IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL PADA ATAP BANGUNAN
KOMERSIAL HOTEL DI KOTA CIREBON
Agus Saladin1), Agus Budi Purnomo2), Sri Tundono3)
1 2 3)Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti E-mail:agussaladin@gmail.com,agusbudi@dnet.net.id,sritundono@yahoo.com
Abstract
Traditional architecture is a manifestation of the local wisdom of its society. However, this local wisdom is slowly becoming obsolete. This study aims to understand local wisdom on traditional architecture, and its implementation in modern buildings today. The research method used is qualitative method. Methods of data collection is done through literature study, field observation, and interview. The method of analysis using descriptive interpretive method, by doing description and interpretation of the implementation of local wisdom on the physical forms of the architecture.
Keywords:local wisdom, cultural values, traditional architecture, qualitative method, deskriptive-interpretive.
Abstrak
Arsitektur tradisional merupakan perwujudan dari kearifan lokal masyarakatnya. Namun demikian, kearifan lokal ini secara perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kearifan lokal pada arsitektur tradisional, dan implementasinya pada bangunan-bangunan modern masa kini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, observasi lapangan, dan wawancara. Metode analisis menggunakan metode deskriptif interpretif, dengan melakukan deskripsi serta interpretasi mengenai implementasi kearifan lokal pada wujud fisik arsitektur.
Kata kunci:kearifan lokal, nilai-nilai budaya, arsitektur tradisional, metode kualitatif, deskriptif-interpretif.
Pendahuluan
Rancangan arsitektur tradisional merupakan perwujudan dari implementasi kearifan lokal masyarakatnya dalam mewujudkan tempat tinggal atau huniannya, yang mengintegrasikan pengetahuan mereka terhadap alam, nilai-nilai budaya, serta kebutuhan hidupnya. Namun demikian, kearifan lokal ini secara perlahan-lahan mulai ditinggalkan masyarakat seiring dengan perkembangan arsitektur di Indonesia. Bangunan-bangunan baru yang dibangun, baik rumah tinggal maupun berbagai fungsi bangunan lainnya di kota-kota di Pulau Jawa, mulai meninggalkan kearifan lokal arsitektur.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami kearifan lokal pada arsitektur tradisional, menemukan beragam kemungkinan implementasinya pada bangunan-bangunan publik dan komersial pada masa sekarang di berbagai kota di Jawa, serta menemukan nilai-nilai kearifan lokal yang layak untuk dipertahankan dan menjadi pedoman pada karya arsitektur masa kini dan masa datang.
informan kunci. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif interpretif, yakni melakukan deskripsi serta interpretasi mengenai implementasi kearifan lokal pada perwujudan fisik arsitektur.
Studi Pustaka
Perwujudan bentuk arsitektur rumah tinggal pada dasarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai budaya masyarakatnya serta upayanya dalam merespon kondisi lingkungan dan iklim setempat yang dihadapinya (Rapoport, 1969). Arsitektur rumah tinggal di Jawa dan Sunda memperlihatkan bentuk bangunan yang khas, baik pada bentuk tata ruang, bangunan, atap bangunan, serta penggunaan materialnya, yang merupakan perwujudan dari kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi lingkungannya yang bersumber dari nilai-nilai budayanya (Sumintarja, 1981; Tjahjono, 1989; Priyotomo 1995; Saladin, 2005, 2006; 2017, Salura, 2007).
