• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar. Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar. Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar

Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan mengeluarkan biaya produksi yang menunjang jalannya proses produksi. Perencanaan biaya produksi yang akan dikeluarkan sehubungan dengan proses produksi yang akan dilaksanakan, dapat ditetapkan terlebih dahulu, biaya ini dinamakan dengan biaya standar.

1. Pengertian Sistem

Menurut Mulyadi (2001 : 5) “Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan”. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005 : 7)” bahwa sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat refetitif untuk melaksanakan suatu atau sekelopok aktivitas”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah perpaduan dari berbagai elemen yang saling bergantung atau menunjang satu sama lain untuk menangani suatu kegiatan yang berulang kali atau yang saling terjadi untuk mencapai suatu tujuan.

2. Pengertian biaya

Menurut Hansen Mowen (2006 : 40) “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau masa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen

(2)

kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sedangkan menurut Carter, Usry (2006 : 29) “Biaya adalah nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaaat”. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan saat ini atau dimasa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain.

Di dalam kegiatan normalnya seperti membuat dan menjual produk, perusahaan tidak terlepas dari pengorbanan atau pengeluaran sumber sumber ekonomi yang dimilikinya. Pengorbanan atau pengeluaran ini lazimn ya disebut sebagai biaya. Tidak jarang pula biaya pengertian biaya ini menjadi kabur apabila dibandingkan dengan beban (exspense) karena kedua istilah ini saling dipergunakan untuk maksud yang sama. Biaya merupakan suatu nilai tukar, prasarat, atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Sedangkan beban merupakan pengurangan aktiva netto akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan.

Dari uraian diatas dapat dikatakan biaya merupakan sejumlah pengrbanan nilai-nilai ekonomi dan faktor-faktor produksi yang ditujukan untuk satu tujuan, yakni menghasilkan produkadi tertentu dari suatu bahan baku tertentu pula.

3. Pengertian Standar

Dalam bukunya Akuntansi dan analisis biaya, Kartadinata (2000 : 212) menyatakan bahwa “standar adalah suatu norma, suatu kaidah, dan apa saja yang umumnya dianggap normal dapat diterima dan dapat dipergunakan sebagai suatu standar”. Contoh, untuk membuat sebuah lemari dengan bentuk-bentuk desain tertentu secara normal diperlukan delapan bilah papan, maka delapan bilah papan

(3)

dapat digunakan sebagai suatu standar untuk pembuatan sebuah lemari dengan bentuk dan desain tersebut.

Suatu standar harus dilihat sebagai suatu norma yang harus dinyatakan ukuran-ukuran tertentu, seperti sekian kilogram bahan, sekian jam kerja langsung, sekian jam mesin dan seterusnya. Tetapi ukuran-ukuran tersebut mungkin juga menjelaskan mutu atau kualitas yang akan dicapai.

4. Pengertian Sistem Biaya Standar

Setelah menguraikan pengertian dari sistem, biaya dan standar maka dibawah ini akan diberikan pengertian dari sistem biaya standar menurut Carter dan Usry (2005 : 730) “Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit tertentu”. Jadi biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi.

Sedangkan menurut Blocher, Chen dan W. Lin (2001 : 730) “Sistem biaya standar merupakan pengeluaran perusahaan yang ditentukan sebelumnya yang dibutuhkan dalam operasi atau untuk tujuan tertentu”.

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa biaya standar itu adalah biaya yang diperhitungkan secara wajar harus terjadi didalam memproduksi suatu barang atau untuk membiayai kegiatan tertentu dengan asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor tertentu berjalan normal dan tidak mengalami perubahan yang cukup berarti.

(4)

5. Manfaat Biaya Standar

Suatu sistem biaya standar dapat digunakan dalm hubungannya dengan perhitungan berdasarkan proses maupun pesanan. Biaya standar biasanya lebih dapat beradaptasi dalam lingkungan dengan teknologi yang stabil dam menghasilkan produk yang homogen.

Biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasi. Biaya standar menberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang mungkin dari keputusan atas biaya dan laba. Menurut Carter, Usry (2005.154 Biaya standar digunakan untuk :

a. Menetapkan anggaran

b. Mengendalikan biaya, dengan cara memotivasi karyawan serta mengukur efisiensi operasi

c. Menyederhanakan perhitngan biaya dan mempercepat laporan penyajian biaya

d. Membebankan biaya kepersedian bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi

e. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.

Standar berguna dalam membuat anggaran. Dengan biaya standar, anggaran untuk volume dan bauran produk apapun dapat dibuat dengan andal dan cepat. Keandalan ditingkatkan karena standar didasarkan pada analisis dari proses produksi. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat anggaran berkurang kaera kebutuhan produksi didokumentasikan dalam standar untuk masing-masing produk.

