• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pers di Indonesia Permen Nomor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pers di Indonesia Permen Nomor "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian Pers Secara Umum adalah media massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik dalam bentuk tulisan, suara, dan gambar serta data dan grafik dengan menggunakan media elektronik dan media cetak dan dll. Pers dalam etimologi, kata pers (Belanda), presse (prancis), Press (inggris), sedangkan kata pers dalam bahas latin adalah pressare dari kata premere artinya "tekan" atau "cetak". definisi pers secara terminologisnya adalah media massa cetak atau media cetak. Istilah pers dikenal sebagai salah satu jenis media massa atau media komunikasi massa yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan tidak hanya itu istilah pers juga lazim dikaitkan dengan surat kabar (newspaper) atau majalah (magazine).

Pengertian Pers menurut Oemar Seno Adji pakar komunikasi membagi pengertian pers dalam arti sempit dan pengertian pers dalam arti luas, pengertian pers dalam arti sempit adalah penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata bertulis, sedangkan pengertian pers dalam arti luas adalah memasukkan didalamnya sebuah media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan orang baik dengan kata yang tertulis maupun dengan lisan.

Pengertian pers menurut UUD No. 40 Tahun 1999 yang berbunyi bahwa pengertian pers adalah lembaga sosial atau wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak atau media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Sejarah Pers Indonesia

Pers Indonesia dimulai Sejak dibentuknya Kantor berita ANTARA didirikan tanggal 13 Desember 1937 sebagai kantor berita perjuangan dalam rangka perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, yang mencapai puncaknya dengan Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia tanggal 17Agustus1945. Kantor berita Antara didirikan oleh Soemanang saat usia 29 tahun, A.M. Sipahoentar saat usia 23 tahun, Adam Malik saat berusia 20 tahun dan Pandu Kartawiguna.[3] Adam Malik pada usia 21 tahun diminta untuk mengambil alih sebagai pimpinan ANTARA, dikemudian hari Ia menjadi orang penting dalam memberitakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.[4]

Karena kredibilitasnya, Adam Malik setelah menduduki jabatan semula sebagai ketua Kantor berita Antara, ia diangkat sebagai Menteri Perdagangan, Duta Besar, Menteri Utama Bidang Politik, Menteri Luar Negeri, Presiden Sidang Majelis Umum PBB, Ketua DPR/MPR dan Wakil Presiden.[5]

Kemerdekaan Pers

(2)

Pembahasan RUU pers terakhir 1998 dan awal 1999 yang kemudian menjadi UU no. 40 Tahun 1999 tentang pers sangat gencar.[butuh rujukan] Independensi pers, dalam arti jangan ada lagi campur tangan birokrasi terhadap pembinaan dan pengembangan kehidupan pers nasional juga diperjuangkan oleh kalangan pers.[butuh rujukan] Komitmen seperti itu sudah

diuslukan sejak pembentukan Persatuan Wartawan Indonesia PWI tahun 1946.[butuh rujukan] Pada saat pembahasan RUU pers itu di DPR-RI, kalangan pers dengan gigih memperjuangkan independensi pers.[butuh rujukan] Hasil perjuangan itu memang tercapai dengan bulatnya pendirian sehingga muncul jargon “biarkanlah pers mengatur dirinya sendiri sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi campur tangan birokrasi”.[butuh rujukan] Aktualisasi keberhasilan perjuangan itu adalah dibentuknya Dewan Pers yang independen sebagaimana ditetapkan dalam UUD No. 40 tahun 1999 tentang Pers.[butuh rujukan]

Kemerdekaan pers berasal dari kedaulatan rakyat dan digunakan sebagai perisai bagi rakyat dari ancaman pelanggaran HAM oleh kesewenang-wenangan kekuasaan atau uang.[butuh rujukan] Dengan kemerdekan pers terjadilah chek and balance dalam kehidupan bangsa dan bernegara. [butuh rujukan] Kemerdekaan pers berhasil diraih, karena keberhasilan reformasi yang mengakhiri kekuasan rezim Orde Baru pada tahun 1998.[7]

Media massa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seorang gadis kecil membaca berita melalui surat kabar (koran) yang diantarkan

(3)

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan

terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

Pengertian Pers menurut para ahli

UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

R Eep Saefulloh Fatah

Pers merupakan pilar keempat bagi demokrasi (the fourth estate of democracy) dan mempunyai peranan yang penting dalam membangun kepercayaan, kredibilitas, bahkan legitimasi pemerintah

Oemar Seno Adji

1. Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis

2. Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.

