• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN JUMLAH EOSINOFIL PADA PENDERITA ASMA DI PUSKESMAS CUKIR KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN JUMLAH EOSINOFIL PADA PENDERITA ASMA DI PUSKESMAS CUKIR KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN JUMLAH EOSINOFIL PADA PENDERITA

ASMA DI PUSKESMAS CUKIR

KARYA TULIS ILMIAH

Nita Nurdianti

15.131.0076

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

ii

GAMBARAN JUMLAH EOSINOFIL PADA PENDERITA

ASMA DI PUSKESMAS CUKIR

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan Studi Diploma III Analis Kesehatan

pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

NITA NURDIANTI

15.131.0076

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)
(4)
(5)

v

Gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma di

puskesmas cukir

Oleh : Nita Nurdianti

ABSTRAK

Asma merupakan suatu keadaan saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara dan asma dapat menimbulkan penyakit paru yang tidak menular. Asma dapat terjadi pada segala usia dengan manifestasi yang sangat bervariasi dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma di Puskesmas Cukir.

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel yang diambil yaitu penderita asma dan yang mempunyai riwayat asma di Puskesmas Cukir Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang dengan jumlah populasi 15, sampel diambil sebanyak 13 dengan teknik sampling Quota sampling dengan variabel gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma. Analisa data penelitian ini menggunakan editing, coding dan tabulating. Pemeriksaan eosinofil dengan menggunakan kamar hitung improved neubauer dan pengenceran eosin.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar dari jumlah sel eosinofil responden normal sebanyak 10 responden (77%) dan diatas nilai normal 3 responden (23%).

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang yang menunjukkan gambaran jumlah eosinofil hampir seluruhnya normal pada penderita asma. Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan analisa lebih dalam dan lebih spesifik dari tiap sel yang mengalami peningkatan dan memahami pentingnya menjaga kesehatan.

(6)

vi

THE DESCRIPTION OF THE NUMBER OF EOSINOPHILS IN

ASTHMATICS AT THE CUKIR HEALTH CENTER

By :

Nita Nurdianti ABSTRACT

Asthma is a narowing of the respiratory tract due to hiperactivity to stimuli that causes temporary inflammation and narrowing and asthma can cause non-contagious lung disease. Asthma can occur at any age with manifestations that vary widely and vary from one individual to another. The purpose of this study was to identifity the picture of eosinophils in patients with asthma at the cukir healthcenter.

In this study using descriptive method. Sampels taken were asthma sufferers and those who hhad a history of asthma at cukir health cemter in jombang subdistrict, jombang distric with a population of is, the sample teehnique with an overview of the number of eosinophilsin asthmatics. Analysis of this research data uses editing, coding and tabulating. Eosinophils exsamination using an improved neubauer conting room and eosin dilution.

Based on this study shows most of the number of normal respondent eosinophil cells as much as 77% and above the normal value of 3 respondents 37%.

Based on research conducteed at cukir public health center in jombang regency which shows the picture of eosinophil count is almost entirely normal in people with asthma. Researchers hope that this research can be used as a referene for further research so that a deeper and more specific analysis of each cell is improved and understands and the importance of maintaining health.

(7)
(8)
(9)

ix

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nita Nurdianti NIM : 15.131.0076 Jenjang : Diploma

Program Studi : Analis Kesehatan

Menyatakan bahwa naskah Karya Tulis Ilmiah ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk dari sumbernya.

Jombang, 27 Juni 2018 Saya yang menyatakan,

(10)

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 27 September 1997 dari pasangan Bapak Moch sueb dan ibu Lilik Nur Hayati. Penulis merupakan anak kedua. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah MI-Al Hidayah Tarik, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Tahun 2012 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tarik. Tahun 2015 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Tamansiswa Mojokerto. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Penulis memilih Program Studi DIII Analis Kesehatan dari empat program studi yang ada di Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Insan Cedekia Medika Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 27 Juni 2018

(11)

xi

MOTTO :

Semua yang terjadi adalah takdir, namun takdir bisa dirubah dengan

cara berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan

(12)

xii

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kepada Allah SWT karenanya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, serta saya haturkan serta salam kepada Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh kecintaan dan keikhlasan saya persembahkan karya tulis ilmiah ini untuk turut berterimakasih kepada:

1. Sujud syukur kepada Allah SWT karena-Nya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, serta saya haturkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

2. Bapak dan ibuku (Moch Sueb & Lilik Nur Hayati) yang tercinta yang senantiasa menyayangiku, menjagaku, menyemangatiku, merawatku dan mendoakanku di setiap sujud dan langkahnya.

