• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Karya sastra dibedakan dalam tiga genre, yaitu puisi, prosa, dan drama (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah ‘karangan bebas’ (tidak terikat kaidah yang terdapat dalam puisi). Prosa merupakan salah satu genre yang digemari oleh masyarakat. Hal tersebut dikatakan demikian karena prosa menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dan merupakan manifestasi dari pengalaman estetis sehingga membangkitkan perasaan dan keharuan pembaca. Secara umum, prosa dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu cerpen, novelet, dan novel.

Cerpen (KBBI, 2011:264) adalah ‘cerita pendek’. Cerpen menceritakan suatu perbuatan dan pengalaman antarmanusia baik secara imajinatif maupun realitas. Kisah yang diangkat pun biasanya tidak lepas dari berbagai persoalan kehidupan manusia. Persoalan tersebut dapat berupa persoalan antara manusia dengan sesama manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan. Selain itu, terdapat juga persoalan yang lain, yaitu persoalan yang berhubungan dengan ekonomi, budaya, agama, dan sosial. Pembaca diharapkan mampu untuk merefleksikan persoalan yang ada, mengolah emosi, dan mengetahui gagasan pengarang.

(2)

Pengarang biasanya mengungkapkan ide dan gagasannya lewat karya sastra yang dibuatnya. Pembaca sering tidak menyadari bahwa peristiwa yang ada dalam cerpen berdasarkan kisah nyata dalam kehidupan. Hal tersebut dikatakan demikian karena karya sastra merupakan manifestasi pengalaman estetis sekaligus pengalaman pengarang. Pengalaman pengarang dituliskan dalam wujud fakta-fakta cerita (Pujiharto, 2010:24). Oleh karena itu, karya sastra bersifat imajinatif, tetapi masuk akal dan nyata.

Karya sastra dianggap sebagai cerminan kehidupan sosial karena karya sastra adalah salah satu bagian dari seni yang mengungkapkan sejumlah fenomena manusia yang dapat menimbulkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Sastra muncul dari proses kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat pada masa tertentu dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sebagai produk dari dunia sosial yang senantiasa berubah-ubah, karya sastra merupakan kesatuan dinamis yang bermakna, sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa penting zamannya (Damono, 1984:40).

Banyak pengarang yang terkenal di Indonesia. Umar Kayam adalah seorang pengarang yang terkenal. Beliau adalah seorang cerpenis yang cerita rekaannya merefleksikan kehidupan masyarakat. Berikut adalah cerpen dan novel karya Umar Kayam serta tahun terbitnya, antara lain kumpulan cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (1972), Mangan Ora Mangan Asal Kumpul (1990), Parta Karma (1997), dan Lebaran di Karet, Karet (2002). Novelet karya Umar Kayam adalah Sri Sumarah

(3)

(2002). Ada pula tulisan nonfiksi karya Umar Kayam berjudul Seni, Tradisi, dan Masyarakat (1981), Semangat Indonesia (1985), dan Sugih Tanpa Banda (1994).

Tidak kalah penting, Umar Kayam adalah pengarang terkenal yang disebut sebagai spesialis yang bertema lebaran oleh teman-temannya. Beberapa cerpennya bertemakan tentang Lebaran. Berikut adalah judul cerpen yang bertemakan Lebaran, antara lain “Ke Solo, ke Njati”, “Ziarah Lebaran”, “Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Marti”, “Mbok Jah”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, dan “Sardi”. Kedelapan cerpen tersebut terdapat dalam kumpulan cerpen yang berjudul Lebaran di Karet, di Karet. Ada juga cerpen lainnya yang bertemakan lebaran yang berjudul “Mudik Lebaran dan Rigenomics”, “Sawang-Sinawang Waktu Lebaran”, “Pada Suatu Senin Pagi Sesudah Lebaran”, “Rapat Meja Bundar Menjelang Lebaran”, “Pasca Lebaran”, dan “Keranjang Lebaran”. Keenam cerita tersebut terdapat dalam kumpulan cerpen Mangan Ora Mangan Kumpul.

Cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” ini adalah cerpen yang akan dikaji dalam penelitian ini. Berikut alasan cerpen ini dipilih sebagai objek penelitian.

