B ab 2
Profil W ila ya h
Ka bupa t en Purba lingga
2.1. WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN PURBALINGGA
2.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Purbalingga termasuk Propinsi Jawa Tengah bagian barat daya yang terletak pada
posisi 101 º 11’-109 º 35’ Bujur Timur dan 07º 10’- 06 º29’ Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten
Purbalingga secara administratif dapat diuraikan sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Pemalang
Sebelah Selatan : Kabupaten Banyumas dan Banjarnegara
Sebelah Timur : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Pekalongan Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas
Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764.122 ha atau 2,39% dari luas wilayah
Propinsi Jawa Tengah. Dari 18 Kecamatan yang ada, Kecamatan dengan wilayah terluas adalah
Kecamatan Rembang yaitu 9.159 ha Sedangkan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Purbalingga
dengan luas 1.472 ha.
Tabel II. 1.
Jarak dari Purbalingga Ke Beberapa Kota Sekitarnya
Kota Jarak
Semarang 191 km Purwokerto 20 km Cilacap 60 km Banjarnegara 45 km Wonosobo 75 km
RE N CA N A P R O G RA M I N V E S T A S I J A NG K A M E N E N G A H ( R P I J M ) B I D A N G C I P T A K A R Y A K A B UP A T E N P U R B A L I N G G A T A H U N 2 0 1 8 - 2 02 2
II-2 PENYUSUNAN
Secara administratif Kabupaten Purbalingga terbagi menjadi 239 desa/kelurahan yang
tersebar di 18 kecamatan. Dari jumlah tersebut terdiri dari 224 desa dan 15 kelurahan. Untuk
luasan masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II. 2.
Sumber : Purbalingga Dalam Angka 2016
2.1.2. Topografi Dan Geomorfologi
Fisiografi Kabupaten Purbalingga terletak pada daerah perbatasan antara zona Serayu
Utara dan zona Vulkanik Kwarter. Wilayah Kabupaten Purbalingga memiliki ketinggian tempat
antara 23 meter – 3.432 meter dari permukaan laut, dengan klasifikasi ketinggian Kabupaten
Purbalingga termasuk dalam klasifikasi antara 0 – 1.500 meter dari permukaan laut. Menurut
klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Purbalingga tersebut masing-masing mempunyai
sifat-sifat khusus seperti diuraikan sebagai berikut:
Daerah Ketinggian 7 – 25 meter dpl merupakan daerah potensi persawahan dengan pengairan yang memadai.
Daerah Ketinggian 25 – 100 meter dpl merupakan daerah dengan sebagian wilayah masih berpotensi untuk tanah persawahan dan sebagian wilayah pada ketinggiannya
antara 50 – 100 meter dpl berpotensi untuk pertanian tanah kering, mengingat topografi
yang lebih besar.
Daerah Ketinggian 500 – 1.000 meter dpl merupakan daerah berpotensi untuk wilayah perkebunan dan baik untuk dikembangkan budidaya tanaman sayur-sayuran, mengingat
wilayah tersebut cukup dingin.
Daerah Ketinggian diatas 1.000 meter dpl merupakan daerah yang terbatas untuk usaha pertanian karena topografi wilayah bergelombang. Daerah dengan topografi demikian
berpotensi sebagai wilayah non budidaya atau kawasan hutan lindung.
Dataran tinggi di Kabupaten Purbalingga meliputi Kecamatan Rembang, Kecamatan
Karangmoncol, Kecamatan Karangreja, Kecamatan Karangjambu, Kecamatan Karanganyar,
Kecamatan Kertanegara dan sebagian Kecamatan Kutasari, sebagian Kecamatan Bojongsari,
KecamatanMrebet dan Kecamatan Bobotsari.
Sedangkan dataran rendah di Kabupaten Purbalingga meliputi Kecamatan Purbalingga,
Kecamatan Kalimanah, Kecamatan Bukateja, Kecamatan Kaligondang, Kecamatan Pengadegan,
sebagian Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Kejobong, sebagian Kecamatan Kutasari,
Kecamatan Padamara dan Kecamatan Kemangkon.
Kabupaten Purbalingga memiliki karakter topografi yang beragam, dari dataran rendah,
daerah perbukitan hingga daerah pegunungan. Karakteristik wilayah berdasarkan kondisi
permukaan tanah menunjukkan sebaran sebagai berikut:
Bagian utara merupakan daerah berbukit-bukit dengan kelerengan >40%. Daerah ini
meliputi Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Rembang,
sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet.
Bagian selatan merupakan daerah dengan tingkat kemiringan berkisar antara 0 - 25%.
Wilayah ini meliputi Kecamatan Kalimanah, Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja,
Kejobong, Pengadegan, sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet.
2.1.3. Klimatologi Dan Curah Hujan
Curah hujan sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak tempat itu sendiri.
Tidak terkecuali untuk wilayah Kabupaten Purbalingga yang memiliki ketinggian 23 m – 3,432 m
dari permukaan laut, dengan puncak gunung Slamet sebagai titik tertingginya. Purbalingga yang
memiliki iklim tropis yang relatif basah dengan kelembaban relatif antara 74,6 % sampai 87,6 %,
suhu udara 26ºC – 31ºC, dan curah hujan rata-rata 3.938 mm, dengan bulan basah (curah hujan
> 200 mm) mencapai 10 bulan, bulan lembab (CH antara 100 – 200) 2 bulan dan bulan kering
(CH 0-100 mm) 0 bulan. Dengan demikian menurut typologi Zona Agroklimat dapat
Tabel II. 3.
Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Bulan Hari Hujan Curah Hujan
1 Januari 17 353 2 Februari 9 153 3 Maret 17 482 4 April 15 383
5 Mei 8 194
6 Juni 2 40 7 Juli 1 13 8 Agustus 0 0 9 September 0 0 10 Oktober 1 6 11 November 14 451 12 Desember 12 427 JUMLAH 95 2502
Sumber : Kabupaten Purbalingga Dalam Angka 2016
2.1.4. Geologi
Komposisi litologi batuan yang terdapat di Kabupaten Purbalingga terdiri atas:
Alluvium endapan rawa dan danau, terutama tersusun oleh lempung, umumnya bersifat kedap air.
Endapan alluvium gunung api, terdiri dari bahan-bahan tak mengeras, mengandung bongkah-bongkah batuan gunung api, bergaris tengah 10 – 15 Cm, tersusun oleh
andesit sampai basalt dengan kelulusan terhadap air rendah sampai tinggi.
Lava andesit berongga asal Gunung Slamet dengan kelulusan terhadap air tinggi sampai sedang.
Endapan vulkanik tua yang terdiri dari aliran lava yang bersifat andesit sampai basalt dan breksi. Kelulusan terhadap air rendah sampai sedang.
Batu pasir tufaan, batupasir, konglomerat, tufa, breksi dan lempung dengan kelulusan terhadap air rendah.
Napal, napal lempungan dan napal globigerina dengan sisipan tipis tufa pasiran, batu gamping pasiran, batu pasir, batu lempung dan lempung tufaan dengan kelulusan
terhadap air rendah.
Lokasi penambangan bahan galian pasir dan batu Kabupaten Purbalingga sebagian
besar dilakukan di Sungai Klawing dan Sungai Serayu, jenis bahan galian pasir dan batu yang
ditambang oleh masyarakat adalah pasir dan sirtu.
2.1.5. Hidrologi
Pada umumnya, sungai-sungai di Kabupaten Purbalingga belum dimanfaatkan secara
yang memungkinkan untuk dibuat bendungan, dam dan waduk-waduk kecil lainnya yang tidak
banyak mengeluarkan dana, telah dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk pengairan sawah,
perikanan dan sebagainya.
Debit air sungai itu sendiri dalam setahunnya tidak tetap, karena debit air sungai
dipengaruhi oleh curah hujan di daerah hulu. Sungai di Kabupaten Purbalingga terdiri dari 2 (dua)
macam aliran, yaitu sungai yang mengalir melewati Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya serta
sungai yang hanya mengalir di Kabupaten Purbalingga saja. Sungai yang mengalir melewati
Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya, yaitu: Sungai Pekacangan
Sungai Serayu Sungai Klawing
Sedangkan sungai yang hanya mengalir di Kabupaten Purbalingga dan berpotensi untuk
pengairan yaitu:
karakteristik yang berbeda. Jenis tanah yang mendominasi wilayah Kabupaten Purbalingga
adalah latosol coklat dan regosol coklat seluar 14.943,75 Ha (19,22%) dari seluruh wilayah
Kabupaten Purbalingga dan yang terkecil adalah jenis tanah litosol yang hanya sebesar 568,75
Ha (0,73%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel II. 4.
Jenis Tanah di Kabupaten Purbalingga
NO Jenis Tanah Luas Wilayah
Ha %
1 Latosol coklat dan Regosol coklat 14.943,750 19,22 2 Aluvial Coklat tua 13.837,500 17,79 3 Latosol coklat dari bahan induk Vulkanik 8.490,625 10,92 4 Latosol merah kuning 4.498,375 5,78 5 Latosol coklat tua 6.237,500 8,02 6 Andosol coklat 5.662,500 7,28 7 Litosol 568,750 0,74 8 Padmolik merah kuning 10.050,000 12,92 9 Gromosol kelabu 13.475,122 17,33
Jumlah 77.764,122 100
2.1.7. Hidrogeologi
Air tanah dan akuifer di Kabupaten Purbalingga menurut peta hidrogeologi Indonesia dari
Direktorat Geologi Tata Lingkungan, terdiri atas: Akuifer produktif dengan penyebaran luas
Akuifer ini berupa akuifer dengan keterusan sedang, tinggi psiometri atau air tanah diatas
atau dekat muka tanah sampai lebih dari 5 m. Debit sumur umumnya 5 – 10 liter/detik. Akuifer dengan produktivitas tinggi dengan penyebaran luas
Akuifer ini berupa akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah
beragam. Debit sumur umumnya lebih dari 5 liter/detik Akuifer dengan produktivitas kecil setempat berarti
Akuifer ini berupa akuifer dengan keterusan rendah sampai sangat rendah. Air tanah
setempat dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada daerah lembah atau zona pelapukan Daerah Air Tanah Langka
2.1.8. Daerah Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana di Kabupaten Purbalingga terbagi atas: Kawasan rawan bencana longsor
Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Purbalingga terdapat di sebagian kecil
Kecamatan Kemangkon (Desa Jetis),sebagian kecil Kecamatan Kaligondang (Desa
Sidareja), sebagian Kecamatan Karangjambu, sebagian kecil Kecamatan Karanganyar,
sebagian kecil Kecamatan Kertanegara (Desa Karangjambum, Sirandu, Sanguwatang,
Purbasari, Jingkang, Danasari), sebagian kecil Kecamatan Bojongsari (Desa Banjaran,
sebagian kecil Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari), sebagian kecil Kecamatan
Karanganyar (Desa Kalijaran), dan sebagian kecil Kecamatan Mrebet (Desa Sindang,
Tangkisan), sebagian Kecamatan Rembang (Desa Wlahar, Tanalum, Bodaskarangjati,
Bantarbarang, Wonogarawetan, Panusupan), dan sebagian Kecamatan Karangmoncol
(Desa Sirau, Tajug, Pepedan). Kawasan rawan bencana banjir.
Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Purbalingga terdapat di Sungai Klawing,
Sungai Serayu, dan Sungai Pekacangan, serta sungai-sungai yang mengalir di dalam
Kabupaten Purbalingga. Kawasan rawan bencana banjir yang terdapat di Kabupaten
Purbalingga, yaitu Kecamatan Kemangkon (Desa Kalialang, Muntang, Sumilir, Jetis,
Gambarsari, Toyareka), Kecamatan Purbalingga (Desa Toyareja, Jatisaba, Bancar),
Kalimanah (Desa Sidakangen, Blater), Kecamatan Bojongsari (Desa Galuh, Banjaran),
Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari), Kecamatan Karanganyar (Desa Kaliori,
Margasana, Kalijaran, Ponjen), Kecamatan Mrebet (Desa Sindang, Tangkisan), Kecamatan
Bukateja (Desa Bajong, Kedungjati), Kecamatan Kejobong (Desa Lamuk), Kecamatan
Rembang (Desa Makam, Sumampir, Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wonogarawetan).
Kecamatan Karangmoncol (Desa Tajug, Pekiringan, Pepedan, Grantung), dan Kecamatan
Kertanegara (Desa Kertanegara). Kawasan rawan bencana angin ribut.
Kawasan rawan bencana angin ribut terdapat di Kecamatan Kemangkon (Desa
Kedungbenda, Bokol, Mejasem, Senon, Pelumutan, Jetis), Kecamatan Kaligondang (Desa
Pagerandong, Sidanegara, Arenan, Sempor Lor, Brecek, Cilapar), Kecamatan Kutasari
(Desa Karangreja, Candinata, Karangklesem, Sumingkir, Meri, Kutasari, Munjul),
Kecamatan Bojongsari (Desa Pekalongan, Beji, Metenggeng, Karangcegak, Bumisari),
Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari, Tlagayasa, Majapura, Karangduren, Kalapacung,
Pakuncen, Gunungkarang), Kecamatan Karangreja (Desa Serang, Kutabawa, Karangreja,
Siwarak, Tlahap Lor, Gondang), Kecamatan Karangjambu (Desa Sanguwatang, Purbasari,
Sirandu, Karangjambu, Jingkang, Danasari), Kecamatan Karanganyar (Desa Ponjen,
Krangean, Langkat, Kalijajar, Brakas, Maribaya), Kecamatan Mrebet (Desa Sangkanayu,
Pengalusan, Cipaku), Kecamatan Kejobong (Desa Kejobong, Pangempon, Langgar,
Nangkod, Kedarpan), Kecamatan Pengadegan (Desa Tetel, Tumanggal, Bedagas,
Larangan, Karangjoho), Kecamatan Rembang (Desa Panunggalan, Tegalpingen,
Gunungwuled, Losari, Bantarbarang, Wanogara Wetan, Lahar, Tanalun, Panusupan,
Wanogara Kulon), Kecamatan Karangmoncol (Desa Kramat, Tunjungmuli, Tamansari),
Kecamatan Padamara, (Desa Purbayasa, Bojanegara, Karangsentul), Kecamatan Bukateja
(Desa Bukateja, Bajong, Kutawis), Kecamatan Kalimanah (Desa Kalikabong,
Karangmanyar, Mewek, Selabaya, Babakan). Kawasan rawan bencana kekeringan.
Kawasan rawan bencana kekeringan terdapat di Kecamatan Pengadegan, Kecamatan
Kejobong, Kecamatan Kutasari, Kecamatan Kemangkon, sebagian kecil Kecamatan
Bojongsari, dan sebagian kecil Kecamatan Kaligondang. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi.
Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi berada di Kecamatan Karangreja (Desa
Binangun, Sangkanayu), Kecamatan Bojongsari (Desa Bumisari, Metenggeng), dan
Kecamatan Kutasari (Desa Karangjengkol, Candinata, Candiwulan, Cendana).
2.1.9. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Purbalingga didominasi oleh fungsi lahan non
persawahan yang pemanfaatannya mencapai 77.764 Ha atau 72,39% dari total luas wilayah.
Pemanfaatan lahan sebagai fungsi tanah rumah, bangunan dan halaman sekitar menduduki porsi
yang paling besar (19,61%). Adapun fungsi kedua berupa tegalan (19,15%) dan hutan negara
yang mencapai 9.647 Ha (12,41%). Penggunaan lahan sebagai fungsi persawahan didominasi
oleh sawah irigasi setengah teknis 6.029 Ha (7,67%) dan irigasi teknis 5.962 Ha (7,67%).
Penggunaan Lahan Sawah
Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Purbalingga ditampilkan dalam bentuk luasan
lahan yang ditanami padi menurut kecamatan. Luasan tertinggi adalah sawah dengan hasil
panen dua kali dalam setahun mencapai 15.594 hektar, sedangkan yang mencapai panen
tiga kali dalam setahun mencapai luasan 2.714 hektar. Sebaran tertinggi lahan sawah
dengan panen tiga kali berada di Kecamatan Padamara dan Kecamatan Kutasari. Penggunaan Lahan Kering
Penggunaan lahan kering di Kabupaten Purbalingga didominasi tegal/ kebun sebesar
14,794 Ha. Disusul kemudian oleh penggunaan lahan berupa hutan rakyat 6,802 Ha.
