• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM PENDEK ANIMASI KANCA: JUARA KARAPAN SAPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM PENDEK ANIMASI KANCA: JUARA KARAPAN SAPI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL

FILM PENDEK ANIMASI

“KANCA: JUARA KARAPAN SAPI”

Edwin Wijaya

Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat 11480, +62 21 534 5830 edwyn777@yahoo.com

Tunjung Riyadi, S.Sn., Satrya Mahadhika, S.T., M.Mult

ABSTRACT

The purposes of this research is to create a design concept and make a short 2D animated film that tells a story about friendship and cruelty between man and animals in karapan sapi or Madura bull race, with an inspiring visual storytelling that can attract audiences. The research methods are literary analysis and design method for development of 2D animation film. The result is in the form of audio visual, a short animated film that contains local content of karapan sapi from Madura. The conclusion that can be drawn is that animated film needs a clear and correct local content to attract audiences, so the messages in the film can be delivered, while preserving the local content that has been used.

Keywords: Short film, Animation, Friendship, Animal cruelty, Karapan sapi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ialah untuk merancang konsep dan membuat sebuah film pendek animasi 2 dimensi yang bercerita tentang persahabatan dan kekerasan antara manusia dengan hewan dalam karapan sapi, dengan cerita dan visual yang dapat menginspirasi dan menarik minat penonton. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode analisis yang berupa studi kepustakaan dan metode perancangan yang meliputi pembuatan film pendek animasi 2 dimensi. Hasil yang dicapai dalam bentuk audio visual, yaitu berupa film pendek animasi 2 dimensi yang berisi konten lokal karapan sapi dari Madura. Simpulan yang diambil yaitu film pendek animasi, sebagai sarana komunikasi yang efektif, memerlukan konten lokal yang tepat dan jelas untuk menarik minat penonton, sehingga pesan moral dalam film dapat tersampaikan, sekaligus melestarikan konten lokal yang digunakan.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perfilman Indonesia, khususnya film animasi lokal, masih jarang diminati oleh kalangan umum. Di era globalisasi ini, film-film animasi luar negeri seperti Amerika dan Jepang berhasil mendominasi pasar, bahkan merebut hati para penggemar film animasi di Indonesia. Selain kualitasnya, kurangnya pemanfaatan konten lokal juga merupakan salah satu penyebab film animasi di Indonesia menjadi kurang menonjol dibandingkan dengan film animasi luar negeri.

Penulis berniat untuk menggunakan konten lokal dalam film animasi yang akan dibuatnya, dengan harapan dapat menarik minat penonton lokal maupun internasional. Salah satu budaya yang terkenal dari Indonesia yang dipilih penulis adalah karapan sapi atau balap sapi yang telah menjadi kebanggaan dan tradisi suku Madura setiap tahunnya. Menjelang usai musim panen, para petani maupun peternak sapi di Madura bersiap-siap untuk melatih dan menggiring sapi-sapi mereka ke perlombaan untuk memperebutkan hadiah dan kehormatan. Hal tersebut membuat karapan sapi menjadi ikon dan daya tarik wisatawan pulau Madura, sekaligus membuat nama Indonesia menjadi lebih terkenal di dunia.

Namun, ternyata karapan sapi dewasa ini tidak terlepas dari kekerasan dan penyiksaan terhadap hewan, khususnya kepada sapi-sapi karapan yang dilombakan. Demi memperoleh kemenangan, para pemilik sapi melakukan apa saja, termasuk melukai sapi-sapi mereka agar dapat berlari sekencang-kencangnya. Hal ini telah menjadi perhatian para pemimpin agama dan pecinta hewan, termasuk perhatian penulis. Kekerasan terhadap sapi karapan tersebut bukanlah sesuatu yang harus dilakukan dan harus dihentikan.

Karapan sapi sebagai kekayaan budaya asli Indonesia, sudah seharusnya dijaga dan dilestarikan. Penulis tertarik untuk membuat sebuah film animasi pendek yang berisikan konten lokal berupa karapan sapi sebagai salah satu kepedulian dan usaha untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya, menyampaikan pesan positif, sekaligus berharap dapat memajukan perfilman animasi Indonesia.

Kekerasan dalam Karapan Sapi

Dewasa ini, karapan sapi tidak lepas dari kekerasan dan penyiksaan. Sapi karapan diharuskan berlari dengan kencang untuk membalap pasangan-pasangan lain. Sebelum perlombaan dimulai, biasanya pantat sapi diparut dengan paku. Mata dan anus sapi diolesi dengan balsam atau spiritus. Selama perlombaan, joki diperkenankan memacu sapi-sapi dengan rokong, semacam pemukul berduri paku hingga tubuh sapi luka berdarah, agar sepasang sapi yang ia tumpangi dapat berlari sekencang-kencangnya.