3. Untuk kakak saya Kiki Anita Rukhi yang senantiasa menyayangiku, mendukungku, menyemangatiku dan mendoakanku selama menempuh pendidikan.

4. Kakak – kakak dan adikku yang selali memberi semangat dan masukan serta menghiburku dalam proses pengerjakan karya tulis ilmiah ini.

5. Pembimbing Ruliati, S.KM., M.Kes dan Umaysaroh, S.ST terimakasih telah mendidik dan memberi tugas karya tulis ilmiah ini serta bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga terselesaikanya karya tulis ilmiah ini . 6. Dosen-dosen Sekolah Tinggi Kesehatan Insan Cendekia Medika

Jombang dan Almamaterku, terimakasih ini sebagai persembahan atas kebersamaanya selama ini.

(13)

xiii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Karya tulis ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan gelar Diploma III Analis

Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Gambaran Jumlah Eosinofil

Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir”.

Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatau hal yang mustahil apabila penulis tidak mendapat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada H. Imam Fathoni, S.KM., M.M selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Ruliati, S.KM., M.Kes selaku pembimbing utama dan Umaysaroh, S.ST selaku pembimbing anggota serta, keluarga kecil saya yang selalu mendukung secara materil dan ketulusan

do’anya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

baik, serta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungannya. Karya tulis ilmiah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan karya tulis ilmiah ini sangat penulis harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Jombang, 27 Juni 2018

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

SURAT KEASLIAN ... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN KTI ... ix

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... viii

(15)

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah ... 4

2.2 Metode Pemeriksaan Jumlah Hitung Sel Darah ... 10

2.3 Asma ... 10

2.4 Metode Pemeriksaan Eosinofil ... 13

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

4.5 Definisi Operasional Variabel ... 18

4.6 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian ... 19

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 21

4.8 Penyajian Data ... 23

4.9 Etika Penelitian ... 24

4.10 Lembar Persetujuan ... 24

BAB V HASIL DAN PENELITIAN 5.1 Hasil ... 25

5.2 Pembahasan ... 28

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 31

6.2 Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 4.1 Definis Operasional Variabel Penelitian ... 19

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden ... 26

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama pengobatan ... 26

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan lama sakit responden ... 27

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis riwayat penyakit ... 27

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Eritrosit ... 4

Gambar 2.2 Sel darah putih ... 5

Gambar 2.3 Eosinofil ... 8

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 14

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

MBP : Major Basic Protein

EPO : Eosinofil Peroksidase

ECP : Eosinofil Cationic Protein

O2 : Oksigen

CO2 : Karbon dioksida

EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

AINS : Anti Inflamasi Non Sterois

EIA : Exercise Induced Asthma

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

NCHS : National Center for Health Statistics APC : Antigen Presenting Cells

PG : Prostaglandin LT : Leukotrien

PAF : Platelet Activating Factor TX : Tromboksin

SO2 : Sulfur Dioksida

CGRP : Calcitonin Gene-Related Peptide % : Persentase

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Informed Concent

Lampiran II Kuesioner

Lampiran III Lembar Observasional (Hasil) Lampiran IV Lembar Konsultasi

Lampiran V Lembar Konsultasi

Lampiran VI Surat Izin Penelitian dari Stikes

Lampiran VII Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan

(20)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma merupakan suatu keadaan saluran pernafasan yang mengalami penyempitan akibat hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu hingga menyebabkan peradangan dan penyampitan yang bersifat sementara dan asma dapat menyebabkan penyakit paru yang tidak menular. Penyempitan ini dikarenakan berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, udara dingin, asap, bulu binatang, dan olah raga. Serangan asma dan bronki mengalami kontraksi serta jaringan yang melapisi saluran pernafasan mengalami pembengkakan dikarenakan terjadi peradangan dan pelepasan lender yang berlebihan ke dalam saluran pernafasan. Penderita harus berusaha sekuat tenaga agar dapat bernafas hal ini di karenakan menyempitnya diameter dan saluran pernafasan (Ekarini, 2012).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011, 235 juta orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari 8% di negara-negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah. National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% lakilaki dan 9,7% perempuan.