Pertama, cerpen ini merupakan salah satu cerpen yang berbeda dengan cerpen-cerpen bertemakan lebaran karya Umar Kayam lainnya. Cerpen ini memiliki gaya cerita yang murni berupa pemikiran pengarang secara apa adanya dan tanpa dibuat-buat sehingga alur ceritanya padat dan permasalahan yang ada kompleks. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari segi budaya, sosial, dan ekonomi, sedangkan hampir seluruh cerpen yang bertemakan Lebaran lainnya hanya menceritakan suatu peristiwa lebaran dari aspek budayanya saja.

(4)

Kedua, cerpen ini berkisah mengenai suatu persoalan yang berhubungan dengan batin tokoh khususnya pada tokoh wong cilik dalam mencari hakikat kehidupannya. Oleh karena itu, cerpen ini mengajak pembacanya untuk merefleksikan bagaimana keadaan wong cilik pada umumnya.

Ketiga, dalam cerpen ini ditemukan pandangan dunia pengarang. Pandangan dunia pengarang tersebut adalah sosialisme. Hal tersebut membuat karya sastra, khususnya cerpen karya Umar Kayam dengan karya sastra karya pengarang lainnya berbeda. Oleh karena itu, cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” ini perlu dikaji untuk dapat diketahui lebih jauh pandangan dunia pengarang.

Keempat, dalam cerpen ini terdapat subjek kolektif. Subjek kolektif yang ada dalam cerpen ini, ialah masyarakat kelas elite dan masyarakat kelas bawah, priayi sebagai subjek kolektif, dan masyarakat pada masa rezim Orde Baru.

Kelima, cerpen ini diduga diciptakan oleh Umar Kayam sebagai kritik sosial pada masa rezim Orde Baru. Kritik sosial tersebut menggambarkan bagaimana kondisi kehidupan dan masalah yang dihadapi wong cilik dalam menghadapi hari raya Lebaran khususnya mudik lebaran. Dari sudut pandang Umar Kayam, Lebaran pada masa rezim Orde Baru hanya menimbulkan persoalan saja dan membuat hati sedih saja khususnya bagi wong cilik. Oleh karena itu, tampak bahwa gagasan utama pengarang adalah persoalan yang dihadapi oleh wong cilik dalam melaksanakan mudik lebaran.

Dari penjelasan di atas, terlebih dahulu cerpen tersebut ditelaah melalui fakta kemanusiaan. Fakta kemanusiaan adalah hal yang sangat penting dalam cerpen

(5)

tersebut. Hal tersebut disebabkan karya sastra berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah kejadian (Ratna, 2003:35). Fakta kemanusiaan muncul melalui pemikiran, ucapan, dan tingkah laku lewat karakter para tokoh. Setiap tokoh berperilaku dan bertindak-tutur sesuai dengan perannya dan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi-interaksi tersebut membentuk fakta kemanusiaan untuk menandakan kepentingan-kepentingan tertentu sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial.

Kemudian, langkah selanjutnya dilakukan kajian sosiologi sastra dengan mempertimbangkan struktur sosial. Menurut Ratna (2003:27), sosiologi sastra menjelaskan eksistensi karya sastra bukan semata-mata gejala individual, melainkan juga gejala sosial. Hal tersebut artinya bahwa kehidupan sosial latar belakang pengarang sangat berpengaruh dalam karya sastra. Selain itu, pandangan dunia dalam cerpen ini sangatlah penting untuk diteliti. Hal tersebut dikatakan demikian karena menurut Goldmann (Faruk, 2012:65), pandangan dunia merupakan gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota kelompok sosial tertentu. Dalam hal ini, pandangan dunia merupakan hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif.

Subjek kolektif adalah subjek fakta sosial. Goldmann menyebutkan bahwa yang dapat menciptakan fakta sosial adalah subjek transindividual, yaitu subjek yang bukan merupakan kumpulan-kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan kolektivitas (Faruk, 2012:63).

(6)

Dengan demikian, dalam penelitian ini, cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” dianggap sebagai karya yang dapat menunjukkan keterkaitan berupa fakta kemanusiaan, pandangan dunia pengarang, dan subjek kolektif. Oleh sebab itu, teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann tepat untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. Pertama, fakta kemanusiaan dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”. Kedua, pandangan dunia pengarang dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”. Ketiga, subjek kolektif dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis dari penelitian ini adalah menguraikan fakta kemanusiaan dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”, mengungkapkan pandangan dunia pengarang yang ada dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam, dan mendeskripsikan subjek kolektif yang ada dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam.