Pengendalian biaya yang efektif bergantung pada pemahaman manajemen atas proses yang memicu biaya dan memotivasi karyawan yang mengendalikan proses-proses tersebut, biasanya, menyediakan cita-cita kinerja bagi karyawan dan

(5)

sebagai dasar untuk mengevaluasi hasil aktual. Ketika hasil tersedia dalam bentuk laporan varian biaya standar, maka manajer eksekutif dan opersi menjadi lebih sadar akan biaya.

Biaya standar menyederhanakan perhitungan biaya dengan cara mengurangi pekerjaan. Pesanan produksi membutuhkan sejumlah kuantitas produksi standar dan operasi tenaga kerja tertentu, beserta permintaan bahan baku, kartu absen tenaga kerja dan jadwal operasi, dapat dibuat sebelum produksi dan biaya standar dapat dikumpulkan. Ketika proses produksi menjadi lebih terstandarisasi, maka pekerjaan klirikal menurun .

Beberapa perusahaan mengunakan biaya standar untuk perencanaan dan pengendalian. Masukan biaya standar dalam catatan akuntansi meningkatkan efisiensi dan ketepatan dalam pekerjaan klerikal. Penggunaan biaya standar dapat juga menstabilkan biaya produk yang dilaporkan.

Menentukan kontrak dan menetapkan harga jual diperluas oleh suatu sistem biaya standar. Menghitung biaya yang akan terjadi untuk suatu kontrak akan lebih mudah dan lebih andal menggunakan biaya standar, atau jika suatu produk yang unik akan diproduksi. Standar berguna dalam menetapkan harga jual bila standar tersebut adalah standar terkini. Ketika harga pasar dari suatu produk tidak dapat dengan segera diobservasi untuk produk baru atau produk yang berbeda dengan produk pesaing, maka biayaproduk biasanya digukan sebagai titik awal dalam menentukan harga jual.

(6)

B. Jenis-jenis Standar

Berbagai jenis standar yang dapat dipertimbangkan penggunaannya oleh perusahaan harus didasarkan kepada faktor-faktor anggapan sebagai berikut: 1. Faktor tingkat harga

Beberapa konsep tingkat harga yang dapat dipakai untuk menentukan biaya standar adalah:

a. Standar Ideal (Ideal Standard)

Standar Ideal untuk harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang paling rendah. Apabila tidak ada perubahan yang lebih besar terhadap keadaan perekonomian, standar ideal ini jarang diubah.

b. Standar Normal (Normal Standard)

Standar Normal untuk tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga rata-rata yang diharapkan terjadi dalam siklus perusahaan. Standar harga ini umumnya tidak direvisi sebelum skedul perusahaan berakhir.

c. Standar Karen (Current Standard)

Standar Karen untuk tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga yang diharapkan akan terjadi didalam periode akuntansi pemakaian standar. Standar harga ini akan direvisi dalam periode akuntansi yang bersangkutan apabila terjadi perubahan harga yang besar.

d. Standar Dasar (Basic Standard)

Standar dasar untuk tingkat harga menggunakan anggapan kepada tingkat harga yang diharapkan terjadi pada tahun pertama (permulaan) penggunaan

(7)

standar. Standar tersebut tidak direvisi dengan adanya perubahan tingkat harga pada periode sesudahnya, akan tetapi hanya dihubungkan sejalan dengan indeks harga yang berlaku.

2. Faktor Tingkat Prestasi

Didalam menyusun standar harus didasarkan kepada konsep tingkat prestasi yang akseptabel atau pantas dapat dicapai. Penentuan tingkat prestasi standar dapat dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Standar prestasi teoritis (theoritical performance standar)

Standar prestasi teoritis disebut pula standar ideal atau standar sempurna. Standar ini didasarkan kepada anggapan bahwa semua pelaksana akan dapat bekerja dengan tingkat yang paling efisien. Sehingga tidak terjadi pemborosan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, maupun overhead pabrik sama sekali.

Standar ini tidak memperhitungkan hambatan-hambatan prestasi yang tidak dapat dihindari terjadinya dan akibatnya sangat sulit dicapai oleh para pelaksana. Apabila standar ini dipakai, pada umumnya tidak diharapkan untuk dicapai oleh kegiatan sesungguhnya tetapi bertujuan untuk dapat memperbaiki tingkat efisiensi.

b. Standar prestasi terbaik yang dicapai

Standar prestasi ini didasarkan kepada standar prestisi teoritis dengan memperhitungkan hambatan-hambatan prestasi yang tidak dapat dihindari terjadinya. Standar prestisi ini dapat dicapai oleh para pelaksana yang bekerja dengan efisiensi tinggi, sehingga merupakan tingkat prestasi yang banyak dipakai didalam praktek.