(21)

2

Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Dan untuk provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %. Disampaikan pula bahwa prevalensi asma lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Cukir pada tanggal 05 Juni 2018, sampel penderita asma di ambil dari pasien rawat jalan di puskesmas cukir yang diperiksa menggunakan pewarnaan eosin yang berjumlah dua sampel, dan didapatkan hasil 55/mm3 (normal) dan pada saat itu pasien tidak terjadi alergi maupun asma melainkan melakukan pemeriksaan yang lain. Namun di puskesmas cukir penderita asma tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiaksona penyakit asma, karena penderita asma yang terjadi dipicu bukan karena reaksi Hipersensitifitas penyebab alergi yang biasanya diperiksa IgE dan hitung jenis leukosit. Penelitian terhadap penyakit asma akhir – akhir ini terus menerus berkembang untuk mengetahui penyebab pasti dari penyakit asma. Meskipun penyebab pasti penyakit asma masih belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor risiko umum yang menjadi pencetus terjadinya kekambuhan asma yaitu udara dingin, debu, asap rokok, stress, infeksi, kelelahan, alergi obat dan alergi makanan (Riskesdas, 2013).

(22)

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma di Puskesmas Cukir?

1.3 Tujuan

Untuk mengidentifikasi gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma di Puskesmas Cukir.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Memberikan acuan terhadap peneliti selanjutnya mengenai gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma di Puskesmas Cukir.

1.4.2 Praktis

1. Bagi peneliti yang selanjutnya

Dapat dijadikan dasar serta guna melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya tentang gambaran jumlah eosinofil pada penderita asma di Puskesmas Cukir.

2. Bagi masyarakat

(23)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Darah

2.1.1 Definisi Darah

Darah yaitu sel yang wujudnya cair terdiri atas dua macam yakni sel darah dan plasma darah. Sel darah terdapat tiga jenis yaitu leukosit dan eritrosit, trombosit. Perbandingan antara berat badan dan volume darah yaitu 12:1, kiranya kurang lebih 5 liter (Pearce, 2006).

2.1.2 Komponen Darah

1. Eritrosit

Gambar 2.1 Eritrosit (Gandasoebrata, 2013) Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir

(24)

5

dari proeritoblas sampai dengan ortokromatik eritroblas, kemudian membentuk retikulosit dan pada akhirnya membentuk eritrosit (Boedina, 1988).

2. Leukosit

Gambar 2.2. Sel Darah Putih (Gandasoebrat, 2013) Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir

Pembentukan sel darah putih yaitu di sumsum tulang dari sel-sel progenitor. Tugas dari sel-sel darah putih yaitu untuk melawan dan mengenali mikroorganism pada reaksi imun serta untuk membantu proses peradangan dan penyembuhan (Corwin, 2007).

(25)

6

sitoplasma homogen dengan inti mempunyai bentuk ginjal

atau berbentuk bulat. Ada 3 jenis leukosit granulosit, yakni

basofil eosinofil, dan; neutrofil serta 2 jenis leukosit monosit,

limfosit, dan agranuler (Effendi, 2003).

Jenis-jenis leukosit:

1. Neutrofil

Neutrofil yaitu sel darah putih yang bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula-mula bakteri dikepung, kemudian butiran-butiran yang di dalam sel segera melepaskan zat kimia yang dapat mencegah bakteri berkembang biak serta dan menghancurkannya (Segal, 2005). 2. Basofil

Basofil mempunyai diameter 12 μm, sitoplasma basofilik berisi granula yang besar sehinggainti sering tertutupi, mempunyai inti besar yang berbentuk huruf S,. Granula basofil yaitu berbentuk ireguler berwarna metakromatik. Granula basophil mensekresi histamin dan heparin. Basofil yaitu tipe leukosit paling sedikit dapat ditemukan saat pemeriksaan (Gandasoebrata, 2007).

3. Eosinofil

(26)

7

4. Monosit

Merupakan leukosit yang tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit (Bell, 2005).

5. Limfosit

Limfosit adalah leukosit yang tidak bergranula. Intiselnya hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentukan antibodi (Bell dan Rodak, 2002).

3. Trombosit

(27)

8

4. Eosinofil

Gambar 2.3. Eosinofil (Gandasoebrat, 2013) Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir

Eosinofil memiliki diameter 9 μm. Intinya eosinofil berlobus dua, mempunyai retikulum endoplasma, mempumyai apparatus golgi kurang berkembang, dan mitokondria. Kemampuan neutrofil lebih cepat daripada fagositosis eosinofil, namun kurang selektif. Ketika terjadi inflamasi, eosinofil dapat ditemukan di karena asma dan alergi (Davoine et al, 2013).