Kamus Umum Bahasa Indonesia Pers berarti:

1. alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar 2. alat untuk menjepit atau memadatkan

3. surat kabar dan majalah yang berisi berita 4. orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.

Kustadi Suhandang

(4)

Sejarah Pers Di Indonesia

Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah VOC.

Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan. fungsinya untuk membantu pemerintahan kolonial belanda

Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.

Masa Revolusi Fisik

Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh

pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.

Masa Demokrasi Liberal

Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan

(5)

Masa Demokrasi Terpimpin

Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya Gerakan 30 September 1965.

Masa Orde Baru

Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana

penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Masa Reformasi

Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden.

Perkembangan Pers Di Indonesia

 Perkembangan pers di Indonesia berawal pada penerbitan surat kabar

pertama, yaitu Bataviasche Novelles en Politique Raisonemnetan yang

terbit 7 Agustus 1774.

 Kemudian muncul beberapa surat kabar berbahasa Melayu, antara lain

Slompet Melajoe, Bintang Soerabaja (1861), dan Medan Prijaji (1907).

 Majalah tertua ialah Panji Islam (1912-an)

 Surat kabar terbitan peranakan Tionghoa pertama kali muncul adalah Li

Po (1901), kemudian Sin Po (1910).

 Surat kabar pertama di Indonesia yang menyiarkan teks Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah surat kabar Soeara Asia.

 Sesudah itu, surat kabar nasional yang memuat teks proklamasi adalah

surat kabar Tjahaja (Bandung), Asia Raja (Jakarta), dan Asia Baroe (Semarang).

 Corak kehidupan politik, ideologi, kebudayaan, tingkat kemajuan suatu

bangsa sangat mempengaruhi sistem pers di suatu negara.

Secara umum, di seluruh dunia terdapat pola kebijakan pemerintah terhadap pers yang otoriter dan demokratis. Di antarakeduanya terdapat variasi dan kombinasi, bergantung tingkat perkembangan masing-masing negara. Ada yang quasi otoriter, ada yang quasi demokratis, dan sebagainya.

(6)

Media massa tradisional

Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:

1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan 2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui

saluran tertentu.

3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.

4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.

Media massa modern

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti

internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:

1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya)

2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual

3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu 4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam 5. Penerima yang menentukan waktu interaksi

Pengaruh media massa pada budaya

Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:

1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)

2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.

Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :

1. Siapa (who)

2. Pesannya apa (says what)

3. Saluran yang digunakan (in what channel) 4. Kepada siapa (to whom)

5. Apa dampaknya (with what effect)

(7)

Pengaruh media massa pada pribadi

Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari [2]

 Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar

hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.

 Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi

memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai

membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga

kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.

 Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan

kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifkasikan mereka sebagai

penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi

pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka

mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy".

 Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti

sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu",

dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.

Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.

Kebebasan Pers di Indonesia

Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnya mengalami pergeseran ke arah liberal pada beberapa tahun belakangan ini. Ini merupakan kebebasan pers yang terdiri dari dua jenis : Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif.

 Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dnegan

(8)

 Kebebasan positif merupakan kebebasan yang dimiliki media massa

secara organisasi dalam menentukan isi media. Hal ini berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh pemilik media dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh

para penyunting terhadap karyawannya. [3]

Kedua jenis kebebasan tersebut, bila melihat kondisi media massa Indonesia saat ini pada dasarnya bisa dikatakan telah diperoleh oleh media massa kita. Memang kebebasan yang diperoleh pada kenyataannya tidak bersifat mutlak, dalam arti media massa memiliki kebebasan positif dan kebebasan negatif yang kadarnya kadang-kadang tinggi atau bisa dikatakan bebas yang bebas-sebebasnya tanpa kontrol sedikitpun.

Hubungan antara Pers dan Jurnalistik

Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan. Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak (Kustadi Suhandang, 2004:40).

Referensi

1. ^ http://www.scribd.com/kinjat/d/25964065-Fungsi-Dan-Peranan-Pers

2. ^ (Inggris) Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition.

