• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis - Krishna Setyawati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis - Krishna Setyawati BAB II"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulai konsepsi sampai janin lahir,

lama hamil normal yaitu 28 minggu atau 9 bulan yang dihitung dari

hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo S, 2007)

Kehamilan adalah masa dimulai konsepsi sampai janin lahir,

lama hamil normal yaitu 28 minggu atau 9 bulan yang dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Kehamilan terjadi karena ada pertemuan

antara sperma dan sel telur yang menandai adanya kehamilan.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sangat

dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan

plasenta sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur janin

yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang

kurangnya dari saat ovulasi.

Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap

penting yaitu tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil

konseosi belum tampak berbentuk dalam pertumbuhan, embrio

(mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah terdapat bentuk

rancangan alat-alat tubuh, janin (fetus) sudah berbentuk manusia dan

berumur di atas 5 minggu (Kusmiyati Y, Wahyuningsih PH, Sujiyatini,

(2)

Jadi dari beberapa pengertian tentang kehamilan ari berbagai

sumber penulis menyimpulkan bahwa kehamilan adalah prose salami

berkembangnya janin dari mulai konsepsi hingga jnin lahir.

Awal mula terjadinya kehamilan adalah adanya pertemuan

antara sperma dan sel telur atau dengan kata lain disebut juga

konsepsi. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi

pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur),

penggabungan gamet dan implatasi embrio didalam uterus.

b. Fisiologis kehamilan

Untuk setiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum,

pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi, dan nidasi

hasil konsepsi (Pawirohardjo S, 2007; h. 55)

1) Konsepsi

Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sel sperma dan

telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan

rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan

sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan

implatasi embrio didalam uterus.

a) Ovum

Merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap

bulan satu ovum atau kadang kadang lebih menjadi matur,

dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung. Saat

ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. ovum

tidakl dapat berjalan sendiri. Kadar esterogen yang tinggi

meningkatkan gerakan tuba uterine, sehingga silia tuba tersebut

(3)

Ada dua lapisan pelindung yang melindungi ovum. Lapisan

pertama berupa membrane tebal tidak terbantuk, yang disebut

zonapelucida. Lingkaran luar yang disebut korona radiate, terdiri

dari sel sel oval yang dipersatukan oleh asam hialuronat. Ovum

dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi apabila tidak

difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsoprsi.

Pada waktu ovulasi sel telur yang telah masak dilepaskan

dari ovarium. Dengan gerakan seperti menyapu fimbria tuba

uterine, ia ditangkap oleh infundibulum. Selanjutnya ia masuk

kedalam ampulae sebagai hasil gerakan silia dan kontraksi otot.

Sebuah ovum mungkin ditangkap/masuk kedalam infudibulum

tuba yang berlawanan. Keadaan ini disebut migrasi eksterna.

Ovum biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan

mati dalam 12 jam bila tidak segera dibuahi.

b) Spermatozoa

Spermatozoa terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Kaput (kepala) yang mengandung bahan nucleus.

2. Ekor berguna untuk bergerak

3. Bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor

Pada saat koitus kira kira 3 – 5 cc semen ditumpahkan

kedalam fornik posterior, dengan jumlah spermatozoa sekitar

200 – 500 juta. Dengan gerakan ekornya sperma masuk

kedalam kanalis servikalis. Didalam rongga uterus dan tuba

gerakan sperma terutama disebabkan oleh kontraksi otot otot

(4)

Spermatozoa dapat mencapai ampula, kira kira satu jam

setelah koitus. Ampula tuba merupakan tempat terjadinya

fertilisasi. Hanya beberapa ratus sperma yang bisa mencapai

tempat ini. Sebagian mati akibat keasaman vagina, sebagian

lagi hilang/mati dalam perjalanan. Sperma dapat bertahan dalam

saluran reproduksi wanita selama empat hari.

Dalam saluran reproduksi wanita spermatozoa mengalami

kapasitasi sebelum ia mampu membuahi ovum. Kapasitasi

terjadi dalam rongga uterus dan tuba yaitu berupa pelepasan

lapisan pelindung disekitar akrosom. Setelah ini terjadilan reaksi

akrosomik yaitu pembentukan lobang lobang kecil pada

akrosom tempat dilepaskannya enzim enzim yang dapat

melisiskan korona radiate dan zona pelucida. Setidaknya dikenal

dua enzim yaitu CPE (corona penetrating enzyme) yang

mencerna corona radiate dan hialunoridase yang mencerna

zona pelusida.

c) Fertilisasi

Penghamilan (fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan

persenyawaan antar sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di

ampula tuba.

(1) Hasil fertilisasi

(a) kembalinya sel dengan jumlah kromosom diploid (2n)

pada manusia dengan jumlah diploid adalah 46.

(b) penurunan/pewarisan sifat sifat spesies

(c) ini disebabkan karena zigot mengandung separuh sifat

(5)

2) Penentuan jenis kelamin

3) Jenis kelamin ditentukan diawal terjadinya pembuahan pada

manusia struktur (46, XX) adalah wanita, sedang (46, XY)

adalah laki laki.

4) Permulaan pembelahan segmentasi ( cleafage).

5) Segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam

akan memulai pembuahan segmentasi pertama, yang

disusul dengan pembelahan pembelahan selanjutnya

dengan kecepatan tiap 10-12 jam.

2) Nidasi (implatasi)

Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/bersarangnya sel telur

yang telah dibuahi kedalam endometrium. Sel telur yang telah

dibuahi (zigot) akan segera membelah diri membentuk bola padat

terdiri atas sel sel anak yang lebih kecil yang disebut blastomer.

Pada hari ke-3, bola bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer

dan disebut morula. Pada hari ke-4 didalam bola tersebut mulai

terbentuk rongga, bangunan ini disebut blastula.

Dua struktur penting didalam blastula:

a). Lapisan luar yang disebut trofoblas, yang akan menjadi

plasenta.

b). Embrioblas (inner cell mass) yang kelak akan menjadi janin.

Pada hari ke-4 blastula masuk ke dalam endometrium dan pada

hari ke-6 menempel pada endometrium. Pada hari ke-10 seluruh

blastulasudah terbenam dalam endometrium dan dengan

(6)

3) Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.

Kehamilan normal biasanya berlangsung kira kira 10 bulan lunar

atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama

kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPHT).

Akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah

hari pertama menstruasi terakhir. Dengan demikian umur janin

pascakonsepsi ada selisih kira kira 2 minggu, yakni 266 hari atau

38 minggu. Usia pascakonsepsi ini akan digunakan untuk

mengetahui perkembangan janin.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat

dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan

plasenta sebagai akar yang akan memberikan nutrisi. Umur janin

yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau sekurang

kurangnya dari saat ovulasi. Pertumbuhan hasil konsepsi

dibedakan menjadi tiga tahap penting yaitu tingkat ovum (telur)

umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk

dalam pertumbuhan, embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu

dan sudah berbentuk rancangan alat alat tubuh, janin (fetus)

sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5 minggu.

(Kusmiyati Y, Wahyuningsih PH, Sujiyatini, 2008 : 33)

c. Tanda tanda kehamilan

1). Tanda yang tidak pasti

a). Amenorrhea atau tidak dapat haid penting diketahui tanggal

pertama haid terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan dan

(7)

b). Mual dan muntah biasanya terjadi pada bulan bulan pertama

kehamilan dan terjadi pada pagi hari ( morning sicknes ) tapi

tidak selalu pada setiap kehamilan. Bila terlampau sering dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebut hiperemesis

gravidarum.

c). mengidam biasanya terjadi pada bulan pertama dengan makin

tuanya kehamilan akan menghilang.

d). pingsan sebaiknya dianjurkan untuk tidak pergi ketempat ramai

pada bulan pertama kehamilan dan akan menghilang setelah

kehamilan 16 minggu

e). mammae menjadi tegang dan membesar, karena dipengaruhi

oleh esterogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan

alveoli, glandula Montgomery tampak lebih jelas.

f). anoreksia atau tak ada nafsu makan biasanya terjadi pada bulan

bulan pertama setelah itu nafsu makan akan timbul.

g). sering terjadi pada trimester I dan III krena kandung kencing

tertekan oleh uterus.

h). obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan

oleh pengaruh hormone steroid

i). pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas yang

biasanya terjadi pada daerah pipi, hidung, aerola mamae, leher,

linea alba. Karena pengaruh hormone kortiko steroid plasenta.

j). pepulis yaitu suatu hipertropi papilla ginggivae yang sering

(8)

2). Tanda pasti kehamilan

Indikator pasti hamil adalah penemuan penemuan keberadaan

janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi

kesehatan yang lain.

a). Denyut Jantung Janin ( DJJ )

Dapat didengar dengan stetoskop leanec pada minggu 17-18.

Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic

(doppler), DJJ dapat didengar lebih awal lagi, sekitar minggu

ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga

mengidentifikasi bunyi bunyian yang lain, seperti: bising uterus

dan nadi ibu.

b). Palpasi

Yang harus ditentukan adalah autline janin. Biasanya menjadi

jelas setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan

dengan jelas setelah minggu 24. (Kusmiyati Y, Wahyuningsih

HP, Sujiyatini, 2008; h. 93)

3). Perubahan pada ibu hamil

a). Perubahan fisiologis

1. Perubahan fisiologi pada kehamilan

Menurut Manuaba IGB (2001; h. 96). Pada Ibu hamil

mengalami perubahan organ reproduksi secara keseluruhan

sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan janin di dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamo

tropin, estrogen, dan progesteron yang mempengaruhi

(9)

a. Uterus

Rahim yang semula besarnya sebesar telur bebek

atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan

hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat

akhir kehamilan. Otot rahim akan mengalami hiperplasia

dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat

mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan

janin.Perubahan pada isthmus uteri (rahim) yang

menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak

sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua

jari dapat saling sentuh.

