• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502272315BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502272315BAB II"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BIDANG CIPTA KARYA

2.1 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang

mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala

nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/ kota. Dengan memperhatikan

kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta

Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat

internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RI O + 20, amanat Milenium

Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan

bidang Cipta Karya juga memperhatikan I su-isu Strategis yang mempengaruhi

pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak

terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan,

reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan,

serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta)

(2)

Diagram Konsep P

Penjabaran rencan

dengan berlandaskan p

dasar pada penjabaran

pada Rencana Strategis

telah digariskan pada Re

lebih teknis, yang did

ana pembangunan tersebut akan disusun s

pada rencana kerangka jangka menenga

an rencana kerja bidang Cipta Karya, da

gis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesu

Rencana Strategis, diperlukan penyusuna

idasarkan pada skenario pemanfaatan d

ng yang diwujudkan dalam strategi pengemb

mbangan sektor. Rencana yang lebih teknis

ka menengah dan dijabarkan pada tatara

agai macam aspek, seperti rencana pen

rangka pelaksanaannya. Dokumen peren

ntuk Rencana Program I nvestasi Jangka Me

aannya nanti RPI JM Bidang Cipta Karya y

i jangka menengah, akan menjadi salah

m penyusunan anggaran atau rencana kerj

(3)

di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam arti

bahwa rencana pembangunan dalam RPI JM tersebut harus tertuang dalam

rencana kerja/ RKP/ RKPD.

Dengan demikian jelas bahwa RPI JM Bidang Cipta Karya merupakan

perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem

perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas

penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/ kota sampai

dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan

penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen

RPI JM.

Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014

dan Rencana Program I nvestasi Jangka Menengah (RPI JM) Kab/ Kota bidang

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

SEB Pagu

Juli Agustus September Oktober November Desember

(4)

Cipta Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum

Program (MP) Provinsi.

2.2 Amanat Pembangunan Nasional

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan

pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam

jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Pelaksanaan

pembangunan bidang Cipta Karya mengacu pada kebijakan pembangunan

nasional dengan mengsinkronkan kebijakan - kebijakan pembangunan

infrastruktur permukiman terhadap arahan program pembangunan Ditjen Cipta

Karya.

2.2.1

Rencana Program Jangka Panjang Nasional ( RPJPN) .

RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya

Pemerintahan Negara I ndonesia yang tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi

(5)

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan

Nasional.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan

kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan

pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun

mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa I ndonesia untuk

melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang

pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan

kelembagaannya sehingga bangsa I ndonesia dapat mengejar ketertinggalan

dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam

pergaulan masyarakat I nternasional.

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP

Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk:

a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan

nasional,

b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,

antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

Daerah,

c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan,

d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan, dan

(6)

2.2.2

Rencana Program Jangka Menengah Nasional ( RPJMN)

2.2.2.1. Visi dan Misi RPJPN 2005 - 2025

Berdasarkan kondisi bangsa I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi

dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang

dimiliki oleh bangsa I ndonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun

1945, maka

Visi Pembangunan Nasional tahun 2005 - 2025

adalah:

“I NDONESI A YANG MANDI RI , MAJU, ADI L DAN MAKMUR”

Dengan penjelasan sebagai berikut:

Mandiri :

Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan

sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan

mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Maju

:

Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya

manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan

berkualitas pendidikan yang tinggi.

Adil

:

Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk

apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

Makmur :

Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah

terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat

memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di

dunia.

Delapan Misi Pembangunan Nasional

adalah sebagai berikut:

1.

Mew ujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila

adalah

memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang

bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan

(7)

mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,

dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa I ndonesia dalam rangka

memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

2.

Mew ujudkan bangsa yang berdaya- saing

adalah mengedepankan

pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;

meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian;

pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;

membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan

aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis

keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan

membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan

termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

3.

Mew ujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

adalah

memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat

peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi

daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam

mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan

struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum

secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil.

4.

Mew ujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu

adalah

membangun kekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial m inimum

serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan

kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu

melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan

menuntaskan tindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga

intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional;

serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung

pertahanan dan kontribusi industry pertahanan nasional dalam sistem

pertahanan semesta.

5.

Mew ujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan

adalah

meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial

(8)

wilayah/ daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan

pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi

masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana

ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk

gender.

6.