(28)

9

tubuh oleh, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini.(Davine et al, 2013).

Kemudian eosinofil melepaskan bahan yang bersifat racun yang dapat mematikan parasit serta menghancurkan sel yang tidak normal. Penyakit ini memiliki arti kondisi dimana penderita mengalami gangguan pada fungsi tubuh yang disebabkan jumlah eosinofil dalam darah yang mengalami kelebihan. Tapi sebenarnya penyakit ini lebih tepat diartikan sebagai kondisi tubuh seseorang yang berreaksi terhadap suatu penyakit, dimana jika kadar eosinofil meningkat maka akan membuat tubuh menderita semkin cepat bereaksi pertumbuhan sel abnormal atau alergan masuk ke dalam tubuh. Nilai normal eosinofil yaitu 1-3% (Davine

et al, 2013).

1. Penyebab Eosinofil

Gangguan atau kelainan yang dapat terjadi di organ jantung, secara medis dapat menjadi penyebab penyakit ini.

2. Gejala Eosinofil

Penderita dapat mengalami gejala seperti ini:

a. Berat badan yang turun karena menurunnya nafsu makan b. Mengalami demam

c. Mengalami kelelahan d. Batuk

(29)

10

2.2 Metode Untuk Pemeriksaan Jumlah Hitung Eritrosit

2.2.1 Cara Manual

Adapun cara untukmenghitung jumlah sel darah merah,sel darah putih dan trombosit dapat dilakukan dengan metoda manual dengan menggunakan mikroskop. (Wirawan dan Silman, 1996).

2.2.2 Metode Automatic

Tes hitung jumlah sel darah menggunakan alat hematoogi analyzer dengan cara automatik dikarenakan akurasinya jauh lebih baik dibandingkan degan perhitungan secara manual. Cara ini mampu meningkatkan kecepatan pemeriksaan dan ketelitian dibandingkan dengan cara manual (Writmann, 1989).

2.3 Asma

2.3.1 Pengertian Asma

Asma yaitu penyakit inflamasi kronik pada saluran napas yang dapat melibatkan sel dan elemennya, dimana terjadinya peningkatan hiperesponsif pada jalan napas yang dapat menyebabkan gejala episodik berupa mengi, dada terasa berat, sesak napas dan batuk-batuk terutama pada malam hari dan dini hari. Gejala ini berhubungan dengan adanya obstruksi jalan napas (Ekarini, 2012).

2.3.2 Patofisiologi

(30)

11

udara menjadi sangat terbatas. Hal ini menyebabkan peningkatan reaktivitas saluran nafas, tetapi dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Hipereaktivitas tersebut terjadi sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.

2.3.3 Penyebab Asma

1. Sensitisasi, adalah ndividu dengan risiko genetik dan lingkungan. Faktor pemicu antara lain alergi dalam ruangan: binatang berbulu, tungau, debu rumah (kucing, anjing, tikus), jamur, ragi dan asap rokok.

2. Inflamasi, adalah individu yang mengalami sensitisasi, tetapi belum tentu menjadi asma. Proses inflamasi yang berlangsung lama dengan adanya faktor pemacu tersebut yaitu rinovirus, ozon

dan pemakaian β2 agonis.

3. Serangan asma, merupakan individu yang terkena serangan asma secara sepontan (Depkes RI, 2009).

Faktor utama asma yaitu semua faktor pemacu ditambah dengan udara dingin, aktivitas fisik, metakolin dan histamin. Secara umum faktor utamaserangan asma yaitu :

1. Alergen

(31)

12

2. Infeksi saluran pernapasan

Infeksi pada saluran napas terutama disebabkan oleh virus. Asma yang muncul pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya sinusitis, polip hidung, sensitivitas terhadap aspirin atau obat-obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS), atau dapat juga terjadi karena mendapatkan pemicu seperti debu dan bulu binatang di tempat kerja yang mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas yang berulang. Ini disebut dengan occupational asthma yaitu asma yang disebabkan karena pekerjaan (Ikawati, 2006).

3. Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat

Olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat seperti lari cepat dan bersepeda dapat menyebabkan serangan asma exercise

(Exercise Induced Asthma/EIA) (Muttaqin, 2008). 4. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu biasanya bersifat sensitif atau alergi terhadap asien asma (Muttaqin, 2008).

5. Polusi udara

Polusi udara seperti asap rokok, udara berdebu, asap pabrik atau kendaraan. Asap pembkaran yang berbau tajam dapat mengakibatkan sesak nafas (Muttaqin, 2008).

2.3.4 Tanda dan Gejala Asma

(32)

13

asma ketika pasien berusaha memaksakan keluarnya udara. (Price & Wilson, 2006).

2.4 Metode Pemeriksaan Eosinofil

2.4.1 Metode Pipet Thoma Leukosit

(33)

14

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Pengertian Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008 : 54) menjelaskan secara teoritis secara konseptual variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian yang ingin di teliti, yakni variabel bebas dengan variabel terkait.

Keterangan : Tidak Diteliti Diteliti

(34)

15

Penjelasan :

(35)

16

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yaitu struktur konseptual yang dibutuhkan oleh peneliti guna menjalankan riset diperlukan guna mengukur, mengumpulkan, dan menganalisa data dengan koefisien (Nasir, Muhith & ldeputri 2011, h. 144). Desain penelitian ini yakni deskriptif, dikarenakan peneliti hanya ingin menggambarkan adanya eosinofil pada penderita Asma.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Metode penelitian yaitu metode atau cara yang di gunakan dalam penelitian. Dalam uraian tersebut terdapat langkah teknis serta operasional penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo 2010. h. 86).

4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan april sampai dengan bulan juli 2018.

4.2.2 Tempat Penelitian

(36)

17

4.3 Kerangka Kerja (frame work)

Kerangka kerja penelitian Gambaran Jumlah Eosinofil pada penderita Asma sebagai berikut:

Gambar 4.1. Kerangka Kerja (frame work) Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian (Arikunto 2010). Pada penelitian ini populasinya adalah 15 sampel darah vena EDTA pada penderita asma dan yang mempunyai riwayat asma.

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Pengumpulan Data Populasi

15 sampel darah vena EDTA

Sampel

13 sampel darah

(penderita asma dan yang mempunyai riwayat asma)

Desain penelitian

Deskriptif

Penyusunan Laporan Akhir Teknik Sampling

(37)

18

4.4.2 Sampel

Sampel merupakan bahan yang akan digunakan sebagai uji` Pada penelitian kali ini yang digunakan 13 sampel darah vena EDTA pada penderita asma dan yang mempunyai riwayat asma.

Kriteria :

a. Inklusi : 1. Usia 15-50 tahun 2. Perempuan 3. Penderita asma

4. Mempunyai riwayat asma b. eksklusi : Penderita asma

4.4.3 Teknik Sampling

Volume sampling merupakan ukuran dari sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi (Diehl, 1992). Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Quota sampling yaitu teknik untuk mendapatkan sampel yang mempunyai ciri-ciri riwayat asma dari populasi tertentu sampai jumlah yang diinginkan (Margono, 2004).

4.5 Devinisi Opeerasional Variabel

4.5.1 Variabel

(38)

19

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan batasan pengukuran variabel atau pengumpulan data. Di samping variabel harus didefinisi operasionalkan juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran, hasil ukur, serta skala pengukuran yang digunakan (Notomodjo, 2010).

Definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat digambarkan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Definisi operasional variabel pemeriksaan darah pada penderita asma

Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Parameter kategori Pemeriksaan

4.6 Instrumen Penelitian Dan Cara Penelitian

4.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2010).

(39)

20

b. Kamar hitung Improved Neubauer c. Cover glass

a. Larutan Eosin, ysng mengandung : 1. Larutan Eosin 2% 5ml 2. Aceton 5ml 3. Aquadest add 100ml b. Darah Vena dengan Antikoagulan (EDTA) c. Alkohol 70%

4.6.2 Prosedur Penelitian

1. Tahap pemeriksan sampel a. Menyiapkan alat dan bahan b. Mengisi pipet Thoma Leukosit :

1. Memipet darah sampai tanda garis 1,0 tepat.

2. Menghapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet. 3. Memasukkan pipet dalam Larutan Eosinofil. Pipet dipegang

pada sudut 450 dan larutan eosinofil dihisap perlahan-lahan sampai tanda 11.

