FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
(JKN) DI KECAMATAN BABAKAN CIPARAY
KOTA BANDUNG TAHUN 2016
Novia Rhoza1, Yeni Mahwati2, Tri Nurhayati Asih3
1,2,3
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung Alamat korespondensi
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung
ABSTRAK
Salah satu upaya pemerintah untuk membangun kesehatan masyarakatnya di era sekarang yaitu dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Di dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan. Di Kota Bandung total cakupan kepesertaan jaminan kesehatan sebanyak 47,91% dimana cakupan kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar terendah di Kecamatan Babakan Ciparay (10,38%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam kepesertaan JKN di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung Tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 31.040 Kepala Keluarga (KK) di wilayah Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung dengan jumlah sampel yaitu 137 KK. Analisa data univariat berupa tabel distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Chi-Square.
Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor internal yaitu persepsi (p = 0,000), faktor eksternal yaitu kemudahan mendapatkan informasi (p = 0,027) dan dukungan lingkungan sosial (p = 0,003) dengan pengambilan keputusan dalam kepesertaan JKN. Kemudahan mendapatkan informasi berkaitan dengan persepsi yang akan berkembang di masyarakat. Sehingga perlunya pemerataan dan peningkatan pemberian informasi yang tepat dan jelas agar persepsi masyarakat dapat diarahkan ke persepsi yang positif terkait kepesertaan JKN.
Kata Kunci: Pengambilan Keputusan, Kepesertaan, JKN
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya1. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan
kesehatan dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Salah satu upaya pemerintah untuk membangun kesehatan masyarakatnya di era sekarang yaitu dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Dasar hukum yang
melatarbelakangi dari program JKN yaitu setiap negara perlu mengembangkan Universal Health Coverage
(UHC) melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial
untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang
berkelanjutan. Jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan
kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Di dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib penjadi peserta jaminan kesehatan termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)2.
Peserta program JKN terdiri atas dua kelompok yaitu: peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kessehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: PP No.101 Tahun 2012 tentang PBI; Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN. Tata cara pendaftaran dan pembayaran iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja diatur dalam peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2015.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2015), jumlah kepesertaan program JKN di Indonesia sampai dengan Desember 2014 berjumlah 133.423.653 peserta yang terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 95.167.229 dan peserta bukan PBI berjumlah 38.256.424 peserta dengan rincian dimana pekerja penerima upah berjumlah 24.327.149 peserta, pekerja bukan penerima upah
berjumlah 9.052.859 peserta dan bukan pekerja berjumlah 4.876.416 peserta3. Berdasarkan data Profil Kesehatan RI 2014 cakupan kepesertaan di Jawa Barat baru mencapai 52,1% dari total jumlah penduduk Jawa Barat (42.223.484) dimana 14.758.325 PBI APBN, 733.179 PBI APBD, 3.515.978 pekerja penerima upah, 2.126.142 pekerja bukan penerima upah dan 861.236 bukan pekerja . Sementara untuk di Kota Bandung sendiri total cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan sebanyak 47,91%. Cakupan kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Kota Bandung terendah terdapat di Kecamatan Babakan Ciparay (10,38%) sementara tertinggi di Kecamatan Ujungberung 47,1%4.
Subari, et al. (2014) dalam penelitian kualitatifnya menjelaskan adanya atribut-atribut keyakinan terhadap jaminan kesehatan, sementara dari hasil penelitian kuantitatifnya menunjukkan bahwa sikap, norma subyektif dan persepsi kemampuan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi untuk menjadi peserta jaminan kesehatan mandiri pada masyarakat Kota Cirebon. Hal ini bisa disebabkan karena adanya pengaruh
background factor personal dan sosial, yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini5. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Roesalya (2014) menemukan hubungan signifikan antara terpaan sosialisasi BPJS kesehatan dengan keputusan masyarakat sebagai peserta BPJS Kesehatan ditunjukkan oleh nilai probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,037 yang lebih kecil dari 5% dan besarnya nilai koefisien korelasi adalah 0,179. Sikap masyarakat pada program variabel juga ditemukan berhubungan dengan dengan keputusan masyarakat sebagai peserta BPJS Kesehatan, ditunjukkan oleh nilai probabilitas kesalan (sig) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari sig 1%, dan nilai koefisien korelasi adalah 0,405. Variabel independen yang lebih memiliki hubungan ialah variabel sikap (0,405) yang terbukti memiliki hubungan positif dengan variabel dependen yaitu keputusan sebagai peserta6.