(7)

Adapun tujuan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pengetahuan para peminat dan penikmat cerpen dari sudut pandang teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Kedua, membuka wacana pembaca mengenai fakta kemanusiaan yang terdapat dalam cerpen. Ketiga, memberikan persepsi yang lebih luas kepada pembaca mengenai pandangan dunia pengarang yang terdapat dalam cerpen. Keempat, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tentang deskripsi subjek kolektif yang hadir melalui karya sastra. Kelima, menambah apresiasi pembaca terhadap karya sastra khususnya cerpen.

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap karya sastra dengan menggunakan analisis strukturalisme genetik sudah cukup banyak dilakukan. Berbagai objek pernah diteliti dengan menggunakan analisis strukturalisme genetik. Beberapa diantaranya ialah teks drama, cerpen, dan novel.

Berikut adalah penelitian yang pengaplikasiannya menggunakan analisis strukturalisme genetik. Skripsi yang ditulis Catur Widiatmoko (2004) berjudul “Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Strukturalisme Genetik”. Berikut ini adalah analisis data yang dilakukan. Pertama, struktur teks dalam novel BM. Kedua, hubungan makna unsur struktur BM dengan struktur sosial historis pada waktu karya tersebut diciptakan. Ketiga, pandangan dunia Pram dalam teks BM yang mendasari lahirnya karya BM. Simpulan pada penelitian ini adalah melalui novel ini, Pram ingin menunjukkan bahwa kolonialisme akan membawa pada

(8)

kehidupan yang menderita dan tertindas. Pram sebagai warga negara yang baik berusaha untuk memberikan pembelajaran melalui novel BM tentang kejamnya bentuk-bentuk penindasan. Ia ingin menunjukkan bahwa bangsa ini punya sikap dan anti pada kolonialisme. Hal tersebut tercermin pada karakter tokoh-tokoh yang ia ciptakan.

Skripsi yang ditulis oleh Galih Hapsari (2008) berjudul “Etika Profetik dalam Novel Khotbah di Atas Bukit Karya Kuntowijoyo: Analisis Strukturalisme Genetik”. Berikut ini adalah analisis data yang dilakukan. Pertama, mengenai pandangan dunia pengarang dan keadaan sosial historis yang melatarbelakangi lahirnya pandangan dunia pengarang. Kedua, koherensi struktural novel Khotbah di Atas Bukit. Ketiga, hubungan struktur novel Khotbah di Atas Bukit dengan pandangan dunia pengarang. Simpulan pada penelitian ini, pandangan dunia pengarang adalah profetik dan subjek kolektif Kuntowijoyo adalah cendekiawan muslim. Pandangan dunia profetik muncul disebabkan oleh keadaan sosiohistoris yang terjadi pada masa itu, yaitu sikap pemerintahan Orde Baru yang kompromistis terhadap masuknya modernisasi dengan segala dampak pada tahun 1970-an sehingga memunculkan perlawanan secara kultural dari para cendekiawan muslim dalam karya-karyanya

Skripsi yang ditulis oleh Yunita Dwi Nugraheni (2010) berjudul “ Djalan Mutiara Karya Sitor Situmorang: Analisis Strukturalisme Genetik”. Penelitian ini menganalisis hubungan antartokoh dan hubungan antara tokoh dengan objek dalam drama Djalan Mutiara, pandangan dunia pengarang dan keadaan sosial historis yang melatarbelakangi lahirnya drama Djalan Mutiara, hubungan antara struktur drama

(9)

Djalan Mutiara dengan struktur sosial historis ketika karya tersebut diciptakan. Simpulan pada penelitian ini, terdapat homologi antara drama Djalan Mutiara dengan kondisi sosiohistoris pada masa penciptaannya, pandangan dunia yang dibawa oleh Sitor Situmorang dan kelompok sosialnya dalam drama Djalan Mutiara adalah humanisme univeral, dan subjek kolektif sebagai pemilik pandangan dunia pengarang adalah sastrawan Angkatan 45.

