensitisasi atau

kalau ada riwayat kematian janindalam rahim pada

kehamilan-kehamilan sebelumnya, induksi dini persalinan kadang kala

merupakan indikasi diperlukan.

9) Recurrent intrauterine death: kematian intrauterine dekat saat aterm

pada kehamilan yang lalu merupakan alasan yang rasional untuk

mlakukan induksi dini persalinan.

10) Janin yang sangat besar : kehamilan postmature.

C.Persyaratan induksi persalinan:

1) Presentasi , presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh

dilakukan bila ada letak lintang, presentasi majemuk dan sikap ekstansi

pada janin, dan hampir tidak boleh dilakukan kalau bayi dengan

presentasi bokong.

2) Stadium kehamilan, semakin kehamilan mendekati masa aterm,

semakin mudah pelaksanaan induksi.

3) Stasiun, kepala bayi harus sudah masuk panggul, semakin rendah

kepala bayi, semakin mudah dan semakin aman prosedur tersebut.

4) Kematangan cervic: cervic harus sudah mendatar, panjangnya <1,3cm

(0,5inci), lunak, bisa dilebarkan dan sudah membuka utnuk dimasuki

(42)

5) Pritas, induksi pada multipara jauh lebih mudah dan lebih aman

dari pada primigravida,dan angka keberhasilannya meningkat

bersama-saam paritas.

6) Maturitas janin, umumnya semakin kehamilan mendekati 40

minggu, semakin baik hasilnya bagi janin. Kalau kehamilan harus

diakhiri sebelum atrm, pengujian maturitas janin harus dilakukan untuk

menetapkan sejauh mungkin apakah janin akan dapat hidup di luar

(43)

TEORI RETENTIO SISA PLACENTA

A. Pengertian

Retensio Sisa plasenta adalah tertinggalnya sebagian plasenta

(Yanti, 2010)

Suatu bagian dari plasenta,satu atau lebih lobus tertinggal di dalam

uterus (Prawiroharjo, 2008).

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta

hingga atau melebihi waktu 30 menit stelah bayi lahir (Prawirohardjo,

2008).

Beberapa hal yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan

adalah perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta,

kehamilan ektopik terganggu, abortus, ruptura uteri, dan penyebab yang

lain seperti perdarahan karena robekan serviks, atonia uteri, retensio

plasenta dan perdarahan pasca persalinan karena retensio sisa plasenta

(Mochtar, 2008).

B. Etiologi

Fungsional

1). His kurang kuat (penyebab terpenting).

2). Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba) dan

(44)

Patologi

1).Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium.

2).Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai atau memasuki miometrium.

3).Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus

C. Jenis-jenis placenta

(Prawirohardjo, 2008) :

a. Plasenta adhesiva

Adalah plasenta yang implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

hingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

b. Plasenta akreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian

lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki

miometrium.

d. Plasenta perkreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot

(45)

e. Plasenta inkarserata

Adalah tertahannya plasenta didalam cavum uteri, disebabkan oleh

kontriksi ostium uterus.

D. Tanda gejala retentio sisa placenta

(Yeyeh Rukiyah, 2010) :

a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit

b. Perdarahan segera

c. Kontraksi uterus baik

d. Tali pusat putus

e. Inversi uterus akibat tarikan

E. Penanganan retentio sisa placenta

(Depkes, 2007) :

a. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.

Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat

dikeluarkan secara manual. Kuretase harus dilakukan dirumah skait

dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan

kuretase pada abortus.

b. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan

pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau peroral.

(46)

TEORI NYERI A. Definisi

Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut

dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,

fisiologis, maupun emosional (Musrifatul., Hidayat. 2008).