(8)

c. Standar prestasi rata-rata masa lalu

Standar prestasi ini mendasarkan kepada rata-rata prestasi masa lalu untuk menentukan standar prestasi yang akan datang. Standar prestasi ini umumnya relatif mudah dicapai, akan tetapi bukan merupakan alat pengukur prestasi yang baik. Rata-rata prestasi masa lalu umumnya terdapat unsur prestasi yang tidak efisien yang seharusnya tidak dimasukkan di dalam penentuan standar.

d. Standar prestasi normal

Standar prestasi normal didasarkan atas taksiran tingkat prestasi dan efisiensi yang normal dapat dicapai oleh para pelaksana diwaktu yang akan datang, standar prestasi normal ini ditentukan untuk jangka waktu yang relatif panjang dengan mengeliminasi keadaan yang bersifat musiman dan fluktuasi yang bersifat siklikal (cyclical)

3. Faktor Tingkat Produksi

Tingkat produksi yang dapat dipertimbangkan didalam penentuan standar adalah sebagai berikut:

a. Standar kapasitas teoritis

Standar kapasitas teoritis mendasarkan kepada kemampuan produksi suatu departemen atau pabrik pada kecepatan penuh tanpa henti. Pada standar kapasitas teoritis tidak memperhitungkan hambatan-hambatan atau pemberhentian kegiatan produksi yang tidak dihindari, baik yang disebabkan faktor internal atau eksternal perusahaan. Seringkali standar ini disebut standar pada kapasitas penuh (full capacity) atau kapasitas 100%. Standar kapasitas toritis umumnya tidak dipakai sebagai alat menentukan kapasitas produksi standar, hal ini disebabkan standar

(9)

tersebut terlalu tinggi dan tidak mungkin untuk dicapai. Manfaat standar ini untuk menentukan standar tingkat produksi praktis dan normal.

b. Standar kapasitas praktis

Standar kapasitas praktis merupakan salah satu konsep pendekatan jangka panjang. Standar kapasitas praktis didasarkan kepada tingkatan produksi teoritis dikurangi dengan hambatan-hambatan kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari karena faktor internal perusahaan, jadi didasarkan pada kegiatan pabrik dengan tingkat efisiensi yang diharpakna dapat dicapai pada kondisi pemakaian standar. Pada standar kapasitas praktis belum mempertimbangkan pengurangan kapasitas karena hambatan yang tidak dapat dihindari dari faktor eksternal perusahaan.

c. Standar kapasitas normal

Standar kapasitas normal juga merupakan konsep pendekatan jangka panjang. Standar kapasitas normal adalah standar kegiatan produksi yang dihitung dari standar kegiatan teoritis dikurangi hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari baik yang datangnya dari faktor internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Faktor eksternal tersebut misalnya faktor musiman, siklus atau fluktuasi perekonomian yang dapat berpengaruh terhadap penjualan produk perusahaan.

d. Standar kapasitas yang diharapkan

Standar kapasitas yang diharapkan mendasarkan kepada kegiatan produksi yang diharapkan dapat dicapai pada periode akuntansi pemakaian standar, sehingga merupakan pendekatan jangka pendek. Besarnya tingkat produksi yang

(10)

diharapkan dipengaruhi oleh ramalan penjualan pada periode akuntansi yang akan datang dan perubahan persediaan produk yang dikehendaki.

C. Pengertian dan Tujuan Pengendalian

Informasi yang akurat dan tepat sangat diperlukan agar pimpinan dapat terus mengikuti perkembangan operasi maupun kondisi keuangan perusahaan. Untuk itu diperlukan suatu pengendalian sehingga informasi yang diharapkan dapat dipenuhi dan berguna.

Pengendalian menurut Supriono (2000 : 24) adalah “ Proses manajemen yang bertujuan untuk menjamin bahwa setiap bagian organisasi yang berfungsi dengan efisien (berdaya guna) dan efektif (berhasil guna) secara maksimal”.

Sedangkan menurut Usry dan William (2006 : 5) “Pengendalian (control) merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengkoleksi perbedaan yang penting”.

Dari defenisi di atas dapat dikemukakan bahwa pengendalian merupakan proses umpan balik yang bertujuan agar setiap bagian organisasi berfungsi dengan efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dapat dilakukan penyempurnaan tujuan, rencana dan pelaksana.