4. Mengangkat pipet dari larutan Eosinofil, menutup ujung pipet menggunakan jari. Kemudian lepskan karet penghisap. 5. Mengocok selama 15-30 detik.

c. Mengisi kamar hitung

(40)

21

2. Mengocok pipet selama 3 menit, menjaga jangan sampai ada cairan terbuang.

3. Membuang 3-4 tetes cairan dalam pipet.

4. Membiarkan kamar hitung selama 2-3 menit agar eosinofil dapat mengendap.

d. Menghitung jumlah sel

1. Memakai lensa obyektif, dengan menggunakan perbesaran 10x. Menurunkan lensa kondensor penuh dan tutup diafragma penuh.

2. Menghitung semua eosinofil yang terdapat dalam 9 bidang besar

3. Memulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah, dan dari kanan ke kiri, lalu turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada seluruh bidang besar.

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah satu langkah untuk memperoleh penyajian dari hasil data sebagai hasil yang berarti data kesimpulan yang baik (Notoatmodjo,2010). Setelah terkumpulnya data maka dilakukan pengolahan data melalui Editing, Coding, Dan Tabulating. a. Editing

(41)

22

yang digunakan yaitu memeriksa Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir.

b. Coding

Kegiatan mengubah data mejadi bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmojo, 2010). Kode yang diberikan oleh peneliti yaitu :

(42)

23

(43)

24

4.9 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah kebiasaan dan peraturan untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti dengan pihak yang diteliti dan juga masyarakat yang dapat memperoleh dampak hasil peneliti tersebut (Notoatmodjo, 2010 hal, 202).

4.9.1 Anonimity (Tanpa Nama)

Responden hanya menulis nomor responden atau inisial untuk

menjamin kerahasiaan identitas.

4.9.2 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan yang didapatkan dari responden akan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, dan hasil peneliti hanya ditampilkan pada forum akademis.

4.10 Lembar persetujuan

(44)

25

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

5.1.1 Profil Puskesmas Cukir Jombang

(45)

26

5.1.2Data Umum

1. Berdasarkan Usia Responden

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang, bulan juli 2018.

No Usia Frekuensi Presentasi (%)

1. 15-50 tahun 11 84,7 2. >50 tahun 2 15,3

Total 13 100

Sumber: Data primer yang didapatkan pada tahun 2018

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 15-50 tahun sebanyak 11 responden (84,7%), sedangkan responden yang berusia lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 2 responden (15,3%).

2. Berdasarkan Lama Pengobatan Responden

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan lama pengobatan responden di Puskismas Cukir Kabupaten Jombang, bulan juli 2018.

Sumber: Data primer yang didapatkan pada tahun 2018

(46)

27

3. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Sakit

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan lama sakit responden, bulan juli 2018.

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kurang dari 1 tahun responden berdasarkan lama sakit yaitu sebanyak 9 responden (69,2%), dan responden berdasarkan lama sakit lebih dari 1 tahun sebanyak 4 responden (30,8%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Penderita Asma

dan Mempunyai Riwayat Asma

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan penderita asma dan mempunyai riwayat asma di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang, bulan juli 2018.

No Jenis Riwayat penyakit Frekuensi Persentase (%)

1. penderita asma 5 38,5 2 . riwayat asma 8 61,5

Total 13 100

Sumber: Data primer yang didapatkan pada tahun 2018

(47)

28

5.1.3 Data Khusus

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi Jumlah sel eosinofil pada penderita asma di Puskesmas Cukir Jombang, bulan juli 2018.

No Jumlah Eosinofi Frekuensi Persentase (%)

Sumber : Data primer yang didapatkan pada tahun 2018

Dari tabel 5.5 dapat diketahui sebagian besar dari jumlah sel eosinofil responden normal sebanyak 10 responden (77%) dan diatas nilai normal 3 responden (23%).

5.2 Pembahasan

(48)

29

eosinofil di atas nilai normal sebanyak 22,22%, dan jumlah pasien asma dengan eosinofil normal sebanyak (77,78%).

Berdasarkan DataTabel 5.1 responden yang telah diperiksa di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang menunjukan bahwa responden berusia 15-50 tahun yaitu sebanyak 11 responden (84,7%), Sebagian dari responden berusia >50 tahun yaitu sebanyak 2 responden (15,3%). Hasil menunjukan bahwa responden yang mengalami penderita asma dan yang mempunyai riwayaat asma yang berusia 15-50 tahun merupakan responden terbanyak, dikarenakan pada usia dewasa perubahan struktur pernapasan dimulai dan sering bertambahnya usia elastisitas dinding dada, elastisitas alveoli, dan kapasitas paru mengalami penurunan serta akan terjadinya penebalan kelenjar bronchial.