3. ^ Abdullah, Irwan, 2001, Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan,

Tarawang Press, Yogyakarta

B. Perkembangna Pers di Indonesia

Perkembangan pers di Indonesia tidsk bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Pers dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu pers kolonial, pers cina, dan pers nasional.

1. Sejarah pers kolonial

1. Pers kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda pada masa penjajahan Belanda, berupa surat kabar, majalah, yang bertujuan untuk membantu usaha pemerintah Hindhia Belanda.

2. Sejarah pers Cina, koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Belanda atau Indonesia yang diterbitkan oleh golongan penduduk Cina.

(9)

Perkembangan pers nasional dimulai sejak jaman pergerakan, masa pendudukan jepang, masa revolusi fisik, masa demokrasi liberal, masa demokrasi terpimpin, masa orde baru, dan pers di alam reformasi sekarang ini.

a. Pers masa pergerakan, pers masa ini tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan penjajahan. Pers menyuarakan kepedihan, penderitaan, dan merupakan refleksi dari isi hati bangsa terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangannya memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa. Beberapa harian yang terbit pada masa pergerakan adalah:

1) Harian Sedio Tomo (Budi Utomo)

2) Harian Darmo Kondo, pimpinan Sudaryo Cokrosiswoyo

3) Harian Utusan Hindhia, pimpinan H.O.S Cokroaminoto

4) Harian Fajar Asia, pimpinan Haji Agus Salim

5) Mjalah mingguan Pikiran Rakyat, didirikan oleh Ir. Sukarno

6) Majalah berkala Daulat Rakyat, dipimpin oleh Moh Hatta dan Sutan Syahrir

Untuk mengimbangi pers nasional pemerintah Belanda mendirikan Kantor Berita Antara pada tanggal 13 Desember 1937.

b. Pers masa pendudukkan jepang, pada masa ini pers menjadi alat pemerintah jepang dan bersifat pro Jepang. Beberapa harian yang muncul pada masa ini adalah: Asia Raya di Jakarta, Sinar Baru di Semarang, Sinar Asia di Surabay, dan Tjahaya di Bandung.

c. Pers masa revolusi fisik (1945-1949)

Pers terbagi menjadi 2 golongan, yaitu :

Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara sekutu dan Belanda yang selanjutnya diberi nama pers NICA. Diantaranya Warta Indonesia (Jakarta), Persatuan (Bandung), Suluh Rakyat (Semarang), Pelita Rakyat (Surabaya), Mustika (Medan).

Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia yang disebut Pers Republik. Misalnya : Merdeka, Sumber, Pemandangan, Kedaulatan Rakyat, Nasional, Pedoman.

d. Pers masa demokrasi liberal (1950-1959)

Fungsi pers pada masa ini sebagai perjuangan kelompok partai / aliran politik.

e. Pers masa demokrasi terpimpin (1959-1966)

(10)

penerangan, membangkitkan jiwa dan kehendak massa agar mendukung pelaksanaan manipol dan ketetapan pemerintah lainnya.

f. Pers masa orde baru (1966-1988)

Pers pada masa ini dianggap sebagai salah satu unsur penggerak pembangunan, media vital penggerak pembangunan. Pers yang mengkritik pembangunan dan pemerintah mendapat tekanan, bahkan dicabut surat ijin penerbitannya (SIUUP).

g. Pers masa reformasi (1988-sekarang)

Pers menikmati kebebasan sejalan dengan alam reformasi, keterbukaan dan demokrasi yang memperjuangkan rakyat Indonesia.yang ditandai dengan keluarnya berbagai macam

peraturan perundangan terutama UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers Pemerintah banyak memberi kemudahan dalam ijin penerbitan pers. (Tim MGMP, 2006: 23-25)

Pers Di Masa Pergerakan Dan Revolusi

10 Maret 2013 Tinggalkan komentar

Dapat dibayangkan, kondisi pemerintahan kolonialisme sangat mematikan dunia pers saat itu. Banyak surat kabar yang muncul, untuk selanjutnya dibredel karena membahayakan kondisi pemerintahan kolonialis. Namun, pengawasan dan pengamatan sensor yang ketat justru membangkitkan semangat juang kaum jurnalis pribumi untuk turut menggerakkan roda pers sebagai alat perjuangan.