Perlunakan isthmus disebut dengan tanda

hegar.Hubungan antara besarnya rahim dan usia

kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan

dapat terjadi adanya penyimpangan kehamilan seperti

hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan

hidramnion yang dan terasa lebih besar. Regangan

dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan

perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri makin

tertarik keatas dan menipis di segmen bawah rahim

(SBR). Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke

semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di

daerah implantasi plasenta sehingga rahim bentuknya

tidak sama yang disebut dengan tanda piskacek.

(10)

rahim, yaitu estrogen dan progesteron mengalami

penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim yang

disebut Braxton hicks.Kontraksi Braxton hicks tidak

dirasakan nyeri dan terjadi bersamaan di seluruh

rahim.Kontraksi ini akan berlanjut menjadi kontraksi

untuk persalinan.

b. Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pada

pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga

tampak makin berwarna merah kebiruan yang disebut

dengan tanda chadwicks.

c. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan

meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta

pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari

kemampuan villi korealis yang mengeluarkan hormon

korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon

luteotroprik hipofisis anterior.

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,

(11)

e. Sirkulasi Darah Ibu

Peredaran darah mengalami perubahan yang

menyebabkan meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah

sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan

dan pertumbuhan janin di dalam rahim. Terjadinya

hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retroplasenter dan pengaruh hormonestrogen dan

progesteron yang semakin meningkat.

f. Plasenta

Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20

cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan berat plasenta

500 gram. Tali pusat yang menghubungkan plasenta

panjangnya 25 sampai 60 cm. Plasenta terbentuk

sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis

dan desidua kapsularis telah menjadi satu. Sebelum

plasenta terbentuk sempurna dan sanggup untuk

memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus

luteum gravidarum. Saat nidasi villi korealis

mengeluarkan hormon koionik gonadotropin sehingga

korpus luteum dapat bertahan.

g. Air Ketuban

Jumlah air ketuban sekitar 1000 ml sampai 1500 ml

pada kehamilan aterm. Berat jenisnya antara 1,007

sampai 1,008 air ketuban terdiri dari 2,3 % bahan organik

(12)

lesitin, dan spingomielin) dan 97 % sampai 98 %bahan

anorganik (air, garam yang larut dalam air). Peredaran

cairan ketuban sekitar 500 cc /jam atau sekitar 1% yang

ditelan bayi dan dikeluarkan sebagai urine.

Pembagian kehamilan dibagi menjadi 3 Trimester:

Trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 buan

(0-12 minggu); Trimester kedua dari bulan keempat

sampai 6 bulan (13-28 mnggu); Trimester ketiga dari

bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu) (Sarwono

Prawirohardjo, 2007; hal.125).

Ante natal care adalah asuhan yang diberikan ibu

sebelum persalinan, dan selama hamil (JHPIEGO, 2003;

halm. 7).

b). perubahan psikologis ibu hamil.

1. trimester pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah

terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.

Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi

dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting

pada trimester pertama kehamilan.

Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen

tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80%

wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan,

(13)

bahwa seorang wanita lajang yang behkan telah

merencanakan dan menginginkan kehamilan dan

berusaha keras untuk hamil tidak mengatakan pada dirinya

sendiri sedikitnya 1 kali bahwa ia sebenarnya berharap

tidak hamil.keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan

dengan wanita karena ia akan cenderung

menyembunyi-kan ambivalemsi dan perasaan negativnya ini karena

perasaan tersebut bertentangan apa yang menurutnya

semestinya ia rasakan. (Varney Helen, 2007; h. 501).

2. Hiperemesis Gravidarum

a. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemsis gravidarum adalah mual dan muntah

yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari

terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk

(Pawirohardjo S, 2007; h. 275)

Hiperemesis adalah mual muntah yang

berlebihan selasma kehamilan dengan intersitas lebih

sering dan durasi lebih lama dari pada mual dan

muntah yang dialami pada trimester pertama (Varney

Helen, 2007; h. 256).

Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang

terjadi sampai umur 20 minggu, muntah begitu hebat

dimana segala yang dimkan dan diminum dimuntahkan

sehingga mempengaruhi keadaan umum dan

(14)

dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit

seperti appendicitis, pielittis, dan sebagainya (Joseph

HK , 2010; h. 161).

Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah

yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan

aktivitas sehari-hari dan bahkan membhayakan

hidupnya (manuaba, 2004; h. 87).

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan

muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai

mengganggu pekerjaan sehari-hari, karena keadaan

umumnya menjadi buruk, karna terjadi dehidrasi

(Nugraheni , 2009; h. 57).

Hiperemesis Gravidarum adalah “morning

sickness “dengan gejala muntah terus menerus,makan

sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan

suasana kehidupan sehari-hari (Nugroho T, 2010; h.

92).