Tabel II. 5.
Penggunaan Lahan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
Penggunaan Lahan
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Luas (Ha) (%) Luas
(Ha) (%) Luas (Ha) (%)
Luas
(Ha) (%) Luas (Ha) (%) Sawah 21.895 28,16 21.895 28,16 21.895 28,16 21.849 28,10 21.845 28,09 Perkampungan 19.072 24,53 19.072 24,53 19.072 24,53 19.083 24,54 19.087 24,55 Kebun Campur 4.532 5,83 4.532 5,83 4.532 5,83 4.532 5,83 4.532 5,83 Tegalan 17.344 22,30 17.344 22,30 17.344 22,30 17.344 22,30 17.344 22,30 Perkebunan 16 0,02 16 0,02 16 0,02 16 0,02 16 0,02 Perikanan 95 0,12 95 0,12 95 0,12 95 0,12 95 0,12 Hutan 11.328 14,57 11.328 14,57 11.328 14,57 11.328 14,57 11.328 14,57 Lain-lain 3.481 4,48 3.481 4,48 3.481 4,48 3.516 4,52 3.516 4,52 Total 77.763 100 77.763 100 77.763 100 77.763 100 77.763 100
Tabel II. 6.
Penggunaan Lahan per Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Kecamatan Penggunaan Lahan
Lahan Sawah Pertanian Bukan Lahan Jumlah
1 Kemangkon 2.249 697 1.567 4.513
Sumber : Kabupaten Purbalingga Dalam Angka tahun 2016
2.1.10. Potensi Wilayah Kabupaten Purbalingga
Kabupataen Purbalingga yang memiliki bentang alam berupa dataran landau dan
perbukitan, sehingga memiliki beberapa potensi, diantaranya
A. Potensi Wisata
Beberapa potensi wisata yang ada di Kabupaten Purbalingga saat ini terdiri dari wisata
Sungai Watu Mujur Purbalingga Sungai Klawing Purbalingga Bukit Watu Geong
Air Terjun Tanalum Sirau Negeri di atas awan
2. Wisata Buatan
Owabong Purbalingga Museum Uang Purbalingga Taman Reptil Sanggaluri Park Bumi Perkemahan Munjuluhur Kolam Renang Walik Purbalingga Museum Jenderal Soedirman Purbasari Pancuran Emas Usmas Janatin City Park Tubing Limbasari
Wisata Religi dan budaya Petilasan Ardilawet Festival Gunung Slamet
3. Wisata Kuliner
Tempe Mendoan
Permen Davos
Kacang Mirasa Soto Purbalingga Buntil
Sate Blater Es Durian
Nopia
Ondol Teya
Wedang Kupat
Potensi Wisata di Kabupaten Purbalingga
Owabong Purbalingga Curug Nini Purbalingga
Museum Uang Soto Purbalingga
B. Potensi Hasil Pertanian
Tanaman unggulan di bidang pertanian yang ada di Kabupaten Purbalingga saat ini
anatara lain Padi, Jagung dan Ketela Pohon. Selama tahun 2015 tanaman padi dapat
diproduksi hingga 248.332 ton, meningkat sebesar 44,02 persen dengan luas panen
39.882 ha, sehingga memiliki produktivitas sebesar 62,27 kw/ha. Tanaman jagung pada
tahun 2015 memiliki produksi sebanyak 39.339 ton dengan luas panen 6.998 ha,
sehingga memiliki nilai produktivitas sebesar 5,62 ton/ha. Sedangkan ketela pohon pada
tahun 2015 menghasilkan produksi sebanyak 74.159 ton dengan luas panen 2.773 ha,
sehingga memiliki nilai produktivitas sebanyak 26,74 ton
Selain penghasil tanaman pangan, kabupaten purbalingga juga merupakan penghasil
C. Potensi Industri
Di Kabupaten Purbalingga saat ini berkembang beberapa industri yang berkembang
dengan pesat bahkan beberapa industri yang ada pemasarannya dapat menembus
pasar luar negeri seperti industri bulu mata dan industri knalpot. Pada sektor ini banyak
sekali menyerap tenaga kerja di Kabupaten Purbalingg. Karena kualitas yang baik dari
produk bulu mata da knalpot yang dihasilkan di Kabupaten Purbalingga, hingga dapat
menguasai pasar lokal dan dan dapat bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri
Potensi Industri di Kabupaten Purbalingga
Bulu Mata Purbalingga Knalpot Purbalingga
2.2. DEMOGRAFI
2.2.1. Penduduk
Penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun 2015 berjumlah 903.181 jiwa yang terdiri
dari penduduk berjenis kelamin laki–laki sebanyak 446.258 jiwa dan perempuan sebanyak
456.923 jiwa, dengan demikian rasio jenis kelamin 97,67. jumlah penduduk paling banyak berada
di Kecamatan Mrebet, dengan penduduk sebanak 69.496 jiwa. Sedangkan kecamatan yang
memiliki penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Karangjambu yaitu sebanyak 24.898 jiwa.
Angka kepadatan penduduk di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2015 sebanyak 1.161
jiwa/km2. Angka kepadatan penduduk paling tinggi berada di Kecamatan Purbalingga dengan
Tabel II. 7.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio dan Kepadatan Di Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Ratio Sex Kpdtn Pddk (Jiwa/ Km2)
Sumber : Kabupaten Purbalingga Dalam Angka 2016
2.2.2. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk Kabupaten Purbalingga menurut kelompok umur pada tahun 2015 paling
banyak berada di penduduk kelompok umur 0 – 4 tahun yaitu sebanyak 80.934 jiwa, kemudian
penduduk kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebanyak 78.156 jiwa. Jika dilihat berdasarkan usia
poduktif penduduk (15-54 tahun) yang ada di Kabupaten Purbalingga sebanyak 506.686 jiwa
atau sebesar 56,10 % dari penduduk tahun 2015.
