BAB II
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
2.1 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya
Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang
mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala
nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/ kota. Dengan memperhatikan
kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta
Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat
internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RI O + 20, amanat Milenium
Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan
bidang Cipta Karya juga memperhatikan I su-isu Strategis yang mempengaruhi
pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak
terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan,
serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta)
Diagram Konsep P
Penjabaran rencan
dengan berlandaskan p
dasar pada penjabaran
pada Rencana Strategis
telah digariskan pada Re
lebih teknis, yang did
ana pembangunan tersebut akan disusun s
pada rencana kerangka jangka menenga
an rencana kerja bidang Cipta Karya, da
gis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesu
Rencana Strategis, diperlukan penyusuna
idasarkan pada skenario pemanfaatan d
ng yang diwujudkan dalam strategi pengemb
mbangan sektor. Rencana yang lebih teknis
ka menengah dan dijabarkan pada tatara
agai macam aspek, seperti rencana pen
rangka pelaksanaannya. Dokumen peren
ntuk Rencana Program I nvestasi Jangka Me
aannya nanti RPI JM Bidang Cipta Karya y
i jangka menengah, akan menjadi salah
m penyusunan anggaran atau rencana kerj
di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam arti
bahwa rencana pembangunan dalam RPI JM tersebut harus tertuang dalam
rencana kerja/ RKP/ RKPD.
Dengan demikian jelas bahwa RPI JM Bidang Cipta Karya merupakan
perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem
perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas
penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/ kota sampai
dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan
penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen
RPI JM.
Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014
dan Rencana Program I nvestasi Jangka Menengah (RPI JM) Kab/ Kota bidang
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
SEB Pagu
Juli Agustus September Oktober November Desember
Cipta Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum
Program (MP) Provinsi.
2.2 Amanat Pembangunan Nasional
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Pelaksanaan
pembangunan bidang Cipta Karya mengacu pada kebijakan pembangunan
nasional dengan mengsinkronkan kebijakan - kebijakan pembangunan
infrastruktur permukiman terhadap arahan program pembangunan Ditjen Cipta
Karya.
2.2.1
Rencana Program Jangka Panjang Nasional ( RPJPN) .
RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya
Pemerintahan Negara I ndonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan
Nasional.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan
kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan
pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun
mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa I ndonesia untuk
melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang
pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan
kelembagaannya sehingga bangsa I ndonesia dapat mengejar ketertinggalan
dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam
pergaulan masyarakat I nternasional.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP
Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk:
a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
nasional,
b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah,
c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan,
d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan, dan
2.2.2
Rencana Program Jangka Menengah Nasional ( RPJMN)
2.2.2.1. Visi dan Misi RPJPN 2005 - 2025
Berdasarkan kondisi bangsa I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa I ndonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun
1945, maka
Visi Pembangunan Nasional tahun 2005 - 2025
adalah:“I NDONESI A YANG MANDI RI , MAJU, ADI L DAN MAKMUR”
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Mandiri :
Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupansejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan
mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju
:
Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber dayamanusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan
berkualitas pendidikan yang tinggi.
Adil
:
Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentukapapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur :
Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudahterpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat
memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di
dunia.
Delapan Misi Pembangunan Nasional
adalah sebagai berikut:1.
Mew ujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
adalahmemperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan
mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa I ndonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
2.
Mew ujudkan bangsa yang berdaya- saing
adalah mengedepankanpembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;
meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian;
pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;
membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan
termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
3.
Mew ujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
adalahmemantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat
peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi
daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan
struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum
secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil.
4.
Mew ujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu
adalahmembangun kekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial m inimum
serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan
kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu
melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan
menuntaskan tindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga
intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional;
serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung
pertahanan dan kontribusi industry pertahanan nasional dalam sistem
pertahanan semesta.
5.
Mew ujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
adalahmeningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial
wilayah/ daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan
pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana
ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk
gender.
6.
Mew ujudkan
I ndonesia asri dan lestari
adalah memperbaikipengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga
keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan
kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga
fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini
dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara
penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya
konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan;
memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan
pemeliharaan dan pemanfaatan keaneka ragaman hayati sebagai modal
dasar pembangunan.
7.
Mew ujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
adalahmenumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan I ndonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional
untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
8.
Mew ujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional
adalah memantapkan diplomasi I ndonesia dalam rangkamemperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen I ndonesia
terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional
bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai
bidang.
