ANALISIS STRATEGI DINAS PETERNAKAN DAN
PERIKANAN KABUPATEN BOGOR DALAM
MENGEMBANGKAN SISTEM AGRIBISNIS
IKAN HIAS AIR TAWAR DI
KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN BOGOR
Randi Andika H34060995
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010ANALYSIS OF BOGOR DISTRICT ANIMAL HUSBANDRY
AND FISHERY SERVICE STRATEGY IN DEVELOPING
AGRIBUSINESS SYSTEM OF FRESHWATER
ORNAMENTAL FISH IN REGENCY CIBINONG
BOGOR DISTRICT
Randi Andika1) 1)
Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34060995, Semester 8
ABSTRACT
Indonesia is an agrarian and maritime country. This is because Indonesia has a variety of agricultural and fisheries diversity. One commodity of fisheries that has the potential yield commodities is a freshwater ornamental fish. One of the provinces which became centers of freshwater ornamental fish producers are West Java Province. Bogor Regency is one of regencies in West Java Province who launched the freshwater ornamental fish as one of the leading fishery commodity in the One Village One Product Program (OVOP). However, there are many problems between the freshwater ornamental fish business units in the District of Cibinong. One way to solve this problem is to develop agribusiness paradigm. With the increased role of local governments through a system of regional autonomy, the Animal Husbandry and Fishery Service (Disnakkan) have a role and responsibility to solve these problems. Disnakkan requires a strategy that was formulated based on internal factors and external factors. This study aimed to identify factors internal and external and chose the right strategy to Disnakkan in developing agribusiness system of freshwater ornamental fish in Cibinong District. This study uses analysis of internal and external condition for analyzing the internal factors and external. SWOT Analysis is used to generate alternatives strategies.
Keywords : Agribusiness Paradigm, Cibinong District, Disnakkan, internal and external condition analysis, and SWOT matrix
ii
RINGKASAN
RANDI ANDIKA. H34060995. 2010. Analisis Strategi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam Mengembangkan Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan BAYU KRISNAMURTHI).
Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki Potensi di bidang perikanan. Salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia adalah ikan hias air tawar. Salah satu provinsi yang menjadi penghasil ikan hias air tawar adalah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mencanangkan ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan dalam program One Village One
Product (OVOP). Kecamatan Cibinong adalah salah satu kecamatan di
Kabupaten Bogor yang dicanangkan dalam program OVOP tersebut sebagai daerah sentra produksi ikan hias air tawar. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) berperan untuk membantu, memfasilitasi dan turut mengembangkan komoditas ikan hias air tawar tersebut untuk menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Cibinong. Berbagai permasalahan yang dihadapi untuk mengembangkan ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong perlu diselesaikan dengan menggunakan paradigma sistem agribisnis agar seluruh stakeholders ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong dapat merasakan peningkatan kesejahteraan. Tujuan peningkatan kesejahteraan ini mendorong Disnakkan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, dan (2) merumuskan dan menetapkan alternatif-alternatif strategi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Penelitian ini dilaksanakan di Disnakkan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong. Proses pengumpulan data dilaksanakan selama bulan April hingga Juni 2010. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang yang dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dalam penelitian ini meliputi analisis kondisi faktor strategis internal dan eksternal, dilanjutkan dengan analisis matriks Strengths, Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT).
Dari hasil analisis kondisi internal, faktor Anggaran program pengembangan ikan hias air tawar Disnakkan menjadi kekuatan yang berpengaruh paling signifikan, sedangkan faktor kondisi sarana dan prasarana Disnakkan menjadi faktor kelemahan yang berpengaruh signifikan.
Hasil analisis kondisi eksternal, faktor saluran dan sarana pemasaran menjadi faktor peluang yang berpengaruh signifikan, sedangkan faktor
iii
keterbatasan anggaran program GMM Kabupaten Bogor menjadi faktor ancaman yang berpengaruh signifikan.
Analisis matriks SWOT memberikan beberapa alternatif strategi untuk Disnakkan, seperti : (1) meningkatkan program dan kegiatan fasilitas kemitraan usaha ikan hias air tawar, (2) memfasilitasi penguatan kelembagaan (kelompok tani dan Himbudias) usahatani ikan hias air tawar, (3) meningkatkan program dan kegiatan promosi ikan hias air tawar, (4) meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM atau kepegawaian Disnakkan, (5) meningkatkan kegiatan penyuluhan dan bimbingan usahatani, dan (6) meningkatkan kinerja fasilitas Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan akses permodalan dan informasi.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini bagi Disnakkan adalah agar Disnakkan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap kesesuaian program dan kegiatan yang dilakukan dengan kondisi keanekaragaman yang ada di setiap kelompok tani dan Himbudias di Kecamatan Cibinong. Selain itu, Disnakkan juga perlu untuk mengkaji berbagai strategi yang telah dilakukan untuk kemudian disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal maupun internal Disnakkan.
iv
ANALISIS STRATEGI DINAS PETERNAKAN DAN
PERIKANAN KABUPATEN BOGOR DALAM
MENGEMBANGKAN SISTEM AGRIBISNIS
IKAN HIAS AIR TAWAR DI
KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN BOGOR
RANDI ANDIKA H34060995
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010v
Judul Skripsi : Analisis Strategi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Dalam Mengembangkan Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor
Nama : Randi Andika NIM : H34060995
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS
NIP. 19641018.198903.1.001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908.198403.1.002
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam Mengembangkan Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Randi Andika
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juli 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Wawan Setiawan dan Ibunda Neneh Mukraesih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Ciluar 1 Bogor pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 8 Kota Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Kota Bogor diselesaikan pada tahun 2006.
Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Sharia Economic
Student Club (SES-C) IPB pada tahun 2007-2008 dan Ketua Divisi Riset SES-C
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Dalam Mengembangkan Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal dan internal serta merumuskan dan menetapkan prioritas strategi bagi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,Agustus 2010 Randi Andika
ix
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
2. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Drs. Iman Firmansyah, MSi selaku dosen pembimbing akademik penulis. 5. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.
6. Bapak drh. Soetrisno, MM selaku Kepala Disnakkan Kabupaten Bogor, serta kepada Bapak Wawan Setiawan dan Ibu Nina Trisnaningsih sebagai Kabid Bina Usaha dan Kabid Produksi Perikanan serta kepada Bapak Deden Sukmaaji, Ibu Yeni Andriani, Bapak Dede Baharudin, Ibu Elis Risyani, dan Ibu Meity Sugiharti Hadiningrum yang telah memberikan bantuan dan arahannya dalam penelitian ini.
7. Pihak Kecamatan Cibinong yang diwakili oleh Bapak Encep Wahyu K, BE sebagai Kasi Perekonomian Kecamatan Cibinong serta pihak Bappeda Kabupaten Bogor yang diwakili oleh Bapak Endi Rohendi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuannya.
8. Pihak Raiser Cibinong yang diwakili oleh Bapak Asep dan Bapak Akri yang telah memberikan bantuan dan penjelasan mengenai peran Riser.
9. Bapak Achmad Kusumayadi sebagai Ketua Himbudias Kecamatan Cibinong yang telah memberikan arahan, bimbingan, didikan, dan pengalaman selama
x
peneliti melakukan Gladikarya dan Penelitiannya serta kepada seluruh anggota kelompok tani Mina Kencana.
10. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik.
