• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 1

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Juli 2017 sebesar 93,02

persen, turun 0,82 persen dibandingkan NTP bulan lalu. Hal ini disebabkan penurunan NTP pada seluruh subsektor kecuali subsektor peternakan.

 Indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,19 persen sedangkan indeks

harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,69 persen.

 NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 110,45 persen, sedangkan

NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 79,35 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) sebesar 104,52 persen atau

mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dibandingkan Juni 2017.

 Di tingkat nasional, NTP bulan Juli 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen,

demikian pula dengan NTUP bulan Juli 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen.

 Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Petani di tingkat nasional pada bulan Juli

2017 masing-masing sebesar 100,65 dan 109,75.

No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

Selama Juli 2017, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 93,02 Persen

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang berperan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan, merupakan persentase yang diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa baik yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Sehingga, semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga. Dengan demikian, NTUP diharapkan lebih mencerminkan kemampuan daya tukar hasil produksi rumahtangga petani terhadap pengeluaran biaya selama proses produksi.

(2)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 2

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya, Juni - Juli 2017

Subsektor Juni Juli Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 88,67 88,24 -0,48

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 117,35 117,68 0,29

- Padi 109,69 108,96 -0,67

- Palawija 141,07 144,71 2,58

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132,34 133,36 0,77

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135,08 136,24 0,86

- Indeks BPPBM 122,73 123,29 0,45

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 111,41 110,45 -0,87

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 145,56 145,56 0,00

- Sayur-sayuran 143,02 145,19 1,52

- Buah-buahan 147,89 146,09 -1,22

- Tanaman Obat 122,63 125,13 2,04

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 130,65 131,79 0,88

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 135,46 136,90 1,06

- Indeks BPPBM 115,72 115,95 0,20

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 80,90 79,35 -1,92

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 105,22 103,91 -1,24

- Tanaman Perkebunan Rakyat 105,22 103,91 -1,24

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 130,05 130,95 0,69

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 134,28 135,43 0,86

- Indeks BPPBM 114,59 114,58 -0,01

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 106,65 106,98 0,31

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 129,26 130,25 0,77

- Ternak Besar 125,21 126,22 0,81

- Ternak Kecil 131,58 132,37 0,60

- Unggas 130,40 131,45 0,80

- Hasil Ternak 148,92 150,16 0,84

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,20 121,76 0,46

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 134,59 135,74 0,85

- Indeks BPPBM 109,03 109,05 0,02

5. Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 107,36 106,74 -0,57

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 136,39 136,24 -0,11

- Penangkapan 146,51 146,26 -0,17

- Budidaya 109,29 109,39 0,09

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127,05 127,63 0,46

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 136,82 137,84 0,75

- Indeks BPPBM 110,75 110,60 -0,14

5. 1. Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 115,93 115,25 -0,59

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 146,51 146,26 -0,17

- Penangkapan 146,51 146,26 -0,17

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 126,38 126,91 0,42

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 136,90 137,93 0,75

(3)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 3 Subsektor Juni Juli Perubahan

(%) 5. 2. Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Petani Budidaya Ikan (NTPi) 84,82 84,43 -0,46

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 109,29 109,39 0,09

- Budidaya Air Tawar 111,78 111,36 -0,38

- Budidaya Air Laut 104,51 104,51 0,00

- Budidaya Air Payau 132,16 133,46 0,98

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128,85 129,56 0,55

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 136,60 137,62 0,75

- Indeks BPPBM 144,98 113,99 0,10

NTP Gabungan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 93,84 93,02 -0,87

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,86 120,62 -0,19

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128,80 129,68 0,69

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 134,86 136,05 0,88

- Indeks BPPBM 115,26 115,41 0,13

NTP Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 92,93 92,10 -0,89

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 115,57 115,74 0,15

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 113,71 113,84 0,11

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 111,41 110,87 -0,48

- Indeks BPPBM 115,57 115,74 0,15

BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang/jasa di wilayah perdesaan selama Juli 2017 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Sulawesi Tengah turun sebesar 0,87 persen, yakni dari 93,84 pada Juni menjadi 93,02 pada Juli 2017. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,19 persen sedangkan indeks harga yang dibayarkan petani naik sebesar 0,69 persen.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Selama Juli 2017, indeks harga yang diterima petani tercatat 120,62 atau turun 0,19 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 120,86. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan masing-masing sebesar 1,24 persen dan 0,11 persen.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh komponen pengeluaran baik untuk konsumsi rumahtangga maupun fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani selama Juli 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen dibandingkan bulan lalu, yaitu dari 128,80 pada Juni 2017 menjadi 129,68 pada Juli 2017. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan Ib di seluruh subsektor.