2.2.2.2 Arah Kebijakan Umum Pembangunan nasional
Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan
Negara I ndonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka
arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai
berikut:
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai
I ndonesia yang sejahtera. I ndonesia yang sejahtera tercermin dari
peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam
bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan
tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program
perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar,
serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan
penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya
ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan
penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jaw ab.
50
3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua
bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan
kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan
kesenjangan jender. Keadilan juga ‘ hanya dapat diwujudkan bila sistem
hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu.
Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten
diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.
Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam
lima tahun sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan
pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan.
yang menyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada
tatakelola yang baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang
baik dan efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil
jangka pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan,
dan keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang
berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati
proses yang telah disetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa
memiliki yang tinggi dan akuntabel.
Pembangunan kelembagaan ini tidak hanya membangun mekanisme
kelembagaan yang baru, tetapi juga mengembalikan kembali aturan lama yang
dipandang lebih berkelanjutan ke dalam sistem. Sebagai contoh, program BOS
selama ini lebih banyak dilakukan pemerintah pusat, padahal UU Otonomi
Daerah menetapkan bahwa pendidikan merupakan tugas pemerintah
kabupaten/ kota, selanjutnya program ini akan lebih mengedepankan dan
mengaktifkan peran pemerintah daerah.
2.2.3
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
I ndonesia ( MP3EI )
Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk
melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing
perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi I ndonesia yang memiliki
arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi I ndonesia 2011-2025
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi I ndonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun
terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan
Penjelasan umum koridor ekonomi :
1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra
Produksi dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah
kelapa sawit, batu bara, karet, dan besi baj a. Selain itu ada tambahan satu
kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu
pembangunan jembatan selat sunda.
2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong
I ndustri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil,
peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata,
besi baja, dan sektor lain.
3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan
Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.
4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema
“Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah:
pariwisata, peternakan, dan perikanan.
5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas,
dan Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan
peternakan.
6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat
Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional”
adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.
2.2.4
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan
I ndonesia ( MP3KI )
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009
mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan
Kemiskinan di I ndonesia (MP3KI ). Program ini langsung menyasar masyarakat
andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar
pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia (MP3EI ).
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong
percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat
dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama
pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan,
reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM)
dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama,
penanggulangan kemiskinan eksisting
Klaster I
, berupa bantuan danjaminan/ perlindungan sosial. Lalu di
Klaster I I
adalah pemberdayaanmasyarakat,
Klaster I I I
tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah(KUMKM), dan
Klaster I V
adalah program prorakyat. Kedua, transformasiperlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,
pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu :
TAHAP 1 ( Periode 2013- 2014)
•
Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10%pada tahun 2014;
•
Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan programpenanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara
“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMI SKI NAN, SI NERGI LOKASI
DAN WAKTU, SERTA PERBAI KAN SASARAN (seperti : Program Gerbang
Kampung di Menko Kesra);
•
Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakatmiskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI ;
•
Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .TAHAP 2 ( Periode 2015 –2019)
•
Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;•
Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menujuuniversal coverage;
•
Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;•
Penguatan sustainable livelihood.TAHAP 3 ( Periode 2020- 2025)
•
Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;2.2.5 Kaw asan Ekonomi Khusus ( KEK)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik I ndonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus
dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu
yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk
menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi
nasional.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi
nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan
tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor,
dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan
KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model
industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan.
Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di
bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi,
maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain.
Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara
lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi,
pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan
untuk dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai
KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah
provinsi/ kabupaten/ kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang
strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan
dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai
batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK
yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di
tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK
untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian
operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan
Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya
saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas
fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah
dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan,
perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan
diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.2.6. Direktif Presiden
Melalui I nstruksi Presiden Republik I ndonesia Nomor 3 tahun 2010
Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/ Lembaga
negara, Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/ Walikota) untuk dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang
berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran I nstruksi Presiden ini, yang
meliputi program :
1. Pro rakyat;
2. Keadilan untuk semua (justice for all);
3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals
- MDG’s).
Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:
1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat;
c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
mikro dan kecil;
2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a. Program keadilan bagi anak;
b. Program keadilan bagi perempuan;
c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;
e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan
pada:
a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
d. Program penurunan angka kematian anak;
e. Program kesehatan ibu;
f. Program pengendalian HI V/ AI DS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium.
2.3 Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/ Cipta Karya
Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang
mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala
nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/ kota.
Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara
sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah
yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan
juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai
dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan
rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan
perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi
pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang
lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan
pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti
rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya.
Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program
Dalam pelaksanaannya nanti RPI JM Bidang Cipta Karya yang merupakan
perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang
dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan,
baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam
arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI JM tersebut harus tertuang dalam
rencana kerja/ RKP/ RKPD.
Dengan demikian jelas bahwa RPI JM Bidang Cipta Karya merupakan
perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem
perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2.3.1
Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,
yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang
sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai
salah satu upaya membangun manusia I ndonesia seutuhnya, berjati diri,
mandiri, dan produktif.
Pemerintah perlu berperan lebih dalam pertumbuhan dan pembangunan
wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk
memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk :
a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman
b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.
Alat ukur pencapaian keluaran/ output penyelenggaraan infrastruktur
kawasan permukiman kumuh adalah meningkatnya kualitas lingkungan
permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan cara pengembalian fungsi
kawasan permukiman sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kawasan
permukimannya dan menjadi bagian penting dalam pengembangan kota secara
keseluruhan.
Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh
dan permukiman kumuh baru mencakup:
a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;
b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana,
sarana dan utilitas umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.
Sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi
persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
2.3.2 Undang- Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,
perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu,
penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan
dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk
mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta
seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.
Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam
penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus
diselenggarakan secara tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada
masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan
ketentuan penutup.
Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :
1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang
menjaminkeandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung;
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung
dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan
dan berkeadilan.
Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan
hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk
kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan
persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung
pada umumnya.
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia
jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa
konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen
konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa
pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan
gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua
penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan,
yang dilakukan di wilayah negara Republik I ndonesia yang dilakukan oleh
seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan
Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi
maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang
dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat
dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai
kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung
mempunyai hak:
a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana teknis
bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;
b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;
c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/ atau lingkungan yang
dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Daerah;
d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundangundangan dari
Pemerintah Daerah karena bangunannya ditetapkan sebagai bangunan
yang harus dilindungi dan dilestarikan;
e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah
Daerah;
f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundangundangan
apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain
yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung
mempunyai kewajiban:
a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;
c. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan rencana
teknis yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya
izin mendirikan bangunan;
d. meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana
teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan
mengetahui tata cara/ proses penyelenggaraan bangunan gedung;
b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas
bangunan pada lokasi dan/ atau ruang tempat bangunan akan dibangun;
c. mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan
bangunan gedung;
d. mendapatkan keterangan tentang ketentuan bangunan gedung yang laik
fungsi;
e. mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/ atau lingkungan
yang harus dilindungi dan dilestarikan memanfaatkan bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya;
f. memelihara dan/ atau merawat bangunan gedung secara berkala;
g. melengkapi pedoman/ petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan
pemeliharaan bangunan gedung;
h. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunan
gedung.
i. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi;
j. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan
tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya,
atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan tidak mengganggu
keselamatan dan ketertiban umum.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat I ndonesia yang
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat
memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga
jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam
menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh
semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan
saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang
baik.
2.3.3 Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk
hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin
keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu
tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan
air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya
bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan
sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi
saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya
Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup
panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. I su-isu
timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air,
peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa
air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).
Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat
mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi
sosialnya. Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan
antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya
air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai
ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat
mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan
tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,
lingkungan hidup, dan ekonomi.
Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut
termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang
lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah
menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan
kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan
dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus
sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang
menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip :
1. Good governance principle,
2. Subsidiary principle,
3. Equity principle,
4. Priority use principle,
5. Prior appropriation principle,
6. Sustainable development principle,
7. Good sustainable development governance,
8. Principle of participatory development.
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota
a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/ atau
wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b. wilayah sungai lintas kabupaten/ kota menjadi kewenangan pemerintah
provinsi;
c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/ kota
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/ kota;
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan
pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut
dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh
masyarakat dan/ atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan,
dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan
sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi
dan pengendalian daya rusak air.
Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap
memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup.
Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di
bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan
tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara
fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.
2.3.4. Undang- Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Persampahan
Jumlah penduduk I ndonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah
yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang
perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu
pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut,
dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah
dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah
berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas
rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar
timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu
yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir
sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan
sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang
mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi,
kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah
dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu
pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian
dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan
paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan,
penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan
pemrosesan akhir.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu
dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan
pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang.
Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas
nilai ekonomi.
Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana termuat pada
Undang-undang No.18 Tahun 2008 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/ kota
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/ kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan
sampah terpadu, dan/ atau tempat pemrosesan akhir sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah
dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditut up; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.
Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan
akhir sampah sebagaimana dimaksud diatas merupakan bagian dari rencana
tata ruang wilayah kabupaten/ kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Sesuai Undang-undang No.18 Tahun 2008 Pengurangan sampah dimaksud
meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/ atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
Dalam hal ini Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan Kegiatan
penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/ atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/ atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/ atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/ atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Dalam mewujudkan usaha bersama pengelolaan sampah terpadu, Pemerintah
daerah dapat melakukan kerja sama antar pemerintah daerah dan dengan
badan usaha pengelolaan sampah dalam melakukan pengelolaan sampah.
2.3.5 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 3 UU nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:
a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta
menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan
ekonomi, sosial, dan budaya;
b. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam
menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan
seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
c. mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman
kumuh;
d. mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang,
efisien, dan produktif;
e. memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan
penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR;
f. memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan
g. menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan
terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman,
harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan
dan permukiman yang terpadu; dan
h. memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian,
pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.
Amanat UU 20/ 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Untuk diatur dalam PP
1. Kewajiban menyediakan rumah susun umum;
2. Pendayagunaan tanah wakaf untuk rusun umum;
3. Pemisahan rumah susun serta gambar dan uraian;
4. Tata cara pelaksanaan pinjam-pakai atau sewa rusun khusus;
5. SHM sarusun dan SKBG sarusun serta tata cara penerbitannya;
6. Pengalihan rumah susun umum;
7. Penyewaan sarusun negara;
8. Pengelolaan rumah susun, masa transisi dan tata cara penyerahan
pertama kali;
9. Peningkatan kualitas rumah susun;
10. Pengendalian penyelenggaraan rumah susun;
11. PPPSRS;
12. I nsentif, bantuan dan kemudahan bagi MBR bantuan dan kemudahan
kepada MBR; dan
13. Sanksi administratif dan pidana
1. Hampir semua tanah wakaf tidak ada yang diperuntukan bagi pembangunan
rumah susun ( dalam ikrar wakaf yang dibacakan wakif );
2. Banyak tanah wakaf yang belum disertipikatkan, dan ada yang diatasnya
dibangun rumah susun dengan APBN/ APBD;
3. Sudahkah Kementerian Agama menyediaakan regulasi perubahan peruntukan
benda wakaf;
4. BWI sebagai lembaga pengelola wakaf yang baru, apakah sudah
mempersiapkan struktur organisasi yang melayani perubahan peruntukan
benda wakaf;
5. Kementerian hukum dan HAM apakah telah menyediaan yalanan pembebanan
SKBG dengan fidusia syariah
6. Diperlukan sosialisasi yang cukup;
Muatan perda :
1. Mengatur kewenangan pemda dalam identifikasi tanah-tanah wakaf bagi
pembangunan rumah susun ;
2. Mengatur bentuk kerjasama dalam pembangunan rumah susun antara pelaku
dengan nadzir;
3. Mengetur kebijakan penetapan harga sewa tanah wakaf;
4. Mengatur kelembagaan yang menerbitkan SKBG;
5. Mengatur kelembagaan yang melayani peralihan SKBG;
I mlementasi pendayagunaan tanah BMN/ bmd bagi pembangunan rumah susun :
1. Hampir semua tanah BMN/ BMD tidak ada yang diperuntukan bagi
pembangunan rumah susun.
2. Banyak tanah BMN/ BMD yang belum disertipikatkan, dan ada yang diatasnya
dibangun rumah susun dengan APBN/ APBD;
3. Kementerian hukum dan HAM apakah telah menyediaan yalanan pembebanan
SKBG dengan idusia syariah
Muatan perda :
1. Mengatur kewenangan pemda dalam identifikasi tanah-tanah BMN/ MBD;
2. Mengatur bentuk kerjasama antara pelaku dengan pemda atau pempus;
3. Mengetur kebijakan penetapan harga sewa tanah BMN/ BMD;
4. Mengatur kelembagaan yang menerbitkan SKBG;
5. Mengatur kelembagaan yang melayani peralihan SKBG;
2.4 Amanat I nternasional Bidang Cipta Karya
2.4.1 Agenda habitat
Tujuan dari Agenda Habitat yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan
prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional. Sedangkan pentingnya
kekhasan nasional dan regional serta berbagai sejarah, budaya dan latar
belakang agama harus diingat, itu adalah tugas dari semua negara untuk
mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia dan kebebasan
dasar, termasuk hak untuk pembangunan.