Sedangkan tujuan dari pengendalian itu sendiri menurut Mulyadi (2001 : 163) adalah sebagai berikut:

“ a. Menjaga kekayaan organisasi

(11)

c. Mendorong efisiensi

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”

Dari keterangan diatas, dimana telah dijelaskan pengertian dan tujuan pengendalian dengan jelas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan menyeluruh dari perusahaan maupun setiap bagian dalam perusahaan terutama dalam kegiatan produksi dalam suatu perusahaan, karena kegiatan produksi bagi sebuah perusahaan industri merupakan kegiatan utama dalam perusahaannya dimana biaya yang digunakan akan lebih besar dari kegiatan lain dalam perusahaan. Untuk itu sangat perlu diadakannya pengendalian yang baik agar tercapainya target atau tujuan perusahaan.

D. Pengertian dan Unsur-Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya produksi

Menurut Henry Simamora (200: 456) ”Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dengan mengkonversikan bahan baku menjadi produk jadi”. Sedangkan menurut Garrison/Noreen (2000 : 49) ”Biaya produksi adalah semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa biaya produksi merupakan keseluruhan jumlah yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang jadi, yang secara langsung terdiri dari biaya produksi bahn langsung dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tidak langsung dimasukan kedalam overhead pabrik.

(12)

Biaya produksi sering juga disebut biaya pabrikasi atau biaya pabrik (factory cost). Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gali karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan proses produksi menurut objek pengeluarannya.

2. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya produksi pada industri manufaktur menurut Rudianto (2006 : 16) terdiri dari :

a. Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang telah digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi tertentu dalam volume tertentu. Misalnya harga beli kain per potong, harga beli kayu per unit meja dan sebagainya. b. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membayar pekeka yang terlibat secara langsung dalam proses produksi. Misalnya tukang jahit dalam usaha garmen, tukang kayu dalam aerusahaan mebel, dan lain-lain. Tidak semua pekerja yang terlibat dalam proses produksi selalu dikategorikan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Hanya pekerja yang terlibat secara langsung didalam proses menghasilkan produk perusahaan yang dapat dikelompokan sebagai tenaga kerja langsung.

c. Overhead pabrik adalah berbagai macam biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tetapi juga dibutuhkan dalam proses produksi. Termasuk dalam kelompok biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tenaga kerja lainnya.

1). Biaya bahan penolong (bahan tidak langsung) adalah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Misalnya, kain dan kancing dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian, paku dan cat untuk menghasilkan meja tulis da sebagainya. Bahan penolong merupakan elemen bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu produk jadi, tetapi bukan merupakan elemen utama. Tanpa bahan penolong suatu produk tidak akan pernah menjadi produk siap pakai dan siap jual. 2). Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang

dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang tetapi tidak terlibat secara langsung didalam proses produksi. Misalnya mandor dari para penjahit, Tukang kayu, Satpam pabrik dan sebagainya. Tenaga kerja penolong merupakan

(13)

tenaga kerja yang tetap dibutuhkan, tetapi bukan merupakan elemen tenaga kerja yang utama dalam suatu produk. Tanpa tenaga kerja penolong, proses produksi terganggu.

3). Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja penolong. Seperti, biaya listrik dan air pabrik. Biaya telepon pabrik

E. Penentuan Standar Biaya Produksi

Penentuan standar biaya produksi terbagi kedalam 3 bagian : 1. Penentuan standar biaya bahan baku langsung

Standar biaya bahan baku ini terdiri atas 2 unsur yaitu : a. Standar harga bahan baku

Pada umumnya harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan pada umumnya digunakan selama tahun berikutnya. Tetapi harga standar ini dapat diubah bila terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar biasa.

b.Standar kuantitas bahan baku

Penentuan standar kuantitas bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, kareteristik pengolahan produk,maupun mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap-tiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk selesai.

Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan : 1) Penyelidikan teknis

(14)

a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.

b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu. c. Menghitung rata-rata pemakain bahan baku dalam pelaksanaan

kerja yang paling baik.

2. Penentuan Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja standar terdiri dari 2 unsur yaitu jam kerja standar dan tarif upah standar.

Jam kerja standar dapat ditentukan dengan cara :

a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.

b. Membuat tes-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan.

d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar : a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.

b. Data upah masa lalu. Yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar adalah : rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan yang lalu.

(15)

c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal. 3. Penentuan Standar Biaya Overhead Pabrik

Penetapan standar overhead pabrik berbeda dengan penentuan standar biaya bahan baku dan standar biaya tenaga kerja langsung karena overhead pabrik tidak memiliki hubungan fungsional dalam artian bahwa volume barang produksi tidak memiliki hubungan secara proporsional dengan biaya pabrik lainnya.

Selain itu penyebab perbedaan ini adalah karena adanya komponen-komponen overhead pabrik yang bermacam-macam. Overhead pabrik meliputi biaya bahan pembantu, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan dan lain-lain. Masing-masing jenis overhead pabrik yang membentuk overhead pabrik tersebut berbeda-beda pengaruhnya jika dihubungkan dengan naik-turunnya aktivitas produksi.