Menurut pihak Puskesmas Caringin Kecamatan Babakan Ciparay sendiri mengatakan bahwa masyarakat di wilayah kerjanya memang masih banyak yang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan dikarenakan alasan iuran yang harus dibayar setiap bulannya dan masalah lain seperti uang iuran/premi yang mereka bayar setiap iuran yang dibayar setiap bulannya apakah akan dikembalikan jika mereka tidak sakit. Dari hasil studi pendahuluan tersebut mengungkapkan bahwa masih terdapat tantangan dan hal-hal yang harus dibenahi agar masyarakat mau menjadi peserta BPJS Kesehatan. Faktor-faktor penghambat yang diyakini oleh masyarakat bila menjadi peserta jaminan kesehatan harus dapat diminimalisir sehingga tidak menjadi penghalang untuk peningkatan kepesertaan jaminan kesehatan. Mendengar
alasan masyarakat tersebut peneliti ingin
menggambarkan lebih dalam dan mencari tahu mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam kepesertaan JKN di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung tahun 2016.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional7. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang tercatat di Kabupaten Ciparay Babakan Bandung sebanyak 31 040 Kepala Keluarga. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berusia ≥ 17 tahun dan dapat berinteraksi dan berkomunikasi baik. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah random sampling dengan pendekatan
pengambilan sampel dalam kelompok atau cluster (desa). Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel, sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini minimal 137 rumah tangga yang tersebar secara proporsional di 6 kelurahan.
HASIL
Tabel 1 Karakteristik Variabel Penelitian Karakteristik Variabel Frekuensi
(n=137) % Jenis Kelamin Perempuan 5 3,6 Laki-laki 132 96,4 Pendidikan Rendah 82 59,9 Tinggi 55 40,1
Jumlah anggota keluarga
Besar (> 4 orang) 49 35,8 Kecil (1-4 orang) 88 64,2 Pengetahuan Kurang (<Median) 63 46,0 Baik (≥ Median) 74 54,0 Persepsi Negatif (<Median) 50 36,5 Positif (≥ Median) 87 63,5 Dukungan Lingkungan Sosial Tidak mendukung (<Median) 49 35,8 Mendukung (≥ Median) 88 64,2 Kemudahan mendapatkan informasi Sulit (≤ 1) 35 25,5 Mudah (> 1) 102 74,5 Pengambilan Keputusan Tidak ikut JKN 82 59,9 Ikut JKN 55 40,1
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa 96,4% responden dalam penelitian ini adalah laki-laki dan 59,9% berpendidikan rendah (SD-SMP). Berdasarkan jumlah anggota keluarga, 64,2% responden di Kecamatan Babakan Ciparay keluarga kecil (keluarga berencana) dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang. Sebagian responden (54%) memiliki pengetahuan yang baik tentang BPJS (JKN). Namun 36,5% responden masih berpersepsi negatif terhadap BPJS (JKN), bahkan 25,5% dari responden melaporkan kesulitan dalam mendapatkan informasi tentang BPJS dan 35,8% responden mengakui tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sosial seperti keluarga, tetangga, RT, dll. Terkait dengan
kepesertaan BPJS Kesehatan (JKN) sebanyak 59,9% responden mengambil keputusan untuk tidak bergabung
dengan peserta BPJS (JKN).
