Persepsi guru terhadap kemampuan belajar berhitung siswa kelas IV di SD Nusantara
Teks penuh
(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.
(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.
(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk semua orang yang telah mendukung dan mendoakan saya : 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang setia mendampingiku 2. Papa Yustinus Dwi Suryanto dan Mama Kristina Suharni. 3. Kakakku Riska Silvia. 4. Semua keluarga besarku yang selalu mendukungku. 5. Teman seperjuangan satu payungt dan teman-teman PGSD-C 2011 . 6. Seluruh sahabatku. 7. Mario Herdi Liano. 8. Semua pembaca yang budiman.. iv.
(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. “do the best for get the best” Menjadi yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik YustinaTian. v.
(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vi.
(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vii.
(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK PERSEPSI GURU TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR BERHITUNG SISWA KELAS IV DI SD NUSANTARA Oleh : Yustina Tian Eri Devita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015. Kesulitan belajar sering muncul dalam pembelajaran di sekolah dasar yang menghambat berlangsungnya proses pembelajaran, salah satunya adalah kesulitan belajar berhitung. Penyebab kesulitan belajar tersebut berasal dari dalam dan luar diri individu yang dapat menimbulkan berbagai presepsi. Penelitian ini dimaksudkan untuk (1) mengetahui ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung, (2) mengetahui persepsi guru terhadap kemampuan belajar berhitung siswa kelas IV di SD Nusantara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi doumentasi. Informasi yang dikumpulkan berasal dari beberapa informan yang terkait dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung. Objek dari penelitian ini adalah kemapuan belajar berhitung siswa kelas IV di SD Nusantara, sedangkan teknik analisi yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil wawancara observasi dan studi doumentasi yang telah dilakukan pada beberapa guru sebagai sumber informan yang mengampu dikelas IV SD Nusantara (1) memiliki ciri-ciri tidak bisa melakukan operasi matematika sederhana, membutuhkan waktu yang lama saat mengerjakan soal, dan lamban dalam mengerjakan soal. (2) terdapat kesamaan persepsi beberapa guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung. Beberapa informan menganggap bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung adalah anak yang “kurang/sulit/berat/bodoh” dalam bidang akademik. Kata kunci: Persepsi guru, Kemampuan belajar berhitung. viii.
(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT TEACHERS’ PERSPECTIVES TOWARDS 4TH GRADE STUDENTS’ ARITHMETICS LEARNING ABILITY IN SD NUSANTARA By : YustinaTian Eri Devita Sanata Dharma University Yogyakarta 2015. Learning difficulties often appeared during teaching and learning processes in primary school. One of the difficulties was the arithmetics learning difficulty. The learning difficulties caused by inner and outer factors of the individual that might lead to different perspectives. The objectives of the research were (1) to know the characteristics of students who experienced arithmetics learning difficulties, (2) to knew teachers’ perspectives toward 4th grade students’ aritmethics learning ability in SD Nusantara. This is a qualitative research with case study method. The data collection techniques were observation, interview, and literature study. The information was collected from informants who had relationship with students experiencing arithmetics learning difficulties. The object of the study was 4th grade students’ arithmetics learning ability in SD Nusantara and the data analysis techniques were data reduction, data display and conclusion. The research, interviews and literature study done to the teachers of 4th grade students as the informant shown that there were 2 findngs, which were (1) the characteristics of students with arithmetics learning difficulties was they were not able to do simple mathematics operation, they needed long time to mathematics question, and they answered the mathematics question slowly (2) there are similar perspectives among the teachers about students with arithmetics learning difficultis. Some of the informants assume that students with arithmetics learning difficulties are stupid in the academic field. Keywords: Teachers’ peerspectives, Arithmetics learning ability. ix.
(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan kemurahannya sehingga skripsi yang berjudul Presepsi Guru Terhadap Kemampuan Belajar Berhitung Siswa Kelas IV SD Nusantara dapat diselesaikan. Penulis menyadari tanpa ada bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan sekripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku kepala Program Studi. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku wakil ketua Program Studi. 4. Eni Winarti, Ph.D. selaku dosen pembimbing satu yang dengan penuh ikhlas, sabar, dalam membimbing dan memberi petunjuk serta arahan bagi penulis sehinga sekripsi ini dapat diselesaikan. 5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing dua yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Rusmawan,S.Pd.,M.Pd. sebagai dosen penguji I yang sudah bersedia menggantikan Dosen Pembimbing I yang berhalangan. 7. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. sebagai dosen penguji III. 8. Papa Yustinus Dwi Suryanto dan Mama Kristina Suharni selaku orang tua peneliti yang selalu memberikan dukungan semangat dan kekuatan bagi penulis. 9. Keluarga di Lampung dan di Yogyakarta terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis. 10. Sr. M. Krispina, Kristi, Hani Suci, Silva yang telah bersama sama berjuang menyelesaikan sekripsi. 11. Mario Herdi, Odila Ajeng, Primitiva Rindi, teman teman PGSD C 2011, Ibu Theresia Yunia sebagai dosen pembimbing akademik yang sudah memberikan dukungan dan kebersamaan selama di bangku kuliah.. x.
(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. xi.
(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR BAGAN............................................................................................... xv DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….....................xviii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 5 1.3. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 6 1.4. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6 1.5. Tujuan .............................................................................................................. 6 1.6. Manfaat ............................................................................................................ 6. xii.
(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1.7. Definisi Operasional......................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9 2.1. Kajian Teori ..................................................................................................... 9 2.1.1. Latar Belakang Siswa............................................................................. 9 2.1.2.Persepsi Guru ........................................................................................ 11 2.1.3.Pengertian Guru .................................................................................... 15 2.1.4.Kesulitan Belajar ................................................................................... 17 2.1.5.KesulitanBelajarKhusus/Spesifik .......................................................... 20 2.1.6.Diskalkulia ............................................................................................ 20 2.2. Penelitian yang Relevan ................................................................................. 25 2.3. KerangkaBerpikir ........................................................................................... 29 2.4. PertanyaanPenelitian…………………………………………………….......30 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31 3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................... 31 3.2. Seting Penelitian ............................................................................................ 31 3.3. Desain Penelitian ............................................................................................ 34 3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 34 3.4.1. Wawancara ........................................................................................... 35 3.4.2. Observasi .............................................................................................. 35 3.4.3. Dokumentasi ........................................................................................ 36 3.5. Instrumen Penelitian....................................................................................... 37 3.6. Keabsahan Data.............................................................................................. 38 3.6.1. Kredibilitas ........................................................................................... 38 3.6.2.Transferabilitas...................................................................................... 40 3.6.3. Dipendability ........................................................................................ 40. xiii.