Pelaksanaan Agenda Habitat, termasuk implementasi melalui hukum
nasional dan prioritas pembangunan, program dan kebijakan, adalah hak
kedaulatan dan tanggung jawab masing-masing Negara sesuai dengan hak
asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak atas pembangunan, dan
mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai agama dan etika, latar belakang
budaya, dan keyakinan filosofis individu dan masyarakat, memberikan
kontribusi untuk menikmati hak asasi manusia untuk mencapai tujuan tempat
tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman yang
berkelanjutan.
Pemberantasan kemiskinan sangat penting untuk permukiman manusia
yang berkelanjutan. Prinsip pemberantasan didasarkan pada kerangka kerja
relevan dari konferensi utama PBB lainnya, termasuk tujuan pemenuhan
kebutuhan dasar dari semua orang, terutama mereka yang hidup dalam
kemiskinan dan kelompok yang kurang beruntung dan rentan. Khususnya di
negara-negara berkembang di mana kemiskinan akut, yang memungkinkan
semua perempuan dan laki-laki untuk mendapat mata pencaharian yang aman
dan berkelanjutan dapat dipilih secara bebas untuk lapangan kerja yang
produktif dan pekerjaan.
Pembangunan
berkelanjutan.
Sangat penting bagi pembangunanpemukiman manusia, dan memberikan pertimbangan penuh untuk kebutuhan
dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial
dan perlindungan lingkungan. Pertimbangan khusus harus diberikan untuk
negara-negara berkembang dengan transisi ekonomi. Pemukiman manusia
harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang
memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan
semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait
hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan.
Pembangunan Pemukiman manusia berkelanjutan menjamin pembangunan
ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan.
I ni mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan
kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian terhadap daya dukung ekosistem,
dan pelestarian peluang untuk masa depan generasi. Produksi, konsumsi dan
transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan
melestarikan stok sumber daya. I lmu pengetahuan dan teknologi memiliki
peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan
mempertahankan ekosistem mereka. Keberlanjutan pemukiman manusia
memerlukan distribusi geografis yang seimbang atau distribusi lainnya yang
sesuai dengan kondisi nasional, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial,
kesehatan manusia dan pendidikan, dan konservasi keanekaragaman hayati
pemeliharaan keanekaragaman budaya serta udara, air, hutan, vegetasi dan
kualitas tanah pada standar cukup untuk menopang kehidupan manusia dan
kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Kualitas hidup semua orang tergantung, antara lain ekonomi, sosial,
lingkungan dan budaya faktor, pada kondisi fisik dan karakteristik spasial desa
dan kota. Tata letak kota dan estetika, pola penggunaan lahan, populasi dan
kepadatan bangunan, transportasi dan kemudahan akses untuk semua untuk
kebutuhan dasar, pelayanan dan fasilitas publik memiliki pengaruh penting
pada kualitas hidup dari pemukiman. Hal ini sangat penting bagi orang-orang
yang rentan dan kurang beruntung, banyak dari mereka menghadapi hambatan
dalam akses ke tempat penampungan dan berpartisipasi dalam membentuk
masa depan permukiman mereka. Kebutuhan bagi masyarakat dan aspirasi
mereka untuk lingkungan yang mereka tinggali dan permukiman harus terpadu
dengan proses desain, manajemen dan pemeliharaan pemukiman manusia.
Tujuan upaya ini termasuk melindungi kesehatan masyarakat, menyediakan
keselamatan dan keamanan, pendidikan dan integrasi sosial, mempromosikan
kesetaraan dan menghormati keragaman budaya dan identitas, peningkatan
aksesibilitas bagi penyandang cacat, dan pelestarian bersejarah, bangunan
spiritual, agama dan budaya yang signifikan dan kabupaten, menghormati
lanskap lokal dan memperlakukan lingkungan lokal dengan hormat dan
perawatan. I tu pelestarian warisan alam dan sejarah pemukiman manusia,
termasuk situs, monumen dan bangunan, terutama yang dilindungi di bawah
Konvensi UNESCO di Situs Warisan Dunia, harus dibantu, termasuk melalui
kerja sama internasional. Hal ini juga sangat penting bahwa spasial diversifikasi
dan campuran penggunaan perumahan dan jasa akan dipromosikan di tingkat
lokal dalam rangka memenuhi keragaman kebutuhan dan harapan.