Ada yang berhubungan secara proporsional (variabel), ada yang berhubungan secara tidak proporsional (semi variabel) dan ada pula yang tidak berhubungan (tetap). Keadaan yang demikian, bila diinginkan pembandingan antara standar dengan sesungguhnya memerlukan penyesuaian untuk perubahan tingkat kegiatan. Hal ini memerlukan budget fleksibel yang menunjukkan jumlah biaya untuk berbagai tingkat kegiatan (kapasitas).

(16)

Contoh anggaran fleksibel dan penentuan tarif biaya overhead pabrik standar. Tabel 3.1.

Wilton Manufacturing Corporation Departemen Perakitan

Anggaran Fleksibel

Kapasitas 80% 90% 100%

Standar Produksi 3.840 Unit 4.320 Unit 4.800 Unit Jam tenaga kerja langsung 1.280 Jam 1.440 Jam 1.600 Jam

Overhead Pabrik

- Variabel Rp. 3.840 Rp. 4.320 Rp. 4.800

- Tetap Rp. 19.200 Rp. 19.200 Rp. 19.200

Total Overhead Pabrik Rp. 23.040 Rp. 23.520 Rp. 24.000 Sumber : Carter dan Usry, Buku Akuntansi Biaya, Edisi ke 3 buku 2

Dengan asumsi bahwa kolom 100% adalah kapasitas normal, maka tarif Overhead Pabrik standar untuk Departemen Perakitan terdiri dari bagian variabel dan tetap berikut ini:

15,00 Rp. jam 1.600 24.000 Rp langsung kerja tenaga jam pabrik overhead Total

perjam tenaga kerja langsung standar

Pada tingkat 100%, Tarif Overhead Pabrik standar dari Departemen Perakitan terdiri dari bagian variabel dan tetap berikut ini:

jam 1.600 4.800 Rp. langsung kerja tenaga jam variabel pabrik overhead Total

 = Rp. 3,00 tarif overhead pabrik variabel jam 1.600 .200 9 1 Rp. langsung kerja tenaga jam tetap pabrik overhead Total

= Rp. 12,00 tarif overhead pabrik tetap

Total tarif overhead pabrik

Pada kapasitas normal ………. = Rp. 15,00 perjam tenaga kerja langsung standar

(17)

F. Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi

Menurut Usry dan Wiliam (2006 : 5) mengemukakan, “Pengendalian (control) merupakan usaha sistematis peerusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan menbuat tindakan yang tepat untuk mengkoreksi perbedaan yang penting”.

Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Sistem biaya standar merupakan suatu sistem akuntansi yang mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi biaya ini berfungsi untuk mengetahui fungsi biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi dengan menganalisis perbandingan antara biaya standar dengan biaya aktual.

Biaya standar sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai pengendalian biaya khususnya biaya produksi. Standar harus ditetepkan untuk priode tertentu agar efektif dalam mengendalikan dan menganalisis biaya, lazimnya standar dihitung untuk jangka enam bulan atau dua belas bulan, kendati ada kalanya digunakan pula jangka waktu yang lebih panjang.

Keberhasilan sistem biaya standar tergantung kepada keandalan (reability), ketepatan (accurancy) dan sikap menerima (acceptance) kita terhadap standar tersebut. Kecermatan diperlukan sekali untuk meyakinkan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan dalam menetapkan standar. Dalam hal tertentu, sample rata-rata dari catatan beberapa periode yang lalu digunakan sebagai standar. Sekalipun demikian, standar yang paling efektif adalah standar yang ditentukan

(18)

oleh departemen perekayasaan industri berdasarkan hasil telaah yang cermat atas produk dan operasi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampling yang tepat dan termasuk juga peran serta dari mereka yang akan dinilai berdasarkan standar tersebut.

Pada umumnya apabila pelaksanaan sesungguhnya menyimpang dari standar secara terus menerus dengan jenis penyimpangan yang sama, misalkan tidak menguntungkan, maka biasanya yang kurang tepat adalah standar, dengan petunjuk adanya ketidaktapataan pada pelaksanaannya (pengeluaran biaya sesungguhnya).

Penyimpangan yang mengguntungakan itu terjadi apabila biaya produksi yang digunakan sesungguhnya lebih rendah dari biaya produksi standar, dan sebaliknya penyimpangan yang merugikan terjadi karena disebabkan oleh jumlah yang dikeluarkan lebih besar dari jumlah yang distandarkan

Penyimpangan yang menguntungkan ini disebut favorable Variance, dan biasanya diberi kode ”m”, penyimpangan yang menguntungakan ini perlu dianalisa karena penyimpangan itu mungkin disebabkan karena biaya produksi yang distandarkan terlalu tinggi, bukan karena perusahaan yang berhasil menekan biaya produksi, akan tetapi masih terjadi penyimpangan hal tersebut, karena kurangnya keefektifan dan keefisienan dalam usaha

Penyimpangan yang merugikan dinamakan Unfavorable Variance, dan biasanya diberi kode ‘tm”, penyimpangan ini tidak selamanya karena pemborosan dalam pemakaian biaya produksi, akan tetapi biaya standar yang ditetapkan terlalu

(19)

rendah dan tidak relevan dengan keadaan dan kondisi perusahaan dan alat-alat produksi yang ada.