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan

muntah berlebihan selama hamil. (Varney Helen, 2007;

h. 608).

Hiperemesis Gravidarum adalah nausea dan

vomitus dalam kehamilan yang berkembang

sedemikian kuat sehingga menjadi efek sistemik

dehidrasi dan penurunan berat badan (DM. Taber,

(15)

Dari beberapa pendapat tersebut penulis

mengambil kesimpulan bahwa definisi dari hiperemesis

gravidarum adalah keadaan mual muntah berlebihan

yang dialami ibu hamil dimana apapun yang dimakan

dan diminum akan di muntahkan sehingga keadaanya

menjadi buruk.

b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum.

Penyebab hiperemesis gravidarum belum

diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit

ini belum diketahui secara pasti. Berikut ini adalah

hal-hal yang menyebabkan hiperemesis gravidarum

(Hidayati. 2009;66) :

1. Sering terjadi pada :

(a) Primigravida

Dikarenakan faktor adaptasi dan hormonal yang

menyebakan primigravida beresiko terhadap

hiperenesis gravidarum. Karena sebagian kecil

primigravda belum mampu beradaptasi

terhadap hormon estrogen dan gonadrotopin

korionik (Manuaba 2009; 48)

(b) Molahidatidosa

Menurut Manuaba (2009;48) menyebutkan

bahwa pada mola jumlah hormon yang

dikeluarkan terlalu tinggi sehingga

(16)

(c) Kehamilan kembar (Heidi Murkoff,dkk

2006;215)

Ini merupakan gejala kehamilan yang

berebihan. Biasanya jika ada janin kembar

maka ibu akan mengalami mual di pagi hari

yang dapat berlipat ganda. Akan tetapi semua

ini juga bisa terjadi pada kehamilan janin

tunggal.

2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales

dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.

3. Faktor psikologis : keretakan rumah tangga,

kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap

kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung

jawab dan sebagainya.

4. Faktor endokrin lainnya yaitu diabetes

Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan

traktus digestivus seperti pada penderita diebetes

melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini

disebabkan oleh gangguan mortilitas usus pada

penderita atau pada setelah operasi vagotomi

(sastrawinarta 2005;65)

c. Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual

adalah akibat dari peningkatan kadar esterogen, oleh

(17)

Pengaruh fisiologis hormon esterogen ini tidak jelas,

mungkin berasal dari system saraf pusat atau akibat

berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian

terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun

demikian mual dan muntah dapat berlangsung

berbulan bulan (Prawirohardjo S, 2007; h. 276).

Pada wanita hamil meninggal akibat hiperemesis

gravidarum menunjukan kelainan. Kelainan dalam

berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan

malnutrisi oleh bermacam macam sebab antara lain

1) Hati

Hati pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi

hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis,

degenerasi lemak tersebut terletak sentrilabuler.

Kelainan lemak dianggap sebagai akibat muntah

yang terus menerus. Dapat ditambahkan bahwa

separoh penderita yang meninggal karena

hiperemesis gravidarum menunjukan gambaran

makroskopi yang normal.

2) Jantung

Jantung pada hiperemesis gravidarum menjadi

lebih kecil dari pada biasa yang berarti atrofi, ini

sejalan dengan lamanya penyakit. Kadang kadang

(18)

3) Otak

Otak pada hiperemesis gravidarum ada kalanya

bercak bercak perdarahan pada otak dan kelainan

seperti pada ensafalopati wernicke dapat dijumpai

dibatas kapiler dan perdarahan kecil kecil di daerah

corpora mamilaria ventrikel ketiga dan keempat

4) Ginjal

Pada ginjal hiperemesis gravidarum tampak pucat

dengan degradasi lemak dapat ditemukan pada

tubuli konforti ( wiknjosastro, M., 2002)

d. Tanda dan Gejala

1. Muntah yang tidak dapat dikontrol dengan

pengobatan morning sickness.

2. Muntah pernisiosa

3. Nafsu makan buruk

4. Asupan nutrisi buruk

5. Penurunan berat badan

6. Dehidrasi

7. Ketidakseimbangan elektrolit

8. Asidosis akibat kelaparan.

9. Alkalosis karena asam hidroklorida berkurang

ketika muntah

(19)

e. Secara klinis hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3

tingkatan yaitu:

1) Tingkat 1

Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi

terhadap makanan dan minuman, berat badan

menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama

keluar makanan, lendir dan sedikit empedu

kemudian lendir, cairan empedu dan kemudian

darah. Nadi meningkat sampai 100 kali permenit

dan tekanan darah systole menurun. Mata cekung

dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin

masih normal. (Joseph HK , 2010; h. 161)

2) Tingkat 2

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan

diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi

cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan

darah sistole kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat,

lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton ada,

bilirubin ada dan berat badan cepat menurun.

(Joseph HK , 2010; h. 161)

3) Tingkat 3

Gangguan kesadaran (delirium – koma) , muntah

berkurang atau berhenti, ikterus, sianosis,

nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan

(20)

f. Diagnosa

1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala apa

yang dimakan dan diminum dimuntahkan),

pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.