Semua orang memiliki hak dan juga harus menerima tanggung jawab
mereka untuk menghormati dan melindungi hak-hak orang lain termasuk
generasi mendatang dan untuk berkontribusi secara aktif untuk kebaikan
bersama. Manusia dengan pemukiman berkelanjutan adalah mereka yang,
dialog untuk kebaikan bersama, dan semangat voluntarisme dan keterlibatan
masyarakat, di mana semua orang didorong dan memiliki kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan.
Pemerintah di semua tingkatan, termasuk otoritas lokal, memiliki tanggung
jawab untuk menjamin akses untuk pendidikan dan untuk melindungi
kesehatan penduduk mereka, keselamatan dan kesejahteraan umum. Hal ini
memerlukan, penetapan kebijakan, hukum dan peraturan untuk kegiatan publik
dan swasta, mendorong kegiatan swasta yang bertanggung jawab di segala
bidang, memfasilitasi partisipasi kelompok masyarakat ’, mengadopsi prosedur
yang transparan, mendorong semangat kepemimpinan dan kemitraan dengan
pihak swasta, dan membantu orang untuk memahami dan melaksanakan hak
dan tanggung jawab mereka melalui proses partisipatif yang efektif, pendidikan
universal dan penyebaran informasi.
Kemitraan antara negara-negara dan swasta, sukarela dan organisasi
berbasis masyarakat, sektor koperasi, lembaga swadaya masyarakat dan
individu sangat penting untuk tercapainya pembangunan pemukiman manusia
yang berkelanjutan dan penyediaan tempat tinggal yang memadai untuk semua
dan layanan dasar. Kemitraan dapat mengintegrasikan dan saling mendukung
tujuan partisipasi kebutuhan dasar, antara lain, membentuk aliansi,
mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, keterampilan dan
kontribusi memanfaatkan keunggulan komparatif dari tindakan kolektif. I tu
proses dapat dibuat lebih efektif dengan memperkuat organisasi masyarakat
sipil di semua tingkatan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong
kolaborasi dan kemitraan dari semua sektor masyarakat dan di antara semua
aktor dalam proses pengambilan keputusan, yang sesuai.
Solidaritas dengan mereka yang termasuk kelompok yang kurang
beruntung dan rentan, termasuk orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan,
serta toleransi, non-diskriminasi dan kerja sama di antara semua orang,
keluarga dan masyarakat adalah dasar bagi kohesi sosial. Solidaritas,
kerjasama dan bantuan harus ditingkatkan oleh masyarakat internasional serta
tantangan pembangunan pemukiman. Masyarakat internasional dan
Pemerintah di semua tingkat yang berkaitan untuk mempromosikan kebijakan
dan instrumen suara dan efektif, sehingga memperkuat kerjasama antar
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya
tambahan untuk memenuhi tantangan ini.
Untuk melindungi kepentingan generasi sekarang dan mendatang pada
pemukiman manusia merupakan salah satu tujuan fundamental dari
masyarakat internasional. Perumusan dan pelaksanaan strategi untuk
pengembangan pemukiman manusia adalah tanggung jawab masing-masing
negara baik nasional dan lokal terutama tingkat dalam kerangka hukum
masing-masing negara, antara lain , dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk pembangunan pemukiman manusia, dan harus
memperhitungkan ekonomi, sosial dan lingkungan keragaman kondisi di
masing-masing negara. Tambahan sumber daya keuangan dari berbagai
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tempat tinggal yang memadai
untuk semua dan pembangunan berkelanjutan untuk pemukiman manusia di
dunia. Sumber daya yang tersedia untuk negaranegara berkembang
-masyarakat, swasta, multilateral, bilateral, domestik dan eksternal - perlu
ditingkatkan melalui mekanisme yang tepat dan fleksibel dan instrumen
ekonomi untuk mendukung tempat tinggal yang memadai untuk semua dan
pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan. I ni harus disertai
dengan langkah-langkah konkret untuk teknis internasional kerjasama dan
pertukaran informasi.
Kesehatan manusia dan kualitas hidup berada di tengah upaya untuk
mengembangkan emukiman manusia yang berkelanjutan. Oleh karena itu
harus dilakukan sosialisasi untuk mencapai tujuan universal dan sama akses ke
pendidikan berkualitas, standar tertinggi kesehatan fisik, mental dan
lingkungan, dan akses yang sama dari semua untuk perawatan kesehatan
primer, membuat upaya khusus untuk memperbaiki ketidaksetaraan yang
membedakan ras, asal negara, jenis kelamin, usia, atau cacat, menghormati
dan mempromosikan budaya umum dan khusus.
2.4.2 Konferensi Rio + 20
" Rio + 20 " , merupakan konferensi PBB tentang pembangunan
berkelanjutan , diadakan pada Juni 2012. Konferensi ini bertujuan untuk
menjamin membaharuan komitmen politik global untuk Pembangunan
Berkelanjutan .
Kemajuan pencapaian Rio + 20 meliputi beberapa bidang:
•
Ekonomi hijau merupakan instrumen penting untuk mencapaipembangunan berkelanjutan.
•
Komitmen dibuat untuk tindakan di bidang kebijakan kunci, yang meliputiketahanan pangan, lahan, pertanian berkelanjutan , air, energi
berkelanjutan , kelautan dan perikanan , serta konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan.
•
Rio memutuskan untuk mengembangkan Tujuan PembangunanBerkelanjutan (SDGs) yang menjadi tujuan yang universal , berlaku untuk
semua negara , dan untuk dikembangkan bersama pasca kebijakan
pembangunan 2015 .
•
Sarana I mplementasi dan Pembiayaan untuk pembangunan berkelanjutan.•
Reformasi Kerangka Kelembagaan I nternasional (penguatan UNEP , danbekerja untuk pembentukan Forum Politik Tingkat Tinggi pada
pembangunan berkelanjutan).
2.4.3 Millenium Development Goals ( MDGs)
Tabel 2.1.
Delapan tujuan dan 18 Sasaran yang disepakati dalam Millenium Development Goals adalah sebagai berikut:
8 Tujuan 18 Sasaran
1. Memberantas
kemiskinan dan kelaparan yang
ekstrim 2. Setengah proporsi penduduk yang menderita kelaparan tahun 2015
2. Mewujudkan pendidikan dasar
3. Pastikan bahwa semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2015
3. Mendorong
kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
4. Mengurangi perbedaan gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Mengurangi jumlah balita yang meninggal sebanyak dua pertiga pada 2015
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Mengurangi rasio kematian ibu sebanyak tiga perempat tahun 2015
6. Memerangi HI V / AI DS, malaria dan penyakit lainnya
7. Menghentikan dan mulai memulai pencegahan penyebaran HI V / AI DS pada tahun 2015
8. Menghentikan dan mulai mencegah penyebaran malaria dan penyakit berat lainnya pada tahun 2015
7. Memastikan
kelestarian lingkungan
9. Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan pada tahun 2015
10. Mengurangi setengah dari proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum yang aman pada tahun 2015
11. Membuat peningkatan kehidupan yang signifikan, setidaknya 100 juta penghuni kawasan kumuh pada tahun 2020
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
12. Mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan terbuka yang berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan kemiskinan nasional dan internasional
14. Memenuhi kebutuhan khusus bagi Negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang.
15. Penanggulangan Masalah utang negara berkembang melalui upaya nasional dan internasional untuk membuat hutang berkesinambungan dalam jangka panjang. 16. Dalam kerjasama dengan negara-negara
berkembang, mengembangkan pekerjaan yang layak dan produktif bagi kaum muda. 17. Dalam kerjasama dengan perusahaan
farmasi, menyediakan akses obat-obatan penting dengan harga terjangkau di negara berkembang.
18. Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
2.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015
Di Rio+ 20 dokumen hasil, negara-negara anggota sepakat bahwa tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs) harus:
1. Didasarkan pada Agenda 21 dan Rencana Pelaksanaan Johannesburg.
2. Sepenuhnya menghormati semua Prinsip Rio.
3. Bersikaplah konsisten dengan hukum internasional.
4. Membangun komitmen yang telah dibuat.
5. Berkontribusi terhadap implementasi penuh dari hasil seluruh KTT utama
dalam bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
6. Fokus pada bidang prioritas untuk pencapaian pembangunan
berkelanjutan, yang dipandu oleh dokumen hasil.
7. Alamat dan memasukkan secara seimbang ketiga dimensi pembangunan
berkelanjutan dan saling keterkaitan mereka.
8. Jadilah koheren dengan dan diintegrasikan ke dalam agenda pembangunan
PBB melampaui 2015.
9. Tidak mengalihkan fokus atau usaha dari pencapaian Tujuan Pembangunan