BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
POST PARTUS
A. Definisi
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau
obat-obatan (prawiroharjo, 2008).
Postpartus adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan ,keluarnya cairan berupa lochea dan
lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru ( Mitayani, 2011).
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting,
Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis
menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat
membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul
sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin
& Fratidhini, 2009).
B. Etilogi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
C. Tanda Dan Gejala
1. Tanda permulaan persalinan
Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan (Preparatory stage of labor)
yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan
tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot
rahim.
f. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa
2. Tanda-tanda Post partus sebagai berikut :
Menurut Hafiffah ,(2011) post partus di tandai oleh :
a. Sistem reproduksi
1) Uterus di tandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil 2) Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahapannya:
- Rubra(merah) : 1-3 hari
- Sanguinolenta: warna merah kekuningan , berisi darah dan lendir terjadi pada
hari ke 3-7
- Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari
ke 7-14 pasca persalinan
- Lochea alba: cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca
persalinan
- Lochea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau
busuk
- Lochiotosis: lochea tidak lancar keluarnya
3) Siklus menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui
4) Serviks
Setelah lahir servik akan mengalami edema , bentuk distensi untuk beberapa
hari , struktur interna akan kembali setelah 2 minggu
5) Vagina
6) Perinium
Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan terjadi masa
penyembuhan selama 2 minggu
7) Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen (bengkak karena peningkatan prilaktin.
D. Anatomi Dan Fisiologi a. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan 9 eksterna
berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron
(Syafrudin & Fratidhini, 2009).
1. Struktur eksterna
a) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang
di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea
dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa
pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus.
c) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan
di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan
anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d) Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang
ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora
sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris
menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata
dalamm bahasa yunani, yang berarti „‟kunci‟‟ karena klitoris dianggap
sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan.
f) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina
dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar
di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium
vagina.
g) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
h) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur internal
Gambar 2.2 Struktur Internal
(sumber buku anatomy fisiologis sistem reproduksi wanita)
a) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.
b) Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian
oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari
tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen
uterus bagian
bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana
terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada
uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d) Vagina
tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil.
Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus
genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan
yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
b. Fisiologi
Perubahan fungsional menurut (Dewi vivian&Sunarsih,2011)
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 30oC sebagai akibat pemakaian
energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan
darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar
antara 60- 70 kali per menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya
dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume
darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan.
Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di
sympisis le bih dari 9 hari TFU tidak teraba. Macam-macam lochea
berdasarkan jumlah dan warnanya:
- Lochea rubra : 1-3 hari, berwarna merah terang, mengandung darah,
mungkin ada bekuan kecil, bau amis yang khas (bau seperti hewan), keluar
banyak sampai sedang
- Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah(pink)
kecoklatan.
- Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
- Lochea Alba : setelah hari ke- 14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi:
1) Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih sedikit pendarahan penyembuhan lebih baik.
2) Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih aman.
3) Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
d. Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal
ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan
e. Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan
hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding
perut terlihat lembek dan kendor.
f. Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang
maka timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu.
Produksi ASI akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
g. Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2
hari post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih
dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah
melahirkan.
2. Adaptasi psikologi post partum (Suherni,2009)
a. Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri
sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
b. Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam
perawatan bayinya, berlangsung 10 hari.
c. Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan
E. Patofisiologi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis ,pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan
terjadi peningkatan kadar ocytosis , peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan
perinium terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis ,personal hygine yang
kurang baik ,pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor
dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko
infeksi . perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara.
Laktasi di pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin,
sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah
dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah di pembuluh
payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus.
Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak
efektiv. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan ), taking hold (ketergantungan kemandirian ), leting go (kemandirian) . pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan ,
ibu akan cemderung berfokus pada diri sendiri dan lemas , sehingga muncul
masalah keperawatan gangguan pola tidur, taking hold pasien akan belajar
mengenai perawatan diri dan ayi, akan cemderung utuh informasi karena
mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul masakalh keperawatan
Leting go ibu akan mulai mengalami perubahan peran , sehingga akan
muncul masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang tua
F. Pathway
PRE EKLAMSI BERAT (PEB)
Fisiologis Psikologis
Penurunan aliran darah Prostaglandin plasenta menurun Iskemia uterus Stress Bluess
Hipertensi
Medulla oblongata system syaraf meningkat
Gangguan pervusi darah dan multi organ
Peningkatan intracranial, oedem paru, penurunan perfusi plasenta
Kejang
Kematian Persalinan dengan pacuan His kurang kuat
Post partus spontan Retention sisa plasenta
curetage
Hormon Estrogen Aliran darah di Payudara berurai dari Uterus (involusi)
ASI Keluar Penyempitan Pada Duktus Intiverus
Payudara bengkak ASI tidak keluar Retensi ASI
Mastitis
Gambar 2.3 pathway post partus spontan (Amin Hadi aplikasi Nanda NIC NOC 2012-2014)
G. Diagnosa keperawatan dan Intervensi keperawatan a. Diagnosa Keperawatan
Menurut Judith M. Wilkinson et al (2012) dalam buku Nanda
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses
persalinan.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya
konstipasi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan.
b. Fokus Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
NIC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
NOC:
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 Derajat , N
60-100x/menit, RR 16-24x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan
pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang
mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau
asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan
perhatian klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
perawatan Vulva
NIC: setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
NOC :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan
perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya
Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
NIC : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
NOC :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d.Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah
terjadinya bengkak pada payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu
menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi
bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya
konstipasi
NIC : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
NOC :
a. Pasien mengatakan sudah BAB
b.Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun
Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
b. Observasi adanya nyeri abdomen
Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB
c. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat
Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB
d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan
Rasional : penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang
peristaltik usus dengan perlahan atau evakuasi feses
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
NOC :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan pemberian
cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik
Intervensi :
a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda
syok
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami difisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk
karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.
6. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan Kemungkinan dibuktikan oleh
mengungkapkan laporan kesulitan jatuh tidur / tidak merasa segera
setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di bawah mata sering
NIC: istirahat tidur terpenuhi
NOC :
a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.
Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama
persalinan dan jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi
malam meningkatkan tingkat kelelahan.
b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi,
menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke
rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi
lebih awal serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan
tubuh serta menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat
mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan
reflek secara psikologis
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
NOC :
a. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi :
a. persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien
Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan untuk
melakukantanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan dari atau
perawatan bayi.
b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan
pasangan dalam mengidentifikasi hubungan
Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan
pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi
c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum
progresif
Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai,
menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera
secara umum
d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,
berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat
Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan untuk
PRE EKLAMPSI
A. Definisi
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan
atau sampai 48jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III
kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced
Hipertension(PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi pada triwulan Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat (Abdul, dkk, 2006).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20minggu atau segera setelah
kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada
jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome”akibat
vasospasmegeneral dengan segala akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
B. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum
diketahui secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh
(vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan
mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat,
usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35tahun serta anemia
(Maryunani,dkk,2012).
Adapun teori-teori lain menurut (Vivian dan Tri Sunarsih, 2010).
1. Peran Prostasiklindan TromboksanPengeluaran
hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh. Pe
mbuluh-pembuluh darah menciut, terutama mbuluh-pembuluh darah kecil,
akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan
zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat
pembeku darah yang ikut menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan
2. Peran Faktor Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan
pertama pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
C. Tanda dan gejala
Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah
sebagai
berikut:
1.Hipertensi
biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.Bila
peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali
dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan
bahwa penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini
meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin
penderita menderita preeklampsia.Peningkatan tekanan sistolik
kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-sekurang-kurangnya
140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg atau
lebih atau dengan kenaikan 20 mmHgatau lebih, ini sudah dapat dibuat
sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali
Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah
indikasi terjadi preeklampsia berat.
2.Edema
Ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalamjaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada
ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan
padakehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnosa pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam
kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali atau3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau
bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada
akhir kehamilan, mungkin merupakan tandapreeklampsia. Bertambahnya
berat badan disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema
nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat. Hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre eklampsia. Edema
dapatterjadi pada semua derajat PIH (Hipertensi dalam kehamilan)
tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya
general.