Mew ujudkan

I ndonesia asri dan lestari

adalah memperbaiki

pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga

keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan

kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga

fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini

dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara

penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya

konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan

lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan;

memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan

pemeliharaan dan pemanfaatan keaneka ragaman hayati sebagai modal

dasar pembangunan.

7.

Mew ujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,

maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

adalah

menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar

pembangunan I ndonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional

untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun

ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan

sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

8.

Mew ujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia

internasional

adalah memantapkan diplomasi I ndonesia dalam rangka

memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen I ndonesia

terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional

(9)

bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai

bidang.

2.2.2.2 Arah Kebijakan Umum Pembangunan nasional

Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan

Negara I ndonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka

arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai

berikut:

1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai

I ndonesia yang sejahtera. I ndonesia yang sejahtera tercermin dari

peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam

bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan

tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program

perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar,

serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.

2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan

penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya

ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan

penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jaw ab.

50

3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua

bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan

kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan

kesenjangan jender. Keadilan juga ‘ hanya dapat diwujudkan bila sistem

hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu.

Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten

diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.

Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam

lima tahun sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan

pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan.

(10)

yang menyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada

tatakelola yang baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang

baik dan efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil

jangka pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan,

dan keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang

berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati

proses yang telah disetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa

memiliki yang tinggi dan akuntabel.

Pembangunan kelembagaan ini tidak hanya membangun mekanisme

kelembagaan yang baru, tetapi juga mengembalikan kembali aturan lama yang

dipandang lebih berkelanjutan ke dalam sistem. Sebagai contoh, program BOS

selama ini lebih banyak dilakukan pemerintah pusat, padahal UU Otonomi

Daerah menetapkan bahwa pendidikan merupakan tugas pemerintah

kabupaten/ kota, selanjutnya program ini akan lebih mengedepankan dan

mengaktifkan peran pemerintah daerah.

2.2.3

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

I ndonesia ( MP3EI )

Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk

melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing

perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi I ndonesia yang memiliki

arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan

Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi I ndonesia 2011-2025

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi I ndonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun

terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka

pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan

(11)

Penjelasan umum koridor ekonomi :

1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra

Produksi dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah

kelapa sawit, batu bara, karet, dan besi baj a. Selain itu ada tambahan satu

kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu

pembangunan jembatan selat sunda.

2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong

I ndustri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil,

peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata,

besi baja, dan sektor lain.

3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan

Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.

4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema

“Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah:

pariwisata, peternakan, dan perikanan.

5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat

Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas,

dan Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan

peternakan.

6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat

Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional”

adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.

2.2.4

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan

I ndonesia ( MP3KI )

Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009

mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan

Kemiskinan di I ndonesia (MP3KI ). Program ini langsung menyasar masyarakat

(12)

andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar

pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia (MP3EI ).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong

percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat

dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama

pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan,

reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM)

dan inovasi teknologi.

Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama,

penanggulangan kemiskinan eksisting

Klaster I

, berupa bantuan dan

jaminan/ perlindungan sosial. Lalu di

Klaster I I

adalah pemberdayaan

masyarakat,

Klaster I I I

tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(KUMKM), dan

Klaster I V

adalah program prorakyat. Kedua, transformasi

perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,

pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis

(13)

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu :

TAHAP 1 ( Periode 2013- 2014)

Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10%

pada tahun 2014;

Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara

“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMI SKI NAN, SI NERGI LOKASI

DAN WAKTU, SERTA PERBAI KAN SASARAN (seperti : Program Gerbang

Kampung di Menko Kesra);

Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat

miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI ;

Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

TAHAP 2 ( Periode 2015 –2019)

Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju

universal coverage;

Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

Penguatan sustainable livelihood.

TAHAP 3 ( Periode 2020- 2025)

Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

(14)

2.2.5 Kaw asan Ekonomi Khusus ( KEK)

Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik I ndonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus

dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu

yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk

menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi

nasional.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi

nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan

kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan

tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor,

dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan

KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model

(15)

industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan

pekerjaan.

Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus, fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di

bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi,

maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain.

Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara

lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi,

pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan

untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai

KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi

mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah

provinsi/ kabupaten/ kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang

strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan

dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai

batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK

yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di

tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK

untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian

operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan

Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya

saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas

fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah

dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan,

perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan

(16)

diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2.2.6. Direktif Presiden

Melalui I nstruksi Presiden Republik I ndonesia Nomor 3 tahun 2010

Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/ Lembaga

negara, Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/ Walikota) untuk dapat mengambil

langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan

masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang

berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran I nstruksi Presiden ini, yang

meliputi program :

1. Pro rakyat;

2. Keadilan untuk semua (justice for all);

3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals

- MDG’s).

Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:

1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat;

c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha

mikro dan kecil;

2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

a. Program keadilan bagi anak;

b. Program keadilan bagi perempuan;

c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;

e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

(17)

3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan

pada:

a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

d. Program penurunan angka kematian anak;

e. Program kesehatan ibu;

f. Program pengendalian HI V/ AI DS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium.

2.3 Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/ Cipta Karya

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang

mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala

nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/ kota.

Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara

sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah

yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan

juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai

dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan

rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan

perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi

pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang

lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan

pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti

rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya.

Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program

(18)

Dalam pelaksanaannya nanti RPI JM Bidang Cipta Karya yang merupakan

perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang

dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan,

baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam

arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI JM tersebut harus tertuang dalam

rencana kerja/ RKP/ RKPD.

Dengan demikian jelas bahwa RPI JM Bidang Cipta Karya merupakan

perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem

perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2.3.1

Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,

yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang

sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai

salah satu upaya membangun manusia I ndonesia seutuhnya, berjati diri,

mandiri, dan produktif.

Pemerintah perlu berperan lebih dalam pertumbuhan dan pembangunan

wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan

masyarakat berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk

memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk :

a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman

b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

(19)

kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan

keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;

c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi

pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi

lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman;

e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan

berkelanjutan.

Alat ukur pencapaian keluaran/ output penyelenggaraan infrastruktur

kawasan permukiman kumuh adalah meningkatnya kualitas lingkungan

permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan cara pengembalian fungsi

kawasan permukiman sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kawasan

permukimannya dan menjadi bagian penting dalam pengembangan kota secara

keseluruhan.

Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh

dan permukiman kumuh baru mencakup:

a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;

b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;

c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana,

sarana dan utilitas umum; dan

d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah.

Sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman, penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib

(20)

a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata

ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota;

b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;

c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi

persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;

d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;

e. kualitas bangunan; dan

f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

2.3.2 Undang- Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,

perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu,

penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan

dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk

mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta

seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.

Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada

pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam

penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus

diselenggarakan secara tertib.

Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan

gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,

termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada

(21)

masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan

ketentuan penutup.

Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :

1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata

bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;

2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang

menjaminkeandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung;

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas

kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung

dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan

dan berkeadilan.

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan

hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk

kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan

persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung

pada umumnya.

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia

jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa

konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen

konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa

pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan

gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua

penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan,

yang dilakukan di wilayah negara Republik I ndonesia yang dilakukan oleh

(22)

seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan

Gedung.

Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi

maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang

dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat

dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai

kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung

mempunyai hak:

a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana teknis

bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;

b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan

yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;

c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/ atau lingkungan yang

dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Daerah;

d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundangundangan dari

Pemerintah Daerah karena bangunannya ditetapkan sebagai bangunan

yang harus dilindungi dan dilestarikan;

e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah

Daerah;

f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundangundangan

apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain

yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung

mempunyai kewajiban:

a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi

persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;

(23)

c. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan rencana

teknis yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya

izin mendirikan bangunan;

d. meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana

teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan

mengetahui tata cara/ proses penyelenggaraan bangunan gedung;

b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas

bangunan pada lokasi dan/ atau ruang tempat bangunan akan dibangun;

c. mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan

bangunan gedung;

d. mendapatkan keterangan tentang ketentuan bangunan gedung yang laik

fungsi;

e. mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/ atau lingkungan

yang harus dilindungi dan dilestarikan memanfaatkan bangunan gedung

sesuai dengan fungsinya;

f. memelihara dan/ atau merawat bangunan gedung secara berkala;

g. melengkapi pedoman/ petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan

pemeliharaan bangunan gedung;

h. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunan

gedung.

i. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi;

j. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan

tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya,

atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan tidak mengganggu

keselamatan dan ketertiban umum.

Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan

pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat I ndonesia yang

(24)

memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat

memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga

jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam

menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh

semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan

saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang

baik.

2.3.3 Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk

hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin

keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu

tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan

air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya

bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan

sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi

saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya

Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup

panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. I su-isu

timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air,

peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan

menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa

air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat

mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi

sosialnya. Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan

antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya

air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai

ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat

mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan

tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap

(25)

pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,

lingkungan hidup, dan ekonomi.

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi

perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin

oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut

termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang

lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah

menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi

perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan

kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan

dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus

sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang

menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai

dengan prinsip-prinsip :

1. Good governance principle,

2. Subsidiary principle,

3. Equity principle,

4. Priority use principle,

5. Prior appropriation principle,

6. Sustainable development principle,

7. Good sustainable development governance,

8. Principle of participatory development.

Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air

oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota

(26)

a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/ atau

wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

b. wilayah sungai lintas kabupaten/ kota menjadi kewenangan pemerintah

provinsi;

c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/ kota

menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/ kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan

pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut

dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh

masyarakat dan/ atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung

jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan,

dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan

sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi

dan pengendalian daya rusak air.

Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap

memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup.

Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat

dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di

bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan

tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara

fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.

2.3.4. Undang- Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Persampahan

Jumlah penduduk I ndonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan

yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola

konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah

yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya

(27)

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah

sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang

perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu

pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut,

dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah

dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah

berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas

rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar

timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu

yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir

sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan

sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang

mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi,

kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah

dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum

dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu

pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian

dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan

paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan

penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan,

penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan

sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan

pemrosesan akhir.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu

dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan

wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan

pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang.

Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan

(28)

kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas

nilai ekonomi.

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana termuat pada

Undang-undang No.18 Tahun 2008 terdiri atas:

a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

pengelolaan sampah;

b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan

penanganan sampah;

c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,

penanganan, dan pemanfaatan sampah;

d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan

prasarana dan sarana pengelolaan sampah;

e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan

sampah;

f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada

masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan

g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia

usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/ kota

mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan

kebijakan nasional dan provinsi;

b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/ kota sesuai

dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh

Pemerintah;

c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang

(29)

d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan

sampah terpadu, dan/ atau tempat pemrosesan akhir sampah;

e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan

selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah

dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditut up; dan

f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan

sampah sesuai dengan kewenangannya.

Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan

akhir sampah sebagaimana dimaksud diatas merupakan bagian dari rencana

tata ruang wilayah kabupaten/ kota sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Sesuai Undang-undang No.18 Tahun 2008 Pengurangan sampah dimaksud

meliputi kegiatan:

a. pembatasan timbulan sampah;

b. pendauran ulang sampah; dan/ atau

c. pemanfaatan kembali sampah.

Dalam hal ini Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan Kegiatan

penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam meliputi:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/ atau sifat sampah;

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu;

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/ atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan

(30)

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah; dan/ atau

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/ atau

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam mewujudkan usaha bersama pengelolaan sampah terpadu, Pemerintah

daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dan dengan

badan usaha pengelolaan sampah dalam melakukan pengelolaan sampah.

2.3.5 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Pasal 3 UU nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun

penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:

a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta

menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan

ekonomi, sosial, dan budaya;

b. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta

menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam

menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan

seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan;

c. mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman

kumuh;

d. mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang,

efisien, dan produktif;

e. memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan

penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan

kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR;

f. memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan

(31)

g. menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan

terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman,

harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan

dan permukiman yang terpadu; dan

h. memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian,

pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.

Amanat UU 20/ 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Untuk diatur dalam PP

1. Kewajiban menyediakan rumah susun umum;

2. Pendayagunaan tanah wakaf untuk rusun umum;

3. Pemisahan rumah susun serta gambar dan uraian;

4. Tata cara pelaksanaan pinjam-pakai atau sewa rusun khusus;

5. SHM sarusun dan SKBG sarusun serta tata cara penerbitannya;

6. Pengalihan rumah susun umum;

7. Penyewaan sarusun negara;

8. Pengelolaan rumah susun, masa transisi dan tata cara penyerahan

pertama kali;

9. Peningkatan kualitas rumah susun;

10. Pengendalian penyelenggaraan rumah susun;

11. PPPSRS;

12. I nsentif, bantuan dan kemudahan bagi MBR bantuan dan kemudahan

kepada MBR; dan

13. Sanksi administratif dan pidana

(32)