(4)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 4

Grafik 1

Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Juni – Juli 2017

4. NTP Menurut Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan selama bulan Juli 2017 mengalami penurunan sebesar 0,48 persen yakni dari 88,67 pada Juni 2017 menjadi 88,24 pada Juli 2017. Penurunan NTPP disebabkan oleh naiknya indeks yang dibayar petani (It) tanaman pangan sebesar 0,29 persen lebih rendah daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,77 persen. Kenaikan It dipengaruhi oleh naiknya indeks harga subkelompok palawija sebesar 2,58.

Kenaikan Ib pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,77 persen atau berubah dari 132,34 pada Juni 2017 menjadi 133,36 pada Juli 2017, disebabkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing – masing sebesar 0,86 persen dan 0,45 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Selama bulan Juli 2017 subsektor hortikultura mengalami penurunan NTP sebesar 0,87 persen atau berubah dari 111,41 pada Juni 2017 menjadi 110,45 pada bulan Juli 2017. Hal ini disebabkan oleh kenaikan Ib pada subsektor hortikultura sebesar 0,88 persen disebabkan oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumahtangga dan indeks biaya produksi masing – masing sebesar 1,06 persen dan 0,20 persen. Sedangkan indeks harga yang diterima petani pada bulan Juli tidak mengalami perubahan.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

(5)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 5

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Selama Juli 2017, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan indeks yaitu sebesar 1,92 persen. Nilai NTPR yang semula 80,90 pada bulan Juni berubah menjadi 79,35 pada Juli 2017. Hal ini disebabkan oleh penurunan It sebesar 1,24 persen sedangkan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen. Indeks harga yang diterima petani berubah dari 105,22 pada Bulan Juni menjadi 103,91 pada Juli 2017.

Indeks Harga yang dibayar petani (Ib) pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yang semula 130,05 pada bulan Juni 2017 berubah menjadi 130,95 pada Bulan Juli 2017. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga sebesar 0,86 perseb sementara indeks harga biaya produksi turun sebesar 0,01 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Subsektor peternakan pada bulan Juli merupkan satu-satunya subsektor yang mengalami kenaikan NTP yaitu sebesar 0,31 persen. Kenaikan NTPT yakni dari 106,65 pada Juni 2017 menjadi 106,98 pada Juli 2017. Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan It sebesar 0,77 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,46 persen. Indeks harga yang diterima (It) petani pada subsektor peternakan pada bulan Juli 2017 tercatat sebesar 130,25 meningkat dari bulan Juni 2017 yang tercatat sebesar 129,26. Kenaikan It disebabkan oleh kenaikan indeks harga pada subkelompok ternak besar sebesar 0,81 persen, subkelompok ternak kecil sebesar 0,60 persen, subkelompok unggas 0,80 persen, dan subkelompok hasil ternak sebesar 0,84 persen.

Kenaikan Ib sebesar 0,46 persen berasal dari naiknya indeks harga konsumsi rumahtangga dan indeks harga untuk biaya produksi masing-masing sebesar 0,85 persen dan 0,02 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Nilai tukar subsektor perikanan mengalami penurunan indeks sebesar 0,57 persen, yakni dari 107,36 pada Juni 2017 menjadi 106,74 pada Juli 2017. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan indeks harga diterima petani (It) sebesar 0,11 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayarkan (Ib) pada bulan Juli mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks harga subkelompok perikanan tangkap sebesar 0,17 persen, sementara subkelompok perikanan budidaya naik sebesar 0,09 persen.

Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi penurunan nilai tukar sebesar 0,59 persen yakni dari 115,93 pada Juni 2017 menjadi 115,25 pada Juli 2017. Turunnya nilai tukar pada subkelompok perikanan tangkap disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,17 persen sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,42 persen.

(6)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 6 Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), terjadi penurunan indeks nilai tukar sebesar 0,46 persen yakni dari 84,82 pada Juni 2017 menjadi 84,43 pada Juli 2017. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan It sebesar 0,09 persen lebih besar dari kenaikan Ib sebesar 0,55 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks harga budidaya air payau sebesar 0,98 persen, sedangkan budidaya air tawar turun sebesar 0,38 persen, dan budidaya air laut tidak mengalami perubahan.

Secara keseluruhan, Ib subsektor perikanan naik sebesar 0,46 persen yang berasal dari meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga sebesar 0,75 persen sedangkan biaya produksi turun sebesar 0,14 persen. Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi kenaikan Ib sebesar 0,42 persen yang disebabkan meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga sebesar 0,75 persen sedangkan biaya produksi turun sebesar 0,23 persen. Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), Ib naik sebesar 0,55 persen yang disebabkan meningkatnya indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,75 persen dan 0,10 persen.

5. Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pengeluaran petani selama Juli 2017 dapat dirinci menurut indeks harga yang dibayar petani baik untuk keperluan rumahtangga maupun keperluan proses produksi di sektor pertanian.

Tabel 2

Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran Juni – Juli 2017

Kenaikan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumahtangga sebesar 0,88 persen disebabkan meningkatnya indeks harga pada keenam subkelompok pengeluaran Kelompok pengeluaran Juni Juli Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) Konsumsi rumahtangga 134,86 136,05 0,88 1.Bahan makanan 143,18 145,76 1,80 2. Makanan jadi 135,94 136,10 0,12 3. Perumahan 131,22 131,45 0,18 4. Sandang 129,35 130,32 0,75 5. Kesehatan 129,84 130,21 0,28

6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 113,45 113,61 0,14

7. Transportasi dan komunikasi 120,94 120,77 -0,14

Biaya Produksi dan Penanaman Barang Modal (BPPBM) 115,26 115,41 0,13

1. Bibit 113,84 113,99 0,13

2. Obat-obatan dan pupuk 111,60 111,14 -0,41

3. Sewa lahan, pajak, dan lainnya 111,75 112,02 0,25

4. Transportasi 125,39 125,60 0,17

5. Penambahan barang modal 115,56 115,13 -0,37

6. Upah buruh tani 114,53 115,37 0,74

(7)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 7 meliputi bahan makanan sebesar 1,80 persen, subkelompok makanan jadi 0,12 persen, subkelompok perumahan sebesar 0,18 persen, subkelompok sandang 0,75 persen, subkelompok kesehatan 0,28 persen, dan subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,14 persen, sementara subkelompok transportasi dan komunikasi turun sebesar 0,14 persen.

Peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk biaya produksi sebesar 0,13 persen, disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada keempat subkelompok meliputi subkelompok bibit sesesar 0,13 persen, subkelompok sewa lahan, pajak dan lainnya 0,25 persen, subkelompok transportasi 0,17 persen dan subkelompok upah buruh tani sebesar 0,74 persen. Sedangkan subkelompok obat-obatan dan pupuk dan subkelompok penambahan barang modal pada bulan Juli 2017 mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,41 persen dan 0,37 persen.

6. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP)

Dibandingkan bulan Juni, Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) pada bulan Juli 2017 mengalami penurunan indeks sebesar 0,32 persen yaitu dari 104,86 menjadi 104,52 pada bulan Juli 2017. Namun demikian, relatif lebih tingginya NTUP dibandingkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang sebesar 93,02 merefleksikan bahwa tingkat pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, berperan cukup signifikan dalam menurunkan besaran nilai tukar. Penurunan NTUP dipengaruhi oleh penurunan yang terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,17 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,20 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat 1,24 persen. Sementara subsektor peternakan dan perikanan naik masing-masing sebesar 0,75 persen dan 0,02 persen

Tabel 3

Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya Juni - Juli 2017

Pada bulan yang sama, NTUP tanpa perikanan sebesar 103,30 atau lebih rendah dari NTUP secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor perikanan tetap memiliki daya ungkit terhadap capaian nilai tukar usaha rumahtangga. Dibandingkan bulan sebelumnya, NTUP tanpa perikanan mengalami penurunan sebesar 0,35 persen.