Menjelang awal 1870-an, pers dalam bahasa anak negeri telah meneguhkan pijakannya di kota-kota penting di Jawa dan luar Jawa. Perkembangannya lebih bersifat komersial dan berorientasi misi. Segmen pasarnya cepat berkembang di kota-kota pesisir, yaitu pemukiman para pembaca multirasial dan lingkungan urban kosmopolitan. Bahasa Melayu rendah

berkembang dan menjadi medium pers, meskipun bahasa Jawa tetap berfungsi sebagai bahasa untuk sejumlah surat kabar yang terbit di Yogyakarta dan Surakarta.

Surat kabar Bromartani, merupakan surat kabar berbahasa Jawa pertama, terbit di Surakarta dengan peluncuran pertama tanggal 25 Januari tahun 1855. Selain itu, surat kabar berbahasa Melayu di Surabaya terbit tahun 1856 dan di Batavia (Jakarta) tahun 1858. Peran para editor Indo saat itu sangat penting dalam mengelola surat kabar dan menggunakannya sebagai agen perubahan sosial.

Sejak tumbuhnya beberapa surat kabar di bumi nusantara, muncul pula beberapa wadah persatuan wartawan, seperti wartawan Indische Joornalisten Bond (1919) dan Perkumpulan Kaoem Jurnalist (1931), lima bulan setelah kantor berita Antara berdiri.

(11)

menyaingi surat kabar berbahasa Melayu yang menyuarakan kemerdekaan, pemerintah Belanda juga menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dengan muatan kepentingan VOC.

Era jurnalistik modern pertama kali ditegakkan oleh R.M. Tirto Adhi Soerjo, pemimpin redaksi Soenda Berita. Ia mendirikan perusahaan pers dan majalah mingguan Medan Prijaji pada tahun 1910, yaitu surat kabar harian dengan jurnalistik politik.

Kemudian bermunculan lagi surat kabar lainnya, seperti Sarotomo yang terbit dua kali seminggu dan berubah menjadi Pewarta Oemoem dengan membawa suara partai Indonesia Raja (Parindra). Sarotomo merupakan surat kabar pembawa bendera Sarekat Dagang Islam, seperti halnya Panggugah sebagai surat kabar organ Indische Partij.

Ada pula Soeara Kaoem Boeroch di Purworejo tahun 1921 dan Rakyat Bergerak di

Yogyakarta tahun 1923. Umumnya dikelola Pemerintah Belanda dan keturunan Cina yang kuat secara ekonomi. Sensor Persfreidel Ordonantie dan Haatzaai Antikelen mulai berlaku tahun 1931 terhadap pers yang antikolonial.

Pada zaman kolonialisme/feodal sifat komunikasi satu arah. Yaitu menyajikan informasi luar dan membuka argumentasi tanpa membuka jalan partisipasi yang berwujud demokrasi; sedangkan pada zaman perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, pers berjuang dan berperan penting dalam menyebarluaskan semangat revolusi Indonesia ke seluruh dunia sehingga negara Indonesia memperoleh pengakuan oleh negara-negara di dunia sebagai bangsa dan negara yang merdeka.

Paska 17 Agustus 1945, pers berperan sebagai corong penguasa Republik yang mendukung perjuangan, sekaligus melawan strategi pecah belah Belanda. Jurnalisme politik berkembang lagi, begitu pula organisasi wartawan. Misalnya, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) lahir pada tanggal 9 Februari 1946. Selanjutnya, disusul dengan munculnya serikat perusahaan surat kabar (sekarang penerbit) tanggal 8 Juni 1946.

Berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara tanggal 17 Agustus 1950 memulai era

demokrasi liberal yang diwarnai kebebasan pers. Kebebasan pers benar-benar berperan dalam pembentukan pranata sosial saat itu. Hanya saja pers lemah dalam permodalan. Namun, kebebasan pers disalahgunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan sekelompok orang atau golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab seperti kepentingan politik. Misalnya PSI memiliki surat kabar Pedoman, NU memiliki surat kabar Duta Masyarakat, PKI memiliki surat kabar Harian Rakyat, PNI memiliki surat kabar Suluh Indonesia, dan Masyumi

memiliki surat kabar Abadi. Bahkan, pada tahun 1957 jumlah surat kabar mencapai 120 buah dengan oplah 1.049.500 perhari. Empat surat kabar yang beroplah tinggi antara lain sebagai berikut.