1. Hampir semua tanah wakaf tidak ada yang diperuntukan bagi pembangunan

rumah susun ( dalam ikrar wakaf yang dibacakan wakif );

2. Banyak tanah wakaf yang belum disertipikatkan, dan ada yang diatasnya

dibangun rumah susun dengan APBN/ APBD;

3. Sudahkah Kementerian Agama menyediaakan regulasi perubahan peruntukan

benda wakaf;

4. BWI sebagai lembaga pengelola wakaf yang baru, apakah sudah

mempersiapkan struktur organisasi yang melayani perubahan peruntukan

benda wakaf;

5. Kementerian hukum dan HAM apakah telah menyediaan yalanan pembebanan

SKBG dengan fidusia syariah

6. Diperlukan sosialisasi yang cukup;

Muatan perda :

1. Mengatur kewenangan pemda dalam identifikasi tanah-tanah wakaf bagi

pembangunan rumah susun ;

2. Mengatur bentuk kerjasama dalam pembangunan rumah susun antara pelaku

dengan nadzir;

3. Mengetur kebijakan penetapan harga sewa tanah wakaf;

4. Mengatur kelembagaan yang menerbitkan SKBG;

5. Mengatur kelembagaan yang melayani peralihan SKBG;

I mlementasi pendayagunaan tanah BMN/ bmd bagi pembangunan rumah susun :

1. Hampir semua tanah BMN/ BMD tidak ada yang diperuntukan bagi

pembangunan rumah susun.

2. Banyak tanah BMN/ BMD yang belum disertipikatkan, dan ada yang diatasnya

dibangun rumah susun dengan APBN/ APBD;

3. Kementerian hukum dan HAM apakah telah menyediaan yalanan pembebanan

SKBG dengan idusia syariah

(33)

Muatan perda :

1. Mengatur kewenangan pemda dalam identifikasi tanah-tanah BMN/ MBD;

2. Mengatur bentuk kerjasama antara pelaku dengan pemda atau pempus;

3. Mengetur kebijakan penetapan harga sewa tanah BMN/ BMD;

4. Mengatur kelembagaan yang menerbitkan SKBG;

5. Mengatur kelembagaan yang melayani peralihan SKBG;

2.4 Amanat I nternasional Bidang Cipta Karya

2.4.1 Agenda habitat

Tujuan dari Agenda Habitat yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan

prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional. Sedangkan pentingnya

kekhasan nasional dan regional serta berbagai sejarah, budaya dan latar

belakang agama harus diingat, itu adalah tugas dari semua negara untuk

mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia dan kebebasan

dasar, termasuk hak untuk pembangunan.

Pelaksanaan Agenda Habitat, termasuk implementasi melalui hukum

nasional dan prioritas pembangunan, program dan kebijakan, adalah hak

kedaulatan dan tanggung jawab masing-masing Negara sesuai dengan hak

asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak atas pembangunan, dan

mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai agama dan etika, latar belakang

budaya, dan keyakinan filosofis individu dan masyarakat, memberikan

kontribusi untuk menikmati hak asasi manusia untuk mencapai tujuan tempat

tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman yang

berkelanjutan.

Pemberantasan kemiskinan sangat penting untuk permukiman manusia

yang berkelanjutan. Prinsip pemberantasan didasarkan pada kerangka kerja

(34)

relevan dari konferensi utama PBB lainnya, termasuk tujuan pemenuhan

kebutuhan dasar dari semua orang, terutama mereka yang hidup dalam

kemiskinan dan kelompok yang kurang beruntung dan rentan. Khususnya di

negara-negara berkembang di mana kemiskinan akut, yang memungkinkan

semua perempuan dan laki-laki untuk mendapat mata pencaharian yang aman

dan berkelanjutan dapat dipilih secara bebas untuk lapangan kerja yang

produktif dan pekerjaan.

Pembangunan

berkelanjutan.

Sangat penting bagi pembangunan

pemukiman manusia, dan memberikan pertimbangan penuh untuk kebutuhan

dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial

dan perlindungan lingkungan. Pertimbangan khusus harus diberikan untuk

negara-negara berkembang dengan transisi ekonomi. Pemukiman manusia

harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang

memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan

semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait

hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan.