2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 x per menit,

tekanan darah menurun pada keadaan berat,

subfebril dan gangguan kesadaran, (apatis –

koma).

3. Fisik : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat,

ikterus, sianosis,berat badan menurun, porsio lnak

pada vaginal touché, uterus besar sesuai besar’a

kehamilan.

g. Penatalaksanaan

1) Obat - obatan

Sedativa yang siring diberikan adalah

phenobarbital, vitamin yang dianjurkan adalah

vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan

seperti dramamin, ovamin pada keadaan lebih kuat

diberikan antimetik seperti disiklomin hidrokhloride

atau khlorpromasin. (Prawirohardjo S, 2007; h.

279).

2) Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,

tetapi cerah dan peredaran udara baik. Cacat cairan

(21)

yang boleh masuk ke dalam kamar penderita.

Sampai muntah berhenti dan penderita mau makan,

tidak diberikan makan/minum selama 24 jam.

Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala

akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

(Prawirohardjo S, 2007; h. 279).

3) Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit

dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh

karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta

menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya

dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

(Prawirohardjo S, 2007; h. 279).

4) Cairan Parenteral

Berikan cairan parental yang cukup elektrolit,

karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam

cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari.

Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin,

khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan

bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula

asam amino secara intravena. (Prawirohardjo S,

2007; h. 279).

5) Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi

(22)

pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan

memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus

anuria dan perdarahan merupakan manifestasi

komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu

dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.

Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik

sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak

boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak

boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel

pada organ vital (Prawirohardjo S, 2007; h. 279)

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan

1. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

a. Langkah 1 (Pengumpulan data dasar)

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap, yaitu:

1) Riwayat kesehatan

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4) Meninjau data laboraturium dan membandingkan dengan hasil

study.

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua data yang akurat dari

(23)

b. Langkah II (Interpretasi data dasar)

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah

atau diagnosis yang spesifi. Kata masalah dan diagnosis keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang

dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.

Masalah yang sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh

bidan sesuai dengan masalah ini sering menyertai diagnose.

c. Langkah III (mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial)

Pada langkah ini,kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/masalah potensial

ini benar benar terjadi. Pada langkah penting sekali melakukan

asuhan yang aman.

d. Langkah IV (Identifikasi perlunya penanganan segera)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan/ atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses

(24)

asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga

selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus dalam

persalinan.

e. Langkah V (perencanaan asuhan komprehensif)

Pada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah

ytang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/

data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi

dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi jg

dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti

apa yang diperkirakan terjadi berikutnya.

Dengan kata lain,asuhan terhadap wanita tersebut sudah

mencangkup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.

Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu

oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efaktif karena

klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh

karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumeskan

rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien,

kemudian membuat kesepakatan bersama sasuai kesepakatannya.

f. Langkah VI (Pelaksanaan rencana)

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ka-5 dilaksanakan secara efisien

(25)

dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan

tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaanya (memastikan agar langkah langkah

tersebut terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi

dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap terencananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat

waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

g. Langkah VII (Evaluasi)

Pada langkah VII ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap

masalah yang telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis

(Simatupang JE, 2008; h. 123).

Penerapan Manajemen Kebidanan menurut Varney (1997),

meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial dan

tindakan antisipasi segera untuk mencegahnya, penyusunan rencana

tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Tinjauan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum

Merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan

menggunakan metode wawancara secara langsung dan pemeriksaan

(26)

A. PENGKAJIAN

1). Data Subjektif

a) Identitas Pasien

Berisi tentang biodata pasien dan penanggung jawab yaitu

menurut nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat.

(1) Identitas pasien

Nama : mengkaji nama jelas dan lengkap untuk

pendekatan kepada ibu, untuk kebenaran

dalam memberikan asuhan kebidanan agar

tidak keliru dalam memberikan penanganannya

(Eny, 2009 ; h. 131).

Umur : untuk mengetahui usia reproduksi (20-35

tahun), karena pada usia kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun temasuk risiko tinggi

dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Eny,

2009 ; h. 131). Umur yang terlalu muda karena

belum ada kesiapan saat kehamilan pada

psikologi ibu yang akan menimbulkan

kecemasan karena kehamilan akan

menimbulkan terjadinya hiperemesis

gravidarum. (Varney Helen, 2007; h. 608).

Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut

untuk membimbing atau mengarahkan pasien

(27)

Pendidikan : Pendidikan berpengaruh pada tingkat

penerimaan pasien terhadap konseling yang

diberikan, serta tingkat kemampuan

pengetahuan ibu terhadap kehamilan.

Pekerjaan : Berkaitan dengan pekerjaan dilakukan apakah

berpengaruh dengan kehamilan. Pekerjaan

yang terlalu berat sehingga pola istirahat

kurang akan menyebabkan stress pada ibu

sehingga memicu terjadinya hiperemesis

gravidarum. (Varney Helen, 2007; h. 256).; h.