Pada bagian berikut ini akan dibahas penyimpangan yang mungkin terjadi pada masing-masing elemen biaya produksi, adapun penyimpangan tersebut adalah:

1. Penyimpangan Biaya Bahan Baku

a. Penyimpangan Harga Bahan Baku (Material price variance)

Penyimpangan harga bahan baku merupakan selisih yang terjadi antara harga bahan baku yang sebenarnya dengan harha bahan baku yang distandarkan yang dapat lebih besar dan dapat lebih kecil. Selisih harga bahan baku dapat dihitung dengan rumus:

SHB = (HS x KS)- (HSt x KS) = (HS – HSt) KS

Dalam hal ini:

SHB = Selisih harga bahan baku

HS = Harga beli sesungguhnya setiap unit bahan baku KS = Kuantitas sesungguhnya yang dibeli

HSt = Harga beli standar setiap unit bahan baku Jika:

HS > HSt maka SHB tidak menguntungkan (Unfavorable) HS < HSt maka SHB menguntungkan (Favorable)

b. Penyimpangan Kuantitas Bahan Baku (Material quantity variance)

Merupakan penyimpangan kuantitas bahan baku yang terjadi karena adanya perbedaan antara pemakaian yang sesungguhnya dengan standar

(20)

pemakaian bahan baku. Selisih kuantitas pemakaian bahan baku dapat dihitung dengan rumus:

SKB = (KS x HSt) – (KSt x HSt) = (KS – KSt) HSt

Dalam hal ini:

SKB = selisih kuantitas bahan baku

KS = kuantitas sesungguhnya yang digunakan HSt = harga beli standar untuk setiap bahan baku KSt = kuantitas standar bahan baku

Jika:

KS > KSt maka SKB tidak menguntungkan (Unfavorable) KS < KSt maka SKB menguntungkan (Favorable)

2. Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Selanjutnya penyimpangan ini dapat dianalisa ke dalam dua bentuk penyimpangan yaitu:

a. Penyimpangan tarif tenaga kerja (Labour rate variance)

Penyimpangan tarif upah tenaga kerja merupakan selisih yang terjadi antara biaya-biaya tenaga kerja yang sesungguhnya yang dapat dibebankan pada suatu tarif upah tenaga kerja rata-rata yang lebih tinggi atau lebih rendah dari standar upah tenaga kerja.

Selisih tarif upah langsung dapat dihitung dengan rumus: STU = (TS x JS) – (TSt x JS)

(21)

Dalam hal ini:

STU = selisih tarif upah langsung

TS = tarif upah langsung sesungguhnya setiap jam JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk TSt = tarif standar setiap jam upah langsung Jika:

TS > TSt maka STU tidak menguntungkan (Unfavorable) TS < TSt maka STU menguntungkan (Favorable)

b. Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labour efficiency variance)

Penyimpangan efisiensi tenaga kerja dihitung dengan membandingkan jam kerja yang sesungguhnya terpakai dengan jam kerja standar yang ditetapkan.

Selisih efisiensi upah langsung dapat dihitung dengan rumus: SEUL = (JS x TSt) – (JS x TSt)

= (JS – JSt) TSt Dalam hal ini:

SEUL = selisih efisiensi upah langsung

JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk JSt = jam standar untuk mengolah produk TSt = tarif standar setiap jam upah langsung Jika:

JS > JSt maka SEUL tidak menguntungkan (Unfavorable) JS < JSt maka SEUL menguntungkan (Favorable)

(22)

3. Penyimpangan Overhead Pabrik (Factory overhead variance)

Selisih overhead pabrik ini dapat dianalisa menjadi tiga metode selisih yaitu: a. Metode dua selisih (Two variance method)

Dalam metode analisis dua selisih, selisih biaya overhead pabrik digolongkan menjadi dua macam selisih, yaitu :

1) Selisih terkendali (Controllable variance)

Selisih terkendali adalah selisih yang timbulnya disebabkan oleh perbedaan antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar.