Tabel II. 8.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0‒4 41.505 39.429 80.934 Jumlah 446.258 456.923 903.181
2.2.3. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencahariaan
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Purbalingga bekerja di bidang industri sebesar
32,57 %. Selain itu juga ada potensi lainnya seperti dari pertanian sebanyak 30,51 %. Komposisi
penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Purbaligga diklasifikasikan menjadi beberapa
sektor, yaitu sektor pertanian, Industri, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan Lain-lain.
Dillihat perkembangan penduduknya, struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian
di wilayah Kabupaten Purbalingga dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sektor industri merupakan sektor yang mempunyai prosentase terbesar di wilayah
Kabupaten Purbalingga, yaitu sebesar 32,57 %.
Mata pencaharian yang mempunyai prosentase terkecil di wilayah Kabupaten Purbalingga
adalah Jasa Kemasyarakatan, yaitu berjumlah 9,34 %.
Tabel II. 9.
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Lapangan Usaha Persentase (%)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 35,38 24,09 30,51 2 Industri pengolahan 23,68 44,27 32,57 3 Perdagangan besar,eceran,rumah,makan, dan hotel 11,97 19,06 15,42 4 Jasa Kemasyarakatan 9,15 9,59 9,34 5 Lainnya(Pertambangan, dan penggalian, listrik, gas, dan air
angkutan,pergudangan, dan komunikasi, keuangan,asuransi,usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan
19,82 2,09 12,17
Total 100 99,1 100,01
Sumber : Kabupaten Purbalingga dalam Angka, 2016
2.2.4. Tingkat Kelahiran
Jumlah kelahiran tertinggi di Kabupaten Purbalingga berada di Kecamatan Mrebet
sebanyak 1.118 jiwa dengan tingkat Crude Birth Rate CBR mencapai 16,17. Sedangkan tingkat
kelahiran terendah di Kecamatan Karangjambu sebanyak 157 jiwa dengan tingkat CBR 9,18.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel II. 10.
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kelahiran di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Kecamatan Penduduk
Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2016
2.2.5. Tingkat Kematian
Jumlah kematian tertinggi di Kabupaten Purbalingga berada di Kecamatan Mrebet
sebanyak 610 jiwa dengan tingkat Crude Death Rate (CDR) mencapai 8,82, sedangkan jumlah
kematian terendah di Kecamatan Karangjambu sebanyak 63 jiwa dengan tingkat CDR mencapai
2,54.
Tabel II. 11.
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kematian di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Kecamatan Penduduk Banyaknya Kematian
2.3. KONDISI PEREKONOMIAN
2.3.1. Product Domestic Regional Brutto (PDRB)
Data PDRB menggambarkan kemampuan mengelola sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang dimiliki untuk melakukan suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran
PDRB yang dihasilkan oleh suatu wilayah sangat tergantung kepada potensi sumber daya alam
dan faktor produksi daerah tersebut.
2.3.2. Pertumbuhan Ekonomi
Sejalan dengan kondisi ekonomi Nasional dan Jawa Tengah, Kinerja ekonomi
Kabupaten Purbalingga tahun 2014 secara makro meningkat. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Purbalingga pada tahun 2014 yang ditunjukan oleh PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan
dapat tumbuh sebesar 2,14 persen. Apabila dilihat dari angka pertumbuhan sektoral seri 2010
atas dasar harga konstan, pada tahun 2014 sektor jasa perusahaan mendapatkan urutan
pertama. Urutan kedua adalah sektor perdagangan besar dan eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor. Ketiga sektor jasa pendidikan.
2.3.3. Struktur Ekonomi
Sektor pertanian selama 2012-2014 mempunyai peranan yang semakin menurun. Tahun
2011 memiliki kontribusi sebesar 29,35 persen, kemudian menurun menjadi 28,44 persen pada
tahun 2013, kemudian tahun 2014 hanya sekitar 27,82 persen
Pendapatan Perkapita
Salah satu alat untuk mengukur atau menilai tingkat kesejahteraan penduduk suatu
daerah adalah dari PDRB per kapita. PDRB per kapita penduduk di Kabupaten Purbalingga dari
tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2010 dimana tahun tersebut dijadikan tahun dasar
PDRB per kapita penduduk tahun 2010 sebesar Rp. 12.477.227,40 meningkat menjadi Rp.
14.935.798,40 tahun 2014 hal ini menunjukan peningkatan PDRB sebesar 19,70 persen.
Tabel II. 12.
Produk Domestik Regional Bruto Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2012-2015
Kategori Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.562.329,0 3.646.161,30 3.770.515,30 3.971.233,6 B Pertambangan dan Penggalian 586.872,4 627.136 635.213,60 679.959,3 C Industri Pengolahan 2.961.377,2 3.186.034,90 3.356.328,50 3.637.495,1 D Pengadaan Listrik dan Gas 7.637,4 8.422,90 8.983,40 8.237,5 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 16.821,8 16.844,50 17.767,30 17.699,1 F Konstruksi 713.647,2 749.199,90 789.756,60 828.339,3 G Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi
Kategori Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 289.935,5 299.739,20 307.926,80 350.941,3 J Informasi dan Komunikasi 233.793,4 255.445,80 265.718,90 303.718,4 K Jasa Keuangan dan Asuransi 266.294,7 275.412,60 284.651,40 296.640,4 L Real Estate 135.915,6 147.179,50 157.124,90 169.497,3 M,N Jasa Perusahaan 17.968,8 21.056,70 24.095,50 23.944,5
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial 370.501,5 384.840,20 387.686,20 401.025,0 P Jasa Pendidikan 553.374,9 616.373,10 692.116,90 706.517,8 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109.813,8 117.398,10 121.275,50 140.073,0 R,S,T,U jasa lainnya 224.378,9 247.549,80 260.268,70 274.588,3
Produk Domestik Regional Bruto 12.138.445,3 12.819.159,70 13.526.936,5 14.255.943,2 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun*) 870.276 879.880 889.214 898.430 PDRB per kapita (Rupiah) 13.947.811,2 14.522.788,7 15.212.239,7 15.867.617,1
Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2016
2.4. Prasarana dan Sarana Perkotaan
2.4.1. Prasarana Wilayah
A. Prasarana Jaringan Transportasi
Jalan merupakan prasarana darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. Dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan maka memerlukan
peningkatan pembangunan infrastruktur jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk
dan memperlancar distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lainnya.
Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Purbalingga mencapai 710,204 km, yang terdiri
dari jalan beraspal sepanjang 703.654 km, kerikil sepanjang 5.050 km sisanya
merupakan jalan tanah sepanjang 1.500 km. Jalan Kabupaten tersebut sekitar 73 persen
dalam kondisi baik, 15 persen dalam kondisi sedang dan 12 persennya dalam kondisi
rusak.
B. Prasarana Sumber Daya Air
Jumlah pelanggan dan produksi air minum ataupun air bersih dari tahun ke tahun terus
meningkat. Pada tahun 2015 banyaknya air yang disalurkan meningkat sebesar 10,26 %
dari tahun 2014. Pemakaian air yang disalurkan oleh PDAM Kabupaten Purbalingga ke
pelanggan sebanyak 9.607.749 m3.
Tabel II. 13.
Banyaknya Air Minum yang telah Disalurkan ke Pelanggan oleh PDAM Menurut Bulan pada tahun 2015
No Bulan Air Minum yang Disalurkan (m³ ) Presentase
No Bulan Air Minum yang Disalurkan (m³ ) Presentase
Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2016
Tabel II. 14.
Banyaknya Air Minum yang telah Disalurkan ke Pelanggan oleh PDAM Menurut Jenis Pelanggan, 2015
No Jenis Pelanggan Banyaknya
Pelanggan
Air Minum yang Disalurkan Jumah (m³ ) Persentase
1 Rumah Tempat Tinggal 37.934 8.155.079 61,67 2 Hotel/Obyek wisata/Niaga besar dan Kecil 722 231.091 1,75 3 Badan Sosial,rumah sakit dan tempat peribadatan 549 159.358 1,21 4 Sarana Umum 29 67.124 0,51 5 Toko, Industri, dan Perusahaan 101 269.659 2,04 6 Instansi Pemerintah: Pemda 411 4.017.817 30,38 TNI/Polri 732 323.651 2,45 Jumlah 40.478 13.223.779 100,00
Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2016
C. Prasarana Jaringan Lainnya
Persampahan
Volume persampahan di Kabupaten Purbalingga semakin meningkat, peningkatan ini di
pengaruhi oleh adanya pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Purbalingga.
Volume sampah di Kabupaten Purbalingga tahun 2015 sebanyak 285,11 m3/hari,
sedangkan volume sampah yang terangkut hanya sebanyak 170,70 m3/hari, sehingga
volume sampah tidak terangkut mencapai 114,41 m3/hari. Upaya pengelolaan sampah di
Kabupaten Purbalingga dilakukan secara tradisional, yaitu dengan penumpukan atau
penimbunan dan pembakaran sampah. Pengelolaan sampah dengan cara tradisional ini
dapat dilakukan pada daerah dengan kepadatan penduduk yang relatif rendah. Seiring
dengan pertambahan penduduk, jumlah volume sampah di Kabupaten Purbalingga juga
akan semakin meningkat. Oleh karena itu perlu diantisipasi sehingga sampah yang ada
dapat dikelola dengan baik dan tidak mencemari lingkungan.
Dibandingkan tahun sebelumnya produksi sampah tahun 2015 di Kabupaten Purbalingga
mengalami peningkatan sebesar 45,72 persen. Sekitar 59,87 persen sampah berhasil
diangkut oleh 9 truk sampah/truk container/container dan 32 sarana pengumpulan lain
Tabel II. 15. Tempat Pemrosesan Sementara 588 588 Tempat Pemrosesan Akhir 1 1 Truk Tinja
Transfer Depo 5 5 Instalasi Pengolah Limbah Tinja
Sumber: Kabupaten Purbalingga dalam Angka Tahun 2016
2.4.2. Sarana Wilayah
A. Kesehatan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, jumlah sarana
kesehatan di Kabupaten Purbalingga terdapat rumah sakit 6 buah, rumah bersalin 1
buah, puskesmas 22 buah, puskesmas pembantu 48 buah, puskesmas keliling 22 buah
dan apotik 72 buah. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan dokter 40 orang, bidan 292
orang dan paramedis lainnya 836 orang.
Tabel II. 16.
Kelengkapan Sarana Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2015
No Kecamatan
B. Pendidikan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik mengenai persentase penduduk usia 10
tahun keatas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, dapat dilihat bahwa sebesar
4,41 persen penduduk tidak/ belum pernah sekolah; 26,49 persen tidak/ belum tamat SD/
MI; 35,04 persen tamat SD/ MI; tamat SLTP sederajat sebesar 19,37 persen,;tamat
SLTA sederajat sebesar 11,77 persen; tamat D1/ D2 sebesar 0,37 persen dan 2,55
persen tamat Diploma III/ Diploma IV/ S1 keatas.
Dari catatan Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga terdapat sekolah TK sebanyak
264 sekolah dengan guru 719 orang, murid 8.641 siswa; SD sebanyak 467 sekolah
dengan guru 4.870 orang, murid 77.036 siswa; SLTP sebanyak 77 sekolah dengan guru
1.814 orang, murid 33.846 siswa; SLTA Umum sebanyak 16 sekolah dengan guru 600
orang, murid 8.055 siswa dan SLTA Kejuruan sebanyak 31 sekolah dengan guru 960
orang, murid 16.339 siswa. Sedangkan berdasarkan catatan Kementerian Agama
Kabupaten Purbalingga terdapat sekolah RA/ BA sebanyak 249 sekolah dengan guru
675 orang, murid 8.512 siswa; MI sebanyak 3 sekolah dengan guru 2.744 orang, murid
41.795 siswa; MTs sebanyak 40 sekolah denganguru 553 orang, murid 11.266 siswa dan
MA sebanyak 9 sekolah dengan guru 139 orang, murid 1.878 siswa.
Tabel II. 17.
Kelengkapan Sarana Pendidikan Kabupaten Purbalingga Tahun 2015
No Kecamatan TK RA/ BA SD MI SMP MTS SMA MA SMK
2.4.3. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW
Kabupaten Purbalingga
Isu strategis sosial ekonomi dan lingkungan yang ada di Kabupaten Purbalingga
berdasarkan RPJMD Kabupaten Purbalingga tahun 2016-2021 antara lain Kemiskinan
Salah satu indicator utama dari tingkat kesejahteraan masyarakat adalah angka
kemiskinan. Pada saat ini jumlah penduduk miskin Kabupaten Purbalingga sebanyak
176.040 atau 19,75 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga. Dari
jumlah tersebut, sebagian menempati rumah tidak layak huni. Data tahun 2015, jumlah
rumah tidak layak huni di Kabupaten Purbalingga sebanyak 27.533 rumah dan 3.526
(12,8 %) diantaranya menyatu dengan kandang ternak, serta 13.894 (37,3 %)
diantaranya tidak memiliki jamban yang layak Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Meskipun kondisi prasarana jalan di Kabupaten Purbalingga terus mengalami
peningkatan, tetapi masih perlu dilakukan upaya peningkatan kapasitas dan kualitas
jalan dan jembatan termasuk pembangunan jalan dan jembatan baru, guna
meningkatkan efisiensi dan efektivitas transportasi antar wilayah. Pada tahun 2015
kodnisi jalan di Kabuoaten Purbalingga dalam kondisi baik sebesar 72,55 %.
Kodnisi prasarana irigasi juga masih perlu mendapatkan perhatian dalam rangka
meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi. Pada tahun 2015 sawah beririgasi
teknis di Kabupaten Purbalingga seluas 5.962 ha, setengah teknis 6.029 ha dan sawah
tadah hujan seluas 2.407 ha.
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Dalam arangka mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan
aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat perlu peningkatan kapasitas dan kualitas
prasarana wilayah dan prasarana permukiman. Pada tahun 2015 di Kabupaten
Purbalingga masih terdapat kawasan kumuh taraf ringan seluas 30,17 ha dan kawasan
kumuh taraf sedang seluas 2,22 ha. Disisi lain masih banyak warga masyarakat yang
belum memiliki akses terhadap sanitasi dan air bersih. Cakupan jamban masyarakat di
Kabupaten Purbalingga baru mencapai 71,4 %, sedangkan cakupan akses air bersih
baru mencapai 72,4 persen. Penanganan persampahan di Kabupaten Purbalingga juga
belum optimal, dengan rasio sampah yang ditangani bari sebesar 10 p%. terkait
pemenuhan kebutuhan listrik, pada saat ini masih ada sebagian masyarakat yang belum
Pertanahan
Pembangunan fasilitas umum yang semakin pesar membutuhkan lahan yang memadai
adalah kewajiban pemerintah utuk menyediakan lahan bagi pembangunan fasilitas
umum seperti pembangunan jalan, jembatan, fasilitas pendidikan dsb. Namun tidak
semua kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan sudah tersedia lahannya. Pada
beberapa kasus bangunan fisik sudah selesau namun lahannya belum selesai
dibebabakan. Hal tersebut seringkali menjadi penghambat dalam proses pembangunan
Pemerintah Kabupaten Purbalingga memiliki asset tanah yang cukup banyak dan
jumlahnya menyebar, tapi belum semua assert tersebut terpetakan sehingga belum
semua Tanah Miliki Pemerintah Kabupaten bersertifikat Lingkungan Hidup
Pembanguna lingkungan hidup sangat penting dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat secara berkejalanjutan. Fungsi lingkungan hidup yang terjaga dan lestari
akan mampu mendukung kehidupan manusia pada saat ini dan yang akan dating.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka terhadi ancaman degradasi lahan
khususnya lahan pertanian. Berdasarkan data status lingkungan hidup daerah (SLHD)
pada tahun 2015 terjadi pengurangan tanah tegalan sebanyak 8.367 ha dan
pengurangan sawah sebanyak 1.385,81 ha, sedangkan lahan permukiman bertambah
7.748 ha
Isu strategis sosial ekonomi dan lingkungan yang ada di Kabupaten Purbalingga
berdasarkan RTRW Kabupaten Purbalingga tahun 2011-2031 antara lain Ketimpangan Wilayah
Ketimpangan wilayah terlihat dari perkembangan Kabupaten Purbalingga bagian utara
dan selatan. Wilayah Purbalingga bagian selatan didukung dengan kontur yang relatif
datar dan tanah yang lebih subur, serta keberadaan jalur kolektor primer yang
menghubungkan Purwokerto - Purbalingga - Banjarnegara. Perkembangan ekonomi di
kawasan ini relatif beragam, dari sektor pertanian, industri, perdagangan-jasa, pariwisata
dan perikanan darat.
Sementara itu, wilayah Kabupaten Purbalingga bagian utara sebagain besar merupakan
tanah yang berkontur curam, pegunungan dan perbukitan dengan kualitas tanah yang
kurang subur, serta jalur aksesibilitas yang relatif terbatas. Sektor ekonomi yang
berkembang didominasi oleh pertanian, kehutanan dan perkebunan skala kecil.
Ketersediaan air bersih di musim kemarau pada beberapa lokasi masih mengalami
sirkulasi masih terbatas pada jalur-jalur utama saja, sedangkan untuk masuk ke
permukiman perdesaan relatif masih sulit. Beberapa kecamatan yang perlu
pengembangan aksesibilitas antara lain Kecamatan Karangjambu, Kejobong,
Pengadegan, Rembang, Karangmoncol, dan Kertanegara. Pada beberapa kecamatan
tersebut juga merupakan kawasan rawan bencana alam seperti bahaya gunung berapi,
tanah longsor, banjir, angin topan dan kekeringan Prasarana (transportasi) wilayah
Sistem transportasi di wilayah Kabupaten Purbalingga memiliki hirarki yang relatif
terbatas. Fungsi kolektor primer, jaringan jalan ini menghubungkan wilayah Kabupaten
Purbalingga dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Pemalang, Kabupaten
Banjarnegara. Fungsi lokal primer, jaringan jalan ini menghubungkan antara Ibukota
Kecamatan (IKK) dengan pusat-pusat di perdesaan sekitarnya. Selain itu telah tersedia
angkutan umum yang dapat menjangkau ke seluruh wilayah Kabupaten Purbalingga.
Perkembangan sistem transportasi Kabupaten Purbalingga dipengaruhi oleh keberadaan
sarana terminal Tipe A di Kabupaten Banyumas. Hal ini menjadikan upaya peningkatan
sistem transportasi darat khususnya dalam menaikkan klasifikasi terminal mengalami
kendala.
Perkembangan perkotaan
Beberapa kota di Kabupaten Purbalingga telah mengalami perkembangan yang
signifikan seperti Kota Purbalingga, Kota Bobotsari dan beberapa Ibukota Kecamatan
yang lain. Tingginya perkembangan ini jika tidak diantisipasi dengan baik akan
menimbukan permasalahan yang berkaitan dengan tata ruang di kemudian hari. Alih fungsi lahan pertanian
Konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun di wilayah Kabupaten Purbalingga
kerap terjadi, khususnya di sekitar Kota Purbalingga. Hal ini terjadi karena
perkembangan aktivitas permukiman perkotaan dan industri yang memanfaatkan
lahan-lahan pertanian produktif di sekitar Kota Purbalingga (Kecamatan Purbalingga,
Kalimanah, Bukateja, Kaligondang, Kemangkon) dan Kecamatan Bobotsari Kelestarian alam
Kawasan lindung di Kabupaten Purbalingga khususnya di lereng Gunung Slamet belum
optimal dalam pengelolaannya. Berbagai kendala di lapangan menunjukkan sulitnya
mengendalikan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan potensi hutan, sehingga
lindung di Kecamatan Karangreja, Karangjambu dan Karangmoncol tidak memiliki
kerapatan vegetasi yang baik.
Permasalahan lain adalah sulitnya menjaga kualitas sempadan sungai dan sempadan
mata air sebagai daerah hijau. Upaya pelestarian sumber-sumber mata air juga belum
dilakukan secara optimal. Banyak sumber mata air di Kabupaten Purbalingga belum
terpetakan dengan jelas daerah tangkapan airnya (catchment area). Pengembangan ekonomi lokal
Kabupaten Purbalingga memiliki beberapa potensi khususnya di sektor pertanian,
industri dan pariwisata. Namun demikian, sektor pertanian sebagai basis perekonomian
bagi sebagian besar masyarakat Purbalingga belum berkembang secara signifikan jika
dibandingkan dengan sektor industri dan pariwisata. Kondisi ini menjadikan potensi
tersebut belum sepenuhnya mampu mengangkat perekonomian khususnya bagi
masyarakat yang tinggal di perdesaan.
Permasalahan pengembangan ekonomi lokal lainnya adalah menyangkut kurangnya
dukungan prasarana wilayah, sistem pengolahan produk (industrialisasi yang berbahan
baku lokal), dan kualitas SDM dalam pengembangan komoditas dan usaha.
Perkembangan industri kecil dan rumah tangga masih menyebar di kawasan
permukiman dan belum dilengkapi dengan tempat pembuangan limbah. Sehingga limbah
tersebut mencemari lingkungan Pemberdayaan masyarakat
Problem pembangunan masyarakat harus diiringi dengan program pemberdayaan.
Karena permasalahan masyarakat perdesaan bukan hanya menyangkut minimnya
fasilitas usaha, melainkan juga menyangkut masalah lemahnya modal usaha, minimnya
informasi pasar, lemahnya teknologi, ketrampilan dan hubungan kerjasama antar pelaku