Pembangunan Pemukiman manusia berkelanjutan menjamin pembangunan

ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan.

I ni mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan

Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan

kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian terhadap daya dukung ekosistem,

dan pelestarian peluang untuk masa depan generasi. Produksi, konsumsi dan

transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan

melestarikan stok sumber daya. I lmu pengetahuan dan teknologi memiliki

peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan

mempertahankan ekosistem mereka. Keberlanjutan pemukiman manusia

memerlukan distribusi geografis yang seimbang atau distribusi lainnya yang

sesuai dengan kondisi nasional, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial,

kesehatan manusia dan pendidikan, dan konservasi keanekaragaman hayati

(35)

pemeliharaan keanekaragaman budaya serta udara, air, hutan, vegetasi dan

kualitas tanah pada standar cukup untuk menopang kehidupan manusia dan

kesejahteraan bagi generasi mendatang.

Kualitas hidup semua orang tergantung, antara lain ekonomi, sosial,

lingkungan dan budaya faktor, pada kondisi fisik dan karakteristik spasial desa

dan kota. Tata letak kota dan estetika, pola penggunaan lahan, populasi dan

kepadatan bangunan, transportasi dan kemudahan akses untuk semua untuk

kebutuhan dasar, pelayanan dan fasilitas publik memiliki pengaruh penting

pada kualitas hidup dari pemukiman. Hal ini sangat penting bagi orang-orang

yang rentan dan kurang beruntung, banyak dari mereka menghadapi hambatan

dalam akses ke tempat penampungan dan berpartisipasi dalam membentuk

masa depan permukiman mereka. Kebutuhan bagi masyarakat dan aspirasi

mereka untuk lingkungan yang mereka tinggali dan permukiman harus terpadu

dengan proses desain, manajemen dan pemeliharaan pemukiman manusia.

Tujuan upaya ini termasuk melindungi kesehatan masyarakat, menyediakan

keselamatan dan keamanan, pendidikan dan integrasi sosial, mempromosikan

kesetaraan dan menghormati keragaman budaya dan identitas, peningkatan

aksesibilitas bagi penyandang cacat, dan pelestarian bersejarah, bangunan

spiritual, agama dan budaya yang signifikan dan kabupaten, menghormati

lanskap lokal dan memperlakukan lingkungan lokal dengan hormat dan

perawatan. I tu pelestarian warisan alam dan sejarah pemukiman manusia,

termasuk situs, monumen dan bangunan, terutama yang dilindungi di bawah

Konvensi UNESCO di Situs Warisan Dunia, harus dibantu, termasuk melalui

kerja sama internasional. Hal ini juga sangat penting bahwa spasial diversifikasi

dan campuran penggunaan perumahan dan jasa akan dipromosikan di tingkat

lokal dalam rangka memenuhi keragaman kebutuhan dan harapan.

Semua orang memiliki hak dan juga harus menerima tanggung jawab

mereka untuk menghormati dan melindungi hak-hak orang lain termasuk

generasi mendatang dan untuk berkontribusi secara aktif untuk kebaikan

bersama. Manusia dengan pemukiman berkelanjutan adalah mereka yang,

(36)

dialog untuk kebaikan bersama, dan semangat voluntarisme dan keterlibatan

masyarakat, di mana semua orang didorong dan memiliki kesempatan yang

sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan.

Pemerintah di semua tingkatan, termasuk otoritas lokal, memiliki tanggung

jawab untuk menjamin akses untuk pendidikan dan untuk melindungi

kesehatan penduduk mereka, keselamatan dan kesejahteraan umum. Hal ini

memerlukan, penetapan kebijakan, hukum dan peraturan untuk kegiatan publik

dan swasta, mendorong kegiatan swasta yang bertanggung jawab di segala

bidang, memfasilitasi partisipasi kelompok masyarakat ’, mengadopsi prosedur

yang transparan, mendorong semangat kepemimpinan dan kemitraan dengan

pihak swasta, dan membantu orang untuk memahami dan melaksanakan hak

dan tanggung jawab mereka melalui proses partisipatif yang efektif, pendidikan

universal dan penyebaran informasi.