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yan sangat subyektif dan hanya

orang yang mengalaminyayang dapat menjelaskan dan mengevaluasi

perasan tersebut. (Pilharjo,2006)

Nyeri dapat diartikan berbeda-beda antara individu, bergantung pada

presepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai

presepsi nyer. Secara sederhana nyeri dapat diartikan sebagai suatu

sensasi yang tidak menyenangkan sehingga individu menderita yang

akhirnya akan mengangu aktivitas sehari-hari,psikis,dan lain-lain

(Asmadi,2008)

B. Etiologi

a. Persepsi Nyeri

Persepsi tentang nyeri bergantung pada jaringan kerja neurologis yang

utuh. Neurofisiologi nyeri mengikuti proses yang dapat diperkirakan :

1. Rangsangan bahaya diketahui melalui reseptor yang ditemukan di

kulit, jaringan subkutan, sendi, otot, periosteum, fascia, dan visera.

Nosiseptor (reseptor nyeri) adalah terminal serat delta A kecil yang

(47)

diaktivasi oleh rangsangan mekanis, termal, dan kimiawi ( Bonica dan

McDonald. 1995). Rangsangan nosiseptif di bawah tingkat kepala

ditransmisikan melewati serat-serat aferen ini ke kornu dorsal medula

spinalis.

2. Rangsangan kemudian ditransmisikan melalui struktur yang sangat

rumit yang mengandung berbagai susunan neuron dan sinaptik yang

memfasilitasi derajat tinggi pemprosesan input sensori. Beberapa

impuls kemudian ditrasmisikan melalui neuron internunsial ke sel

kornu anterior dan anterolateral , tempatnya merangsang neuron yang

mempersarafi otot skelet dan neuron simpatik yang mempersarafi

pemuluh darah, visera, dan kelenjar keringat. Impuls nosiseptif lain

ditransmisikan ke sistem asenden yang berarktikulasi dengan batang

otak.

3. Implus yang naik ke otak kemudian masuk ke hipotalamus yang

mengatur sistem autonomik dan respons neuroendokrin terhadap stres

dan ke korteks serebral yang memberi fungsi kognitif yang didasarkan

pada pengalaman masa lalu, penilaian, dan emosi.

b. Ekspresi nyeri

Rasa nyeri muncul akibat respons psikis dan refleks fisik. Kualitas

rasa nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa

sakit, denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram. Rasa nyeri dalam

(48)

mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan

warna kulit. Serangan mual, muntah dan keringat berlebihan juga

sangat sering terjadi ( Bobak, 2004).

C. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

1. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang. Tidak melebih enam bulan, serta ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot.

2. Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara berlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari

enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri

terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Musrifatul.,

Hidayat. 2008).

D. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor ,

termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya dan

pengharapan tentang penghilang nyeri. Faktor-faktor ini dapat

meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan

menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon

(49)

E. Pengukuran nyeri

Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi

neyri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat

tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) mudah

dimengerti dan digunakan, (2) memiliki sedikit upaya pada pihak

pasien, (3) mudah dinilai, dan (4) sensitif terhadap perubahan kecil

dalam intensitas nyeri. Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri

yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan

dan membuat tingkatnya ( Suddarth., Brunner. 2001).

SKALA INTENSITAS NYERI

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Gambar 2.4 skala nyeri

Pendeskripsian ini diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.

Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk

(50)

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 2.5 intensitas nyeri numerik

Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat

pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan

menggunakan skala 0-10. Skala palingefektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi.

3. Skala Analog Visual (VAS) dan face

Gambar 2.6 intensitas nyeri vas dan face

Yang dapat terjadi Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang

terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal sedangkan

face di gunakan utuk menentukan ekspresi wajah nyeri pada setiap

ujungnya. Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan

(51)

Keterangan

0: Tidak nyeri

1 – 2 : Nyeri ringan

3 – 5 : Nyeri sedang 6 – 7 : Nyeri berat

Gambar

Gambar 2.1. struktur eksterna
Gambar 2.2 Struktur Internal
Gambar 2.3 pathway post partus spontan (Amin Hadi aplikasi Nanda NIC NOC 2012-2014)
Gambar 2.4 skala nyeri
+2

Referensi

Dokumen terkait