(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3.7. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 44 4.1. Hasil Penelitian .............................................................................................. 44 4.1.1.Partisipan dan Setting Penelitian ........................................................... 44 4.1.2. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................. 45 4.2. Pembahasan .................................................................................................... 60 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 66 5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 66 5.2. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 67 5.3. Saran ............................................................................................................... 67 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 69 LAMPIRAN ......................................................................................................... 73. xiv.
(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1.1 Literatur Map……………………………………………..…………..28. xv.
(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Jadwal Penelitian……………………...…………………….....….…...33 Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian…………..………………………..……......38. xvi.
(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.3 Teknik Analisis Data……………………………...…………..…….43. xvii.
(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN I Pedoman Wawancara..…………………………………….….….73 LAMPIRAN II Pedoman Observasi……..…………………………………..…..76 LAMPIRAN III……..…………………………………..…………......................78 3.1 Triangulasi Data……..…………………………………..…………...79 3.2 Referensi……..…………………………………..…………..............82 3.3 Analisis Data………………………………………………………..103 LAMPIRAN IV…………………………………………………………………105 4.1 Verbatim Guru Kelas IV……………………………………………106 4.2 Verbatim Guru Kelas III……………………………………………120 4.3 Verbatim Guru Kelas II……………………………………………..126 4.4 Verbatim Guru Musik………………………………………………133 LAMPIRAN V……………………………………………………………….....139 5.1 Coding Tematik Guru Kelas IV…………………………....……….140 5.2 Coding TematikGuru Kelas III……………………………….…….147 5.3 Coding Tematik Guru Kelas II ……………………………………..153 5.4 Coding Tematik Guru Musik……………………………………….158 Daftar Riwayat Hidup...…………………………………………………..…….161. xviii.
(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, terdapat lima hal yang akan dibahas. Kelima hal tersebut mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Peneliti akan memaparkan latar belakang masalah tentang alasan peneliti mengadakan penelitian ini, rumusan masalah memuat pokok persoalan yang akan dipecahkan pada penelitian ini, sedangkan tujuan penelitian berisi tentang keinginan yang hendak dicapai dalam penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian berisi tentang uraian kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan, dan definisi operasional berisi tentang beberapa pengertian-pengertian atau istilah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. 1.1. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk komunikasi antara guru dan siswa. Tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa (Brow dalam Suryosubroto, 2002:3). Berbagai macam karakter siswa memberi warna tersendiri dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang luar biasa adalah juga seorang yang pembaharu, yang secara terus-menerus menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan dan menyesuaikan dengan situasi-situasi para siswanya. (Kaudfeldt, 2008:1). Proses belajar mengajar. meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran (Gagne dan Brig. 1.
(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. dalam Suryosubroto, 2002: 18-19). Untuk mencapai pembinaan ini pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi, diantaranya aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Susanto, 2013:85). Dengan berbagai kemampuan yang dimiliki tersebut pendidikan diharapkan dapat menjadi modal di masa depan. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Pendidikan akan terhambat karena adanya kesulitan belajar yang muncul di dalam pembelajaran. Kesulitan belajar sering diidentikan dengan ketidakmampuan belajar, prestasi rendah, tidak dapat mengikuti pelajaran yang berdampak pada ketertinggalan dalam mengikuti pelajaran di sekolah (Koeswara, 2013:7). Kesulitan belajar merupakan beragam gangguan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung yang dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berupa lingkungan, sosial, budaya, dan fasilitas belajar yang berupa strategi pembelajaran yang keliru dan pengolahan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak serta pemberian ulangan yang tidak tepat dan faktor eksternal yaitu disfungsi neurologis/minimal otak (Abdurrahman, 2010:6). Peneliti melakukan observasi di SD Nusantara pada tanggal 6 Agustus 2014 – 8 November 2014, SD Nusantara dan nama siswa yang diteliti bukanlah nama sebenarnya, hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan sekolah, guru, dan siswa yang diteliti tetap merasa nyaman. Peneliti menemukan dua siswa yaitu BG dan BD, mereka adalah siswa kelas IV yang mengalami.
(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. kesulitan belajar matematika. BG dan BD sangat sulit untuk melakukan operasi perhitungan matematika. BG membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengerjakan perhitungan sederhana, nilai-nilai BG pada mata pelajaran lain sangatlah pas-pasan, namun nilai paling buruk dari kelas I (satu) adalah matematika, ia selalu binggung ketika menghadapi soal-soal matematika sederhana seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sederhana seperti 2 x ….. = 6; …..+ 10 = 18; dan sebagainaya. BD tidak mengalami kesulitan pada mata pelajaran lain ia selalu bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, BD hanya mengalami kesulitan pada matematika namun tetap bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan hanya membutuhkan waktu yang lumayan lama. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, BG dan BD dapat digolongan sebagai anak berkesulitan belajar spesifik . Kesulitan belajar spesifik menurut Lovitt dalam Abdurrahman (2010:8) pada ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Disabilities) adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal atau nonverbal. Individu berkesulitan belajar memiliki intelegensi tergolong rata-rata atau diatas rata-rata dan memiliki kesempatan untuk belajar. Mereka tidak memiliki gangguan sistim sensoris. Sedangkan NJCLD (The National Joint Committee for Learning Disabilities) dalam Abdurrahman (2010:8) mengungkapkan kesulitan belajar spesifik menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata.
(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Kesulitan belajar spesifik ada tiga macam jenis, yaitu kesulitan membaca/disleksia,. kesulitan. menulis/disgrafia,. dan. kesulitan. menghitung/diskalkulia (Dalyono, 2005). Seorang anak dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar diskalkulia apabila kemampuan matematikannya dibawah rata-rata teman sebayanya, jenjang pendidikan, serta kemampuan intelektualnya. Maka, dengan melihat problematika yang dialami oleh BG, ia dapat digolongkan pada anak yang berkesulitan belajar spesifik diskalkulia, sedangkan BD tidak dicurigai mengalami diskalkulia karena ia masih bisa melakukan operasi perhitungan sederhana. Diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi perhitungan dalam matematika yang serius. (Muhamad, 2008:134). Pelajaran. matematika seringkali dianggap sebagai pelajaran yang sulit bagi sebagian anak. Pelajaran matematika terlihat rumit dan sangat berkaitan dengan kemampuan berpikir logis dan kemampuan menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi. Namun dengan kemampuan matematika yang rendah anak diskalkulia tetap memiliki kelebihan tersendiri. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, terkadang seringkali memiliki memori visual yang baik dalam kata-kata tulis (Fadhli, 2010:74). Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan diskalkulia yaitu: (1) kelemahan dalam proses pengelihatan atau visual, (2) bermasalah dalam.