608).

Alamat : untuk mengetahui alamat yang lebih jelas

dalam melakukan kunjungan rumah (Eny, 2009

; h. 131).

(2) Alasan datang

Untuk mengetahui alasan ibu saat datang ke rumah sakit.

(3) Keluhan utama

Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa

dan mengetahui apa yang dirasakan ibu, pada waktu

pengkajian ibu mengatakan mual muntah begitu hebat dimana

apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan,sehingga

mempengaruhi keadaan umum dan pekrjaan sehari hari,

berat badan menurun, dan dehidrasi ( Joseph HK, 2010;

(28)

Riwayat kesehatan

(a) Riwayat kesehatan dahulu :

Riwayat kesehatan yang lalu ditujukan pada pengkajian

penyakit yang diderita pasien yang akan mempengaruhi

terjadinya ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum

seperti diabetes, (Rustam mochtar, 1998).

1). Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan

traktus digestivus seperti pada penderita diebetes

melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini disebabkan

oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau

pada setelah operasi vagotomi (sastrawinarta 2005;65)

2). Molahidatidosa

Menurut Pawirohardjo (2005; 262) menyebutkan

bahwa pada jaringan trofoblast pada villus

kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang-kadang-kadang keras, dan

mengeluarkan hormon, yakni human choironic

gonadrotophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar

dari pada kehamilan biasa.

3). Kehamilan kembar

Kehamilan kembar merupakan gejala kehamilan yang

belebihan. Biasanya jika ada janin kembar maka ibu

akan mengalami mual di pagi hari yang dapat berlipat

ganda. Akan tetapi semua ini juga bisa terjadi pada

(29)

(b) Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat kesehatan yang sekarang dikaji untuk mengetahui

adakah penyakit yang diderita yang akan mempengaruhi

terjadinnya ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum

seperti diabetes, (Rustam mochtar, 1998).

(b) Riwayat kesehatan keluarga :

Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui

apakah ada penyakit seperti keturunan kembar dan

diabetes, ( Manuaba, 2001; h. 397).

Riwayat Obstetri

(a) Riwayat Haid :

Riwayat haid melalui HPHT (hari pertama haid terakhir)

dikaji untuk mengetaui usia kandungan. Karena

hiperemesis gravidarum biasanya dimulai pada awal

kehamilan atau kehamilan muda karena adanya

peningkatan hormone HCG (Heidi Murkoff, dkk 2006; 215)

dan berangsur-angsur membaik sendiri sekitar 4 bulan

(Winkjosastro 2005; h. 278).

(b) Riwayat kehamilan sekarang

ANC: Dilakukan untuk mengetahui dan mengawasi

perkembangan pasien apakah ibu nampak lemah, apatis

dan berat badan menurun yang merupakan gejala dan

(30)

(4) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah

syah atau tidak (Eny, 2009 ; h.136). Perkawinan akibat terjadi

kehamilan yang tidak diinginkan akan mengganggu psikologis

ibu sehingg terjadi kecemasan dalam kehamilan yang akan

menyebabkan hiperemesis gravidarum. (Varney Helen, 2007;

h. 608).

(5) Riwayat KB

Yang perlu dikaji adalah KB yang pernah dipakai, lama

pemakaian, keluhan, pencana KB selanjutnya (Eny, 2009 ; h.

134).

(6) Pola kebutuhan sehari-hari

(a) Pola nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan

(Eny, 2009 ; h. 136). Pola makan sehari hari harus dirubah

dengan makan dalam jumlah sedikit, tetapi lebih sering,

waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,

tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit

dengan teh hangat, makanan yang berbau lemak atau

berminyak sebaiknya dihindarkan. Makanan disajikan

dalam keadaan panas atau sangat dingin. (Prawirohardjo

(31)

(b) Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan

buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan

bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,

warna, jumlah (Eny, 2009 ; h. 136). Pada ibu hamil dengan

hiperemesis gravidarum tingkat 1 urin masih normal. (

Joseph HK, 2010; h.161).

(c) Pola aktivitas

Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu

berat sehingga mempengaruhi kehamilannya (Eny, 2009 ;

h. 137). Aktivitas yang berlebihan akan menimbulkan ibu

kekurangan waktu istirahat sehingga kemungkinan

terjadinya hiperemesis bisa terjadi. (Varney Helen, 2007; h.

608).

(d). Pola istirahat

Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa

jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena

berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu (Eny, 2009 ; h.

136). Frekuensi istirahat yang kurang akan mempengaruhi

terjadinya hiperemesis gravidarum karena kondisi ibu yang

terlalu lelah. (Varney Helen, 2007; h. 608).

(e). Pola seksual

Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan

(32)

2). Data Objektif

a) Keadaan umum : Untuk menilai status keadaan ibu

b). Tingkat kesadaran : Untuk menilai status kesadaran ibu, ini

dilakukan dengan penilaian composmentis,

apatis, somnolen, sopor, koma, delirium.