11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Agustus 2010 Randi Andika
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 10 1.3. Tujuan ... 12 1.4. Manfaat ... 12 1.5. Ruang Lingkup ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1. Deskripsi Ikan Hias ... 14
2.2. Usaha dan Budidaya Ikan Hias ... 15
2.3. Aspek Agribisnis Sebagai Sistem dan Paradigma Pembangunan Pertanian ... 18
2.4. Konsep Otonomi Daerah dan Kedudukan Dinas ... 21
2.5. Aspek Manajemen Strategi... 23
2.6. Penelitian Terdahulu ... 25
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 28
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 28
3.1.1. Konsep Sistem Agribisnis ... 28
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal ... 31
3.1.3. Konsep Perumusan Strategi ... 32
3.1.3.1. Tahap Input ... 33
3.1.3.2. Tahap Pencocokan ... 33
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35
IV. METODE PENELITIAN ... 38
4.1. Lokasi dan Waktu ... 38
4.2. Metode Pengambilan Sampel ... 38
4.3. Metode Pengumpulan Data ... 39
4.4. Metode Pengolahan Data ... 40
4.5. Tahap Perumusan Strategi ... 40
4.6. Definisi Operasional ... 44
V. GAMBARAN UMUM ... 47
5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong ... 47
5.1.1. Letak Geografis ... 47
5.1.2. Sumber Daya Alam ... 48
5.1.3. Sumber Daya Manusia ... 49
xii
5.1.5. Potensi Pertanian ... 51
5.1.6. Potensi Perikanan ... 52
5.2. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor ... 58
5.2.1. Dasar Pembentukan ... 58
5.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 59
5.2.3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Kebijakan ... 59
5.2.4. Struktur Organisasi ... 63
5.2.5. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 66
5.2.6. Sarana dan Prasarana ... 66
5.2.7. Program dan Anggaran ... 67
VI. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL ... 72
6.1. Faktor Strategis Internal ... 72
6.1.1. Faktor Kekuatan ... 72
6.1.2. Faktor Kelemahan ... 80
6.2. Faktor Strategis Eksternal... 84
6.2.1. Faktor Peluang ... 84
6.2.2. Faktor Ancaman ... 98
VII. FORMULASI STRATEGI ... 106
7.1. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal ... 106
7.1.1. Analisis Kondisi Internal ... 106
7.1.1.1. Faktor-Faktor Kekuatan ... 107
7.1.1.2. Faktor-Faktor Kelemahan ... 108
7.1.2. Analisis Kondisi Eksternal ... 108
7.1.2.1. Faktor-Faktor Peluang ... 110
7.1.2.2. Faktor-Faktor Ancaman ... 111
7.2. Analisis Matriks SWOT ... 112
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 118
8.1. Kesimpulan ... 118
8.2. Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 121
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2010*** (Milyar Rupiah) ... 1
2. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama Tahun 2005-2008 (Dalam US$) ... 4
3. Pencapaian Produksi Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009 ... 6
4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Disnakkan ... 42
5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Disnakkan ... 42
6. Matriks SWOT ... 44
7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong ... 47
8. Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Kecamatan Cibinong Tahun 2008 ... 49
9. Potensi Pertanian di Kecamatan Cibinong Tahun 2008 ... 52
10. Jumlah Rumah Tangga (RTP), Luas Areal, dan Produksi Berdasarkan Jenis Usaha Perikanan yang Diusahakan di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 ... 52
11. Jumlah Produksi Setiap Komoditas Ikan Konsumsi di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 ... 53
12. Produksi Ikan Hias Air Tawar yang Dibudidayakan di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 ... 54
13. Sasaran-Sasaran dan Indikator Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013 ... 62
14. Analisis Kondisi Internal ... 107
15. Analisis Kondisi Eksternal ... 109
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor
Tahun 2002-2009 ... 5
2. Kegiatan Produksi Akuakultur On Farm ... 17
3. Sistem Agribisnis ... 29
4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 37
5. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor ... 65
6. Saluran Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 ... 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jenis-Jenis Ikan Hias Air Tawar Unggulan Indonesia ... 125
2. Daftar Nama Pejabat Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun 2009 ... 127 3. Produksi, Luas Areal, dan Jumlah RTP Ikan Hias di Kabupaten
Bogor Tahun 2009 ... 129 4. Program dan Kegiatan Disnakkan Tahun 2009 ... 130 5. Daftar Inventaris Tanah Milik Disnakkan Kabupaten Bogor... 133 6. Daftar Inventaris Gedung dan Bangunan Milik Disnakkan
Kabupaten Bogor ... 134 7. Kuesioner Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal ... 137
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia telah dikenal sebagai negara maritim dan agraris. Indonesia disebut negara maritim karena lautan mendominasi wilayah negara Indonesia. Lautan tersebut memberikan sumber daya yang melimpah untuk kesejahteraan masyarakatnya. Sumber daya yang melimpah ini tidak hanya berasal dari lautan saja, akan tetapi di daratan pun Indonesia memiliki sumber daya yang tak kalah potensialnya. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia juga disebut sebagai negara agraris. Daratan tersebut tersebar di sekitar 17.508 buah pulau yang terkenal akan kesuburan tanahnya yang cocok untuk kegiatan bercocok tanam (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).
Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2010*** (Milyar Rupiah) No Lapangan Usaha 2007 2008* 2009** 2010***(Q1)
1
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan 541.592 713.291 858.252 239,387 2 Pertambangan dan Penggalian 440.610 543.364 591.532 168.103 3 Industri Pengolahan 1.068.654 1.380.736 1.480.905 380.957 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 34.724 40.847 46.823 11.710
5 Konstruksi 304.997 419.322 554.982 150.429
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 592.304 692.119 750.605 207.982 7 Pengangkutan dan Komunikasi 264.263 312.454 352.407 93.392 8 Keuangan, Real Estate, dan Jasa 305.214 368.130 404.116 107.600
9 Jasa-jasa 398.197 483.771 573.819 139.164
Produk Domestik Bruto 3.950.893 4.954.029 5.613.442 1.498.723 Produk Domestik Bruto Tanpa
Migas 3.534.407 4.426.385 5.146.512 1.375.234 Keterangan : *Angka Sementara,** Angka Sangat Sementara dan ***Angka Sangat
Sangat Sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 (diolah)
Potensi sumber daya yang dipaparkan tersebut menyediakan bahan pemikiran bagi kita bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor penggerak roda perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor perikanan yang tergabung bersama sektor
2 pertanian, peternakan, dan kehutanan yang menduduki posisi ketiga terbesar. Sumbangan PDB untuk masing-masing sektor lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan tahun 2007 hanya menempati posisi ketiga sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) di bawah sektor industri pengolahan dan sektor Perdagangan, hotel, dan restoran. Namun, apabila digunakan analisis sektor agribisnis yang memperhitungkan industri pengolahan dan sistem tataniaga, maka sektor pertanian secara luas merupakan penyumbang utama PDB. Di sisi yang lain, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menempati posisi sebagai penyumbang PDB terbesar kedua dalam perhitungan sementara pada tahun 2008 hingga triwulan pertama tahun 2010.