(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. mengurutkan informasi, (3) fobia matematika (Fadhli, 2010:76). Kesulitan belajar diskalkulia dapat diatasi dengan pendidikan khusus baik dari orang tua, guru, dan orang – orang terdekat yang dapat membantu anak diskalkulia dalam memahami matematika. Kemampuan belajar setiap orang memang berbeda, terlebih pada anak yang mengalami kesulitan belajar khusus “disalkulia”. Masalah yang ada dalam kelas tersebut menimbulkan berbagai persepsi guru dalam mengatasi siswa yang mengalami masalah dalam proses pembelajaran. Ada guru yang berpersepsi baik dengan tidak memberi cap buruk kepada siswanya dan ada pula guru yang berpersepsi kurang baik dengan menganggap siswanya “bodoh”. Menurut (Sunaryo, 2013:96) persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Dari permasalahan yang ada di SD Nusantara, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Kemampuan Berhitung Siswa Kelas IV di SD Nusantara 1.2. Identifikasi Masalah 1. Banyak orang yang belum memahami tentang kesulitan belajar berhitung “diskalkulia”. 2. Ada siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitng di SD Nusantara. 3. Belum diketahui bagaimana persepsi guru terhadap kemampuan belajar berhitung siswa..
(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang. Masalah tersebut dibatasi oleh persepsi guru terhadap kemampuan belajar berhitung siswa kelas IV di SD Nusantara. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka dirumuskan masalah: 1.. Apa ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung di SD Nusantara?. 2.. Bagaimana persepsi guru terhadap kemampuan belajar berhitung siswa kelas IV di SD Nusantara?. 1.5. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.. Untuk mengetahui ciri-ciri siswa kelas yang mengalami kesulitan belajar berhitung di SD Nusantara.. 2.. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kemampuan belajar berhitung siswa kelas IV di SD Nusantara.. 1.6. Manfaat 1.. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada dunia pendidikan tentang persepsi guru terhadap.
(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. kesulitan berhitung siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan refleksi dan perbaikan bagi guru. 2.. Manfaat Praktis Sebagai salah satu referensi dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar berhitung khususnya di SD Nusantara dan sebagai. masukan. bagi. pihak. sekolah. terutama. guru. dalam. menyelenggarakan pendidikan bagi siswa yang mengalami kesulitan berhitung. 1.7. Definisi Operasional 1.. Persepsi guru adalah suatu proses pemahaman/maksud atas informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.. 2.. Kemampuan belajar adalah hasil dari usaha seseorang dari suatu hal yang dipelajari dengan melalui suatu proses memahami pengetahuan yang diterimanya.. 3.. Kesulitan. belajar. spesifik. adalah. gangguan. pemahaman. dan. penggunaan bahasa ujaran dan tulisan yang terlihat dari sulitnya mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung..
(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4.. 8. Diskalkulia adalah gangguan dalam perhitungan konsep pada pembelajaran matematika..
(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka, ada empat hal yang akan dibahas. Keempat hal tersebut mencakup kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian. Kajian teori berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian, penelitian yang relevan berisi tentang penelitian yang telah dilakukan dan menunjang penelitian, kerangka berpikir berisi tentang alasan peneliti melakukan penelitian, sedangkan pertanyaan penelitian berisi tentang pertanyaanpertanyaan yang menunjang penelitian. Keempat subtopik tersebut akan dibahas secara berurutan. 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Latar Belakang Anak Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami kesulitan berhitung. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama tiga bulan. Peneliti menemukan bahwa di SD Nusantara kelas IV terdapat dua anak yang tidak begitu suka dengan matematika, kurang memahami matematika, dan kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Setelah peneliti melakuan serangkaian test sederhana kepada kedua anak tersebut dengan meminta mengambar, membaca notasi angka, dan. memberikan beberapa soal. penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian seperti (......+ 6 = 15 ; 20 : 5 = .......). Nampak jelas terlihat, satu diantara mereka bahwa BG (bukan nama sebenarnya) mengalami kesulitan saat mengerjakan, ia nampak binggung dan hanya diam melihat soal yang diberikan, saat ia diminta menggambar manusia, 9.
(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. gambarnya tidak lengkap, sedangkan BD (bukan nama sebenarnya) menggambar manusia secara lengkap. Lalu pada test membaca notasi angka, BG masih mengalami kesulitan, sedangkan BD lancar saat membacanya. Ketika diminta mengerjakan soal diwaktu yang bersamaan, BD lebih dahulu selesai dan BG tertinggal jauh. Hasil pekerjaan BDpun jauh lebih baik dibandingkan dengan BG yang menjawab asal-asalan. Melihat ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami BG ia dapat dicurigai mengalami diskalkulia. Diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi perhitungan dalam matematika yang serius (Muhamad, 2008:134). Menurut Koeswara (2013: 37-40) untuk menemui anak berkesulitan belajar matematika, guru dan orangtua dapat mengenali dari kesulitan-kesulitan yang dialami anak saat belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru seperti: (1)kekurangan pada penguasaan angka dasar, banyak anak yang mengalami kesulitan mengingat angka dasar dalam seluruh tempat operasi matematika. (2)Anak dapat memahami operasi penjumlahan, misalnya 5 + 3 = 8, atau 5 x 3 = 15, tetapi untuk menghitung anak harus selalu dibantu jari dan tidak mampu mengembangkan daya ingat untuk menghitung secara mandiri. (3)Kelemahan bakat matematika yakni selalu mengalami kesulitan jika dihadapkan pada hitungan sederhana. (4)Apabila anak dihadapkan dalam perhitungan. matematika/aritmatika. kurang. konsisten. dalam. melakukan. perhitungan, karena anak tidak memahami fakta-fakta dasar, umumnya anak tidak mengakui atau menyadari kelemahannya dalam berhitung. (5)Kekurangan pemahaman akan simbol-simbol matematika, anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami kesulitan jika disajikan soal sepeti ini: 4 + 3 = …… atau 8 – 5.