Dalam penelitian ini, selanjutnya diuraikan pengertian dan matriks kerangka konseptualnya. Arsitektur tradisional didefinisikan sebagai arsitektur yang dirancang dan dibangun dengan mengikuti aturan-aturan yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakatnya dan telah berlaku turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kearifan lokal adalah suatu pengetahuan yang dimiliki oleh individu atau masyarakat yang bersumber dari nilai-nilai budayanya dalam memanfaatkan sumber daya alamnya secara bijak dalam berbagai aspek kehidupannya. Kearifan lokal bersifat non fisik yang selanjutnya akan diimplementasikan dalam perwujudan fisik arsitektur tradisionalnya, yang meliputi tata ruang dan lingkungan, bentuk massa bangunan, struktur dan konstruksi bangunan, material yang digunakan, serta ornamen-ornamen yang diterapkan. Aspek fisik tersebut merupakan implementasi dari kearifan lokal. (Lihat tabel 1) religi, pemahaman thp sumber daya alam, yang selanjutnya menjadi kearifan lokal bagi perwujudan fisik arsitektur tradisional
Implementasi (Fisik)
Tata ruang dan lingkungan, bentuk massa bangunan, struktur dan konstruksi bangunan, ornamen , material bangunan, yang merupakan implementasi kearifan lokal dalam arsitektur tradisional
Dalam tulisan ini, yang menjadi fokus kajian adalah implementasi kearifan lokal pada arsitektur tradisional serta implementasinya pada bentuk atap bangunan modern dengan fungsi komersial sebagai bangunan hotel.
Metodologi Penelitian
realitas tersebut tidak sepenuhnya dapat dilihat dan dipahami oleh indra manusia, sehingga tiap peneliti akan memahaminya sesuai dengan sudut pandangnya (Guba 1990). Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan naturalistik yang dilakukan pada suatu latar alamiah tertentu; pendekatan fenomenologi yang berupaya memahami makna suatu gejala dalam situasi tertentu, serta pendekatan etnometodologi yang menekankan pada interpretasi atas tindakan atau benda menurut sudut pandang pelakuknya (Guba 1990: Denzin & Lincoln 1994; Creswell 1994; Neuman 1997).
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, observasi lapangan, dan wawancara dengan para informan kunci. Metode analisis yang dilakukan adalah deskriptif interpretif, yakni dengan melakukan deskripsi arsitektur tradisional dan nilai-nilai budaya masyarakatnya, serta melakukan interpretasinya terhadap ungkapan perwujudan fisik arsitektur.
Hasil dan Pembahasan
Ada dua bangunan hotel yang menjadi studi kasus dan dibahas di sini, yakni Hotel Tryas dan Hotel Santika, keduanya terletak pada Jl Cirebon-Lohbener, Kota Cirebon. Kedua hotel tersebut menarik untuk dibahas karena menerapkan kearifan lokal arsitektur tradisional, terutama dalam bentuk atap bangunan pada bangunan modern komersial dengan fungsi bangunan sebagai hotel (lihat gambar 1)
Gambar 1. Peta Lokasi Hotel Tryas dan Hotel Santika Cirebon
Hotel Tryas Cirebon
Hotel Tryas terletak di persimpangan antara jalan Raya Cirebon-Lohbener dengan jalan Tuparev-jl Kartini (lihat gambar 1 peta lokasi). Bangunan hotel ini terletak di sudut perempatan jalan, sehingga tampak dari dua sisi jalan dengan jelas dan baik. Dari arah dua sisi jalan segera terlihat dengan jelas bentuk atap pelana yang dirancang secara bersusun dengan warna orange khas warna terrakota.
arsitektur tropis sebagai perwujudan kearifan lokal masyarakat dalam memberi respon terhadap iklim tropis yang panas dan memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Bentuk atap pelana ini terlihat dengan jelas dan baik pada bangunan hotel Tryas (lihat gambar 2. Hotel Tryas).
Gambar 2. Hotel Tryas Cirebon (sumber: data lapangan)
Rancangan hotel Tryas dengan jelas menonjolkan bentuk atap pelana dari bahan terrakota (tanah liat bakar) yang sangat dominan, dengan warna alami orange khas terrakota, yang dirancang bersusun dan memanfaatkan posisinya di sudut persimpangan jalan, yang secara keseleruhan memperlihatan hasil rancangan dengan estetika yang baik dan dapat dinikmati dari dua sisi jalan.
Hotel Santika Cirebon
Hotel Santika Cirebn terletak di jalan raya Cirebon-Lohbener (lihat gambar 1 peta lokasi). Berbeda dengan Hotel Tryas yang terletak di sudut persimpangan jalan sehingga memiliki dua sisi tampak depan, Hotel Santika terletak di sisi jalan sehingga hanya memiilki satu sisi tampak depan. Dari arah jalan, bangunan hotel Santika terlihat dengan jelas menonjolkan bentuk atap yang dirancang dengan mengadopsi bentuk dasar atap tradisional pelana dan limasan, dengan menggunaka material atap dari bahan terrakota dengan warna khas orange terrakota.
respon terhadap kondisi iklim tropis di Jawa. Kedua bentuk atap ini terpadu dengan baik pada bangunan hotel Santika Cirebon (lihat gambar 3. Hotel Santika).