Apabila sektor pertanian tersebut dibagi menjadi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan, serta subsektor perikanan, maka posisi subsektor perikanan sendiri menempati posisi kedua setelah tanaman bahan makanan sebagai penyumbang PDB terbesar dari tahun 2007 hingga triwulan pertama tahun 2010 (angka sangat sangat sementara) dari sektor lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Tercatat bahwa dari tahun 2007 hingga angka sangat sangat sementara tahun 2010 sektor perikanan menyumbang pendapatan sebesar Rp 97.697 ; 109.008 ; 177.774 dan 46.445 milyar Dengan demikian, sektor perikanan merupakan sektor yang sangat penting untuk menggerakkan roda perekonomian nasional.
Salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan adalah ikan hias. Indonesia merupakan negara dengan potensi ikan hias yang besar. Ikan hias dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ikan hias air laut dan air tawar. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi untuk spesies ikan hias air laut dan air tawar. Ikan hias air laut yang dimiliki oleh Indonesia sekitar 650 spesies dan spesies yang sudah diperdagangkan sekitar 200 spesies dari 480 spesies yang telah diidentifikasi. Jenis-jenis ikan hias air laut Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional, seperti: Clown Fish (Amphiprion ocellaris) dan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni). Indonesia mempunyai ikan hias air
3 laut dengan pangsa pasarnya di dunia internasional sebesar 20 persen, dimana 95 persen merupakan hasil tangkapan dan baru lima persen sisanya merupakan hasil budidaya masyarakat1
Di lain pihak, jumlah spesies ikan hias air tawar Indonesia diperkirakan sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di seluruh dunia. Komoditas ikan hias asal Indonesia yang menjadi unggulan, antara lain : Arwana (Schleropages formosus sp) terutama spesies Super Red Arwana dan spesies Red Banjar, Botia (Botia macrachanta sp), serta Cupang (Beta splendens). Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan ikan hias air tawar, Indonesia telah berhasil melakukan domestikasi terhadap ikan hias asal negara lain seperti Koi (Cyrpinus carpio), Maskoki (Carrasius auratus), Discuss (Symphysodon
discus), dan Guppy (Poecilia reticulata)2. Spesies-spesies ikan hias air tawar
tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1
Keanekaragaman ikan hias ini disebabkan oleh posisi geografis Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa sehingga Indonesia berada dalam wilayah iklim tropis. Iklim tropis menyebabkan lingkungan perairan kaya akan sinar matahari yang menjadi sumber energi utama bagi tanaman air dan plankton yang menjadi pakan utama ikan hias. Selain itu, lingkungan yang nyaman dan sesuai menyebabkan keanekaragaman ikan hias menjadi semakin tinggi. Keadaan ini ditambah dengan kenyataan bahwa Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu mencapai 95.181 kilometer. Garis pantai yang panjang ini menyediakan ruang bagi nelayan untuk memanfaatkan sumber daya perairannya (ikan tambak dan tangkap untuk konsumsi dan ikan hias). Suatu hal yang pantas bila Indonesia dijuluki sebagai surga ikan hias3.
Dalam perdagangan ikan hias global, Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 7,5 persen, sedangkan Singapura telah mencapai 22,8 persen. Padahal, sekitar 90 persen dari kebutuhan ikan hias Singapura berasal dari Indonesia. Secara tersirat sebenarnya Indonesia lah yang menjadi negara penghasil ikan hias terbesar di dunia yaitu mencapai hampir 30 persen dari total ekspor ikan hias
1 Soen’an H. Purnomo. 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias.
http://www.indonesia.go.id/id/index.php. [ 5 Februari 2010]
2
Loc.cit
4 dunia. Sedangkan negara importir terbesar ikan hias pada tahun 2004 berturut-turut adalah Amerika Serikat (25,3 persen), Jepang (11,6 persen) dan Jerman (9,2 persen)4. Ikan hias air tawar masih mendominasi nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2005. Nilai ekspor ikan hias air tawar mencapai 53,56 persen dari total ekspor ikan hias di tahun 2005. Sedangkan untuk volume ekspor ikan hias, persentase ikan hias air laut masih menjadi yang tertinggi yaitu mencapai 84,33 persen dari total ekspor ikan hias pada tahun 2005.
Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama Tahun 2005-2008 (Dalam US$)
Komoditas Tahun
2005 2006 2007 2008
Benih ikan
hias 524.173 541.483 870 643
Ikan hias laut 6.377.644 5.619.036 5.388.484 5.429.687
Ikan hias air
tawar 7.484.913 3.272.994 1.917.161 2.852.226
Tanaman Air 3.082.608 4.403.489 1.206.146 598
Total 17.469.338 13.837.002 9.381.505 9.524.040
Sumber : Raiser Ikan Hias, 2010
Tabel 2 menunjukkan nilai dan kenaikan ekspor ikan hias air tawar dari tahun 2005 hingga tahun 2007 mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komoditas utama sektor perikanan yang lain. Hal ini dikarenakan permintaan yang menurun pada rentang waktu tersebut. Sedangkan untuk tahun 2007 hingga 2008 mengalami kenaikan. maka komoditas ikan hias harus segara menjadi perhatian bagi pemerintah untuk dikembangkan kembali.
Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra penghasil ikan hias di Indonesia telah mengekspor ikan hias ke beberapa negara. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain Jepang, Perancis, Jerman, Denmark, Benua Afrika, Belanda, Arab Saudi, Singapura, Belgia, Korea, dan Filipina. Total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai US$ 58.318,65. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan di tahun 2007 yang mencapai US$ 319.506,8.
4 Soen’an H. Purnomo. 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias.
5 Jepang dan Jerman merupakan dua negara terbesar pengimpor ikan hias yang berasal dari Jawa Barat antara tahun 2006 hinga 2007 dengan persentase untuk masing-masing negara tersebut mencapai 87,11 persen dan 8,3 persen (Deperindag, 2009).
Salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mengembangkan komoditas perikanan air tawar terutama ikan hias adalah Kabupaten Bogor. Menurut Disnakkan (2010), Kabupaten Bogor menyumbang sekitar 70 persen dari total produksi ikan hias air tawar Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak di wilayah Jawa Barat bagian tengah. Hal ini mengakibatkan Kabupaten Bogor tidak berbatasan secara langsung dengan wilayah lautan sehingga sektor perikanan yang berkembang di kabupaten ini adalah perikanan air tawar. 56,382 60,438 66,152 72,524 75,382.6778,288 84,517 104,603.55 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 TAHUN J U M L A H P R O D U K S I (R E )
Ikan Hias (RE)
Gambar 1. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor
Tahun 2002-2009
Keterangan : RE (Ribu Ekor)
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Gambar 1 memperlihatkan bahwa perkembangan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor mengalami tren positif dari tahun 2002 hingga tahun 2009. Pada tahun 2002, produksi ikan hias baru mencapai 56.382 ribu ekor. Sedangkan pada tahun 2008, produksi ikan hias mencapai 84.517 ribu ekor. Hal ini berarti terjadi peningkatan produksi ikan hias tahun 2008 hampir 50 persen dari tahun 2002. Pada tahun 2009, produksi ikan hias di Kabupaten Bogor telah mencapai 104.603,55 ribu ekor atau naik sebesar 23,77 persen dari pencapaian di tahun
6 sebelumnya. Peningkatan ini menandakan bahwa ikan hias telah menjadi komoditas perikanan yang cukup strategis bagi perekonomian Kabupaten Bogor.
Tabel 3. Pencapaian Produksi Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009
No. Jenis Produksi Target Realisasi Pencapaian 2009 2009 Target (%) 1 Ikan Konsumsi (Ton) 27.596,02 28.742,72 104,16 2 Ikan Hias (Ribu Ekor) 87.052,50 104.603,55 120,161 3 Pembenihan (Ribu Ekor) 819.060,00 847.112,06 103,425
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Tabel 3 memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian produksi ikan hias Kabupaten Bogor dibandingkan dengan target yang hendak dicapai. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa produksi ikan hias pada tahun 2009 yang mencapai 104.603,55 ribu ekor telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 87.052,5 ribu ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan hias telah menjadi komoditas perikanan dengan laju perkembangan dan pencapaian yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan konsumsi.
Hal berbeda terlihat pada perkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan. Sektor usaha ikan hias merupakan sektor usaha perikanan di Kabupaten Bogor yang mengalami perkembangan Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang paling besar penurunannya pada tahun 2008 hingga 2009 bila dibandingkan dengan sektor ikan konsumsi dan pembenihan ikan. Tercatat sekitar 716 RTP yang mengusahakan ikan hias pada tahun 2008 berkurang menjadi 492 RTP pada tahun 2009 atau turun sebesar 31,29 persen. Ini merupakan angka penurunan tertinggi bila dibandingkan dengan RTP ikan konsumsi yang turun 12,71 persen dan RTP pembenihan yang juga turun sebesar 12,02 persen5. Akan tetapi, jumlah RTP ikan hias pada tahun 2009 masih paling kecil bila dibandingkan dengan RTP pada ikan konsumsi (9.585 RTP) dan pembenihan
(1.105 RTP)6. Dengan penurunan yang cukup besar ini menandakan bahwa telah
terjadi perubahan mata pencaharian petani yang tadinya mengusahakan ikan hias berubah menjadi non ikan hias. Akan tetapi, ada sebagian RTP pembenihan yang dapat digolongkan sebagai RTP ikan hias karena RTP tersebut juga melakukan
5 Buku Data Perikanan Tahun 2009. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 6 Loc.cit
7 usaha pembenihan ikan hias. Keadaan seperti ini menandakan bahwa nilai tambah dari kegiatan pemeliharaan ikan hias pada tingkat petani produksi belum cukup untuk mensejahterakan petani. Nilai tambah ikan hias tersebut hanya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengusaha yang memiliki modal yang besar. Hal ini terlihat pada pencapaian produksi ikan hias yang meningkat, akan tetapi terjadi penurunan pada jumlah RTP ikan hias.
Keseluruhan RTP ikan hias tersebar di hampir 40 kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor telah menetapkan komoditas ikan hias sebagai komoditas unggulan pada tahun 2009 dengan menetapkan beberapa kecamatan yang menjadi sentra produksi dan wilayah pengembangan ikan hias. Kecamatan yang menjadi sentra produksi ikan hias antara lain Kecamatan Tenjolaya, Parung, Cibinong, Tamansari, dan Ciseeng. Di lain pihak, Kecamatan Dramaga, Kemang, Ciampea, dan Ciomas menjadi wilayah pengembangan.
Dengan semakin pentingnya sektor perikanan terutama sektor ikan hias terhadap kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Bogor membuat ikan hias dijadikan sebagai komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong melalui
program One Village One Product (OVOP) yang ditetapkan oleh Bupati
Kabupaten Bogor. Penetapan Kecamatan Cibinong sebagai sentra pengembangan ikan hias air tawar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bogor dan Peraturan Bupati Bogor Nomor 84 Tahun 2009 Tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan.
Bila dibandingkan dengan beberapa Kecamatan yang dicanangkan sebagai sentra produksi dan sentra pengembangan ikan hias air tawar yang lain, ternyata Kecamatan Cibinong memiliki jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) ikan hias air tawar terbesar yaitu mencapai 70 RTP di Kabupaten Bogor. Namun, tingkat produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong ternyata kedua terendah diantara beberapa Kecamatan tersebut. Oleh karena itu, yang perlu dikembangkan adalah aspek produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Selain aspek produksi, aspek pemasaran juga perlu diperhatikan karena produksi ikan hias air tawar yang dihasilkan juga didorong oleh tingkat permintaan dari pasar.
8 Kecamatan Cibinong tercatat memiliki sekitar enam kelompok tani yang terhimpun dalam Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) Kecamatan Cibinong. Kelompok-kelompok tani tersebut antara lain Jantung Harapan, Mina Kencana, Cahaya Mandiri, Pondok Lobster, Mitra Sejati, dan Bina Tani. Ikan hias yang diusahakan oleh keenam kelompok tani tersebut terdiri dari Silver Dolar, Maanvis, Cupang, Mas Koki, Lobster Hias Air Tawar, Koi, Tiger, Platty, Molly, Black Ghost.
Pemilihan Kecamatan Cibinong sebagai sentra produksi dan pengembangan ikan hias juga ditunjang dengan adanya dua eksportir ikan hias, yaitu CV Maju Aquarium, dan PT Sunny Indoparamytha. Dengan adanya kedua eksportir ini, maka ikan hias air tawar yang berasal dari Kecamatan Cibinong juga ikut meramaikan pasar internasional. Selain itu, dengan adanya dukungan dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan khususnya pihak Kecamatan Cibinong, ikan hias air tawar diharapkan menjadi komoditas unggulan yang dibanggakan dan menjadi maskot bagi Kecamatan Cibinong.
Potensi Kecamatan Cibinong untuk maju dengan mengusung komoditas ikan hias juga ditunjang dengan adanya Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di bawah naungan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Lembaga ini berperan untuk mengembangkan potensi yang ada pada ikan hias sekaligus sebagai salah satu saluran pemasaran ikan hias tingkat nasional dan internasional. Dalam aspek pengembangan dan riset, keberadaan Institut Pertanian Bogor dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor juga dapat membantu pengembangan ikan hias di Kecamatan Cibinong.
Oleh karena itu, dengan besarnya potensi perikanan khususnya ikan hias di Kecamatan Cibinong dan ketersediaan lembaga penunjang seperti Pemerintah Daerah, Dinas Peternakan dan Perikanan, kelompok tani Himbudias, eksportir, Raiser, dan sebagainya, maka diperlukan sebuah sistem yang berfungsi untuk menjadikan potensi ikan hias yang dimiliki dapat bermanfaat dan layak untuk dikembangkan.
Pemerintah daerah Kabupaten Bogor berkewajiban untuk membantu terwujudnya sistem tersebut agar potensi ikan hias air tawar yang dimiliki dapat bermanfaat dan layak untuk dikembangkan. Bantuan dari pemerintah daerah
9 tersebut sebagai salah satu pelayanan, tugas, dan fungsi dari pemerintah yang telah mencanangkan komoditas unggulan untuk setiap daerah. Walaupun tanpa bantuan pemerintah daerah pun kegiatan ekonomi dan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong tersebut dapat berjalan, akan tetapi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor juga harus turut berperan untuk memfasilitas, mengarahkan, dan membimbing setiap pemangku kepentingan yang ada dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar untuk memajukan sistem agribisnis tersebut.
Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor atau yang lebih dikenal sebagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki visi, misi, tugas pokok, dan fungsi untuk memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor. Disnakkan merupakan salah satu SKPD Prioritas yang berfungsi sebagai lokomotif penggerak pencapaian visi dan misi daerah. Hal ini berarti Disnakkan memiliki peran untuk membantu Pemerintah Daerah (Bupati Kabupaten Bogor) dalam mewujudkan visi Kabupaten Bogor. Visi Kabupaten Bogor yang menginginkan terwujudnya masyarakat Kabupaten Bogor yang bertakwa, berdaya dan berbudaya menuju sejahtera harus tersebar dan terwujud di seluruh wilayah Kabupaten Bogor termasuk di Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, masyarakat Kecamatan Cibinong yang berdaya dan sejahtera di bidang agribisnis ikan hias air tawar akan terwujud salah satunya dengan peran arahan, bimbingan, dan fasilitas Disnakkan.
Disnakkan dalam melaksanakan tugas tersebut harus didasari oleh konsep sistem agribisnis. Sistem agribisnis adalah sebuah konsep untuk memaksimalkan potensi pertanian yang ada untuk dapat memberikan hasil yang menguntungkan bagi para pelaku pertanian. Agribisnis menurut Prof. Bungaran Saragih merupakan sebuah paradigma baru dalam memandang pertanian. Pembangunan pertanian diperlukan karena sektor pertanian atau agribisnis merupakan sektor perekonomian terbesar bagi bangsa ini. Agribisnis merupakan sektor terbesar karena sekitar 75 persen penduduk Indonesia bekerja dalam bidang usaha agribisnis.
Agribisnis memandang bahwa pembangunan pertanian harus dilakukan dengan membangun secara paralel empat subsistem yang ada yakni subsistem
10 hulu (sarana produksi pertanian), subsistem budidaya, subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran), dan subsistem penunjang (riset, permodalan, pendidikan, dan sarana lain). Keempat subsistem tersebut harus tumbuh bersama dan saling menunjang agar sektor pertanian dapat memberikan nilai tambah bagi para pelakunya. Dengan paradigma agribisnis, maka pertanian khususnya perikanan ikan hias dapat dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah bagi para pelaku agribisnis ikan hias dan selanjutnya mereka dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang menjadi sebuah sasaran dan tolok ukur bagi kemajuan sistem agribisnis harus dibantu oleh keikutsertaan dari pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, maupun hingga tingkat kecamatan. Oleh karena itu, peran dari pemerintah daerah adalah mengarahkan, membimbing, dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam perkembangannya ternyata program OVOP ini belum dijalankan dan tergarap dengan maksimal. Antar pelaku ekonomi yang terlibat di antara rantai nilai produk ikan hias belum terjalin hubungan yang simultan dan harmonis. Kelima subsistem dalam sistem agribisnis (Deptan, 2007) yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu (industri benih dan alat-alat perikanan), subsistem usahatani (budidaya perikanan), subsistem pengolahan (berlaku pada ikan konsumsi, sedangkan ikan hias tidak mengalami proses ini), subsistem pemasaran (distrubusi, promosi, dan informasi pasar), serta subsistem jasa penunjang (permodalan, penelitian, penyuluhan, dan kebijakan) belum berjalan secara optimal.
Salah satu contohnya terlihat pada kelompok tani Mina Kencana. Kelompok tani ini mengalami kesulitan dalam permodalan untuk menjalankan usahanya. Mereka belum mengetahui dan mengerti cara untuk memperoleh perkreditan dari pihak lembaga keuangan daerah. Padahal pihak pemerintah daerah telah mengucurkan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui program Gerakan Masyarakat Mandiri (GMM). Kasus ini
11 menandakan bahwa belum terjadi hubungan yang simultan dan harmonis antara kebijakan pemerintah daerah dan kelompok tani.
Selain itu, kelompok tani tersebut masih sangat kesulitan dalam mendapatkan media promosi dan penjualan ikan hias yang mereka hasilkan. Hal ini mengakibatkan mereka belum mendapatkan penghasilan yang menguntungkan dari usaha pembudidayaan ikan hias. Keadaan ini memaksa mereka kembali mengusahakan ikan konsumsi atau mencari usaha lain di luar bidang perikanan. Namun, apabila saluran pemasaran sudah terbentuk, mereka mengalami kebingungan karena kuantitas dan mutu ikan hias yang dihasilkan masih rendah. Keadaan ini menyiratkan bahwa pembudidaya yang termasuk ke dalam kelompok tani butuh penyuluhan, pelatihan manajemen bisnis berbasiskan perikanan, dan butuh perhatian dari pemangku kebijakan daerah7.
Salah satu komponen subsistem agribisnis lembaga penunjang adalah Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor. Disnakkan Kabupaten Bogor memiliki peran untuk memajukan sektor agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong dengan memfasilitasi, mengarahkan, dan membimbing pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem agribisnis tersebut. Apalagi dengan berkembangnya sistem otonomi daerah yang semakin menguatkan peran pemerintah daerah dalam memajukan masyarakat di daerah. Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh Disnakkan, maka Disnakkan perlu untuk mengembangkan strategi yang tepat. Apalagi kebutuhan akan strategi yang tepat telah didorong oleh perubahan dari lingkungan eksternal Disnakkan sendiri seperti perubahan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 dan permasalahan-permasalahan di sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan semakin berubahnya sebuah lingkungan eksternal maupun lingkungan internal di sebuah organisasi, maka diperlukan sebuah analisis untuk merumuskan strategi yang tepat yang dapat mengakomodasi perubahan tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut :
7Laporan Hasil Kegiatan Gladikarya Mahasiswa Agribisnis di Kelompok Tani Mina Kencana Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Tahun 2009.
12 1. Apa saja faktor-faktor eksternal (kekuatan dan kelemahan) dan internal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
2. Alternatif-alternatif strategi Disnakkan apakah yang tepat dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
1.3. Tujuan
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi strategi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
2. Merumuskan dan menetapkan alternatif-alternatif strategi Disnakkan
Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam
mengeluarkan strategi dan kebijakan untuk melakukan langkah-langkah yang lebih tepat terkait dengan pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar.
2. Melatih kemampuan penulis untuk menganalisis permasalahan dalam sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor beserta alternatif solusinya.
3. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor sebagai SKPD Prioritas untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Bogor dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
13 Kecamatan Cibinong sebagai sentra produksi dan daerah pengembangan ikan hias. Penelitian ini memfokuskan pada analisis strategi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong serta menawarkan alternatif strategi bagi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar tersebut. Aspek teknis mengenai pembudidayaan ikan hias tidak terlalu dijelaskan secara rinci di dalam penelitian ini karena penelitian ini memfokuskan pada sistem agribisnis ikan hias yang lebih bersifat kebijakan dan strategi pengembangannya.
14
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Ikan Hias
Indonesia adalah negara maritim dan agraris. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki komodias unggulan yang berasal dari darat maupun laut. Komoditas tersebut merupakan hasil dari sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Salah satu komoditas di sektor perikanan yang menjadi komoditas unggulan Indonesia adalah ikan hias. Ikan hias tidak hanya digemari oleh masyarakat Indonesia saja, akan tetapi juga digemari oleh masyarakat dunia internasional. Hal ini disebabkan oleh ketertarikan masyarakat atau konsumen untuk memelihara ikan hias yang dapat memenuhi kebutuhannya akan kesenangan dan keindahan (KKP, 2010).