(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. = …… Tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal- berikut: 4 + ….= 7 ; 8 = ….+ 5 ; ….. + 3 = 6. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol seperti =, +, - dsb. Ada anak yang belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan dst. Ketidakpahaman tentang nilai tempat akan semakin mempersulit anak. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan diskalkulia yaitu kelemahan dalam proses pengelihatan atau visual, bermasalah dalam mengurutkan informasi, dan fobia matematika (Fadhli, 2010:76). Dari permasalahan tersebut, munculah persepsi dari beberapa guru yang mengampu anak tersebut di kelas. Setiap guru mungkin memiliki persepsi yang berbeda. Ada guru yang berpersepsi baik, ada pula guru yang berpersepsi buruk. 2.1.2 Persepsi Guru Pada bagian tinjauan pustaka tentang Persepsi Guru, ada empat hal yang akan dibahas. Hal tersebut mencakup pengertian persepsi, faktor-faktor yang berperan dalam persepsi, proses terjadinya persepsi, dan pengertian guru. Kajian Persepsi guru ini akan membantu pembaca untuk lebih mengerti tentang Persepsi Guru pada umumnya. 2.1.2.1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2013:96). Sebagai contoh adalah seseorang yang sedang.
(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. melihat penampilan temannya yang aneh. Orang tersebut akan memfokuskan pandangannya pada objek yang ia lihat dan mulai mengetahui, mengartikan, dan mengayati tentang apa yang diamati dengan demikian timbulah persepsi. Persepsi memiliki dua macam yaitu eksternal dan internal (ekspresi diri). Persepsi internal adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu. Sedangkan persepsi eksternal adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang terjadi dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah individu itu sendiri. Sedangkan menurut Aditomo (2008:77) persepsi adalah tindakan menyusun informasi dari organ-organ sensorik menjadi suatu keseluruhan yang bisa dipahami. Persepsi dapat diartikan juga sebagai. proses pemahaman ataupun. pemberian maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang diproses oleh otak (Sumanto, 2014:51). Persepsi menunjukan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebgai sesuatu yang dialami manusia (Morgan dalam Sumanto, 2014:51). Dari beberapa pengertian persepsi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemahaman/maksud atas informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya. Sebagai contoh adalah seseorang yang sedang melihat suatu lukisan dan mengomentari atau menanggapi lukisan tersebut..
(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. 2.1.2.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi Menurut Walgito, (2010: 101) ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi. Antara lain: objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf, dan perhatian. Hal ini akan dibahas secara lebih mendalam di bawah ini. Objek yang dipersepsi menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Sebagai contoh adalah seseorang wanita yang sedang melihat gaun merah muda , ia akan memiliki pendapat yang muncul dari dalam dirinya. Wanita tersebut bisa menginginkannya atau tidak tertarik sama sekali. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak. Sebagai contoh adalah seseorang yang sedang melihat suatu objek dan secara tidak langsung syaraf membuat alat inderanya bekerja. Seperti melalui sentuhan dan kemudian dari sentuhan tersebut akan menimbulkan pendapat dari orang tersebut. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, perhatian adalah langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek..
(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. Sedangkan Sumanto (2014, 57-59) pembentukan persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : stereotype dan persepsi diri. Bagian ini akan dibahas lebih mendalam dengan penjelasan dibawah ini. Streotype, yaitu pandangan individu tentang ciri-ciri perilaku sekolompok orang tertentu sangat mempengaruhi kesan pertama individu tersebut. Contohnya adalah seseorang yang baru pertama kenal. Ia akan memberikan kesan pertama tentang apa yang dia lihat. Sedangkan persepsi diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Gage dan Crombach (1950) menunjukan adanya kecenderungan seseorang untuk melihat kesamaan yang ada antara individu orang yang ada antara individu dengan orang asing yang ditemuinya. Sebagai contoh adalah ketika kita membandingkan kecantikan dirinya dengan orang lain dan ia merasa ada kesamaan antara kecantikan wajah dirinya dan kecantikan wajah orang yang dilihatnya. 2.1.2.3 Proses Terjadinya Persepsi Menurut Walgito (2010, 102-104) proses terjadinya persepsi adalah suatu objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari bahwa apa yang diilihat atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu yang menyadari tentang apa yang.
(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui oleh alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi adalah melalui obyek yang merangsang stimulus dan mengenai alat indera sehingga dapat memunculkan suatu persepsi. 2.1.3. Pengertian Guru Menurut Rugaiyah, (2011) guru adalah pendidik professional dengan utama mendidik,. mengajar,. membimbing,. mengarahkan,. melatih,. menilai. dan. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam konteks ini pengertian guru adalah seorang pendidik yang dapat membimbing dan melatih seseorang melalui jalur pendidikan formal. Sedangkan persepsi guru adalah proses pemahaman/maksud atas informasi yang diperoleh seorang guru baik dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya. 2.1.3. Kemampun Belajar Pada bagian tinjauan pustaka tentang kemampuan belajar, ada tiga hal yang akan dibahas. Hal tersebut mencakup pengertian kemampuan, dan pengertian belajar. Kajian Kemampuan Belajar ini akan membantu pembaca untuk lebih mengerti tentang Kemampuan belajar pada umumnya..
(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. 2.1.3.1. Pengertian Kemampuan Menurut. Woodworth. dalam. Suryosubroto. (2002:. 161). “Ability”. (kemampuan) mempunyai tiga arti yaitu : (1)Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Contohnya adalah tes kemampuan belajar tentang materi tertentu. (2)Capacity yang merupakan potensial ability, yang dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran terhadap kecakapan individu. Kemampuan ini dapat dilihat melalui pengamatan terhadeap objek yang akan diteliti. (3)Aptitude yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes potensi akademik. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah hasil dari usaha seseorang dari suatu hal yang dipelajari. 2.1.3.2. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan (Siregar, 2011: 1-5). Belajar dapat didefinisikan pula sebagai. proses dimana suatu organisasi berubah. perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne dalam Dahar, 2011: 1-2). Belajar dihasilkan dari pengamatan dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan-hubungan dan respon-respon. Menurut Siregar (2011: 1-3) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga di liang lahat. Burton dalam Siregar (2011:4) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada individu karena adanya interaksi antar.