Padahal, pada masa-masa awal karapan sapi tercipta, alat-alat berbahaya tersebut tidak dipergunakan, dan sapi-sapi karapan masih diperlakukan secara manusiawi. Dulu, memacu sapi masih menggunakan sagersa, semacam cambuk dari daun pisang atau daun kelapa, yang tidak melukai sapi. Tindakan kekerasan pada sapi-sapi karapan tersebut belakangan ini telah menjadi perhatian para pemimpin agama dan pecinta hewan.

Menurut Salam, seorang pemilik sapi karapan dalam sebuah artikel Kompas.com “Pantat Dipaku, Mata dan Dubur Diolesi Balsam,” menjelaskan bahwa sebenarnya tidak semua sapi cocok menggunakan kekerasan. Terdapat juga sapi yang justru tidak mau lari jika disakiti. Ia setuju jika ada aturan karapan sapi yang tidak menggunakan kekerasan.

Meskipun karapan sapi di Madura sudah mendunia, namun ternyata citra karapan sapi di mata internasional saat ini sedang jelek, seperti yang tertulis di sebuah artikel Kompas.com yang berjudul “Orang Asing Nangis Lihat Penyiksaan Sapi” Rabu, 3 oktober 2012. Sekretaris Badan Koordinasi Wilayah IV Madura, Tajul Falah menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi ketika orang asing menyaksikan penyiksaan terhadap sapi dalam pelaksanaan karapan sapi di Pamekasan. Ia juga menambahkan bahwa kelak Indonesia dapat dikecam sebagai negara yang tidak menyayangi binatang, apabila praktik kekerasan masih berlangsung. Pada awal tahun 2012, pemerintah berkerja sama dengan

(3)

Majelis Ulama Indonesia telah menggagas praktik karapan sapi tanpa penyiksaan kepada para pemilik sapi karapan, namun dalam perkembangan justru ditolak dengan alasan belum memiliki bibit sapi karapan yang tidak terbiasa dengan praktik tanpa penyiksaan.

Konten Lokal dalam Animasi

Dalam acara Hellofest 8 Anima Expo 2012 yang mengadakan Hellofest Short Film Competition, pernah disampaikan bahwa dalam pembuatan sebuah film animasi, harus memperhatikan konten lokal yang mendukung yang dapat menarik minat penonton lokal, juga sebagai modal untuk meraih penonton yang lebih banyak, termasuk penonton internasional.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam artikelnya juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia banyak disuapi oleh program televisi yang tidak baik dan tidak layak tayang, membuat masyarakat membutuhkan konten lokal yang baik dan lebih berkualitas dan dapat bersaing di dunia internasional. Sigit Widodo, dalam seminar “Media baru: Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri” juga menyampaikan strategi dengan memasukkan konten lokal dalam produk buatan Indonesia. Dia memberi contoh dengan film animasi Upin Ipin buatan Malaysia yang masuk Disney. Disney tidak akan tayang di Malaysia apabila Malaysia tidak memasukkan konten lokal. Sigit juga mengatakan bahwa hal tersebut belum pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Industri animasi di luar negeri, seperti di India, telah melakukan berbagai usaha dengan menggunakan konten lokal atau kebudayaan India dalam serial animasi buatan lokal. Hasilnya, seperti yang tertulis di sebuah artikel pada website The Financial Express, telah membuat pertumbuhan animasi di India berkembang dengan pesat, terhitung pada pertumbuhan rata-rata per tahun (CAGR) di India. Menurut mereka, penerimaan film animasi di India masih menjadi tantangan utama, karena itu India membutuhkan konten lokal dengan daya tarik internasional.

METODE PENELITIAN

Sumber Data

Penulis mendapatkan data maupun referensi untuk riset yang bersumber dari buku, video, internet, dan observasi langsung untuk mendokumentasikan kebudayaan karapan sapi Madura di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah.

Alur Kerja

Alur kerja dalam film pendek animasi Kanca: Juara Karapan Sapi menggunakan alur kerja Toon Boom Animation yaitu Traditional Digital, proses penggambaran menggunakan graphic tablet, dengan tahapan sebagai berikut: Animation (membuat dan menganimasi gambar) Animation Clean Up (perapihan animasi yang masih kasar) → Colouring (pewarnaan) Scene Setup (mempersiapkan adegan-adegan yang telah dibuat untuk pengeditan) → Effects (memberikan efek tambahan) Export-Render (proses akhir mengubah data/gambar menjadi film)

Analisis SWOT

Strength/Kekuatan film pendek Kanca: Juara Karapan Sapi terletak pada konten lokal yang ada. Karapan sapi adalah budaya Madura yang terkenal di Indonesia bahkan dunia, terbukti dari gambar uang logam 100 rupiah dan konsep mobil Lamborghini Madura yang diinspirasi dari karapan sapi dan logonya, karena sapi karapan Madura dianggap sebagai lambang kejantanan dan kekuatan. Film animasi tentang karapan sapi Madura juga cukup unik dan belum pernah ada (berdasarkan Search Engine dengan keyword film+animasi+karapan+sapi).