Saat ini kebutuhan masyarakat semakin beragam, mulai dari pemenuhan kebutuhan utama, hingga kebutuhan penunjang. Salah satu kebutuhan penunjang tersebut adalah kebutuhan untuk kesenangan dan keindahan. Kebutuhan akan kesenangan dapat terpenuhi, salah satunya dengan memelihara hewan peliharaan. Hewan peliharaan yang relatif mudah perawatannya ialah ikan hias. Ikan hias juga dapat dijadikan sebagai salah satu elemen estetika di dalam ruangan. Sehingga tidak heran, permintaan ikan hias oleh pecinta ikan (hobiis) dan pengusaha ikan sampai saat ini terus mengalami peningkatan, termasuk permintaan untuk konsumen luar negeri (ekspor). Ketertarikan hobiis pada ikan hias terutam terjadi karena ikan hias memiliki bentuk tubuh yang unik, warna yang beranekaragam, sirip yang mengembang dan terurai, serta tingkah laku ikan yang menggemaskan.
Ikan hias menjadi salah satu elemen estetika di dalam ruangan dan memiliki banyak penggemar dapat dijelaskan oleh tiga aspek (Departemen Kelautan dan Perikanan dalam Noviyanti, 2007). Pertama, rekreasi dalam ruang telah banyak menggantikan rekreasi luar ruang. Kedua, tekanan hidup telah menyebabkan banyak orang mencari aktivitas yang bersifat relaksasi dan medikasi sebagai hobi baru. Ketiga, rekreasi yang mempunyai muatan pendidikan menjadi semakin populer, terlebih lagi yang bersifat mencintai dan memelihara lingkungan.
15 Komoditas ikan hias dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu ikan hias air tawar dan ikan hias air laut. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010), jenis ikan hias air tawar yang banyak diperdagangkan sebagian besar berasal dari famili Poccilidae, Characidae, Ciprinidae, dan Cichlidae. Di lain pihak, komoditas ikan hias air laut yang banyak diperdagangkan sebagian
besar berasal dari famili Amphiprionidae, Pomacanthidae, Acanthuridae,
Blennidae, Callionymidae, Libridae, Chaetodontidae, Scorpaenidae,
Mikoroesmidae, Ballistidae, dan Syngnathidae.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebagian besar komoditas ikan hias yang diperdagangkan merupakan ikan hias air tawar. Komoditas ikan hias air tawar asal Indonesia yang menjadi unggulan, antara lain : Arwana (Schleropages formosus sp) terutama spesies Super Red Arwana dan spesies Red Banjar, Botia (Botia macrachanta sp), serta Cupang (Beta splendens). Dalam rangka meningkatkan pengelolaan pemanfaatan dan pengelolaan ikan hias air tawar asli, Indonesia telah berhasil melakukan domestikasi terhadap ikan hias asal negara lain seperti Koi (Cyrpinus carpio), Maskoki (Carrasius auratus), Discuss (Symphysodon discus), dan Guppy (Poecilia reticulata). Adapun petani ikan hias di Kabupaten Bogor sebagian besar membudidayakan ikan hias jenis Kar tetra, Neon Tetra, Guppy, Maskoki, Cupang, Black Ghost, Corydoras dan Maanvis. Jenis-jenis ikan hias tersebut memiliki tingkat perkembangan yang tinggi dalam aspek produksi karena memang konsumen sangat menyukai jenis-jenis ikan tersebut. Kesukaan konsumen akan ikan hias membuat usaha agribisnis perikanan ikan hias semakin diminati oleh masyarakat sebagai pekerjaan utama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang mampu untuk membuat usaha ikan hias memiliki nilai tambah yang dapat mensejahterakan masyarakat yang tergantung dengan usaha tersebut.
2.2. Usaha dan Budidaya Ikan Hias
Usaha pembudidayaan ikan hias sebenarnya memiliki kesamaan dalam hal cara dan proses yang dilakukan seperti pada pembudidayaan ikan konsumsi air tawar. Pembudidayaan ikan hias termasuk ke dalam kegiatan akuakultur. Kegiatan akuakultur adalah suatu kegiatan untuk memproduksi segala macam biota akuatik di dalam sebuah lingkungan yang terkontrol dengan tujuan untuk
16 memperoleh keuntungan atau profit (Effendi, 2006). Kegiatan akuakultur pada sektor ikan hias lebih ditekankan pada komoditas ikan hias air tawar. Hal ini dikarenakan ikan hias air tawar sebagian besar diproduksi melalui kegiatan budidaya dan hanya sebagian kecil saja yang diperoleh mealui proses penangkapan, contohnya adalah Botia.
Kegiatan akuakultur yang berorientasi bisnis menyebabkan kegiatan ini memiliki sebuah konsepsi yang hampir sama dan bahkan sama dengan sistem agribisnis perikanan pada umumnya. Akuakultur atau bisa disebut akuabisnis memiliki kesamaan dengan sistem agribisnis bila dilihat dari subsistem yang membangunnya. Beberapa subsistem yang menunjang sistem akuakultur tersebut antara lain (Effendi, 2006) :
1. Subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi. Pengadaan prasarana produksi mencakup pemilihan lokasi, pengadaan bahan, dan pembangunan fasilitas produksi. Sementara pengadaan sarana produksi mencakup pengadaan induk, benih, pakan, pupuk, obat-obatan, pestisida, peralatan akuakultur, tenaga kerja, dan sebagainya.
2. Subsistem proses produksi. Subsistem ini mencakup kegiatan sejak persiapan wadah kultur, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan lingkungan, pengelolaan kesehatan ikan, pemantauan ikan, hingga pemanenan.
3. Subsistem penanganan pascapanen dan pemasaran yang meliputi kegiatan meningkatkan mutu produk sehinga lebih diterima konsumen, distribusi produk, dan pelayanan (servis) terhadap konsumen.
4. Subsistem pendukung. Kegiatan-kegiatan yang mencakup subsitem ini
adalah tentang penerapan aspek hukum (perundang-undangan), aspek keuangan (pembiayaan/kredit, pembayaran, dan sebagainya), aspek kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi, perbankan, lembaga birokrasi, lembaga riset dan pengembangan, dan sebagainya.
Pada umumnya, kegiatan pembudidayaan ikan hias atau akuakultur on farm sama dengan kegiatan pembudidayaan untuk ikan air tawar konsumsi. Hanya saja pada tahap pembesaran ikan hias, ukuran ikan hias harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Di lain pihak, pembesaran untuk ikan konsumsi bertujuan untuk mencapai bobot ikan yang ideal untuk dikonsumsi. Bobot ikan
17 yang semakin berat juga dapat meningkatkan mutu dan nilai jual ikan konsumsi. Kegiatan akuakultur on farm meliputi tiga tahap, yaitu tahap pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Tahapan-tahapan kegiatan akuakultur on farm dapat dilihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Kegiatan Produksi Akuakultur On Farm Sumber : Effendi, 2006
Tahap pembenihan ikan kegiatan pemeliharaan untuk menghasilkan benih ikan hias yang selanjutnya benih tersebut digunakan sebagai input untuk kegiatan pembesaran. Benih adalah anak ikan hias yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitif seperti induknya. Tahap pembenihan ikan harus mengikuti tahapan dalam siklus hidup ikan di alam. Siklus hidup ikan meliputi stadia induk, telur, larva, benih, juvenil, remaja, dewasa, dan induk (Effendi, 2006).