3.Proteinuria
Berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
standard)atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan
dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul
lebih lambat darihipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering
ditemukanpada preeklampsia,karena vasospasmus pembuluh-pembuluh
darah ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Sedangkan menurut (Rukiyah dan Yulianti, 2010), tanda dan gejala
yang spesifik adalah :
1. Tanda gejala Pre Eklamsi Berat
a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110
mmHg
b. Trombosit <100.000 /mm3
c. Proteinuria ( >3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada
pemeriksaan kuantitatif bisa disertai dengan:
a) Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
b) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
c) Nyeri abdomen
d) Gangguan fungsi hati
e) Gangguan perkembangan Intrauterine.
2. Tanda gejala pre eklampsi ringan
a. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
d. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
D. Fisiologi
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan
ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh
ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air
susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006)
1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan
pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada
kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali
seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006)
2. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut
tanda Chadwick.
3. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis
sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun
hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih
oleh plasenta.
4. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi.
5. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara
fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume
darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu,
diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%.
6. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa
sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus
tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma
kurang leluasa bergerak.
7. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena
muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila
terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum.
8. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang
dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir
kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas
Panggul.
E. Patofisisologis
Pada pre eklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperkosidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastikmenyebabkan terjadinya enditheliosis menyebabkan
pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang di lepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan trombokson akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi
intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif
koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menrun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin
uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan
angiotensin II. Angitensin II bersama tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan limen ateriol menyempit.
Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati
oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain
menyebabkan vasispasme, angiotensin II akan merangsang glandula
suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan
koagulasi intavaskular akan menyebabkan gangguan pervusi darah dan
gangguan multi organ.
Gangguan multi organ terjadi pada organ-organ tubuh diantaranya
otak,darah,paru-paru,liver,renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya oedema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan resiko cedera. Pada darah akan terjadi
endhiteliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh arah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya perdarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemio
hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongestif vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya oedem paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan
memunculkan diagnosa aldosteron, terjadi peningkatan reabsorbsi natrium
dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema
sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume
cairan. Selain itu, vasospasme erteriol pada ginjal akan menyebabkan
penurunan GFR dan pemeabilitan terhadap protein akan meningkat.
Penurunan GFR tidak diimabangi dengan peningkatan reabsorbsi oleh tubulus
sehingga menyebabkan diuresis menuru sehingga menyebabkan terjadinya
oliguru anuri. Oliguri atau anuri akan memunculjan diagnosa keperawatan
gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomelurus dan
menyebabkan proteinuria. Pada mata, akan terjasi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan
resiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat
berakibat terjadinya intra uterin growth rwtradation serta memunculkan
diagnosa keperawatan gawat janin
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebbkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCI meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigestrik.
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Pada ektrimitas dapat
terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah
yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam
laktat dan sedikitnya ATP yang di produksi akan menimbulkan keadaan cepat
lelah , lemah sehingga muncul masalah keperawatan intoleransi aktifitas.
F. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan
G. Intervensi keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
a) Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional:Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
b) Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria
Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal,jantung dan paru yang mendahului status kejang
d) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi
uterus
Rasional: Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan :setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress
Kriteria Hasil :
a) DJJ ( + )
b) Hasil NST
c) Hasil USG
Intervensi :
a) Monitor DJJ sesuai indikasi
Rasional: Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
b) Kaji tentang pertumbuhan janin
Rasional: Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
c) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
d) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
Rasional: Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin
e) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
Rasional :. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri
dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
a) Ibu mengerti penyebab nyerinya
b) Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
a) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
Rasional: . Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya
b) Jelaskan penyebab nyerinya
Rasional: Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
c) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Rasional: Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
d) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
Konsep induksi
A. Devinisi
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang
aterm, dalam seadaan belum terdapat tanda persalinan atau belum in-partu,
dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar kandungan (umur diatas 28
minggu) ( Manuaba,2007).
Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung
sebelum atau esudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his (Israr, 2008)
B. Indikasi induksi persalinan.
a. Indikasi Ibu
1) Berdasarkan penyakit yang diderita
a) Penyakit ginjal
b) Penyakit jantung
c) Penyakit hipertensi
d) Diabetes militus
e) Keganasan payudara dan posrio
2) Komplikasi kehamilan
a) Pre eklampsi
b) Eklampsia
3) Berdasarkan kondisi fisik
c) Kelainan bentuk tulang belakang
4) Ruptur spontan ketuban: jika kehamilan sudah dalam 2 minggu
aterm dan persalinan belum mulai setelah 24 jam, maka induksi
dengan oxytosctin harus di pertimbangkan.
5) Perdarahan antepartum: termasuk disini semua kasus placenta letak
rendah dan solutio placenta yang ringan, dimana perdarahan tidak
bisa diatasi dengan istirahat ditempat tidur atau jika bayi sudah
meninggal.
6) Kanker : pengakhiran kehamilan bertujuan untuk memungkinkan
tindakan pembedahan, radiasi atau terapi dengan bahan-bahan kiia
untuk lesi tersebut, atau semata-mata hanya untuk mengurangi
beban yang menimpa daya tahan kekuatan diri si penderita.
7) Riwayat persalinan cepat: tujuannya adalah untuk menghindari
terjadinya kelahiran dirumah atau di perjalanan.
b. Indikasi janin / fetal
1) Kehamilan lewat waktu
2) Placenta previa
3) Solusio placenta
4) Kematian intrauterin
5) Kematian berulang dalam rahim
6) Ketuban pecah dini
7) Diabetes kehamilan: bayi cenderung menjadi besar dan sering
Karena itu, kehamilan harus di akhiri pada saat sekitar minggu
ke-37
8) Inkompatibilitas rhesus: kalau janin mengalami sensitisasi atau
kalau ada riwayat kematian janindalam rahim pada
kehamilan-kehamilan sebelumnya, induksi dini persalinan kadang kala
merupakan indikasi diperlukan.
9) Recurrent intrauterine death: kematian intrauterine dekat saat aterm
pada kehamilan yang lalu merupakan alasan yang rasional untuk
mlakukan induksi dini persalinan.
10) Janin yang sangat besar : kehamilan postmature.
C.Persyaratan induksi persalinan:
1) Presentasi , presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh
dilakukan bila ada letak lintang, presentasi majemuk dan sikap ekstansi
pada janin, dan hampir tidak boleh dilakukan kalau bayi dengan
presentasi bokong.
2) Stadium kehamilan, semakin kehamilan mendekati masa aterm,
semakin mudah pelaksanaan induksi.
3) Stasiun, kepala bayi harus sudah masuk panggul, semakin rendah
kepala bayi, semakin mudah dan semakin aman prosedur tersebut.
4) Kematangan cervic: cervic harus sudah mendatar, panjangnya <1,3cm
(0,5inci), lunak, bisa dilebarkan dan sudah membuka utnuk dimasuki
5) Pritas, induksi pada multipara jauh lebih mudah dan lebih aman
dari pada primigravida,dan angka keberhasilannya meningkat
bersama-saam paritas.
6) Maturitas janin, umumnya semakin kehamilan mendekati 40
minggu, semakin baik hasilnya bagi janin. Kalau kehamilan harus
diakhiri sebelum atrm, pengujian maturitas janin harus dilakukan untuk
menetapkan sejauh mungkin apakah janin akan dapat hidup di luar
TEORI RETENTIO SISA PLACENTA
A. Pengertian
Retensio Sisa plasenta adalah tertinggalnya sebagian plasenta
(Yanti, 2010)
Suatu bagian dari plasenta,satu atau lebih lobus tertinggal di dalam
uterus (Prawiroharjo, 2008).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit stelah bayi lahir (Prawirohardjo,
2008).
Beberapa hal yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan
adalah perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta,
kehamilan ektopik terganggu, abortus, ruptura uteri, dan penyebab yang
lain seperti perdarahan karena robekan serviks, atonia uteri, retensio
plasenta dan perdarahan pasca persalinan karena retensio sisa plasenta
(Mochtar, 2008).
B. Etiologi
Fungsional
1). His kurang kuat (penyebab terpenting).
2). Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba) dan
Patologi
1).Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
2).Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai atau memasuki miometrium.
3).Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus
C. Jenis-jenis placenta
(Prawirohardjo, 2008) :
a. Plasenta adhesiva
Adalah plasenta yang implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
hingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau memasuki
miometrium.
d. Plasenta perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
e. Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta didalam cavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uterus.
D. Tanda gejala retentio sisa placenta
(Yeyeh Rukiyah, 2010) :
a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Kontraksi uterus baik
d. Tali pusat putus
e. Inversi uterus akibat tarikan
E. Penanganan retentio sisa placenta
(Depkes, 2007) :
a. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat
dikeluarkan secara manual. Kuretase harus dilakukan dirumah skait
dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan
kuretase pada abortus.
b. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau peroral.
TEORI NYERI A. Definisi
Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, maupun emosional (Musrifatul., Hidayat. 2008).
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yan sangat subyektif dan hanya
orang yang mengalaminyayang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
perasan tersebut. (Pilharjo,2006)
Nyeri dapat diartikan berbeda-beda antara individu, bergantung pada
presepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai
presepsi nyer. Secara sederhana nyeri dapat diartikan sebagai suatu
sensasi yang tidak menyenangkan sehingga individu menderita yang
akhirnya akan mengangu aktivitas sehari-hari,psikis,dan lain-lain
(Asmadi,2008)
B. Etiologi
a. Persepsi Nyeri
Persepsi tentang nyeri bergantung pada jaringan kerja neurologis yang
utuh. Neurofisiologi nyeri mengikuti proses yang dapat diperkirakan :
1. Rangsangan bahaya diketahui melalui reseptor yang ditemukan di
kulit, jaringan subkutan, sendi, otot, periosteum, fascia, dan visera.
Nosiseptor (reseptor nyeri) adalah terminal serat delta A kecil yang
diaktivasi oleh rangsangan mekanis, termal, dan kimiawi ( Bonica dan
McDonald. 1995). Rangsangan nosiseptif di bawah tingkat kepala
ditransmisikan melewati serat-serat aferen ini ke kornu dorsal medula
spinalis.
2. Rangsangan kemudian ditransmisikan melalui struktur yang sangat
rumit yang mengandung berbagai susunan neuron dan sinaptik yang
memfasilitasi derajat tinggi pemprosesan input sensori. Beberapa
impuls kemudian ditrasmisikan melalui neuron internunsial ke sel
kornu anterior dan anterolateral , tempatnya merangsang neuron yang
mempersarafi otot skelet dan neuron simpatik yang mempersarafi
pemuluh darah, visera, dan kelenjar keringat. Impuls nosiseptif lain
ditransmisikan ke sistem asenden yang berarktikulasi dengan batang
otak.
3. Implus yang naik ke otak kemudian masuk ke hipotalamus yang
mengatur sistem autonomik dan respons neuroendokrin terhadap stres
dan ke korteks serebral yang memberi fungsi kognitif yang didasarkan
pada pengalaman masa lalu, penilaian, dan emosi.
b. Ekspresi nyeri
Rasa nyeri muncul akibat respons psikis dan refleks fisik. Kualitas
rasa nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa
sakit, denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram. Rasa nyeri dalam
mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan
warna kulit. Serangan mual, muntah dan keringat berlebihan juga
sangat sering terjadi ( Bobak, 2004).
C. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu :
1. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang. Tidak melebih enam bulan, serta ditandai dengan adanya
peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara berlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari
enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Musrifatul.,
Hidayat. 2008).
D. Faktor yang mempengaruhi nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor ,
termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya dan
pengharapan tentang penghilang nyeri. Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan
menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon
E. Pengukuran nyeri
Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi
neyri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat
tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) mudah
dimengerti dan digunakan, (2) memiliki sedikit upaya pada pihak
pasien, (3) mudah dinilai, dan (4) sensitif terhadap perubahan kecil
dalam intensitas nyeri. Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri
yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan
dan membuat tingkatnya ( Suddarth., Brunner. 2001).
SKALA INTENSITAS NYERI
1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
Gambar 2.4 skala nyeri
Pendeskripsian ini diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.
Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk
2. Skala Intensitas Nyeri Numerik
Gambar 2.5 intensitas nyeri numerik
Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala palingefektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi.
3. Skala Analog Visual (VAS) dan face
Gambar 2.6 intensitas nyeri vas dan face
Yang dapat terjadi Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal sedangkan
face di gunakan utuk menentukan ekspresi wajah nyeri pada setiap
ujungnya. Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan
Keterangan
0: Tidak nyeri
1 – 2 : Nyeri ringan
3 – 5 : Nyeri sedang 6 – 7 : Nyeri berat