(4)

Weakness/Kelemahan film pendek Kanca: Juara Karapan Sapi adalah tidak adanya narasi dan dialog yang digunakan dalam film, sehingga sangat bergantung dengan plot dan visual. Keterbatasan waktu dalam pembuatannya juga dapat mempengaruhi tingkat kedetilan.

Opportunity/Peluang keberhasilannya di pasaran masih besar, karena film animasi 2 dimensi buatan Indonesia masih jarang.

Threat/Ancamannya berupa kebenaran aktual atas konten lokal yang digunakan dalam film atau kemungkinan melesetnya data yang diriset.

HASIL DAN BAHASAN

Desain Judul

Dalam mendesain judul film Kanca: Juara Karapan Sapi, penulis menggunakan font “Narkisim Regular” pada tulisan “Kanca,” selain memiliki keterbacaan yang baik, sudut-sudut tegas di tulisannya melambangkan ketangkasan, keteguhan, dan keberanian, seperti yang tergambar pada perlombaan karapan sapi. Font “Trajan Pro” pada tulisan “Juara Karapan Sapi” memberi kesan “epos” atas seorang juara.

Gambar 1 Judul Film Kanca: Juara Karapan Sapi

Desain Karakter

Awang digambarkan sebagai sosok anak yang tegap, kuat, dan pemberani, yang telah terbiasa melakukan pekerjaan fisik seperti pekerjaan-pekerjaan di sawah. Pakaian sehari-harinya di sawah berupa kaos putih dan celana pendek jeans. Kemudian ketika ia mengikuti perlombaan karapan sapi, ia memakai pakaian tradisional Madura: baju “pesa” hitam, kaos belang merah-putih, ikat kepala “odeng” merah, celana “gulung” hitam, dan sabuk berwarna hijau. Matanya digambar lebih besar daripada karakter yang lain untuk memberikan kesan seorang bocah yang baik, polos, penyayang, dan berdedikasi tinggi.

(5)

Jaya-Sakti digambarkan berbadan atletis dengan dada yang bidang dan perut yang langsing, dan memiliki kaki-kaki yang kurus dan lurus agar terlihat lincah. Jaya-Sakti memiliki ciri-ciri sapi karapan yang baik dan sehat, seperti berbadan lurus tegak, tanduk lurus, kuku kaki yang rapat, dan ekor panjang yang terjurai rapi.

Gambar 3 Desain karakter Jaya-Sakti

Pak Rama digambarkan sebagai sosok yang berpengalaman dan berwibawa sebagai seorang pemilik sawah tembakau. Badan tinggi besar, serta kumis dan alis mata yang tebal, memberikan kesan galak, kuat, dan tegas. Sehari-hari dia memakai pakaian berkerah dan topi, dan menggantinya ke kaos belang merah-putih di perlombaan karapan sapi.

Gambar 4 Desain karakter Pak Rama

Udin digambarkan sebagai joki karapan sapi yang memakai pakaian tradisional. Kelopak ikat kepala “odeng” merah yang ia gunakan terlihat lebih tegak, melambangkan status socialnya yang cukup tinggi. Badannya yang agak bungkuk menggambarkan sifatnya yang pemalas, dan matanya yang sayu dan mulutnya yang miring menggambarkan sifatnya yang tidak peduli, sombong, dan meremehkan.

(6)

Jago-Ribut digambarkan berbadan besar dan berisi namun terlihat abnormal, yang menampakkan penggunaan “doping” atau ramuan-ramuan obat kuat yang biasa diberikan pemilik sapi sebelum perlombaan. Kakinya lebih besar dan lebar dari Jaya-Sakti, sehingga juga membuatnya terlihat lebih kuat. Matanya merah dan mulutnya yang menyeringai menggambarkan kegilaan dan keagresifan. Jago-Ribut memiliki ciri-ciri sapi karapan yang kurang baik, seperti kuku kaki yang terbuka, bulu ekor yang berantakan, dan warna kulit/bulu yang pucat. Jago memakai penutup mata berwarna hitam (aksesoris dalam karapan sapi) agar dapat berlari lurus karena seringkali mengamuk yang membuat wajahnya memiliki bekas luka.

Gambar 6 Desain karakter Jago-Ribut

Desain Latar

Desain lapangan karapan sapi dibuat menyerupai Stadion Giling di Kabupaten Sumenep, Madura. Para penontonnya dibatasi oleh pagar. Suasananya terik dan menegangkan.