(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Harold dalam Siregar (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian belajar dalam perspektif yang lebih detail adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan. Sementara Siger dalam Siregar (2011:4) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai pada situasi tertentu. Seseorang dapat dikatakan telah belajar jika sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan menurut Hamalik (2007) belajar adalah proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan . Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memahami pengetahuan yang diterimanya. 2.1.4. Kesulitan Belajar Pada bagian tinjauan pustaka tentang kesulitan belajar, ada tiga hal yang akan dibahas. Hal tersebut mencakup pengertian kesulitan belajar, karakteristik kesulitan belajar, dan kesulitan belajar khusus/spesifik. Kajian kesulitan belajar ini akan membantu pembaca untuk lebih mengerti tentang kesulitan belajar. Menurut Koswara (2013:7), kesulitan belajar sering diidentikan dengan “kemampuan belajar, prestasi rendah, dan tidak dapat mengikuti pelajaran” yang berdampak pada ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan.
(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Untuk mengenali anak berkesulitan belajar sepertinya hal yang sangat sulit apabila kita tidak mengetahui atau tahu karakteristik dari anak berkesulitan belajar. Menurut Nathan dalam Delphie (2006: 28-29) kesulitan belajar adalah adalah anak yang mengalami kegagalan dalam situasi pembelajaran tertentu. Sedangkan menurut Soemantri (2007: 195) kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif didalam proses belajar. Anak-anak yang berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik, yang dapat menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa. Dari berbagai pengertian kesulitan belajar dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah ketidakmampuan seseorang untuk memahami dan mengikuti pelajaran yang diterimanya. Kesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu yang berhubungan dengan perkembangan dan kesulitan belajar dalam bidang akademik. 2.1.4.1. Karakteristik Menurut Soemantri (2007: 200) terdapat empat aspek yang menjadi karakteristik anak berkesulitan belajar. Aspek kognitif, aspek bahasa, aspek motorik, dan sosial emosi. Aspek Kognitif Anak berkesulitan belajar lebih banyak berkaitan dengan wilayah akademik dan bukan disebabkan oleh tingkat.
(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. kecerdasan yang rendah. Anak berkesulitan belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan anak dengan apa yang dicapainya secara nyata. Sedangkan pada aspek bahasa masalah bahasa anak berkesulitan belajar menyangkut bahasa reseptif maupun ekspresif. Bahasa reseptif adalah kecakapan menerima dan memahami bahasa. Bahasa ekspresif adalah kemampuan mengekspresikan diri secara verbal.. Didalam proses belajar kemampuan. berbahasa merupakan alat untuk memahami dan menyatakan pikiran. Aspek ini tidak dipisahkan dari aspek kognitif karena proses berbahasa pada hakekatnya adalah proses kognitif. Aspek Motorik adalah masalah motorik anak berkesulitan belajar yang biasanya menyangkut keterampilan motorik perseptual yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan ini sangat diperlukan untuk menggambar, menulis, atau menggunakan gunting. Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata yang dalam banyak hal koordinasi tersebut tidak dimiliki anak berkesulitan belajar.. Sedangkan pada aspek sosial emosi dua karakteristik yang sering. dikaitkan sebagai karakteristik sosial-emosional anak berkesulitan belajar ialah: kelabilan emosional dan keimpulsifan. Kelabilan emosional ditunjukan oleh sering berubahnya suasana hati dan tempramen..
(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. 2.1.5. Kesulitan Belajar Khusus / Spesifik Mulyono dalam Koeswara (2013: 7) menjelaskan kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses gangguan proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar khusus atau spesifik adalah gangguan pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran dan tulisan yang terlihat dari sulitnya mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. 2.1.6. Diskalkulia Pada bagian tinjauan pustaka tentang diskalkulia, ada empat hal yang akan dibahas. Hal tersebut mencakup pengertian diskalkulia, karakteristik, penyebab, dan cara mengatasi. Kajian kesulitan belajar ini akan membantu pembaca untuk lebih mengerti tentang diskalkulia. 2.1.6.1. Pengertian Diskalkulia Diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi perhitungan dalam matematika yang serius. (Muhamad, 2008: 134). Menurut. Lerner dalam Abdurrahman (2009: 259) diskalkulia disebut juga kesulitan belajar matematika, istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem syaraf pusat. Sedangkan menurut Fadhli.
(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. (2010: 74) diskalkulia sering dikenal dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian diskalkulia adalah gangguan dalam operasi perhitungan pada pembelajaran matematika. 2.1.6.2. Karakteristik Ada beberapa karakteristik yang ditunjukan dari sejumlah masalah yang dialami anak berkesulitan belajar matematika (Lerner dalam Koswara, 2013: 3540). Yang pertama adalah adanya gangguan dalam hubungan keruangan, yaitu pemahaman batas bawah dan atas, jauh-dekat, kiri-kanan, depan-belakang, dsb. Hal ini berdampak pada ketidakmampuan memahami system bilangan secara keseluruhan, seperti jarak angka pada garis bilangan. Selain itu adanya gangguan pada persepsi visual, yaitu melihat berbagai objek dengan hubungannya dengan kelompok,. diskriminasi. bentuk. dan. juga. simbol.. Asosiasi visual motor, anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam menghitung secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya. Kadang – kadang anak baru memegang benda kedua tetapi sudah menyebutkan angka 3 atau sebaliknya. Selain itu adanya persevarasi, yaitu perhatian yang terlalu lama dalam satu objek. Apa bila pembelajaran dilakukan dengan benda kongkrit anak lebih tertarik pada benda dari pada symbol atau bilangan. Kesulitan dalam mengenal dan memahami symbol, anak mengalami kesulitan dalam menghubungkan pengetahuan berdasarkan prosedur, bahasa dan notasi symbol matematika secara formal. Anak sulit untuk memahami simbol matematika seperti.
(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. simbol/tanda penjumlahan (+),simbol/tanda pengurangan (-), smbol bembagian (:), simbol perkalian (x), simbol lebih dari (>), dan simbol kurang dari (<). Ganguan penghayatan tubuh, anak yang mengalami ini sering kali tidak memperhatikan anggota tubuhnya sendiri. Anak merasa sulit mamahami hubungan bagian bagian dari tubuhnya sendiri. Untuk mengetahui masalah penghayatan tubuh ini guru dapat menugaskan anak untuk menggambar. Apabila anak menunjukkan bagian bagian tubuh yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada bagian yang salah. Kemudian kesulitan dalam membaca dan bahasa, kesulitan ini umumnya dialami anak ketika harus memahami penjelasan guru secara lisan, atau perintah dalam bentuk tulisan. Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan diatas anak berkesulitan belajar dapat dikenali dengan memperhatikan gejala atau masalah yang ditunjukan oleh anak. Sedangkan menurut Fadhli (2010: 74-76) beberapa hal yang dapat menjadi tanda-tanda seorang anak mengalami diskalkulia adalah tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis, namun sulit melakukan hitungan matematis (contoh sehari-harinya, ia sulit untuk menghitung transaksi belanja, termasuk menghitung uang kembalian. Sulit melakukan proses matematis penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian serta sulit memahami konsep hitung angka atau urut-urutan. Sering bingung saat ditanya “sekarang jam berapa?” dan tidak mampu membaca dan memahami peta. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep.