Berdasarkan Data Tabel 5.2 lama pengobatan yang periksa di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dari 13 responden didapatkan sebagian besar berobat di Puskesmas Cukir lebih dari 2 bulan sebanyak 9 responden (69,2%) dan kurand dari 2 bulan sebanyak 4 (30,8%). Karena serangan asma kurang dari 2 bulan umumnya lebih sering terjadi. Biasanya, saluran udara yang menyempit akan terbuka dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan asma lebih dari 2 bulan ketika saluran napas mengalami penyempit lebih lama akan memerlukan bantuan medis segera. Cara mencegah terjadinya serangan parah dengan menjaga asma di bawah kontrol yang lebih baik. Lamanya pengobatan biasanya serangan asma dapat meningkat secara cepat, sehingga sangat penting untuk mengobati secepat mungkin.

(49)

30

sebanyak 4 responden (30,8%) dan kurang dari satu tahun sebanyak 9 responden (69,2%). Serangan berat adalah ketika saluran napas menyempit lebih lama dan memerlukan bantuan medis segera. Cara mencegah serangan parah adalah dengan menjaga asma di bawah kontrol yang lebih baik. Menurut medis asma tidak dapat sembuh total, tapi bisa dikontrol. Dengan demikian maka penderita asma tidak akan menunjukan gejala, mampu bekerja atau bermain tanpa terbatasi. Penggunaan obat dapat di minimalisir, tidak pernah serangan berat, dan tidak ada kelainan.

Berdasarkan Data Tabel 5.4 dapat diketahui berdasarkan penderita asma dan mempunyai riwayat asma di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang sebagian besar dari responden yang mempunyai riwayat asma sebanyak 8 responden (61,5%) dan penderita asma 5 responden (38,5%). Menurut peneliti jika sesorang dalam kondisi sakit maupun yang memiliki riwayat penyakit akan dapat mempertinggi resiko terpapar asap kendaraan yang masuk ke dalam tubuh dikarena dalam keadaan sakit atau mempunyai riwayat penyakit juga berakibat dengan sistem kekebalan tubuh. Selain itu nilai kesehatan dari segi olahraga/kegiatan jasmani yang berat juga berdampak terkena serangan asma karena exercise (Exercise Induced Asthma/EIA) terjadi segera setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat. Bersepeda dan lari cepat merupakan dua jenis kegiatan yang mudah menimbulkan serangan asma.

(50)

31

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang menunjukkan gambaran jumlah eosinofil hampir seluruhnya normal pada penderita asma.

6.2 Saran

1. Responden

Diharapkan pada penderita asma dan yang mempunyai riwayat asmatetap melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara teratur untuk mencegah terjadinya asma/alergi.

2. Analis Kesehatan

Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat melakukan pemeriksaan darah lengkap terutama pada hitung jumlah eosinofil pada penderita asma.

3. Peneliti Selanjutnya

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, & Rodak. 2002. Hematology: Clinicial Prnciples And Aplications. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Biomed, Cdan, L. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan: Edisi 2, World Health Organization.

Boedina,S, K. 1988. Pengantar Hematologi dan Imunohematologi. PB Fkui. Jakarta.

Candrawati, S., Ernawati, D, A. 2008. Jumlah Eosinofil Darah Tepi dan Mukosa Hidung Pada Penderita Rhinitis Alergi Di RS Dr Muwardi Surakarta. Jurnal Keperawatan Soedirman Vol 3 No 3. Universitas Jendral Soediran. Purwokerto.

Corwin, E, J. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Corwin, E, J. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Edidi Ke-3. Jakarta : EGC. Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam

Tubuh. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Ekarini, N, P. 2012. Analisis Faktor-faktor Pemicu Dominan Terjadinya Serangan Asma pada Pasien Asma. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : EGC Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : EGC Handayani, W, & Hariwibowo, AS. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika : Jakarta.

Ikawati, Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Bursa Ilmu. Yogyakarta.