1. Harian Rakyat (organ PKI). 2. Pedoman (PSI).

3. Suluh Indonesia (PNI). 4. Abadi (Masyumi).

Masa partai politik merupakan konsumen tertinggi pada waktu itu. Koran umum yang terbit antara lain, Merdeka dan Indonesia Raya. Sementara itu terjadi 300 lebih kasus

(12)

ciptaan Belanda. Puncaknya, Kodam V Jakarta Raya memberlakukan ketentuan Surat Ijin Terbit (SIT) tanggal 1 Oktober 1957 yang mengawali era kematian pers Indonesia.

Era demokrasi terpimpin, diawali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menempatkan pers sebagai alat revolusi melalui Ketetapan MPRS Nomor 11 Tahun 1960 tentang Penerangan Massa. Melalui Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 10/1960, SIT diberlakukan secara terbatas dan ketat. Penerbit yang telah ada diwajibkan mengajukan permohonan SIT lagi. Beberapa ketentuan yang diberlakukan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pers berbahasa Cina dilarang.

2. Diarahkan kepada pemulihan berlakunya UUD 1945.

3. Isi berita harus sesuai doktrin Manipol-Usdek (Manifesto Politik UUDS, Demokrasi, Ekonomi terpimpin).

Akibat peraturan tersebut, banyak institusi pers yang memilih tutup, seperti harian Abadi yang anti komunis. Pedoman Nusantara, Keng-Po, atau Pos Indonesia. Jumlah surat kabar hanya sekitar 60 buah. Redaktur Indonesia Raya tahun 1956-1961, kantor berita Antara, organisasi PWI, dan SPS (Serikat Perusahaan Surat Kabar) dikuasai komunis. Pers yang semula bebas/liberalis berubah menjadi alat propaganda politik. Aktivis pers seperti B.M. Diah, Adam Malik, Wonohito mencetuskan manifesto kebudayaan dan badan pendukung Soekarnoisme yang anti PKI yang kemudian ditutup oleh Soekarno.

Pada ulang tahun PWI ke-19, Presiden Soekarno menegaskan kembali di dalam pidatonya “Dalam Suatu Revolusi”, tanggal 26 Maret 1965, bahwa Departemen Penerangan

mengeluarkan aturan tentang Norma-Norma Pokok Pengusahaan Pers, yang mengharuskan pers berafiliasi ke dalam partai politik atau ormas (organisasi massa). Begitu pula dengan munculnya surat kabar Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha yang berafiliasi ke ABRI. “… di masa ini politik menjadi pasar pers dan pers ditentukan oleh manuver politik” (menurut Daniel Dhakidae).

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya tarif pelayanan Tindakan Medis operatif kebidanan yang bersifat amat segera ditambah 25 % dari jasa pelayanan masing-masing katagori pelayanan dan kelas perawatannya..

Biomonitoring (pemantauan biologi) adl suatu metode yang digunakan untuk mempelajari kandungan bahan kimia di dalam tubuh manusia dan efek biologi dari bahan

Pasien mengeluh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung sudah 2 hari, awalnya pada hari minggu sore setelah pasien berpergian jauh, perdarahan yang keluar sedikit,

Oleh itu, setiap rakyat Malaysia harus bertanggungjawab untuk mengekalkan keamanan negara daripada anasir yang buruk. Kehidupan yang aman dan damai merupakan teras kepada pembangunan

Pemilihan nama Ismoyo sebagai nama perusahaan, di ambil dari salah satu tokoh wayang, (2) Proses pembuatan batik tulis di Perusahaan Batik Ismoyo diawali dengan

Hubungan Pemberian MPASI Dini dengan Status Gizi Bayi umur 0 – 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah kabupaten Jember.. Widyawati, Febry F, Destriatania

Pria yang melakukan latihan angkat beban diindikasikan melakukan diet yang tidak sehat 26 yang dapat mempengaruhi asupan energi namun dari analisis bivariat tidak

Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Kerja Kelompok di.. Data yang diperoleh