(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. abstrak tentang waktu. Misalnya bingung mengurutkan kejadian masa lalu atau masa mendatang. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka. Seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama notasi, dan urutan nada. Sulit dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan dengan sistem skor. Menurut Koeswara (2013: 37-40) selain berdasarkan karakteristik diatas, untuk menemui anak berkesulitan belajar matematika, guru dan orangtua dapat mengenali dari kesulitan-kesulitan yang dialami anak saat belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai berikut: Kekurangan pada penguasaan angka dasar, banyak anak yang mengalami kesulitan mengingat angka dasar dalam seluruh tempat operasi matematika. Anak dapat memahami operasi penjumlahan, misalnya 5 + 3 = 8, atau 5 x 3 = 15 tetapi untuk menghitung anak harus selalu dibantu jari dan tidak mampu mengembangkan daya ingat untuk menghitung secara mandiri. Kelemahan bakat matematika. Apabila anak dihadapkan dalam perhitungan matematika/aritmatika kurang konsisten dalam melakukan perhitungan, karena anak tidak memahami fakta-fakta dasar, umumnya anak tidak mengakui atau menyadari kelemahannya dalam berhitung. Kekurangan pemahaman akan simbol-simbol matematika, anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami kesulitan jika disajikan soal seperti ini: 4 + 3 =….. atau 8 – 5 =…… Tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal- berikut: 4 + ….. = 7 ; 8 = …. + 5 ; ….. + 3 = 6.
(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol seperti tanda tambah (+), tanda kurang (-), dsb. Ada anak yang belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan dst. Ketidakpahaman tentang nilai tempat akan semakin mempersulit anak, jika kepada mereka dihadapkan pada lambang bilangan. Kekurangpahaman angka secara abstrak, anak yang mengalami kesulitan pemahaman angka secara abstrak umumnya tahu empat ditulis dengan 4, tetapi dia tidak mengerti berapa banyak angka tersebut. Selanjutnya anak tidak mampu untuk menghitung angka-angka. Tidak menguasai konsep perbedaan, anak menunjukan perilaku seperti menghitung dengan menggunakan jari, dan ketika anak harus mempelajari nama-nama angka dan menuliskannya anak mengalami kesulitan, dalam membagi dan mengubah jumlah, pengertian pengurangan dan penambahan lebih kurang lebih besar atau lebih kecil. Kesulitan terkait dengan bahasa lisan, kesulitan ini meliputi masalah jumlah dan angka gambar dan simbol. 2.1.6.3. Penyebab Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan diskalkulia (Fadhli, 2010:76) yaitu kelemahan dalam proses penglihatan atau visual, bermasalah dalam mengurutkan informasi, dan fobia matematika. 2.1.6.4. Cara Penanganan Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak diskalkulia (Fadhli, 2010: 76-78). Antara lain coba memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain.
(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya. Meminta anak mendengarkan secara cermat konsep matematis yang sulit dimengerti. Lalu tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis diatas kertas agar anak mudah melihatnya. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktik menggunakan aktivitas sederhana sehari-hari dan sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, bisa dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah. menampilkan. ingatannya. tentang. angka.. Pujilah. setiap. keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya. Jangan lupa bahwa harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orangtua untuk menentukan strategi belajar dikelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak. Melalui berbagai cara penanganan diskalkulia yang telah dipaparkan beberapa peneliti dapat disimpulkan bahwa cara penanganan anak yang mengalami diskalkulia adalah dengan dukungan orangtua. anak untuk. mempelajari matematika melalui aktivitas sehari-hari, menyediakan alat-alat yang membantu memudahkan pemahaman, dan penyesuaian materi pembelajaran di kelas. 2.2. Penelitian yang Relevan Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian dari beberapa. orang sebelumnya yang relevan dengan masalah yang diteliti :.
(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. Amelia (2013), meneliti tentang persepsi guru terhadap anak yang mengalami gangguan perilaku dalam kegiatan sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa pandangan guru terhadap siswa yang mengalami gangguan perilaku di sekolah khususnya di SMP N 24 Padang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah total sampling (wawancara dan observasi) dengan jumlah sampel 53 orang guru SMP N 24 Padang yang mengajar. Populasi dari penelitian ini adalah semua guru SMP N 24 Padang sebanyak 53 orang, 8 orang laki-laki (15%) dan 45 orang wanita (85%), dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa sebagian besar guru memperhatikan keberadaan anak yang mengalami gangguan perilaku di sekolah, sebagian besar guru berpersepsi bahwa anak yang mengalami gangguan perilaku berinteraksi dengan guru baik ketika di kelas ataupun di luar kelas, sebagian besar guru berpersepsi bahwa anak yang mengalami gangguan perilaku berinteraksi dengan teman sebaya baik ketika di dalam kelas ataupun saat istirahat dan sebagian besar guru berpersepsi bahwa anak yang mengalami gangguan perilaku dalam bidang akademik anak hanya mendapatkan peringkat duapuluh besar. Abdurahman dan Hayatin Nufus (2009), melakukan penelitian tentang pengunaan media manik-manik untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu anak tunagrahita ringan dalam memecahkan masalah matematika dengan menggunakan media manik-manik dalam konsep himpunan,.