Pada hiperemesis gravidarum

Tingkat I : keadaan pasien composmentis/sadar penuh,

tingkat II gejala haus hebat, subfebril, nadi cepat dan

lebih100-140 kali per menit, tekanan darah sistol kurang 80 mmHg,

sehingga tingkat kesadaran menjadi apatis. Pada hiperemesis

gravidarum tingkat III muntah berkurang atau berhenti, ikterus,

sianosis, gangguan jantung, bilirubin ada, sehingga tingkat

kesadaran menjadi delirium-koma. (Prawirohardjo S, 2007; h.

162).

c) Tanda Vital

(1) Tekanan darah : Tingkat I : tekanan darah sistolok

menurun (Winkjosastro 2005,277)

(2) Nadi : Tingkat I : nadi meningkat sekitar 100 per menit

(Wiknjosastro 2005, 277)

(3) Suhu : Tingkat I : suhu kadang meningkat (Manuaba

2001. 398)

(4) Berat badan: Tingkat I : berat badan menurun (Hidayati

2007, 67)

(5) LILA : Utuk mengukur lingkar lengan

(33)

gizi pada ibu normal atau tidak.

Normalnya 23,5-26 cm (JNPK-KR,

2007). Pada pasien hiperemesis

gravidarum LILA akan berkurang

karena tidak ada pemasukan nutrisi

sehingga status gizinya kurang.

(Prawirohardjo S, 2007; h. 279).

(6) Status present

(a) Bentuk kepala : untuk mengetahui bentuk kepala dan

benjolan dikepala.

(b) Rambut : untuk mengetahui apakah rambut ibu

rontok atau tidak.

(c) Muka : oedema atau tidak,pada ibu hamil

dengan hiperemesis gravidarum

tingkat 1 muka terlihat pucat, turgor

kulit berkurang. (Prawirohardjo S,

2007; h.162).

(d) Mata : untuk mengetahui adanya anemi/

hepatitis dengan menilai sclera dan

konjungtiva, pada hiperemesis

gravidarum tingkat 1 mata akan

terlihat cekung . (prawirohardjo S,

(34)

(e) Mulut : untuk mengetahui apakah terdapat

stomatitis atau tidak, jika terjadi

radang pada gusi /caries pada gusinya

bisa menjadi jalan masuk kuman.

Pada hiperemesis gravidarum tingkat

1 bibir dan lidah kering. (prawirohardjo

S, 2007; h.162).

(f) Telinga : untuk mengetahui apakah simetris dan

terdapat serumen atau tidak. (Eny,

2009 ; h. 136).

(g) Hidung : untuk mengetahui apakah terdapat

polip atau tidak. (Eny, 2009 ; h. 136).

(h) Leher : untuk mengetahui apakah terdapat

kelainan seperti terdapat pembesaran

kelenjar tyroid dan limfe atau tidak.

(Eny, 2009 ; h. 136).

(i) Dada dan axilla : untuk menilai adanya gangguan pada

pernapasan. (Eny, 2009 ; h. 136).

(j) Abdomen : untuk mengetahui bentuk abdomen,

luka bekas operasi, pembesaran

kelenjar limfe/hati dan nyeri tekan.

(Eny, 2009 ; h. 136).

(k) Genetalia : untuk mengetahui terdapat oedem,

varices, lecet, memar atau tidak. (Eny,

(35)

(l) Ekstremitas : untuk mengetahui apakah terdapat

oedem, varices dan ada reflek patella.

(Eny, 2009 ; h. 136).

d) Status Obstetrikus

Inspeksi :

(1) Dada : untuk mengetahui pembesaran mamae,

hiperpigmentasi pada areola, putting susu

menonjol, kelenjar montgomeri, dan keadaan

kolostrum sudah keluar belum.

(2) Abdomen : untuk mengetahui linea nigra, striae

gravidarum, palpasi dengan leopold untuk

menentukan posisi janin, TFU sesuai umur

kehamilan, taksiran berat janin, dan auskultasi

DJJ dalam satu menit.

(3) Genitalia : untuk memeriksa keadaan vulva dengan

menilai apakah terjadi oedem, varices, memar,

lecet atau tidak.

e) Pemeriksaan penunjang : pada hiperemesis gravidarum

penurunan relative hemoglobin dan hematokrit, penurunan relative

hemoglobin untuk melihat HB ibu ditakutkan terjadi anemia karena

(36)

B. Interpretasi data

Pada langkah ini, dilakukan identitas yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan berdasarkan interpretasi data data yang

telah dikumpulkan sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah

yang lebih spesifik (Erna, 2008 ; h. 124).

Diagnosa : Ny...G...P...A... umur....tahun kehamilan....minggu dengan

Hiperemesis gravidarum.