Selisih tekendali dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ST = BOPS – AFKSt

Dalam hal ini :

ST = Selisih tekendali

BOPS = Biaya ovhead pabrik sesunggunhnya

AFKSt = Anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar Jika :

BOPS > AFKst maka ST tidak menguntungkan BOPS < AFKst maka ST menguntungkan 2) Selisih volume (Volume variance)

selisih volume merupakan perbedaan yang terjadi antara anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar dengan total biaya overhead standar atau biaya overhead pabrik yang dibedakan kepada produk melalui perkiraan barang dalam proses.

(23)

Selisih volume dapat dihitung dengan menggunakan rumus: SV = AFKSt – ( KS x T)

Dalam hal ini : SV = selisih volume

AFKSt = anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar KSt = Kapasitas standar

T = Tarif total biaya overhead pabrik KN = Kapasitas normal

Jika :

KN > KSt maka SV tidak menguntungkan KN < KSt maka SV menguntungkan

b. Metode Tiga Selisih (Three variance method)

Dalam metode analisis tiga selisih, selisih biaya overhead pabrik digolongkan menjadi tiga macam selisih yaitu :

1) Selisih Anggaran

Selisih anggaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus: SA = BOPS – (KN x TT) – (KS x TV)

Dalam hal ini :

SA = Selisih anggaran

BOPS = Biaya overhead pabrik sesungguhnya KN = Kapasitas Normal

TT = Tarif tetap per unit kapasitas TV = Tarif Variabel per unit kapasitas

(24)

Jika :

BOPS > AFKS maka SA tidak menguntungkan BOPS < AKKS maka SA menguntungkan 2) Selisih kapasitas

Selisih ini umumnya disebabkan oleh faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer pabrik, dapartemen atau seksi sehingga tanggungjawab selisih ini umunya berada pada manajemen puncak. Namun jika selisih ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh manajer pabrik, departemen atau seksi sehingga mesin-mesin rusak dan jam sesungguhnya rendah maka tanggungjawab seisih ini berada pada manajer pabrik, dapartemen atau seksi yang bersangkutan. Rumus perhitungan selisih kapasitas adalah sebagai berikut :

SK = AFKS – (KS x T) Dalam hal ini :

SK = Selisih kapasitas

AFKS = Anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas sesunngunya

KS = Kapasitas normal

T = Tarif total biaya overhead pabrik 3) Selisih Efisiensi Biaya Ovehead Pabrik

Secara matematis, selisih efisiensi biaya ovehead pabrik dapat dihitung dengan rumus :

(25)

Dalam hal ini:

SEBOP = Selisih efisiensi biaya overhead pabrik

KS = Kapasitas sesungguhnya untuk mengolah produk KSt = Kapasitas standar untuk mengolah produk

T = Tarif total atau tarif standar BOP setiap unit kapasitas Jika :

KS > KSt maka SEBOP tidak menguntungkan KS < KSt maka SEBOP menguntungkan c. Metode empat selisih (Four variance method)

Dalam mtode empat selisih, selisih biaya overhead pabrik digolongkan menjadi empat macam selisih, yaitu :

1. Selisih anggaran 2. Selisih kapasitas

3. Selisih Efisiensi BOP variabel 4. Selisih efisiensi BOP tetap

Metode empat selisih tidak jauh dengan metode tiga selisih, metode empat merupakan pengembangan dari metode tiga selisih, pada metode empat selisih, perhitungan selisih anggaran dan selisih kapasitas sama saja dengan yang ada pada metode tiga selisih, baik itu rumus perhitungan dan sebab terjadinya penyimpangan. Sedangkan analisis selisih efisiensi BOP variabel dan selisih afisiensi BOP tetap digunakan rumus sebagai berikut :

Selisih Efisiensi BOP variabel

(26)

= (KS – KSt) TV Dalam hal ini :

SEBOPV = Selisih efisiensi biaya overhead variabel

KS = Kapasitas sesungguhnya untuk mengolah produk KSt = Kapasitas standar untuk mengolah produk TV = Tarif variabel BOP setiap unit kapasitas Jika :

KS > KSt maka SEBOPV tidak menguntungkan KS < KSt maka SEBOPV menguntungkan Selisih Efisiensi BOP Tetap

SEBOPT = (KS x TT) – (KSt x TT) = (KS – KSt) TT

Dalam hal ini :

SEBOPT = Selisih efisiensi biaya overhead pabrik tetap KS = Kapasitas sesungguhnya untuk mengolah produk KSt = Kapasitas standar untuk mengolah produk TT = Tarif tetap BOP setiap unit kapasitas Jika :

KS > KSt maka SEBOPT tidak menguntungkan KS < KSt maka SEBOPT menguntungkan Contoh:

PT. ABC menggunakan sistem biaya standar. Perusahaan mengolah satu jenis produk melalui satu tahap. Kapasitas normal yang dimiliki perusahaan