Kelompok pengeluaran Juni Juli Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 95,61 95,45 -0,17

2. Hortikultura 125,79 125,54 -0,20

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 91,82 90,69 -1,24

4. Peternakan 118,56 119,44 0,75

5. Perikanan 123,15 123,18 0,02

a. Tangkap 133,69 133,78 0,06

b. Budidaya 95,97 95,96 -0,01

NTUP 104,86 104,52 -0,32 NTUP Tanpa Perikanan 103,66 103,30 -0,35

(8)

Berita Resmi Statistik No. 44/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 8

7. Perbandingan Nilai Tukar Petani antar Provinsi se-Sulawesi

Pada bulan Juli 2017, kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan hanya terjadi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1,06 persen. Pada subsektor hortikultura kenaikan indeks tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,57 persen. Pada subsektor perkebunan kenaikan indeks tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,58 persen sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 2,74 persen. Pada subsektor peternakan seluruh provinsi di Pulau Sulawesi mengalami penurunan indeks kecuali provinsi Sulawesi Tengah naik sebesar 0,31 persen. Pada subsektor perikanan provinsi yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Provinsi Gorontalo sebesar 0,34 persen sedangkan provinsi yang mengalami penurunan indeks terbesar adalah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,85 persen. Apabila dilihat NTP Gabungan pada tabel 4, seluruh provinsi yang berada di Pulau Sulawesi mengalami penurunan indeks selama Bulan Juli 2017, dengan penurunan terbesar berada di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 1,40 persen.

Tabel 4

Perbandingan Nilai Tukar Pertanian antar Provinsi se- Pulau Sulawesi Menurut Subsektor dan Perkembangannya Juni - Juli 2017

NTP Bulan Pangan Hortikultura Perkebunan Ternak Perikanan NTP

Gabungan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SULUT Juni 91,32 94,90 86,81 99,22 102,37 92,40 Juli 89,55 96,39 87,09 99,21 102,03 92,32 -1,93 1,57 0,32 -0,01 -0,33 -0,08 SULTENG Juni 88,67 111,41 80,90 106,65 107,36 93,84 Juli 88,24 110,45 79,35 106,98 106,74 93,02 -0,48 -0,87 -1,92 0,31 -0,57 -0,87 SULSEL Juni 97,53 111,51 90,67 108,79 101,61 100,54 Juli 97,08 110,58 91,20 108,04 101,16 100,18 -0,47 -0,84 0,58 -0,69 -0,44 -0,36 SULTRA Juni 88,58 88,68 90,23 104,73 113,50 94,38 Juli 86,89 87,90 87,85 104,48 113,86 93,06 -1,90 -0,88 -2,64 -0,23 0,32 -1,40 GORONTALO Juni 108,55 113,44 100,18 101,20 100,59 105,22 Juli 106,01 114,79 97,44 100,12 100,93 103,79 -2,34 1,19 -2,74 -1,07 0,34 -1,35 SULBAR Juni 109,83 104,50 109,43 103,60 104,87 104,65 Juli 111,00 104,17 108,67 103,31 103,99 104,42 1,06 -0,31 -0,69 -0,28 -0,85 -0,22

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan,

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

pelajaran Fiqih yaitu dari siswa yang telah tuntas pada siklus I naik dari. 72% menjadi

17 tahun 2014 ini bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memiliki hak imunitas atau kekebalan yang dalam penjelasannya ditafsirkan bahwa hak imunitas adalah hak

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Diharapkan dari tulisan ini pembaca dapat memperoleh gambaran tentang jenis dosimeter perorangan yang digunakan untuk layanan pemantauan dosis tara perorangan eksternal (film

pabean, melakukan pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, melakukan pelayanan dan pengawasan