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap untuk ditebar di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual. Kegiatan pendederan ini dapat dikatakan sebagai upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan pembesaran, sehingga terus memberikan jaminan kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Kegiatan pendederan, meliputi : 1) persiapan wadah, 2) penebaran benih, 3) pemberian pakan, 4) pengelolaan air, 5) pemberantasan hama dan penyakit, 6) pemantauan pertumbuhan dan populasi, dan 7) pemanenan (Effendi, 2006).
Dalam kultur ikan hias tidak dikenal kegiatan pembesaran karena ikan hias tidak untuk dikonsumsi. Tahapan proses produksi pembesaran umumnya hampir mirip dengan pendederan, meliputi : 1) persiapan wadah, 2) penebaran benih, 3) pemberian pakan, 4) pengelolaan air, 5) pemberantasan hama dan penyakit, 6) pemantauan pertumbuhan dan populasi, dan 7) pemanenan (Effendi, 2006).
Pembenihan Pendederan Pembesaran
Produksi Akuakultur
18 Kegiatan off farm dalam akuakultur dapat dibagi menjadi dua proses kegiatan, yaitu :
1. Pengadaan sarana produksi
Input yang digunakan dalam budidaya ikan hias terdiri dari indukan, benih, pakan, peralatan dan obat-obatan. Untuk indukan ikan hias dipilih yang sudah matang gonad agar proses pemijahan berlangsung cepat dan hasilnya baik. Dalam sekali pembudidayaan, dibutuhkan jumlah indukan yang berbeda-beda tiap jenisnya. Pakan yang umumnya digunakan terdiri dari pakan alami seperti kutu air, jentik nyamuk (encu) dan cacing sutra serta pakan buatan seperti pelet. Untuk obat-obatan, petani ikan hias dapat menggunakan obat-obatan yang menggunakan bahan-bahan alami seperti daun ketapang. Peralatan yang digunakan mencakup akuarium, kolam beton, botol minuman, aerator, blower, saringan dan terpal.
2. Penanganan dan pemasaran produk akuakultur
Produk akuakultur khususnya ikan hias harus dipasarkan dalam keadaan segar dan hidup. Oleh karena itu, kegiatan penanganan sebelum dipasarkan dan kegiatan pendistribusian ikan hias menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Ikan hias yang mati akan menjadi komoditas yang tidak memiliki nilai. Dengan demikian dua kegiatan ini menjadi penting bagi keberhasilan usaha ikan hias. Kegiatan transportasi ikan hias merupakan salah satu kegiatan yang berisiko tinggi dan menelan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan ikan hias diangkut beserta air yang menjadi habitat untuk hidup dan ikan hias bersifat voluminous atau bersifat membutuhkan tempat penyimpanan yang luas. Selain air, ketersediaan oksigen juga menjadi syarat yang mutlak diperlukan dalam pengangkutan ikan hias. Tanpa oksigen, ikan hias mustahil untuk hidup. Syarat-syarat di muka yang menjadi titik kritis dalam penanganan dan transportasi ikan hias harus direncanakan dengan baik agar usaha ikan hias tidak mengalami kerugian yang besar.
2.3. Aspek Agribisnis Sebagai Sistem dan Paradigma Pembangunan Pertanian
Pertanian adalah sebuah kata yang dapat merupakan gabungan dari pertanian itu sendiri, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pertanian menjadi
19 sektor unggulan Indonesia karena apabila diartikan dengan ruang lingkup agribisnis, maka sektor pertanian merupakan sektor terbesar penyerapan tenaga kerja Indonesia (mencapai 77 persen di tahun 2004). Ini menandakan pertanian atau agribisnis adalah sebuah mega sektor perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyerap tenaga kerja terbesar, sektor agribisnis juga menyumbangkan jasanya pada pembentukan Produk Domestik Bruto dan sebagai penghasil devisa bagi negara. Dengan besarnya peran agribisnis ini bagi perekonomian Indonesia, maka sektor pertanian harus tetap dijaga pertumbuhan dan perkembangannya.
Salah satu konsep yang dapat menjaga perkembangan sektor pertanian adalah melalui sebuah paradigma agribisnis. Salah satu buktinya adalah penerapan konsepsi agribisnis untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan khususnya padi. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami swasembada beras di tahun 1980’an. Selain itu, pertumbuhan sektor pertanian yang tetap positif selama masa krisis ekonomi 1997 hingga 1998 menandakan bahwa pembangunan pertanian harus dilakukan dengan konsep dan arah yang jelas, yaitu dengan konsep dan sistem agribisnis (Saragih, 2005).
Sektor agribisnis juga mengarahkan kita bahwa sumber pertumbuhan ekonomi terutama sektor pertanian harus berasal dari wilayah pedesaan yang menjadi sumber produksi komoditas pertanian. Menurut Pambudy (2005), keunggulan pengembangan paradigma agribisnis dan agroindustri sebagai sektor yang memimpin pergerakan ekonomi Indonesia harus ditekankan kembali, antara lain karena beberapa faktor sebagai berikut :
1. Dengan mengandalkan pengembangan paradigma agribisnis dengan ujung
tombak (strategi pokok), yang disertai dengan pengembangan bisnis skala kecil, dan peningkatan kemampuan koperasi, maka kita tidak perlu ragu akan potensinya untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.
2. Strategi pengembangan paradigma agribisnis dalam suatu kebijakan
pembangunan tersebut juga lebih menjamin perluasan kesempatan kerja bagi sebagian besar angkatan kerja tidak terlatih yang terus bertambah. Selama ini, sebagian besar dari mereka ditampung di sektor pertanian dan pedesaan dengan perolehan nilai tambah yang sangat minim sehingga sektor ini
20 menjadi kantong kemiskinan terbesar. Dengan strategi ini diharapkan bahwa kesenjangan dapat dihilangkan. Dengan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah yang dapat diraih berarti juga peningkatan daya beli sebagian masyarakat.
3. Pengembangan paradigma agribisnis yang bertumpu pada usaha berskala kecil sangat mudah diarahkan untuk bersahabat dengan lingkungan. Disamping mereka tidak perlu tergantung terlalu banyak pada sumber daya alam yang bersifat ekstraktif, juga limbah usaha mereka ditekan dan dikendalikan pada tingkat minimal.
Selanjutnya, Pambudy (2005) juga menjelaskan bahwa dalam pengembangan paradigma agribisnis mengimplikasikan terjadinya perubahan kebijakan di sektor pertanian. Pertama, produksi sektor pertanian harus lebih berorientasi kepada permintaan pasar, tidak saja pasar domestik, tetapi juga pasar internasional. Kedua, pola pertanian harus mengalami transformasi dari sistem pertanian subsisten yang berskala kecil dan pemenuhan kebutuhan keluarga ke usahatani dalam skala yang lebih ekonomis. Hal ini merupakan keharusan, jika produk pertanian harus dijual ke pasar dan jika sektor pertanian harus menyediakan bahan baku bagi sektor industri (Saragih dalam Pambudy, 2005).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya pertanian (pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) harus mengembangkan agro industri atau industrialisasi harus berbasiskan keunggulan sumber daya tersebut. Ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan ekonomi suatu negara yang kaya akan sumber daya alam dan pertaniannya haruslah berasal dari sisi pertanian secara luas. Hal ini dapat menjadi sebuah masukan bahwa untuk mengembangkan ekonomi di suatu daerah, maka masyarakat di daerah tersebut harus menonjolkan sumber daya yang dimiliki dan potensial untuk dikembangkan di daerah tersebut. Program One Village One Product (OVOP) merupakan program yang telah sesuai dengan jiwa pembangunan tersebut. Dalam hal ini, Kabupaten Bogor mengembangkan agribisnis ikan hias komoditas unggulan bagi Kecamatan Cibinong berdasarkan program tersebut.