(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. dan operasi penjumlahan 1 sampai 20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas D-II SLB Bagian C BD Nurani Kota Sukabumi. Hasil dari penelitian ini adalah kemampuan siswa tunagrahita dalam melakukan operasi hitung 1 sampai 20 mengalami peningkatan. Astati (2011), meneliti tentang sikap kepala sekolah dan guru-guru terhadap anak berkebutuhan khusus yang belajar di SD inklusi Puterako Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang sikap kepala sekolah dan guru-guru terhadap anak berkebutuhan khusus yang belajar di SD inklusi Puterako Bandung. Sedangkan tujuan khususnya untuk memperoleh gambaran tentang sikap kepala sekolah dan guru-guru terhadap kemampuan belajar ABK. Metode penelitian yang diteliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yang mengambil datanya menggunakan teknik skala sikap model Likert dan kemudian dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata akhir. Populasinya adalah kepala sekolah dan guru-guru SD Inklusi Puterako Bandung, sedangkan sampelnya adalah kepala sekolah dan guru-guru yang mengajar ABK sebanyak 25 orang. Setelah diadakan penelitian ternyata sikap kepala sekolah dan guru-guru SD Inklusi Puterako Bandung cenderung bersikap positif dan mendukung anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar bersama anak normal di sekolahnya. Sikap positif dan mendukung ini terbukti dengan peryataan yang favorable dengan perolehan nilai yang tinggi yaitu rata-ratanya 2,70 atau B= baik..
(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. Berdasarkan studi literatur penelitian persepsi dan kemampuan belajar tentang anak berkebutuhan khusus. Peneliti belum menemukan satu pun penelitian mengenai persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak berkebutuhan khusus, karena itu peneliti memberikan khasanah baru pada dunia penelitian khususnya mengenai persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa diskalkulia. Secara ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam bagan 1.1. Bagan 1.1. Literature Map dari penelitian-penelitian yang relevan Persepsi. Kemampuan Belajar. Yuda Paramita Amelia. Maman Abdurahman. Persepsi guru terhadap anak yang mengalami gangguan perilaku dalam kegiatan sosial. Penggunaan media manik-manik untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran matematika. Astari Sikap kepala sekolah dan guru terhadap anak berkebutuhan khusus yang belajar di SD Inklusi Puterako, Bandung. Yustina Tian Eri Devita Persepsi guru terhadap kemampuan berhitung siswa di SD Nusantara.
(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.3. 29. Kerangka Berpikir Kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk komunikasi guru dalam. menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran. Berbagai macam karakter siswa memberi warna tersendiri dalam proses pembelajaran. Pendidikan harus dapat memberi dan memfasilitasi seseorang agar dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang tidak disukai anak, umumnya mereka merasa kesulitan dan malas pada proses perhitungan yang rumit. Namun harus lebih cermat untuk membedakan anak yang kesulitan belajar matematika biasa atau mengalami diskalkulia. Diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi perhitungan. Pelajaran matematika seringkali dianggap sebagai pelajaran yang sulit bagi sebagian anak. Pelajaran matematika terlihat rumit dan sangat berkaitan dengan kemampuan berpikir logis dan kemampuan menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi. Banyak orang beranggapan bahwa anak-anak yang memiliki kesulitan belajar khusus “diskalkulia” sangatlah sulit untuk dididik dan mendapat perlakuan berbeda dari anak-anak lainnya. Namun dengan kemampuan matematika yang rendah anak diskalkulia tetap memiliki kelebihan tersendiri. Masalah yang ada dalam kelas tersebut menimbulkan berbagai persepsi guru dalam mengatasi dan menyikapi siswa yang mengalami masalah dalam proses pembelajaran. Setiap guru memilliki persepsi yang berbeda..
(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.4. 30. Pertanyaan Penelitian Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang dapat membantu pada saat penelitian : 1.. Bagaimana ciri siswa yang mengalami kesulitan berhitung di SD Nusantara?. 2.. Bagaiman persepsi guru terhadap kemampuan berhitung siswa di SD Nusantara?. 3.. Bagaimana cara guru menangani siswa yang mengalami kesulitan berhitung di SD Nusantara?.
(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian, ada tujuh hal yang akan dibahas. Ketujuh hal tersebut mencakup jenis penelitian, desain penelitian, seting penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data. Jenis penelitian akan memaparkan tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti serta alasan yang digunakan, tempat dan waktu penelitian berisikan nama sekolah serta waktu yang dilakukan untuk penelitian. Partisipan dalam penelitian ini berisikan tentang subjek dan objek yang akan diteliti oleh peneliti, teknik pengumpulan data akan memuat observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan tabel alur penelitian, sedangkan keabsahan data akan memuat tentang Ketujuh hal tersebut akan dibahas secara urut. 3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif,. karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Selain itu data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Sugiyono, 2008).. 31.
(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. Tujuan peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah supaya peneliti dapat mengambarkan secara nyata tentang permasalahan yang ada di SD Nusantara sehingga persepsi guru tentang kesulitan belajar siswa diskalkulia dapat dijabarkan secara nyata dan jelas. Sedangkan Moleong (2008: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sugiyono (2008: 15) menambahkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat individu/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian kjualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. 3.2. Seting Penelitian. 3.2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Nusantara. SD Nusantara bukanlah nama sebenarnya, hal ini dimaksudkan supaya sekolah dan subjek yang.
(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. diteliti tetap merasa nyaman dan tidak terjadi kesalahpahaman. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus - Desember 2014. Pemilihan waktu penelitian atas dasar kesepakatan antara peneliti dengan guru kelas. Jadwal Penelitian dapat dilihat pada bagian dibawah ini: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No.. Jenis Kegiatan. Waktu Pelaksanaan Agt. 1. Observasi keadaan lapangan. 2. Menyusun proposal. 3. Wawancara, dokumentasi. 4. Uji keabsahan data. 5. Penyusunan proposal. 6. Pengujian Skripsi. Sep. Okt. Nov. Des. pengumpulan. 3.2.2. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah benda, hal atau organisasi tempat data atau variabel penelitian yang dipermasalahkan melekat. Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya subjek penelitian, karena seperti yang telah diketahui bahwa dilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah yang harus dipecahkan, maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkan persoalan yang timbul tersebut (Suharsimi, 1998 : 200). Hal ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari informan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas. IV, lima subjek guru yang mengampu siswa. yang diteliti yaitu, guru kelas, guru di kelas sebelumnya (guru kelas II dan III),.
(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. guru musik dan guru agama di SD Nusantara. Peneliti menyertakan guru kelas sebelumnya, guru musik, dan guru agama supaya data yang diperoleh lebih terpercaya. 3.2.3. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa kelas IV SD Nusantara (siswa yang dicurigai mengalami diskalkulia). Alasan peneliti memilih objek penelitian tersebut guna mengetahui persepsi beberapa guru yang mengampu di kelas IV SD Nusantara. 3.3. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus.. Penelitian studi kasus dilakukan untuk menyelidiki permasalahan yang ada di SD Nusantara secara nyata dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Suharsimi (2005: 238) menjelaskan penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya, hubungan antara tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, demikiaan pula hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini menggunakan. teknik pengumpulan data sebagai berikut:.