Table 2 Faktor yang Berhubungan dengan Pengambilan Keputusan Kepesertaan JKN
Variabel Tidak ikut JKN Ikut JKN Total p Value
n % n % n %
Pendidikan
Rendah 47 57,3 35 42,7 82 100
0,574
Tinggi 35 63,6 20 36,4 55 100
Jumlah anggota keluarga
Besar 26 53,1 23 46,9 49 100 0,304 Kecil 56 63,6 32 36,4 88 100 Pengetahuan Kurang 40 63,5 23 36,5 63 100 0,531 Baik 42 56,8 32 43,2 74 100 Persepsi Negatif 41 82,0 9 18,0 50 100 0,000* Positif 41 47,1 46 52,9 87 100
Dukungan Lingkungan Sosial
Tidak mendukung 38 77,6 11 22,4 49 100 0,003*
Mendukung 44 50,0 44 50,0 88 100
Kemudahan mendapatkan informasi
Sulit 27 77,1 8 22,9 35 100 0,027*
Mudah 55 53,9 47 46,1 102 100
Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa
pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengetahuan tidak berhubungan dengan partisipasi pengambilan keputusan BPJS (JKN) (p value> 0,05). Sementara persepsi, dukungan lingkungan sosial dan kemudahan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan partisipasi pengambilan keputusan BPJS (JKN) (p value <0,05). Pada kelompok responden dengan persepsi negatif lebih memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam BPJS kepersertaan dibandingkan dengan persepsi positif kelompok respondendengan. Lingkungan sosial juga memainkan peran dalam keputusan, di mana kelompok ini telah mengklaim bahwa lingkungan sosial tidak mendukung, lebih memutuskan untuk tidak berpartisipasi
dalam BPJS kepersertaan dibandingkan dengan
kelompok responden menyatakan bahwa dukungan sosial yang baik dari keluarga, masyarakat dan desa pejabat. Demikian juga, kelompok responden yang menyatakan kesulitan dalam memperoleh informasi tentang BPJS lagi yang memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam
keanggotaan BPJS (JKN) dibandingkan dengan
kelompok yang menyatakan kemudahan mendapatkan informasi.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96,4% responden adalah laki-laki dan 59,9% responden berpendidikan rendah (SD dan SMP). Hal ini sesuai dengan informasi yang didapat dari data demografis Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung bahwa 50,40% penduduk di Kecamatan Babakan Ciparay adalah pria dan berpendidikan rendah. Sebagian besar responden (54%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai BPJS. Meskipun demikian 36,5% responden masih berpersepsi negatif mengenai BPJS bahkan 25,5% responden menyatakan kesulitan dalam memperoleh informasi
tentang BPJS. hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari pihak fasilitas pelayanan kesehatan, lembaga masyarakat (RT, RW, Kelurahan, dan lain-lain), dimana hanya 21,2% responden yang mendapatkan informasi dari pihak fasilitas pelayanan kesehatan dan 40,1% dari pihak lembaga masyarakat. Berdasarkan data BPS Bandung 2014 di Kabupaten Babakan Ciparay memiliki sejumlah fasilitas kesehatan berarti total 119, 6 kelurahan, dan 365 RT 57 RW. Seharusnya dengan jumlah besar ini dapat membantu dalam memberikan informasi tentang BPJS sehingga persepsi negatif bahwa mereka dapat berubah menjadi positif dan akan membantu untuk mendukung partisipasi BPJS (JKN) sebagai 35,8% responden tidak mendapatkan dukungan dari sosial lingkungan seperti keluarga, tetangga, RT, dan lain-lain. Terkait kepesertaan BPJS Kesehatan (JKN) 59,9% responden mengambil keputusan untuk tidak ikut menjadi peserta BPJS Kesehatan (JKN). Hal ini sejalan dengan informasi yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandung bahwa yang memutuskan untuk menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan baru mencapai 10,38%.
Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara pendidikan dan pengambilan keputusan partisipasi BPJS (JKN). Hal ini sejalan dengan penelitian Whidiastutiyang menemukan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN mandiri8. Proses pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap salah satunya intelligence9. Masyarakat dengan pendidikan tinggi diharapkan memiliki informasi yang lebih baik mengenai kesehatan dan asuransi kesehatan sehingga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusannya. Namun berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pendidikan tinggi cenderung untuk mengambil keputusan tidak ikut menjadi peserta BPJS Kesehatan
karena alasan lebih memilih asuransi kesehatan yang lain. Itu berarti bahwa pendidikan dengan pengambilan keputusan dalam kepesertaan JKN ditemukan tidak memiliki hubungan dikarenakan pengambilan keputusan untuk ikut atau tidaknya menjadi peserta JKN bukan ditentukan dari tingkatan pendidikan melainkan ditentukan pula oleh keinginan dan kemampuan dari masing-masing.
Jumlah anggota keluarga responden ditemukan berhubungan dengan pengambilan keputusan kepesertaan JKN. Menurut Lock dalam Nirmala (2002) disebutkan bahwa persentase dari pendapatan keluarga yang dialokasikan untuk tabungan tergantung dari besar keluarga, namun tidak menjamin suatu keluarga dengan tipe keluarga besar maka persentase dari pendapatan yang ditabungkan untuk asuransi lebih besar dari pada tipe keluarga kecil, begitu pula sebaliknya. Pengambilan keputusan untuk ikut atau tidaknya dalam kepesertaan JKN kembali lagi ditentukan oleh keinginan dan kemampuan dari masing-masing10.
Pengetahuan tidak berhubungan dengan
pengambilan keputusan dalam kepesertaan JKN, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sastradimulya, et al. (2014)11. Tidak ditemukannya hubungan antara pengetahuan dengan pengambilan keputusan dalam kepesertaan disebabkan oleh karena sebagian besar pengetahuan responden yang memutuskan untuk tidak ikut dalam kepesertaan JKN sudah baik, namun kembali lagi kepada kemauan dan kemampuan dari responden itu sendiri untuk menjadi peserta JKN. Dalam pengambilan keputusan kepesertaan BPJS (JKN) Kesehatan tidak hanya didasarkan oleh pengetahuan saja namun juga oleh faktor lainnya.
Persepsi responden ditemukan berhubungan dengan pengambilan keputusan kepesertaan JKN. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Whidiatuti (2015) bahwa persepsi mempengaruhi kepesertaan JKN. Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh individual
maupun kelompok/organisasi. Tetapi bagaimana
individu-individu dalam organisasi mengambil
keputusan, dan kualitas dari pilihan terakhir mereka, sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka (Susilowati, 2006)12. Menurut Robbin (2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya (Notoatmodjo, 2010)13. Persepsi individu dapat menyebabkan adanya pengambilan keputusan dan perubahan perilaku dari hasil simultan antara faktor eksternal dan internal pada subyek atau orang yang melakukan perilaku tersebut termasuk untuk melakukan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Berdasarkan teori Kurt Lewin (1951) dalam Whidiastuti (2015)8 bahwa perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor penghambat. Bila persepsi seseorang terhadap manfaat suatu program tinggi, hal ini akan dikatakan sebagai pendorong ke arah tujuan yang diinginkan. Dorongan ini akan diperkuat apabila persepsi hambatan sebagai faktor penghambat
ditemukan rendah, maka perubahan perilaku ke arah tujuan yang diinginkan akan lebih cepat.
Kemudahan mendapatkan informasi dalam
penelitian ini ditemukan berhubungan dengan
pengambilan keputusan kepesertaan JKN. Hasil ini konsisten dengan Rizki Tiaraningrum (2014)14 menyatakan bahwa informasi yang diterima dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Kemudahan mendapatkan informasi berkaitan dengan persepsi yang akan berkembang di masyarakat. Sehingga perlunya informasi yang tepat dan jelas agar persepsi masyarakat dapat diarahkan ke persepsi yang positif terkait kepesertaan BPJS Kesehatan (JKN). Pemberian informasi sangat diperlukan agar masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang program BPJS Kesehatan. Pemberian informasi disini berperan sangat penting untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan program BPJS Kesehatan serta menjelaskan manfaat dan tata cara keikutsertaan menjadi peserta BPJS Kesehatan (JKN) sehingga masyarakat mengetahui apa itu program BPJS Kesehatan dan mau bergabung untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan (JKN).
Hasil penelitian ini menunjukkan dukungan lingkungan social berhubungan dengan pengambilan keputusan kepesertaan JKN. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pemayun (2015)14 dimana dukungan peran dari orang lain dan keluarga dapat memberikan keyakinan dalam pengambilan keputusan partisipan untuk menjadi peserta JKN mandiri kelas III. Keluarga merupakan lingkungan terdekat seseorang, dimana sebagian besar seseorang tinggal dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya untuk memberi pengaruh, dorongan atau
menghalangi pemanfaatan jaminan kesehatan
(Tiaraningrum, 2014).
Menurut teori Lawrence Green, jaringan sosial termasuk dalam faktor penguat yang merupakan dukungan sosial dari luar untuk membantu pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2010)13. Dukungan sosial adalah kegiatan dalam mencari dukungan melalui tokoh masyarakat secara formal maupun informal dan dukungan petugas kesehatan yang bertujuan untuk membantu meyakinkan maupun menyosialisasikan suatu program kepada masyarakat. Peranan dari keluarga dan tokoh masyarakat dapat menjadi jembatan untuk menarik masyarakat menjadi peserta jaminan kesehatan (Subari, 2014)5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (59,9%) mengambil keputusan untuk tidak ikut sebagai peserta JKN. Persepsi sebagai faktor internal
ditemukan berhubungan dengan pengambilan
kepesertaan JKN. Sementara kemudahan mendapatkan informasi dan dukungan lingkungan sosial sebagai faktor
eksternal yang ditemukan berhubungan dengan
pengambilan keputusan kepesertaan JKN. BPJS
Kesehatan sebagai manajer program JKN, disarankan untuk terus meningkatkan dan menyebarluaskan
informasi mengenai JKN kepada semua masyarakat. Dengan peningkatan dan pemerataan informasi persepsi negatif masyarakat terkait BPJS Kesehatan dapat berubah dengan begitu diharapkan nantinya akan memudahkan peningkatan cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan (JKN), sehingga visi dari BPJS Kesehatan dapat tercapai. Selain peningkatan dan pemerataan informasi, peningkatkan strategi juga diperlukan dalam pencapaian visi dari BPJS Kesehatan itu sendiri seperti contoh dengan cara pendekatan kepada tokoh masyarakat yang dianggap penting dan dapat mempengaruhi lingkungan sekitar. Fasilitas Kesehatan Tingkat I merupakan tombak utama dari fasilitas kesehatan yang banyak dikunjungi oleh masyarakat diharapkan dapat memberikan KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) kepada masyarakat terkait BPJS Kesehatan dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada peserta BPJS Kesehatan. Adanya
pemberian pelayanan yang lebih baik, akan
meningkatkan cakupan kepesertaan dan merubah pandangan negatif masyarakat terkait pelayanan di fasilitas kesehatan jika menggunakan BPJS Kesehatan sehingga diharapkan nantinya dapat memberikan kepuasan terhadap pelayanan peserta BPJS Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.2.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
3.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.4.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2014). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2014. Bandung: Dinas Kesehatan.5.
Subari E, Djuhaeni H, Wiwaha G. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiIntensi Masyarakat Kota Cirebon Menjadi Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan. Bandung: Universitas Padjajaran.