Kemitraan antara negara-negara dan swasta, sukarela dan organisasi

berbasis masyarakat, sektor koperasi, lembaga swadaya masyarakat dan

individu sangat penting untuk tercapainya pembangunan pemukiman manusia

yang berkelanjutan dan penyediaan tempat tinggal yang memadai untuk semua

dan layanan dasar. Kemitraan dapat mengintegrasikan dan saling mendukung

tujuan partisipasi kebutuhan dasar, antara lain, membentuk aliansi,

mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, keterampilan dan

kontribusi memanfaatkan keunggulan komparatif dari tindakan kolektif. I tu

proses dapat dibuat lebih efektif dengan memperkuat organisasi masyarakat

sipil di semua tingkatan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong

kolaborasi dan kemitraan dari semua sektor masyarakat dan di antara semua

aktor dalam proses pengambilan keputusan, yang sesuai.

Solidaritas dengan mereka yang termasuk kelompok yang kurang

beruntung dan rentan, termasuk orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan,

serta toleransi, non-diskriminasi dan kerja sama di antara semua orang,

keluarga dan masyarakat adalah dasar bagi kohesi sosial. Solidaritas,

kerjasama dan bantuan harus ditingkatkan oleh masyarakat internasional serta

(37)

tantangan pembangunan pemukiman. Masyarakat internasional dan

Pemerintah di semua tingkat yang berkaitan untuk mempromosikan kebijakan

dan instrumen suara dan efektif, sehingga memperkuat kerjasama antar

pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya

tambahan untuk memenuhi tantangan ini.

Untuk melindungi kepentingan generasi sekarang dan mendatang pada

pemukiman manusia merupakan salah satu tujuan fundamental dari

masyarakat internasional. Perumusan dan pelaksanaan strategi untuk

pengembangan pemukiman manusia adalah tanggung jawab masing-masing

negara baik nasional dan lokal terutama tingkat dalam kerangka hukum

masing-masing negara, antara lain , dengan menciptakan lingkungan yang

kondusif untuk pembangunan pemukiman manusia, dan harus

memperhitungkan ekonomi, sosial dan lingkungan keragaman kondisi di

masing-masing negara. Tambahan sumber daya keuangan dari berbagai

sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai

untuk semua dan pembangunan berkelanjutan untuk pemukiman manusia di

dunia. Sumber daya yang tersedia untuk negaranegara berkembang

-masyarakat, swasta, multilateral, bilateral, domestik dan eksternal - perlu

ditingkatkan melalui mekanisme yang tepat dan fleksibel dan instrumen

ekonomi untuk mendukung tempat tinggal yang memadai untuk semua dan

pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan. I ni harus disertai

dengan langkah-langkah konkret untuk teknis internasional kerjasama dan

pertukaran informasi.

Kesehatan manusia dan kualitas hidup berada di tengah upaya untuk

mengembangkan emukiman manusia yang berkelanjutan. Oleh karena itu

harus dilakukan sosialisasi untuk mencapai tujuan universal dan sama akses ke

pendidikan berkualitas, standar tertinggi kesehatan fisik, mental dan

lingkungan, dan akses yang sama dari semua untuk perawatan kesehatan

primer, membuat upaya khusus untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang

(38)

membedakan ras, asal negara, jenis kelamin, usia, atau cacat, menghormati

dan mempromosikan budaya umum dan khusus.

2.4.2 Konferensi Rio + 20

" Rio + 20 " , merupakan konferensi PBB tentang pembangunan

berkelanjutan , diadakan pada Juni 2012. Konferensi ini bertujuan untuk

menjamin membaharuan komitmen politik global untuk Pembangunan

Berkelanjutan .

Kemajuan pencapaian Rio + 20 meliputi beberapa bidang:

Ekonomi hijau merupakan instrumen penting untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan.

Komitmen dibuat untuk tindakan di bidang kebijakan kunci, yang meliputi

ketahanan pangan, lahan, pertanian berkelanjutan , air, energi

berkelanjutan , kelautan dan perikanan , serta konsumsi dan produksi

yang berkelanjutan.

Rio memutuskan untuk mengembangkan Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs) yang menjadi tujuan yang universal , berlaku untuk

semua negara , dan untuk dikembangkan bersama pasca kebijakan

pembangunan 2015 .

Sarana I mplementasi dan Pembiayaan untuk pembangunan berkelanjutan.

Reformasi Kerangka Kelembagaan I nternasional (penguatan UNEP , dan

bekerja untuk pembentukan Forum Politik Tingkat Tinggi pada

pembangunan berkelanjutan).

2.4.3 Millenium Development Goals ( MDGs)

Tabel 2.1.