Berdasarkan data di atas, penelitian dengan strukturalisme genetik sudah pernah dilakukan. Namun, mayoritas penelitian yang ada, belum ada yang menganalisis strukturalisme genetik dari segi subjek kolektif dan fakta kemanusiaan.

Adapun penelitian sebelumnya terhadap karya sastra berupa prosa karya Umar Kayam yang telah digunakan sebagai objek penelitian, yaitu novelet dan cerpen.

Skripsi yang ditulis oleh Anas Abdul Ghofur (2004) berjudul “Novelet Bawuk karya Umar Kayam: Analisis Stantonian”. Penelitian tersebut menganalisis kesatuan organik yang meliputi setiap bagian cerita, yang terdiri atas setiap peristiwa, pola, subtokoh, subkonflik dan subtema, dan menjelaskan tiga unsur sentral dalam cerita, yaitu tokoh sentral, konflik sentral, dan tema sentral yang membangun kesatuan organik sehingga dapat diketahui apakah masing-masing unsur saling terkait untuk membangun kesatuan organik. Simpulan penelitian ini adalah fakta cerita dan sarana sastra saling mendukung dan mengarah pada makna atau tema yang sama. Oleh karena itu, setiap unsur dalam novelet Bawuk memiliki hubungan satuan dengan yang lainnya sehingga tercipta kesatuan organik.

(10)

Jurnal yang ditulis oleh Ekarini Saraswati (2009), Universitas Muhammadiyah Malang berjudul “Telaah Makna Kumpulan Cerpen Parta Krama karya Umar Kayam: Sebuah Analisis Semiotis”. Pertama, penelitian tersebut menganalisis makna cerita yang dimunculkan lewat struktur kumpulan cerpen Parta Krama karya Umar Kayam. Kedua, menganalisis makna yang muncul dalam cerpen Parta Krama karya Umar kayam. Simpulan dari jurnal tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, struktur ceritanya dirangkai dalam peristiwa yang tidak terlalu rumit. Kedua, lingkungan sosial tokoh yang ada dalam kumpulan cerpen tersebut adalah kalangan ekonomi kelas bawah, menengah, dan atas. Ketiga, makna yang terkandung dalam kumpulan cerpen tersebut adalah makna kerinduan akan kampung halaman, yaitu kehangatan, kemanusiaan, dan makna istitusi modern.

Skripsi yang ditulis oleh Chrysnha Pradipha (2014), Universitas Sebelas Maret Surakarta berjudul “Gambaran Budaya Timur-Barat dalam Cerpen “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan Karya Umar Kayam: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Penelitian tersebut menganalisis gambaran sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan”, pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan”, dan pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan”. Simpulan penelitian ini adalah cerpen “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan” merupakan cerpen yang kental akan unsur budayanya. Dalam cerpen tersebut terdapat dua budaya yang menjadi latar peristiwa, yaitu budaya Barat dan Timur. Dalam penceritaan cerpen tersebut dapat dilihat gambaran budaya Barat dari

(11)

nilai-nilai tradisional melalui tokoh Jane, sedangkan gambaran budaya Timur dapat dilihat dari tokoh Marno.

Perbedaan beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada objek formal yang digunakan. Cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam ini dipilih karena di dalam cerpen tersebut terdapat fakta kemanusiaan, pandangan dunia pengarang, dan subjek kolektif. Selain itu, belum ada cerpen karya Umar Kayam yang dikaji menggunakan analisis strukturalisme genetik Lucien Goldmann.

1.5 Landasan Teori

Pendekatan struktural adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan karya sastra sebagai suatu struktur yang otonom, yang kurang lebih terlepas dari hal-hal yang berada diluar karya sastra (Teeuw, 1984:36). Oleh karena itu, strukturalisme genetik memasukkan faktor genetik dalam karya sastra, genetik sastra artinya asal-usul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dalam asal muasal karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengondisikan saat karya sastra itu diciptakan.

Kemunculan teori strukturalisme genetik disebabkan adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra. Karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya. Dari sudut pandang sosiologi sastra, strukturalisme genetik memiliki arti penting karena menempatkan karya sastra

(12)

sebagai data dasar penelitian, memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tidak dapat dipisah-pisahkan (Damono, 1984:39).