Gambar 7 Desain Lapangan Karapan Sapi

Visualisasi Akhir

Berikut adalah beberapa screenshot atau hasil tangkapan gambar dari film yang telah dibuat:

(7)

Produk Cetak

Berikut adalah beberapa produk cetak dari film yang telah dibuat yang terdiri dari pembatas buku, poster, pin, dan DVD:

Gambar 9 Produk Cetak Film Kanca: Juara Karapan Sapi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kurangnya pemanfaatan konten lokal yang baik adalah salah satu penyebab film animasi buatan Indonesia kurang menonjol di pasaran. Padahal, konten lokal khususnya pada film animasi adalah salah satu modal utama film tersebut dapat menarik penonton lokal hingga internasional. Banyak yang dapat diambil dari sebuah konten lokal, seperti karapan sapi. Keunikan dan ketidaksempurnaannya dapat menjadi sebuah modal film animasi yang menarik. Kekerasan pada sapi karapan yang telah membuat buruk citra Madura di dunia internasional dapat diperbaiki melalui film animasi, yang merupakan media efektif dalam menyampaikan pesan moral, khususnya kepada anak-anak.

Saran

Keanekaragaman suku dan budaya atau konten lokal di Indonesia seharusnya membawa keuntungan bagi para desainer/animator, terlebih orang Indonesia. Namun seringkali kita tidak mengetahuinya dan tidak menelusurinya lebih jauh. Kita dapat mencari dan menambah wawasan tersebut dengan sering membaca tulisan, menonton film, dan melakukan pengamatan langsung mengenai konten-koten lokal itu sehingga pada akhirnya kita dapat memanfaatkan konten lokal pada karya yang kita ciptakan dengan sebaik-baiknya.

REFERENSI

Sulaiman, BA. (1983). Kerapan Sapi di Madura. Jakarta: Depdikbud.

Williams, Richard. (2001). The Animator’s Survival Kit. London: Faber and Faber.

Thomas, Frank., & Johnston, Ollie. (1981). The Illusion of Life: Disney Animation. New York: Abbeville press.

(8)

Sullivan, Karen., Schumer, Gary., & Alexander, Kate. (2008). Ideas for the Animated Short: Finding and Building Stories. Burlington, MA: Focal Press.

McCloud, Scott. (2001). Memahami Komik. Jakarta: KPG.

Sihombing, Danton, MFA. (2003). Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kistyarini. (2012). Orang Asing Nangis Lihat Penyiksaan Sapi. Diperoleh dari

http://regional.kompas.com/read/2012/10/03/15552163/Orang.Asing.Nangis.Lihat.Penyiksaan.Sapi Sawabi, IGN. (2008). Pantat Dipaku, Mata dan Dubur Diolesi Balsam. Diperoleh dari

http://regional.kompas.com/read/2008/10/17/07092068/Pantat.Dipaku..Mata.dan.Dubur.Diolesi.Bals am

AN. (2011). Masyarakat Butuh Konten Lokal yang Baik dan Berkualitas Internasional. Diperoleh dari http://www.kpi.go.id/component/content/article/14-dalam-negeri-umum/2771-masyarakat-butuh-konten-lokal-yang-baik-dan-berkualitas-internasional

RIWAYAT PENULIS

Edwin Wijaya lahir di kota Tangerang pada 10 Oktober 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain komunikasi Visual Animasi pada tahun 2013.

Gambar

Gambar 2 Desain Karakter Awang
Gambar 3 Desain karakter Jaya-Sakti
Gambar 8 Screenshot Film Kanca: Juara Karapan Sapi
Gambar 9 Produk Cetak Film Kanca: Juara Karapan Sapi

Referensi

Dokumen terkait

Jika benda dibawa ke sebuah planet yang memiliki massa 10 kali massa bumi, sedangkan jari-jari planet dua kali jari-jari bumi, maka berat benda tersebut di permukaan planet

Alhamdulillahi Robbil „Alamiin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta‟ala, berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebiah jarum (atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk

Difraksi Fresnel: jika titik P dan Difraksi Fresnel: jika titik P dan sumber gelombang datang tidak begitu jauh dari celah, sehingga gelombang datang tidak dapat dianggap

Penelitian ini membahas mengenai pelaksaan bank garansi dalam menjamin suatu kerjasama pengolahan kayu yang nilai jaminannya lebih kecil daripada nilai barang

- Dengan membandingkan berbagai rute pemberian obat (oral dan intraperitoneal), sehingga dapat diperoleh onset of action, intensitas, dan duration of action dari suatu

Sebagai bentuk apresiasi terhadap partisipasi para seniman dan menghormati undangan Disparbud, saya dan beberapa pengurus selalu hadir dalam gelaran tersebut, meskipun

Dalam hal yang berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan keefektivan hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran