• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK DAN CINTA TANAH AIR MENURUT PAND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLITIK DAN CINTA TANAH AIR MENURUT PAND"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK DAN CINTA TANAH AIR MENURUT

PANDANGAN ISLAM

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Agama Islam

Yang dibina oleh Bapak Dr. Syafaat, S.ag., M.ag.

Oleh

(2)

DAFTAR ISI...

A. Politik Menurut Islam dan Menurut Ahli Politik Hubungan Agama dengan Negara

C. Sistem Khilafah dalam Tradisi Politik Islam... 8

D. Cinta Tanah Air Menurut Agama Islam

(3)
(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam ajaran Islam dipelajari berbagai macam aspek kehidupan, baik itu kehidupan yang paling sederhana yang mencakup kehidupan sehari-hari masyarakat umum ( makan, tidur, belajar, bekerja), sampai pada kehidupan yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang lengkap dan agama yang paling sempurna untuk digunakan sebagai pedoman hidup manusia. Baik itu kehidupan sehari-hari seperti kegiatan berbangsa dan bernegara.

Berbicara mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak akan pernah lepas dari politik dan sikap cinta tanah air. Kedua istilah ini merupakan salah satu unsur pembentuk berdiri dan bertahannya dalam suatu negara. Politik ini menurut pandangan masyarakat awam adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pelaku pemerintahan suatu negara yang rakyatnya hanya sebagai pengamat kegiatan politik yang dilakukan oleh setiap masyarakat yang berbeda dalam suatu Negara, meski itupun masyarakat yang ada di lapisan paling bawah.

Dasar-dasar berpolitik telah diatur di dalam Al-Quran dan Al-hadist Nabi Muhammad SAW. Selain dasar-dasar berpolitik. Sikap cinta tanah airpun juga dibahas dan diatur di dalam ajaran agama Islam. Berpolitik dan cinta tanah air sudah ada sejak zaman Rasullah SAW dan para sahabat-sahabat nabi. Pada zaman itu telah terjadi peperangan yang disebabkan karena untuk membela negara dan agama Islam. Hal ini telah menujukkan dimana mereka sudah mengenal dan menunjukkan sikap cinta tanah air. Indonesia terbentuk juga karena salah satunya unsur pembentuknya adanya politik dan rasa cinta tanah air. Menurut pandangan

(5)
(6)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan Islam dan Politikus terhadap Sistem Politik? 2. Bagaimana bentuk atau tipologi politik dalam Islam?

3. Bagaimana Sistem Khilafah dalam Tradisi Politik agama Islam? 4. Bagaimana pandangan Islam terhadap rasa Cinta Tanah Air? C. Tujuan

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Politik Menurut Islam dan Menurut Ahli Politik Hubungan Agama dengan Negara

Politik merupakan suatu kegiatan untuk mengatur sebuah negara yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dilihat dari asal katanya, Politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” yang memiiki arti kota, yang berarti juga merupakan kegiatan pemerintahan. Politik juga didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan pemerintahan yang mengatur dan mengawasi kehidupan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat dalam suatu negara, karena negara merupakan suatu wilayah yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan berpolitik.

Menurut Websters dictionary dalam (Maarif, 1985:12) yang menyatakan bahwa “negara adalah sejumlah orang yang mendiami secara permanen suatu wilayah tertentu dan diorganisasikan secara politik di bawah suatu pemerintahan yang berdaulat yang hampir sepenuhnya bebas dari pengawasan luar serta memiliki kekuasaan pemaksa demi mempertahankan keteraturan dalam masyarakat.”

Pendapat Websters dictionary diatas menunjukkan bahwa negara sangat berperan aktif di dalam kegiatan berpolitik untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk membuat hukum yang dilaksanakan dalam masyarakat. Kegiatan berpolitik sendiri juga diatur di dalam ajaran agama Islam.

(8)

dibangun di atas fundamen bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Di dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang digunakan sebagai dasar dalam berpolitik dalam Islam yang artinya adalah sebagai berikut:

Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Bassyar, telah bercerita kepada kami Muhammad bin Jafar, telah bercerita kepada kami Syubah dari Surat al-Qasaz berkata, aku mendengar dia berkata; “Aku hidup mendampingi Abu Hurairah radiallahu anhu selama lima tahun dan aku mendengar dia bercerita dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang bersabda: “ Bani Israil, kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku, yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya. Para sahabat bertanya; “Apa baginda perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: “Penuhilah baiat kepada khalifah yang pertama (lebih dahulu diangkat), berikanlah hak mereka karena Allah akan bertanya kepada mereka tentang pemerintahan mereka”.

Di dalam hadis di atas terdapat kata yang mempunyai arti Para Nabi mendampingi mereka yang dimaksudkan membimbing mereka dalam menjalankan pemerintahan dan mengatur kehidupan bermasyarakat. Mereka disini adalah Khalifah yang menggantikan Para Nabi. Pada hadist di atas yang sangat ditekankan adalah pertanggung jawaban dari para khalifah kepada Allah dalam mengatur dan sebagai pemimpin yang menggantikan Nabi.

Politik di dalam pandangan Islam haruslah politik yang netral, tanpa memihak jiwa politik dalam Islam keikhlasan dan keterbukaan, sebab dengan cara ini fungsi kontrol terhadap aktivitas pemerintah akan berfungsi secara maksimal. Hanafi, Y., dkk (2013:211). Politik di dalam Islam memiliki peranan yang sangat penting, sebab karena melalui politik perdamaian ketentraman, keadilan dapat diwujudkan. Politik di dalam Islam mempunyai tujuan untuk menegakkan agama dan untuk mengatur kehidupan dunia sebagai bekal di dalam kehidupan akhirat kelak.

(9)

5

Dalam menjalankan politik Islam mempunyai prinsip-prinsip di dalamnya, yaitu Syura’ (musyawarah), adil, amanah, musawah (persamaan), dan Ijma. Seperti yang tertuang di dalam Al-quran:

1. Surat Al-A’raf ayat 29 yang berbunyi:

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan

(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)".

2. Surat Al- Insan ayat 24-26 yang berbunyi:

Artinya: Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan

Tuhanmu, dan janganlahkamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. (24).Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (25)Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (26)

Seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, untuk berpolitik membutuhkan suatu negara yang menjalankannya terdapat beragam bentuk (Tipologi) mengenai hubungan agama dan negara, yaitu:

a. Tipologi Teo—Demokrasi

(10)
(11)

6

gerakan yang menganut sistem ini adalah NII ( Negara Islam Indonesia). Gerakan ini bertauhid bahwa Allah merupakan satu-satunya Raja yang kerajaannya di langit dan di bumi. NII mempunyai anggapan bahwa apabila mereka mengakui keberadaan lembaga lain di luar syariat Allah, maka mereka dianggap musyrik. Islam memiliki sebuah pandangan mengenai tujuan dibentuknya negara.

Menurut Maarif (1985:13) yang menyatakan sebagai berikut: Bila dilihat dari sudut pandangan seorang muslim tentang tujuan penciptaan suatu negara, maka akan diperoleh gambaran-gambaran sebagai berikut, yaitu bahwa tujuan suatu negara islam adalah untuk memelihara keamanan dan integritas negara, menjaga hukum dan ketertiban, dan untuk mengajukan negeri hingga setiap individu dalam negeri itu dapat merealisasikan seluruh potensinya sambil memberika sumbangan bagi kesejahteraan semua.

b. Tipologi Sekuler

Tipologi ini menganggap bahwa agam bukanlah negara. Negara merupakan urusan dunia yang pertimbangannya menggunakan akal manusia yang bersifat duniawi, sedangkan agama merupakan urusan pribadi setiap orang. Agama tidak diatur oleh negara, dan negara juga tidak diatur oleh agama. Hanafi, Y., dkk (2013:213) menyatakan bahwa “tipologi menyebabkan tidak ada dalil sebuah negara. Jadi eksplisit Menurut Mindarjito ada dua model yang mendasari dalam dalam Al-Quran maupun Al-Hadis yang menunjukkan kewajiban mendirikan sebuah negara”. Jadi urusan agama dan negara harus dipisahkan. Islam itu bersifat universal dan politik itu besifat partikular.

c. Tipologi Moderat

(12)

politik Islam dalam tipologi moderat ini adalah tentang pluralisme, toleransi, persamaan setiap anggota masyarakat, serta keadilan.

Greg Barton dalam ( Hanafi, dkk :214) menyatakan bahwa ciri dan aliran moderat atau neo-modernisme, yaitu gerakan progresif yang bersifat positif terhadap modernitas, perubahan, pembangunan.

Terkait pada pemerintahan yang ada di Indonesia, menurut pandangan hukum agama islam adalah syah. Ini karena presiden dipilih langsung oleh rakyat, seperti halnya pengangkatan Ali R.A. yang menjadi seorang khalifah. Kedaulatan NKRI juga dianggap benar, karena konsep ini bertujuan untuk menjaga keutuhan, kesejahteraan semua rakyat Indonesia.

Untuk menjalankan kedaulatan NKRI ini, Indonesia memiliki empat pilar yang menjadi landasan pembentukan pemerintahan. Yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Empat pilar ini menjadi cara yang final bagi umat Islam di Indonesia untuk membentuk atau mendirikan negara dan pemerintahan.

Yang pertama adalah Pancasila, di dalam pancasila tercantum nilai-nilai yang diajarkan di dalam Islam yaitu nilai-nilai dari Ketuhanan dan Kemanusiaan. Pancasila dijadikan sebagai ideologi NKRI yang digunakan untuk mempersatukan dari segi agama, kebudayaan ras, suku, bahkan geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Menurut Hanafi, dkk (2013: 215) menyatakan bahwa “ Pancasila sebagai falsafah bangsa mengandung nilai-nilai tauhid, kemanusiaan, keadaban, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Keadaannya identik dengan Piagam Madinah, sebagai wadah pemersatu kebhinekaan bangsa.”

(13)

8

4. Prinsip Musyawarah, yaitu para penyelenggara negara melaksanakan tugasnya dengan baik dan melakukan diskusi atau bertukar fikiran dengan siapa saja yang tepat untuk mencapai tujuan yang terbaik untuk kesejahteraan semua rakyat.

C. Sistem Khilafah dalam Tradisi Politik Islam

Khilafah berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti pergantian. Kata khilafah banyak mengingatkan seseorang dengan kata khalifah (pengganti, pengatur, wakil). Seperti yang tertulis dalam Q.S. Al-Baqarah:30.

Artinya: Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Dalam ayat tersebut kata khalifah mempunyai arti wakil, pengatur, dan pengganti. Kata khilafah sendiri merupakan sebuah sistem pemerintahan Islam pertama kali didirikan ketika wafatnya Rasulullah. Dalam sistem ini pemimpin disebut dengan Khalifah. Kata Khalifah memiliki sinomim kata dengan imamah.

Khilafah mayoritas digunakan oleh golongan umat muslim yang mana mereka ingin memberlakukan tatanan yang ada dalam kalangan masyarakat dunia berdasarkan syari’at Islam. Seperti kelompok Hizbut Tahrir, mereka memiliki pemahaman bahwa pemberlakuan syariat islam tidak harus terikat oleh negara.

(14)

Rasul wafat kemudian kaum Muhajirin dan Anshar mengadakan musyawarah mengenai pengganti Rasul dan akhirnya memutuskan Abu Bakar as-Shidiq sebagai pengganti Rasulullah. Dari segi proses, Abu Bakarsebagai Khalifah berdasarkan sistem baiat atau sistem demokrasi dengan berdasar pada al-amru syuro bainahum ( Hanafi, dkk., 2013: 217).

Pemerintahan pada masa Abu Bakar kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif lebih fokus terhadap Khalifah. Abu bakar selalu mengedepankan asas musyawarah, hal ini ditunjukkan ketika itu beliau menunjuk Umar untuk meminta suatu pendapat dari sahabat-sahabatnya. Karena menurut Abu Bakar Musyawarah merupakan suatu prinsip yang terpenting dalam pergantian kekhalifahan.

Selanjutnya Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab. Pada masa Umar masih berlakunya sistem demokrasi atau baiat dan memegang teguh pada prinsip al amru syura bainahum (musyawarah). Pada masa Ustman pemgnag kekuasaan tertinggi ada pada khalifah, jadi Dewan Penasehat diketuai oleh Ustman sendiri. Ketika Ali menggantikan Ustman dia dipilih sebagai khalifah berdasarkan musyawarah juga. Selanjutya pada masa dinasti Umayyah, khilafah dijadikan sistem otoriter. Pada masa dinasti Abbasiyah khalifah dijadikan sebagai wakil Tuhan. Penguasa Abbasiyah mendapat gelar Khalifatullah.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan suatu pemimpin berdasarkan atas musyawarah dan mufakat, namun juga terdapat perubahan dalam sistem pemerintahan karena selalu disesuaikan dengan zamannya.

D. Cinta Tanah Air Menurut Agama Islam

(15)

10

individu. Selain itu, Cinta tanah air melahirkan nasionalisme, yaitu memiliki rasa bangga terhadap bangsa, tanah airnya, menjaga kehormatan dari bangsa untuk tercapainya kemajuan, kesejahteraan, kehormatan, kedamaian bangsa dan negara nasionalisme juga melahirkan sikap patriot, yaitu sikap gagah berani, pantang menyerah, rela berkorban dengan cara memajukan pendidikan, penegakan hukum yang adil dan tidak memihak, memberantas kebodohan, kemiskinan, serta menghindari korupsi. Cinta tanah air merupakan tabiat alami manusia (fitrah) ( Hanafi , dkk., 2013: 219).

Di dalam ajaran agama Islam diajarkan cinta terhadap tanah air, yaitu sikap Rasulullah terhadap tanah kelahirannya, yaitu Kota Makkah. Dari Abdullah bin Abbas R.A, Rasulullah bersabda : “ Sungguh engkau adalah bumi Allah yang paling baik, alangkah besarnya cintaku padamu (Kota Makkah), kalaulah bukan karena penduduknya mengusirku darimu, maka pasti aku tidak akan pernah meninggalkanku.” (H.R. Tirmidzi).

Rasa cinta tanah air juga dilakukan oleh Nabi Ibrahim A.S yang tertuang dalam (Q.S. An-Nahl:123) yang berbunyi:

Artinya: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

(Q.S. Al- Baqarah: 126) yang berbunyi:

(16)
(17)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Politik menurut agama Islam haruslah politik yang netral, tanpa memihak jiwa politik dalam Islam keikhlasan dan keterbukaan, sebab dengan cara ini fungsi kontrol terhadap aktivitas pemerintah akan berfungsi secara maksimal. Sedangkan politik menurut pandangan politikus adalah politik adaalah ilmu yang berkaitan dengan pemerintahan yang mengatur dan mengawasi kehidupan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat dalam suatu negara, karena negara merupakan suatu wilayah yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan berpolitik.

2. Dalam menjalankan politik Islam mempunyai prinsip-prinsip di dalamnya, yaitu Syura’ (musyawarah), adil, amanah, musawah (persamaan), dan Ijma. Dalam praktek berpolitik membutuhkan suatu negara yang menjalankannya terdapat beragam bentuk (Tipologi) mengenai hubungan agama dan negara, yaitu: Tipologi Teo—Demokrasi, menurut tipologi teo-demokrasi ini, agama dianggap sekaligus sebagai negara. Tipologi Sekuler menganggap bahwa agam bukanlah negara. Urusan Negara tidak diatur oleh agama, begitupun sebaliknya. Tipologi Moderat menganggap bahwa Islam tidak mengatur sistem ketatanegaraan, namun di dalam Islam terdapat tata nilai etika bagi ketatanegaraan.

3. Khilafah merupakan sebuah sistem pemerintahan Islam pertama kali didirikan ketika wafatnya Rasulullah. Dalam sistem ini pemimpin disebut dengan Khalifah. Kata Khalifah memiliki sinomim kata dengan imamah. Khilafah mayoritas digunakan oleh golongan umat muslim yang mana mereka ingin memberlakukan tatanan yang ada dalam kalangan masyarakat dunia berdasarkan syari’at Islam.

(18)

tanah air, yaitu sikap Rasulullah terhadap tanah kelahirannya, yaitu Kota Makkah. Dari Abdullah bin Abbas R.A, Rasulullah bersabda : “ Sungguh engkau adalah bumi Allah yang paling baik, alangkah besarnya cintaku padamu (Kota Makkah), kalaulah bukan karena penduduknya mengusirku darimu, maka pasti aku tidak akan pernah meninggalkanku.” (H.R. Tirmidzi).

B. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Y., Sultoni A., Ed. 2013. Pendidikan Islam Transformatif: Menuju Pengembangan Pribadi Berkarakter. Malang: Gunung Samudra.

Maarif, A.S. 1985. Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: PT. Pertja. Rais, M.D. 2001.Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Buatan Manusia: Sistem Buatan Manusia: sistem yang dirancang sistem yang dirancang olah manusia dengan melibatkan interaksi.. olah manusia dengan

Untuk membuktikan perbedaan rata-rata kedua model pembelajaran dapat dilihat dari rata-rata analisis deskriptif kedua model pembelajaran STAD dengan Konvensional adalah

Ekonomi syariah merupakan ekonomi ilahia yang berdasarkan prinsip-prinsip ketuhanan yang landasannya Al-Qur’an dan hadits, walaupun kepemilikan individu tetap di akui tadi itu

Pengindraan.terjadi.melalui.panca.ind ra.manusia..yaitu.pengelihatan,.pendengara n,.penciuman,.rasa,...dan,juga.raba.Hal ini juga dibenarkan dalam penelitian yang dilakukan

Ester Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa dengan Senyawa Etanolamida dan Dietanolamina Menggunakan Katalis Natrium Metoksida.. Jakarta: PT.Gramedia

1.1 Merespon makna dalam percakapan transaksional ( to get things done ) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut ( sustained ) secara akurat, lancar, dan

Program ekstrakurikuler bengkel Al-Qur’an dalam meningkatkan kualitas baca Al-Qur’an melalui tahfidz Al- Qur’an di MTs Negeri 2 Kota Blitar……….. Program

5. Finally write the intersection of these sets based on the common elements of the sets... Represent the intersection of sets using Venn diagram.. 2. Show the relationship between