Karya sastra tidak lepas dari pengaruh sosialnya. Latar belakang pengarang dipengaruhi oleh keadaan masyarakatnya, yaitu struktur sosialnya. Goldmann mengemukakan bahwa struktur kemaknaan itu mewakili pandangan dunia pengarang, tidak sebagai individu, tetapi sebagai wakil golongan masyarakatnya. Karya sastra dianggap sebagai fakta sosial dan subjek transindividual karena merupakan hasil aktivitas yang objeknya merupakan alam semesta dan kelompok manusia (Goldmann, 1981:97).

Berikut ini adalah konsep strukturalisme genetik yang meliputi struktur karya sastra, fakta kemanusiaan, pandangan dunia, dan subjek kolektif.

a. Struktur Karya Sastra

Struktur karya sastra merupakan hal yang penting. Di dalam esainya yang berjudul “The Epistemology of Sociology” (Goldmann, 1981: 55-74) mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner.

Dari dua pendapatnya, Goldmann mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik, yang memusatkan perhatian pada relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya.

(13)

b. Fakta Kemanusiaan

Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia yang verbal maupun yang fisik dan berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan pada hakikatnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta individual merupakan hasil dari perilaku libidinal seperti mimpi dan tingkah laku orang gila, sedangkan fakta sosial mempunyai dampak dalam hubungan sosial, ekonomi, maupun politik. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya (Faruk, 2012:57).

Fakta kemanusiaan menurut Goldmann (1981:40) merupakan suatu struktur yang berarti. Fakta-fakta kemanusiaan mempunyai struktur dan arti tertentu. Oleh karena itu, pemahamannya harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Fakta-fakta kemanusiaan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subyek kolektif atau individual, pembangun suatu percobaan untuk memodifikasi situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subyek itu. Dengan kata lain, fakta-fakta merupakan hasil usaha manusia mencapai keseimbangan yang lebih baik dengan dunia sekitarnya (Goldmann, 1981:40).

c. Pandangan Dunia

Pandangan dunia adalah sebuah pandangan dengan koherensi menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan manusia, dan alam secara keseluruhan (Faruk, 2012:70—71). Pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang. Hal tersebut disebabkan

(14)

yang mungkin tidak setiap orang dapat memahami. Dalam hal ini adalah kesadaran yang mungkin dibedakan dari kesadaran nyata (Goldmann, 1981:64—68) sehingga dalam strukturalisme genetik pandangan dunia merupakan mediasi yang menghubungkan antara sastra dengan masyarakat.

Menurut Goldmann (1977:157) pengarang merupakan individu berbicara selaku wakil atau juru bicara kelompok sosial yang ditentukan oleh situasi sosial. Dalam hal tersebut, struktur karya sastra mewakili pandangan dunia pengarang, bukan sebagai individu melainkan sebagai wakil golongan masyarakat. Goldmann (1977:17) mengatakan pula bahwa karya sastra sebagai struktur bermakna itu mewakili pandangan dunia penulisnya. Penulis dalam hal ini bukan sebagai individu, melainkan sebagai golongan masyarakatnya. Hubungan antara struktur sastra dan masyarakat dimediasi melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya. d. Subjek Kolektif

Fakta kemanusiaan tidak lahir secara sendirinya melainkan sebagai produk dari hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya. Subjek fakta kemanusiaan dibagi menjadi dua macam, yaitu subjek individual dan subjek kolektif. Subjek individual merupakan subjek fakta individual (libidinal), sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis). Kegiatan-kegiatan sosial seperti revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural besar merupakan fakta sosial (historis) (Goldmann, 1977: 157).

Goldmann menyebutkan bahwa yang dapat menciptakan fakta sosial adalah subjek transindividual, yaitu subjek yang mengatasi individu, yang di dalamnya

(15)

individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividual bukanlah kumpulan-kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas (Faruk, 2012:63). Subjek yang demikianlah yang menjadi subjek karya sastra yang besar sebab karya sastra semacam itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta dan kelompok manusia (Goldmann, 1981:97).

1.6 Metode Penelitian

Bogdan dan Taylor (Moloeng, 2001:3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan metode deskriptif, seorang peneliti sastra dituntut mengungkap fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi deskripsi (Siswantoro, 2010:57).

