BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca” Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, maka penliti meninjau dua hasil penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu
1. Penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca” dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani mempunyai tujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat Pembaca. Data penelitian ini adalah wacana “Surat Pembaca” dan sumber data berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah 70 surat pembaca, Nova berjumlah 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Metode dalam penyajian data menggunakan teknik simak dan teknik catat.
dengan jumlah 120 kalimat untuk bulan Mei dan 17 surat pembaca dengan jumlah kalimat 171 untuk bulan Juni. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu metode simak dan catat.
Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka penelitian mengenai analisis kesalahan berbahasa memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya terletak pada sebagian teori yang digunakan karena pada dasarnya teori tentang analisis kesalahan berbahasa sama, hanya saja menggunakan pendapat dari para ahli yang berbeda.
Perbedaanya terletak pada teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan sumber data. Teknik pengumpulan data menggunakan metode baca catat, karena data berupa kata dalam kalimat yang telah dibaca kemudian dicatat pada kartu data. Pada analisis data peneliti akan menentukan kalimat yang mengandung kesalahan-kesalahan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis. Sedangkan penelitian sebelumnya hanya menggunkan teknik simak dan catat. Sumber data penelitian juga berbeda, penelitian sebelumnya menggunakan tabloid dan majalah. Sedangkan penelitian ini menggunakan surat kabar. Dengan adanya perbedaan tersebut maka telah membuktikan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
B. Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2009: 24).
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2007: 32).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
2. Fungsi Bahasa
Berkaitan dengan fungsi bahasa Keraf (2004: 3) mengungkapkan bahwa bahasa mempunyai empat fungsi yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, alat mengadakan kontrol sosial. Secara rinci keempat fungsi bahasa dijelaskan sebagai berikut.
a. Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri.
dirinya agar menarik perhatian orang lain terhadap kita, yaitu digunakan sebagai alat untuk mencari perhatian orang lain terhadap hal-hal yang sedang dirasakan.
b. Alat Komunikasi
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan fungsi bahasa yang bersifat intra-personal karena bahasa digunakan sebagai alat untuk saling bertukar pikiran dan perasaan antar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi dengan media bahasa sebagai alat penyampainnya yang dapat memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesame warga.
c. Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial
Dalam kehidupan masyarakat manusia selalu membutuhkan eksistensi untuk diterima dan diakui oleh masyarakatnya. Dalam pembentukan eksistensi itulah, manusia akan melakukan integrasi (pembaharuan) dan adaptasi (penyesuaian diri) dalam masyarakat. Proses intregarasi dan adaptasi ini manusia selalu menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Dalam proses ini, dengan bahasa seorang anggota masyarakat akan mengenal dan belajar terhadap segala adat istiadat, tingkah laku dan tata karma masyarakatnya. Oleh karena itu, secara sosial kolektif bahasa mempunyai peran penting sebagai media untuk membentuk keharmonisan kehidupan masyarakat dalam proses integrasi dan adaptasi sosial.
d. Alat Mengadakan Kontrol Sosial
dalam menggunakan bahasa secara tepat. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan komunikatif, maka seseorang bias mempengaruhi pikiran dan tindakan orang lain sesuai dengan yang diharapkannya.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh segenap masyarakat untuk mengekspresikan diri, mengadakan integrasi (adaptasi sosial), dan untuk mengadakan kontrol sosial antar sesama.
C. Pengertian Analisis Kesalahan
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu pemakaian bahasa dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut menyimpang dari pola umum yang berlaku dalam bahasa itu. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering terjadi harus dikurangi dan kalau dapat dihapuskan sama sekali. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dimaksud dengan istilah analisis kesalahan (anakes).
Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68).
D. Kesalahan Berbahasa
Tarigan, 1995: 141-142).
Kesalahan berbahasa atau “language errors” beraneka ragam jenisnya dan dapat diklasifikasi dengan berbagai cara kita memandangnya. Dengan perkataan lain, setiap sudut pandangan menghasilkan pengelompokan tertentu.
Chomsky dalam Tarigan (1995: 143) membedakan jenis kesalahan menjadi dua yaitu:
1. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian disebut faktor performansi. Kesalahan performansi merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut “mistakes”.
2. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa, yang disebut Chomsky (1965) sebagai faktor kompetensi, merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 (atau bahasa kedua) disebut “errors”.
Kesalahan berbahasa dapat dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan komponen tata bahasa. Berdasarkan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis (Tarigan, 1995: 198-200).
a. Fonologis
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fonologi merupakan bidang linguistik yang menyelidiki (mempelajari) bunyi bahasa menurut fungsinya tentang bunyi ujar dalam ilmu bahasa.
Kaitannya dengan analisis kesalahan, bunyi-bunyi ujaran tersebut disalin dalam wujud tulisan atau ortografis, yakni berhubungan dengan masalah sistem ejaan yang meliputi: penggunaan huruf besar, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca (Tarigan, 1995:196).
1) Penggunaan Huruf Kapital
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau EYD (P3B Depdiknas, 2009: 14), bahwa pemakaian huruf besar terdapat pada 15 tempat. Huruf kapital tersebut digunakan sebagai huruf pertama:
a) kata pada awal kalimat. Contoh: Dia mengantuk
Apa maksudnya? b) petikan langsung
Contoh: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasehatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
c) dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
Contoh: Allah
Yang Mahakuasa
d) nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang Contoh: Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Contoh: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru f) unsur-unsur nama orang
Contoh: Amir Hamzah Dewi Sartika
g) nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa Contoh: bangsa Indonesia
suku Sunda
h) nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah Contoh: bulan Agustus
hari Jumat i) nama geografi
Contoh: Asia Tenggara Banyuwangi
j) semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan
Contoh: Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
k) setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi
Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
l) semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal
Contoh: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
Contoh: Dr. doktor
S.H. sarjana hukum
n) kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Contoh: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
o) kata ganti Anda.
Contoh: Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2) Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata yaitu pemenggalan pada penggantian baris dengan ditandai tanda hubung (-). Pemenggalan kata tersebut meliputi:
a) pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
(1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh: ma-in sa-at
(2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan
Contoh: ba-pak la-wan
(3) Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukuan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh: man-di som-bong
Contoh: makan-an mem-bantu
c) jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain.
Contoh: bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi (P3B Depdiknas, 2009: 12-13)
3) Penggunaan Tanda Baca
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau EYD (P3B Depdiknas, 2009: 41), bahwa tanda baca itu terdiri dari 15 macam antara lain:
1) tanda titik (.)
Contoh: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. 2) tanda koma (,)
Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Satu, dua, ... tiga!
3) tanda titik koma (;)
Contoh: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur. 4) tanda titik dua (:)
Contoh: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
5) tanda hubung (-) Contoh: anak-anak
6) tanda pisah (-) Contoh: 1910 – 1945
Jakarta – Bandung 7) tanda ellipsis (...)
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. 8) tanda tanya (?)
Contoh: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DKI (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. 11) tanda kurung siku ( [...] )
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan)perlu dibentangkan di sini.
12) tanda petik (“...”)
Contoh: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
Bung Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya. 13) tanda petik tunggal (‘...’)
Contoh: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Wah kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, Ibu, Bapak pulang, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Bapak Hamdan.
14) tanda garis miring ( / ) Contoh: No.7/PK/1973
15) tanda penyingkat atau Apostrof (‘)
Contoh: Ali ‘kan kusurati. (‘kan= akan) Malam ‘lah tiba . (‘lah= telah)
2. Morfologis
Morfologi adalah bagaian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. (Putrayasa, 2010: 3)
Verhaar (2001: 11) mengatakan morfologi adalah ilmu menyangkut struktur internal kata. Kridalaksana (2009: 159) mengatakan morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencangkup kata dan bagian-bagaian kata, yakni morfem.
Ramlan (1997: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari seluk beluk kata serta pengaruh perubahan struktur kata dan morfem. Dalam proses perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata-kata baru, yang meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
a. Afiksasi
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan
pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata (Chaer, 2007: 177).
Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa afiks merupakan morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran).
Contoh: kata terjatuh yang dibentuk dari kata jatuh dan prfiks ter-, dan kata menggergaji yang dibentuk dari kata gergaji dan prefiks meN-.
b. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2007: 182). Menurut Ramlan (1997: 63) reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagainnya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem (Ramlan, 1997: 69-75).
1) Pengulangan Seluruh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Contoh: sepeda sepeda-sepeda
2) Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk dasarnya sebagai berikut:
3) Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan afiks
Contoh : kereta kereta-keretaan hitam kehitam-hitaman
4) Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit.
Contoh : gerak gerak-gerik robak robak-rabik
c. Komposisi
Menurut Chaer (2007: 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konsrtuksi yang memilki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Ramlan (1997: 76) berpendapat bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Arifin (2009:12) mengatakan komposisi merupakan proses morfologis yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, yakni kata majaemuk.
Sedangkan komposisi menurut (Verhaar, 2001: 154) merupakan proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu kata, yang namanaya “kata majemuk” atau “kompauan”.
3. Sintaktis
Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam kalimat (Verhaar, 2001: 11). Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang menelaah struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa (Tarigan,2009: 5).
Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa ( Kridalaksana, 2009: 223).
Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah hubungan antara kata dengan kata, atau kata dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam telaah struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Sintaksis mengkaji lebih luas dari pada morfologi. Morfologi menyelidiki hubungan gramatikal kata, sedangkan sintaksis mempelajari seluk-beluk dalam tata bentuk kalimat atau di luar batas kata. Bidang kajian sintaksis tersbut adalah: frasa, klausa, dan kalimat.
a. Frasa
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2001: 138).
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu:
1) Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
Contoh: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
S p o Ket
b. Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak (Ramlan, 2001: 79).
Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban.
Contoh: Ibu tidak berlari-lari.
S P
c. Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 2001: 23).
Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Depdiknas, 2008: 609).
Contoh: Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.
S P O
4. Semantik
penyelidikan makna, dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya (Kridalaksana, 2009: 216).
Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang linguistik yang meneliti struktur bahasa yang membahas arti atau makna suatu wicara (bahasa).
Menurut Verhaar (2001: 385-388) semantik itu dibagi menjadi semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal menyangkut makna leksikal. Semantik gramatikal menyangkut makna gramatikal.
Berdasarkan kesalahan berbahasa bidang semantik peneliti membatasi pada struktur leksikal yaitu penggunaan kata yang memiliki makna kurang tepat dalam sebuah susunan kalimat, atau bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan antara kata itu dapat berwujud: sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonimi (Keraf, 2010: 34).
1) Relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi: a) Sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna.
b) Polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna. 2) Relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi: a) hiponimi: cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain. b) antonimi: posisi sebuah makna di luar sebuah makna yang lain.
3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu satu bentuk mengacu kepada dua referen yang berlainan.
E. Pengertian Surat Kabar dan Surat Pembaca
1. Pengertian Surat Kabar
Dapat disimpulkan surat kabar (koran) yang terbit setiap hari Suara Merdeka memiliki berita yang disampaikan untuk masyarakat.
2. Pengertian Rubrik Surat Pembaca
Menurut (Depdiknas, 2008:1186) rubrik adalah kepala karangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dsb. Rubrik adalah kepala (ruangan) karangan dalam surat kabar, majalah, dsb. (Poerwadarminta, 2003: 989).
Surat Pembaca merupakan surat yang ditulis oleh pembaca yang dimuat dalam surat kabar/koran, tabloid, atau majalah yang berisi tanggapan, kritik, saran, keluhan, ajakan, imbauan, ucapan terima kasih, dan lain-lain. Dalam hal ini surat kabar Suara Merdeka terdapat rubrik “Surat Pembaca” yang dijadikan objek penelitian.
F. Kerangka Pikir
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008: 24). Bahasa yang digunakan dalam surat kabar Suara Merdeka khususnya pada rubrik “Surat Pembaca” masih terdapat berbagai kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan tanda baca, kata yang tidak tepat imbuhan, pola kalimat yang tidak efektif, dan makna yang kurang jelas.
Kesalahan Bahasa Indonesia Pada Rubrik “Surat Pembaca” Suara Merdeka Edisi Maret – April 2012
2