(27)

sebanyak 10.000 jam kerja langsung atau sebesar 2.500 unit produk. Besarnya biaya standar untuk mengolah satu unit produk dalam tahun 2000 adalah sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku : 2 kg @ Rp. 20 = Rp. 40 Biaya Tenaga Kerja Langsung : 4 jam @ Rp. 12,5 = Rp. 50 Biaya overhead pabrik:

Varibel = 4 jam @ Rp. 10 = Rp. 40

Tetap = 4 jam @ Rp. 5 = Rp. 20 Rp 60

Jumlah Rp. 150

Data biaya produksi dan penjualan dalam bulan Januari tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan tidak memiliki persediaan produk dalam proses dan persediaan produk selesai pada awal bulan Januari. Selama bulan Januari produk yang dapat diselesaikan sebanyak 2.400 unit. Pada akhir bulan Januari perusahaan tidak memiliki produk dalam proses.

b. Bahan baku yang dibeli dengan kredit dan dipakai selama bulan Januari sebanyak 4.900 kg@ Rp. 19 = Rp. 93.100

c. Biaya tenaga kerja langsung yang terjadi dalam bulan Januari 9.550 jam @ Rp. 12 = Rp. 114.600.

d. Total Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp. 145.000.

e. Penjualan produk selesai sebesar 2000 unit @ Rp. 250 = Rp. 500.000

f. Biaya pemasaran yang terjadi Rp. 50.000 dan biaya administrasi Rp. 30.000. Berdasarkan informasi di atas dapat ditentukan:

(28)

a. Selisih Biaya Bahan Baku 1. Selisih Harga Bahan Baku

SHB = (HS – HSt) KS

= (Rp. 19 – Rp. 20) 4900 = Rp. 4.900 menguntungkan 2. Selisih Kuantitas Bahan Baku

SKB = (KS – Kst) Hst

= {4900 – (2400 x 2) x Rp. 20}

= {4900 – 4800} Rp. 20 = Rp. 2.000 merugikan b. Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

BTKL sesungguhnya = 9550 x Rp. 12 = Rp. 114.600 BTKL standar = 2400 x 4 x Rp. 12,50 = Rp. 120.000 Selisih biaya tenaga kerja langsung (menguntungkan) = Rp. 5.400 1. Selisih Tarif Upah Langsung

STU = (TS – Tst) JS

= (Rp. 12 – Rp. 12,5) 9550 = Rp. 4775 menguntungkan 2. Selisih Efisiensi Upah Langsung

SEUL = (JS – JSt) TSt

= {9550 – (2400 x 4) } Rp. 12,5

= {9550 – 9600) Rp. 12,5 = Rp. 625 menguntungkan c. Selisih Biaya Overhead Pabrik

BOP sesungguhnya = Rp. 145.000

BOP standar = (2400 x 4) x Rp. 15 = Rp. 144.000 Selisih Biaya Overhead Pabrik = Rp. 1.000

(29)

Metode Analisa Dua Selisih

Dalam hal ini hanya diberikan contoh untuk perhitungan biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode dua selisih saja.

Selisih terkendali

BOP sesungguhnya = Rp. 145.000

Anggaran Fleksibel pada kapasitas Standar: Tetap = KN x TT = 10000 x Rp. 5 = Rp. 50.000 Variabel = KSt x TV = (2400 x 4) Rp. 10 = Rp. 96.000 = Rp. 146.000

Selisih terkendalikan (menguntungkan) Rp. 1.000

Selisih Volume

Anggaran fleksibel pada kapasitas

Standar = Rp. 146.000

Biaya overhead pabrik standar = (2400 x 4) x Rp. 15 = Rp. 144.000

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan pada Hotel The Royal Pita Maha Ubud diatas dapat disimpulkan bahwa

Gracias a las continuas innovaciones de WINTERSTEIGER, con la sierra alternativa para cortes delgados extra y altos DSG 200 / 400 ahora pueden serrarse bloques de madera con una

(6) Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan atas nama Kepala Daerah menerbitkan Sertifikat Laik Tangkap Operasional (SLTO) bagi kapal ikan yang dinyatakan Laik

kami peroleh dalam melakukan Kunjungan Industri ke PT Liku Telaga adalah terkait proses pengolahan sulfur (belerang) berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bah- wa faktor risiko kejadian kematian neonatal dini adalah ANC, status imunisasi TT, anemia ibu hamil, berat badan lahir,

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

1) Beton dengan kondisi tanpa pemanasan, pemberian campuran kaolin sebesar 5% sampai15% mengakibatkan penurunan kinerja beton antara 0,15 % sampai dengan 30 % dari kuat tekan beton

™ Sepengetahuan Terdakwa mengenai Bertemu dengan Indra Setiawan apakah pada saat Sebelum atau setelah kematian Munir, terdakwa justru menjawab itu tidak ada urusan dengan