Metode tersebut memberikan pemahaman dan penjelasan terkait rumusan masalah yang sudah diungkapkan, yaitu tentang pandangan dunia pengarang, fakta kemanusiaan, dan subjek kolektif dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”. Data dalam penelitian ini berupa teks yang terdapat dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam sebagai objek materialnya dan teori strukturalisme genetik sebagai objek formalnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik yang mengembangkan dua konsep, yaitu “keseluruhan-bagian” dan “pemahaman penjelasan” (Faruk, 2012:77). Penjelasan di atas artinya bahwa pemahaman adalah

(16)

usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar.

Metode dialektik bermula dan berakhir pada teks sastra, tetapi juga memperhatikan koherensi struktural. Hal tersebut disebabkan metode dialektik memiliki prinsip dasar, yaitu pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan (Goldmann, 1977:7).

Langkah selanjutnya yang dilakukan untuk melakukan penelitian pada cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam dengan teori strukturalisme-genetik Lucien Goldmann adalah sebagai berikut.

1. Menentukan objek penelitian berupa cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam sebagai objek material dan teori strukturalisme genetik sebagai objek formalnya.

2. Menentukan masalah pokok penelitian, yaitu fakta kemanusiaan, pandangan dunia, dan subjek kolektif cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam.

3. Melakukan pembacaan secara berulang-ulang terhadap cerpen supaya mendapatkan data yang diperlukan dan pemahaman secara mendalam. 4. Melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian.

5. Menganalisis fakta kemanusiaan pada cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam.

(17)

6. Menganalisis pandangan dunia cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam.

7. Menganalisis subjek kolektif pada cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umat Kayam.

8. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

1.7 Sistematika Laporan Penelitian

Penulisan laporan penelitian ini disajikan dalam lima bab. Berikut pembagian masing-masing bab.

Bab pertama merupakan pendahuluan, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian.

Bab kedua, menganalisis fakta kemanusiaaan cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam, terdiri dari fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas sosial, fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas ekonomi, dan fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas budaya.

Bab ketiga, menganalisis pandangan dunia dalam cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam, terdiri atas riwayat hidup Umar Kayam yang meliputi Umar Kayam sebagai sastrawan; Umar Kayam sebagai budayawan; dan Umar Kayam di bidang teater, kepribadian Umar Kayam, pemikiran Umar Kayam tentang masalah sosial tenaga kerja Indonesia, lebaran sebagai pandangan dunia

(18)

pengarang yang terdiri atas kritik sosial; tradisi lebaran, dan Umar Kayam dan kepengarangan cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics”.

Bab keempat, menganalisis subjek kolektif cerpen “Mudik Lebaran dan Rigenomics” karya Umar Kayam, terdiri atas masyarakat elite dan masyarakat kelas bawah, struktur sosial “Mudik Lebaran dan Rigenomics” yang terdiri atas priayi sebagai subjek kolektif dan kondisi sosial historis pada zamannya yang terdiri dari rezim Orde Baru dan modernisasi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukan kemampuan dari para mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah morphologi mengenai derivative forms yang cenderung mengetahui beberapa

68-508 of May 7, 1968 are completed as follows: the agents authorized by the Ministry of Agriculture will be responsible for the quality control of fresh

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, (b) menyampaikan materi secukupnya melalui model Concept Sentence dengan media gambar fotografi, (c) membentuk kelompok yang

Begitu juga dengan kita, supaya menjadi orang yang berhasil ngga bisa dicapai dalam waktu satu atau dua hari.. Butuh ketekunan dari hari ke hari baik itu di sekolah, rumah,

Pelaksanaan usaha Desain dan Pembuatan Pop Up sebagai Media Edukasi Sains ini terbagi menjadi enam tahap yang dilaksanakan selama 5 bulan yaitu (a) tahap pematangan konsep

[r]

Upaya meningkatkan kualitas pelayanan Bank dapat dilakukan dengan penyempurnaan standar operational prosodure (SOP) tentang pelayanan Bank secara komprehensif serta

 FUNGSI KAWASAN  Kawasan permukiman yang dilengkapi/diser tai dengan fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah kota atau wilayah yang lebih luas.  Dominasi