21
2.4. Konsep Otonomi Daerah dan Kedudukan Dinas
Pembangunan terutama di sektor ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pembangunan yang dilakukan tersebut memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar program-program pembangunan tersebut dirumuskan dan dilakukan oleh pemerintah pusat yang memiliki tingkat pengetahuan tentang daerah yang relatif sedikit. Padahal keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh kondisi variabilitas sosial budaya masyarakat di daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat berusaha mengurangi dominasinya untuk menentukan arah pembangunan di daerah.
Perkembangan yang meningkatkan peran pemerintah daerah mulai digalakkan setelah bergulirnya era reformasi. Ditekakankannya peran pemerintah daerah tersebut berguna untuk meningkatkan pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Selain itu, peningkatan peran pemerintah daerah tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat untuk aktif dalam usaha-usaha pembangunan. Konsepsi dan paradigma ini termasuk sebagian ruh dari kebijakan otonomi daerah.
Menurut Salam (2007), otonomi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu autos (sendiri), dan nomos (peraturan) atau undang-undang. Dengan demikian, otonomi berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri, yang selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Bab I Pasal 1 tertuang bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perkembangan istilah otonomi daerah sendiri juga tidak dapat dilepaskan dari konsep desentralisasi. Desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah
22 terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 yang menyatakan bahwa pembagian wilayah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunannya ditetapkan dalam undang-undang, sesuai dengan makna yang terkandung dalam pasal 18 UUD 1945 tersebut (Karo-Karo, 2006). Oleh karena itu, terjadi pembagian administrasi yang lebih kecil dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembagian tersebut bertujuan untuk memperlancar urusan pemerintahan. Pembagian wilayah terdiri dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kotamadya.
Menurut Rasyid (1996) dalam Salam (2007), ada beberapa keuntungan yang dapat diraih melalui kebijakan desentralisasi di lingkungan organisasi pemerintahan dari sudut pandang Ilmu Administrasi Negara, yaitu (1) lebih mendekatkan pengambil keputusan dengan masyarakat yang menjadi sasarannya sehingga operasionalisasi keputusan dapat lebih realistik, efektif, dan efisien, (2) dapat meringankan beban organisasi pada level yang lebih tinggi sehingga dapat menggunakan waktu, energi, dan perhatiannya ke sasaran permasalahan yang lebih strategik, (3) membina kemampuan bertanggung jawab demi para penerima wewenang pada tingkat yang lebih rendah, sehingga secara langsung menciptakan iklim kaderisasi yang lebih empirikal dan sistematik, dan (4) dengan wewenang yang diterimanya, kebanggan para pengambil keputusan dan pelaksanaan keputusan pada tingkat yang lebih rendah akan terbangun karena merasa dipercaya oleh pemerintah yang lebih tinggi.
Adapun dalam menyelenggarakan otonomi, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang antara lain : politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama menjadi urusan pemerintah pusat. Oleh karena itu, urusan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat daerah menjadi kewenangan, tugas, sekaligus hak pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten atau kotamadya.
Pemerintah daerah menyusun rencana pembangunan daerahnya masing-masing untuk menunjang pembangunan nasional yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah menyusun
23 perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah yang disusun terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (jangka waktu 20 tahun), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (jangka waktu lima tahun), Rencana Pembangunan Jangka Pendek atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang merupakan penjabaran dari RPJM. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) menjadi dasar bagi dan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD. Renstra-SKPD memuat penjelasan mengenai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dinas dalam pemerintah daerah termasuk dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan dan diberhentikan oleh kepala daerah. Dengan demikian kepala dinas bertanggung jawab kepada kepala daerah. Hal ini tercermin dari tugas pokok yang diemban dinas daerah yaitu membantu kepala daerah dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan daerah dalam bidang tertentu sebagai perwujudan pelaksanaan desentralisasi, otonomi daerah, dan tugas pembantuan.
2.5. Aspek Manajemen Strategi
Keadaan yang kaya akan sumber daya alam di sektor pertanian membuat Indonesia memiliki keunggulan komparatif bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Begitu pula dengan Kabupaten Bogor yang memiliki keunggulan sumber daya alam di bidang perikanan terutama ikan hias dengan memiliki iklim yang sesuai, sumber daya air yang melimpah dengan adanya enam Daerah Aliran Sungai (DAS), tanah yang subur dan cocok untuk pembuatan kolam, serta masyarakatnya yang telah memiliki keahlian dalam membudidayakan ikan. Keungulan komparatif yang telah dimiliki ini tentunya harus diimbangi dengan keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki akibat dari faktor-faktor di luar sumber daya seperti faktor manajemen, kebijakan pemerintah, efisiensi dalam proses produksi, dan sebagainya. Keunggulan kompetitif dan komparatif ini penting untuk disandingkan bersama dalam memajukan sebuah
24 komoditas untuk diperdagangkan agar memiliki daya saing yang unggul bila dibandingkan dengan komoditas yang sama yang dihasilkan dari daerah atau bahkan negara lain. Hal ini memang mutlak diperlukan karena ikan hias merupakan komoditas ekspor potensial dimana Indonesia harus bersaing dengan Singapura, Malaysia, Republik Ceko, dan negara lain untuk menjadi negara pengekspor ikan hias terbesar dan berkualitas di dunia.
Peningkatan daya saing ikan hias terutama ikan hias air tawar yang dihasilkan di Kecamatan Cibinong salah satu caranya adalah dengan pengembangan sistem agribisnis. Dalam pengembangan sistem agribisnis tersebut, diperlukan suatu strategi yang tepat agar sistem agribisnis ikan hias air tawar dapat berjalan dengan simultan dan harmonis. Apabila sistem agribisnis ikan hias air tawar tersebut telah berjalan dengan baik, maka nilai tambah berupa pendapatan akan dinikmati secara adil oleh para pelaku ekonomi dalam rantai sistem agribisnis ikan hias air tawar tersebut. Peningkatan dalam nilai tambah yang dinikmati oleh petani akan menyebabkan tingkat kesejahteraan petani juga akan meningkat dan menimbulkan efek berantai bagi pembangunan ekonomi nasional.
Strategi diperlukan jika terjadi perubahan dalam lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Selain itu, strategi juga diperlukan oleh suatu organisasi atau perusahaan yang sedang mengalami sebuah persaingan. Penyusunan strategi diperlukan oleh pihak-pihak yang bersaing untuk meningkatkan posisi dari produk yang dihasilkan di dalam persaingan tersebut. Konsep strategi untuk pertama kali diperkenalkan pada zaman Yunani Kuno dalam menghadapai peperangan. Hal ini dikarenakan kata strategi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategus yang berarti seni perang.
Strategi yang baik akan menuntut alokasi sumber daya yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan posisi produk yang dihasilkan di dalam kondisi persaingan. Menurut David (2009), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Istilah manajemen strategis ini lebih dikenal dalam dunia bisnis, sedangkan padanan katanya yaitu