Koeswardani, R., Boentoro, R., Budiman D. 2001. Flow Cytometry dan Aplikasi Alat Hitung Sel Darah Otomatik Technicon H-1 dan H-3 Medika. H 254.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Medison, I., Manurung, D, N., dan Ellyza Nasrul. 2013. Gambaran Jumlah

(52)

Mengko R,. 2013. Instrumen Laboratorium Klinik. ITB : Bandung.

Muttaqin, Arif. 20008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Salemba Medika. Jakarta.

Naryana S,. 2000. The Preanalitic Phase:an Important Component of Laboratory Medicine Am J Clin Pathol;113 : 429-52.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2013. Konsep dan Peneapan Metodologi Penelitian. Salemba Medika. Jakarta.

Price, & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2013.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal Medika. Yogyakarta.

Sacher, R, A,. Richard, A,.2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC.

Sadikin, Muhammad. 2002. Biiokimia Darah. Widya Medika. Jakarta.

Segal, A,. 2005. How Neutrophils Kill Microbes. Annual Review of Immunology .

Smeltzer, & Bare. 2002. Dalam Padila. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam: Nuha Medika. Yogyakarta.

Swarjana Ketut I. 2016. Statistik Kesehatan. Andi Offset. Jakarta.

Tajudin, S, R., Fachri, M. 2017. Hubungan Nilai Eosinofil Darah Tepi Dengan Gejala Asma pada Pasien Asma Stabil. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13 No 2. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta.

WHO, 2011. 10 Facts on Asthma. Diakses pada 1 April 2018. WHO, 2013. WHO : Scope Asthma. Diakses pada 1 April 2018.

Wirawan, R,. Erwin, Sillman,. 1996. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Sederhana. Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Wirawan, R. 2004. Kualitas Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

(53)

Lampiran I

INFORMED CONCENT

Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian:

Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mr. Q Umur/tanggal lahir : 36 tahun Alamat : Cukir

Menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Nita Nurdianti, mahasiswa semester VI B dari Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang. Demikian pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Jombang,27 Juni 2018 Peneliti Pendamping peneliti

(Nita Nurdianti ) (Dedy Sam Sanjaya, Amd.,AK)

Responden

(54)

Lampiran II

LEMBAR KUESIONER

1. IDENTITAS RESPONDEN

No. Responden : 3 Nama : Mr. Q Umur : 36 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Cukir

2. DATA UMUM :

Usia : 1. 15-50 Tahun 2. >50 Tahun

Lama Pengobatan : 1. <2 Bulan 3. >2 Bulan

Lama Sakit : 1. <1 Tahun 2. >1 Tahun

(55)

Lampiran III

LEMBAR OBSERVASIONAL (HASIL)

Tanggal Penelitian : 02 Juli – 07 Juli 2018 Tempat Penelitian : Laboratorium Jombang

(56)

Lampiran IV

(57)
(58)

Lampiran V

(59)
(60)
(61)
(62)

Lampiram IX

1. Alat dan Bahan

a.

b.

(63)

d.

(64)

Lampiran X

1.

2.

Gambar

Gambar 2.1 Eritrosit (Gandasoebrata, 2013) Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir
Gambar 2.2. Sel Darah Putih (Gandasoebrat, 2013) Gambaran Jumlah
Gambar 2.3. Eosinofil (Gandasoebrat, 2013) Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Penderita Asma Di Puskesmas Cukir
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada skor selisih jumlah eosinofil dan selisih jumlah neutrofil antara kelompok

Pemeriksaan trigliserida pada ibu hamil sebagai skrining preeklampsia di Puskesmas Cukir Jombang didapatkan hasil sebagian besar dari responden kadar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang, Jawa Timur bisa disimpulkan bahwa sebagian besar penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program Studi D3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Maospati, Kabupaten Magetan pada lansia yang melakukan pemeriksaan asam urat pada bulan Januari sampai Maret 2020

Populasi Pada Penelitian ini adalah Semua Penderita Tuberkulosis Paru Di RSUD M.Natsir Solok dengan jumlah Sampel sebanyak 30 orang pasien Tuberkulosis Paru yang melakukan pemeriksaan

Penurunan kadar hemoglobin dari normal disebut anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darah < 11,0 gr/dl pada trimester I dan III, dan < 10,5 gr/dl pada

Pada penderita leukemia sel darah merah mengalami gangguan atau produksinya di dalam tubuh, karena sumsum tulang memproduksi sel darah yang abnormal, tidak dapat berfungsi dengan baik,