1). Data subyektif : ibu mengatakan mual muntah yang berlebihan dan

terus menerus, apa yang dimakan dan diminum

dimuntahkan sehingga mempengaruhi pekerjan

sehari hari karena ibu merasa lemas.

(Prawirohardjo S, 2007; h. 161).

2). Data obyaktif : ibu terlihat pucat, mata cekung, lemas, nadi

meningkat 100 kali per menit, ikterus, sianosis, dan

tekanan darah menurun.

Masalah : Masalah yang muncul akibat ibu hamil dengan

hiperemesis greavidarum adalah ibu cemas dengan

keadaan dirinya.

C. Diagnosa potensial

Hiperemesis gravidarum lanjut, jika pada penderita tidak segera di

tangani/diobati sesegera mungkin akan mengalami hiperemesis tingat

(37)

D. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi.

Kolaborasi dengan Dr Sp.OG

1. dextrose 5% dan RL 30 tetes/menit untuk rehidrasi ibu.

2. Memberikan obat anti mual vitamin B6 3 x 1, ranitidine 3 x 1,

metoclorpamid 3 x 1.

3. Bidan menganjurkan bedrest

E. Perencanaan

Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan data subjektif,objektif

dan diagnose kebidanan ibu hamil dengan hiperemesis greavidarum.

1). Obat - obatan

Sedativa yang siring diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang

dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan

seperti dramamin, ovamin pada keadaan lebih kuat diberikan

antimetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.

2) Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan

peredaran udara baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya

dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita.

Sampai muntah berhenti dan penderita mau makan, tidak diberikan

makan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja

gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3) Terapi psikologik

(38)

pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya

dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4) Cairan Parenteral

Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein

dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter

sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya

vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,

dapat diberikan pula asam amino secara intravena.

5) Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan

mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila

keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan

perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam

keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri

kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit

diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,

tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala

ireversibel pada organ vital (Prawirohardjo S, 2007; h. 279).

F. Pelaksanaan

- Memberkan KIE pada ibu tentang lemas akibat mual muntah

berlebihan.

- Menganjurkan suami untuk memotivasi dan menganjurkan memberi

(39)

- Memberikan cairan infus RL dan dextrose 5% selang seling memonitr

kelancaran infus dengan tetesan 30 tetes/menit

- Memonitor keadaan umum dan TTV

- Memberikan ibu obat anti mual pagi, siang, dan malam

- Menganjurkan ibu untuk bedrest

(Prawirohardjo S, 2007; h. 279).

G. Evaluasi

Kriteria keberhasilan :

Ibu sudah tidak mual muntah dan dapat makan dan minum seperti biasa,

ibu tidak pucat, nadi dan tekanan darah kembali normal, ibu sudah bisa

berjalan dan tidak merasa lemas. (Prawirohardjo S, 2007; h. 279).

1. Metode pendokumentasian asuhan kebidanan

a. Menurut Mufdillah (2009; h. 122). Pendokumentasian atau catatan

manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP

yang merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen

kebidanan yaitu:

S (subyektif) : keterangan yan berasal dari pasien untuk

mendapatkan diagnosa kebidanan yang

terdisi dari identitas pasien, keluhan yang

dialami pasien.

O (obyektif) : Hasil pemeriksaan yang dilakukan bidan

A (Assasment) : Kesimpulan dari data-data subyektif dan

(40)

P (Planning) : Apa yang dilakukan brdasarkan hasil

pengevaluasian dari data subyektif, obyektif,

serta analisis

b. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan

tertulis. Metode SOAP merupakan penyaringan

C. Sumber hukum

Landasan hukum kewenangan bidan

1. Peran fungsi bidan dalam asuhan kebidanan

a. Sesuai dengan peran mandiri

b. Memberi layanan dasar pada remaja

c. Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal

d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan

melibatkan keluarga

e. Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir

f. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan melibatkan

keluarga

g. Memberikan asuhan pada pasangan usia subur yang membutuhkan

pelayanan KB

2. Kompetensi bidan ke 3

3. Dalam melaksanakan prakteknya seorang bidan memberikan pelayanan

berpegang pada :

(41)

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu,

b. Pelayanan kesehatan anak, dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud Pasal 9 huf a

diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1

meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui, dan

Referensi

Dokumen terkait

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

Ikterus patologi jika ditemukan adanya kuning pada hari kedua setelah lahir, atau ditemukan pada hari ke 14 atau juga ditemukan pada bayi kurang bulan, feses berwarna pucat serta

Waktu yang tepat untuk menggunakan AKDR adalah dilakakuan pada saat Hari pertama sampai ke-7 siklus haid, setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien

a) Hipermenorea (menoragia), adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang lebih banyak dan atau lamanya lebih lama dari normal dari siklus yang teratur. b)

perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal. (lebih dari

a) Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama

kecuali, Aborsi sebagaimana dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan: Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali

Oligomenorea yaitu menstruasi terlalu jarang, dengan siklus haid yang lebih panjang dari normal, dengan interval lebih dari 35