Gambar 3. Hotel Santika Cirebon (sumber: data lapangan)
Rancangan hotel Santika ini dengan jelas menampilkan kombinasi bentuk atap limasan dan pelana dari bahan terrakota (tanah liat bakar) yang sangat dominan, dengan warna khas alaminya, yang dirancang dengan kombinasi dan komposisi yang baik, sehingga secara keseluruhan memperlihatkan rancangan gedung hotel yang estetis.
Kesimpulan
Keraifan lokal dalam arsitektur tradisional, terutama dalam penerapan bentuk atap bangunan limasan yang ada pada arsitektur tradisional Jawa dan atap pelana yang ada pada arsitektur tradisional Jawa dan Sunda, yang merupakan perwujudan kearifan lokal masyarakatnya dalam merespon kondisi iklim tropis, ternyata dapat diterapkan dan dikembangankan dengan baik pada bangunan-bangunan modern komersial separti pada bangunan hotel Tryas dan hotel Santika di kota Cirebon.
Rancangan hotel dengan menerapkan kearifan lokal pada bentuk atap secara kreatif dengan kombinasi dan komposisi yang baik, ditambah lagi dengan penggunaan material lokal terrakota dengan warna alami yang khas, dapat menghasilkan estetika rancangan yang baik, dan telah menunjukan bahwa kearifan lokal tersebut dapat diimpelmentasikan pada bangunan-bangunan modern masa kini dengan fungsi bangunan komersial seperti hotel.
kelestarian nilai-nilai budaya dan implementasi kearifan lokalnya pada arsitektur masa kini dan masa mendatang.
Ucapan Terima kasih
Tulisan ini merupakan bagian dari laporan penelitian yang dibiayai dana hibah penelitian dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, skema PTUPT, tahun 2017-2018.
Daftar pustaka
Cresswell, John W., 1994, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, California: Sage Publication Inc.
Denzin ,Norman K. & Yvonna S. Lincoln, eds, 1994, Handbook of Qualitative Research, California: Sage Publication Inc.
Graburn, Nelson H.H., 2001, What is Tradition?, Museum Anthropology 24(2/3):6-11., American Anthropological Association.
Guba, Egon C., 1990,the Paradigm Dialog, California: Sage Publication Inc.
Neuman, W. Lawrence, 1997,Social Research Method: Qualitative and Quantitative Approaches, Boston: Allyn & Bacon.
Priyotomo, Josep, 1995,Petungan: Sistem Ukuran dalam Arsitektur Jawa, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Rapoport, Amos, 1969,House Form and Culture, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Saladin, Agus, 2005,“Malay Architecture in the Globalization Era: Why is It Disregarded?” , Proceedings of the International Seminar Malay Architecture as Lingua Franca, Jakarta, Indonesia.
Saladin, Agus, 2006,“Reinterpreting the Tropical Architecture: Learning from Living House in Kampung Naga West Java”, Proceedings of the 2nd International Network for Tropical
Architecture (INTA) Conference: Harmony in Culture and Nature, Jogyakarta, Indonesia.
Saladin, Agus, 2006,“Rethinking the Living in Harmony Principles: Learning from the Baduy Settlement in Banten”, Proceedings of the 3rd International Seminar on Vernacular Settlement,
Surabaya, Indonesia.
Saladin, Agus, Agus Budi Purnomo, Sri Tundono, 2017,Laporan Penelitian Hibah PTUPT: Implementasi Kearifan Lokal pada Arsitektur Tradisional Jawa dan Sunda. Jakarta: Universitas Trisakti.
Salura, Purnama, 2007, Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda, Bandung: Cipta Sastra Salura.
Sumintardja, Djauhari, 1981,Kompedium Sejarah Arsitektur Tradisional Indonesia.