Delapan tujuan dan 18 Sasaran yang disepakati dalam Millenium Development Goals adalah sebagai berikut:

8 Tujuan 18 Sasaran

1. Memberantas

kemiskinan dan kelaparan yang

(39)

ekstrim 2. Setengah proporsi penduduk yang menderita kelaparan tahun 2015

2. Mewujudkan pendidikan dasar

3. Pastikan bahwa semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2015

3. Mendorong

kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

4. Mengurangi perbedaan gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005

4. Menurunkan angka kematian anak

5. Mengurangi jumlah balita yang meninggal sebanyak dua pertiga pada 2015

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Mengurangi rasio kematian ibu sebanyak tiga perempat tahun 2015

6. Memerangi HI V / AI DS, malaria dan penyakit lainnya

7. Menghentikan dan mulai memulai pencegahan penyebaran HI V / AI DS pada tahun 2015

8. Menghentikan dan mulai mencegah penyebaran malaria dan penyakit berat lainnya pada tahun 2015

7. Memastikan

kelestarian lingkungan

9. Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan pada tahun 2015

10. Mengurangi setengah dari proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum yang aman pada tahun 2015

11. Membuat peningkatan kehidupan yang signifikan, setidaknya 100 juta penghuni kawasan kumuh pada tahun 2020

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

12. Mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan terbuka yang berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan kemiskinan nasional dan internasional

(40)

14. Memenuhi kebutuhan khusus bagi Negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang.

15. Penanggulangan Masalah utang negara berkembang melalui upaya nasional dan internasional untuk membuat hutang berkesinambungan dalam jangka panjang. 16. Dalam kerjasama dengan negara-negara

berkembang, mengembangkan pekerjaan yang layak dan produktif bagi kaum muda. 17. Dalam kerjasama dengan perusahaan

farmasi, menyediakan akses obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang.

18. Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

2.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015

Di Rio+ 20 dokumen hasil, negara-negara anggota sepakat bahwa tujuan

pembangunan berkelanjutan (SDGs) harus:

1. Didasarkan pada Agenda 21 dan Rencana Pelaksanaan Johannesburg.

2. Sepenuhnya menghormati semua Prinsip Rio.

3. Bersikaplah konsisten dengan hukum internasional.

4. Membangun komitmen yang telah dibuat.

5. Berkontribusi terhadap implementasi penuh dari hasil seluruh KTT utama

dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.

6. Fokus pada bidang prioritas untuk pencapaian pembangunan

berkelanjutan, yang dipandu oleh dokumen hasil.

7. Alamat dan memasukkan secara seimbang ketiga dimensi pembangunan

berkelanjutan dan saling keterkaitan mereka.

8. Jadilah koheren dengan dan diintegrasikan ke dalam agenda pembangunan

PBB melampaui 2015.

9. Tidak mengalihkan fokus atau usaha dari pencapaian Tujuan Pembangunan

Gambar

Gambar 2.1.Diagram Konsep Pp Perencanaan dan Pelaksanaan PembaBidang Cipta Karyabangunan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari wawancara dan data yang telah penulis kumpulkan, diketahui bahwa prosedur pemberian kredit konsumtif yang diterakan oleh Koperasi Pegawai

Hasil dari wawancara yang dilakukan dengan guru fisika di SMA Negeri 3 Demak yaitu Ibu Widyorini, S.Pd yang terkait dengan instrumen penilaian yang digunakan dalam proses

Solusi untuk permasalahan tersebut antara lain sosialisasi GMP dan pelatihan pembuatan dodol pisang cici kepada pelaku UMKM Dodol Loren, sosialisasi kemasan sekunder

JASA UPAH KERJA PEMASANGAN JARINGAN DISTRIBUSI. a Jaringan Tegangan Rendah (

[r]

Semakin besar / semakin tinggi nilai dari bandwidth yang ditunjukkan oleh SiSoft Sandra, maka akan semakin baik performa dari sebuah memori tersebut, untuk cache latency

Perbedaan dari Transek 1-4 dengan Transek 5 dapat dilihat bahwa nilai hambur balik dari dasar perairan yang memiliki vegetasi lamun nilai hambur baliknya

QSize = dipakai untuk membuat objek yang menyimpan ukuran, yang di program ini objek berisi ukuran tersebut diterapkan pada logo dalam tombol.. QFrame = dipakai untuk