(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. 3.4.1. Wawancara Wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah suatu teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2008: 323).. Alasan peneliti menggunakan teknik. wawancara adalah untuk mengetahui informasi secara lebih jelas dan terpercaya dari sumber-sumber yang ingin digali informasinya oleh peneliti yaitu guru dan siswa. Wawancara akan dilakukan peneliti pada beberapa guru yang mengajar/pernah mengajar siswa yang diteliti seperti guru kelas, guru kelas sebelumnya (guru kelas II dan III), dan guru musik, dan guru agama. Satu persatu guru akan diwawancarai dengan pertanyaan mengenai persepsi guru tersebut mengenai kemampuan belajar siswa. Dengan demikian peneliti akan mendapatkan data yang dibutuhkan dengan jelas. Jika dalam satu kali wawancara data belum diperoleh secara maksimal, maka peneliti akan melakukan wawancara kembali. 3.4.2. Observasi Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, Penggunaan observasi partisipan ini akan menghasilkan data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2008).. Observasi akan dilakukan oleh peneliti di SD. Nusantara untuk mencari data dari pengamatan langsung di lapangan supaya tidak terjadi kekeliruan. Dalam penelitian ini peneliti melibatkan siswa yang mengalami.
(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. kesulitan berhitung, guru kelas, dan guru lain yang mengajar siswa tersebut (guru agama, guru musik,guru kelas II dan III) untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai hal yang akan diteliti oleh peneliti. Alat yang digunakan dalam observasi adalah anecdotal record, catatan berkala. Alasan peneliti menggunakan teknik observasi agar peneliti memperoleh pengetahuan yang lebih mendetail tentang subjek yang akan di observasi dan mencatat kondisi serta keadaan dan gejala-gejala yang terjadi di sekolah tersebut. Peneliti pertama-tama meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi di SD Nusantara. Setelah perizinan selesai peneliti menemui beberapa guru dan menanyakan kesulitan belajar matematika yang dialami siswa di SD Nusantara. Beberapa guru tersebut menyebutkan beberapa anak yang mengalami kesulitan matematika. Setelah itu para siswa diobservasi oleh peneliti. Aspek yang diteliti adalah kemampuan berhitung matematika tentang sejauh mana penguasaan konsep matematika yang dimiliki dengan menggunakan soal-soal sederhana. Selain itu peneliti melihat dari kemampuan menggambar, kemampuan membaca notasi angka, dan kemampuan dalam membandingkan arah dan letak. Dari dua siswa yang mengalami kesulitan belajar, ditemukan satu siswa kelas IV yang mengalami kesulitan belajar berhitung yang sesuai dengan ciri-ciri diskalkulia. 3.4.3. Dokumentasi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rekaman suara mengenai persepsi dari beberapa guru yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh melalui rekaman suara dapat dipercaya dan mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah.
(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2008: 340). Hasil observasi atau pengamatan akan lebih dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi. Instrumen Penelitian 3.5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen. pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah peneliti itu sendiri, sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Untuk membantu penelitian sebagai instrumen pokok maka peneliti membuat instrument penunjang. Setelah ditentukan metode yang digunakan, maka peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Pengalaman peneliti sebagai instrument penelitian, membuat peneliti dapat menunjukan kualitas pribadi sebagai instrument penelitian yaitu toleran terhadap partisipan yang menjadi subjek penelitian, sabar dalam menghadapi setiap partisipan, menunjukan empati terhadap partisipan, menjadi pendengar yang baik bagi partisipan, bersikap terbuka, jujur, objektif, dan tidak dibuat-buat ketika melakukan penelitian, selain itu peneliti juga memiliki rasa ingin tahu terhadap segala kejadian yang dialami oleh subjek yang diteliti..
(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian. Alur Instrumen Penelitian. No Partisipan. Siswa kesulitan berhitung. Kemampuan belajar. 2.. Guru. Persepsi guru Interview merespon (Wawancara) kemampuan belajar Dokumentasi siswa. 3.. Orangtua Adanya siswa / pernyataan Keluarga. 1.. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara Dokumentasi. bukti Wawancara Dokumentasi. Sumber Data Siswa kesulitan berhitung Guru kelas IV, III, II, guru musik, guru agama Ayah dan Nenek siswa. Keabsahan Data. 3.6.1. Kredibilitas (Taraf Kepercayaan) 3.6.1.1. Perpanjangan Pengamatan Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas sebanyak dua pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan siswa di kelas dengan keberadaan peneliti. Selanjutnya hanya satu pertemuan yang digunakan untuk proses analisis data yang lebih rinci mengenai kondisi pembelajaran di kelas . 3.6.1.2. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai.
(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang sama (Sugiono, 2010: 373). Triangulasi sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. Peneliti menggunakan teknik pengecekan teman sejawat (peer debriefing) yang bermanfaat untuk membentuk kepercayaan dan membantu peneliti untuk selalu jujur dalam melakukan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dilakukan sehingga informasi yang didapat memperoleh kebenaran. Triangulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut : a)membendingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara. b)membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c)membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sewaktu peneliti dengan sepanjang waktu. d)membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. e)membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Ghony 2014: 322-324). (Lampiran 3.1).
Gambar
Dokumen terkait
Dengan demikian Ibu yang memiliki anak autisme dengan penerimaan diri yang positif akan merasa sama dengan ibu yang lain meskipun memiliki anak yang autisme, tetap merasa
Berdasarkan dari definisi-deifinisi di atas dapat diketahui bahwa maksud dari penelitian penulis ialah ketentuan hukum tentang aborsi yang diakibatkan oleh
Selaku Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Kelompok II berdasarkan SK Nomor : 24/KPTS/ULP/2015, tanggal 27 Februari 2015, melalui Layanan Pengadaan Secara
Latihan Statistik deskriptif. Pertemuan
Dosen1 memiliki nilai tertinggi pada kriteria Unsur Penunjang, maka Kinerja paling baik dan menempati peringkat pertama adalah dosen1 dengan total bobot prioritas 0.355
Mesin yang digunakan untuk memotong terdiri dari 2 mesin,yaitu mesin Achard dan mesin Thayre.Plat-plat kern yang sudah disusun menjadi inti magnet akan dikencangkan dengan traves,
Pada gardu distribusi tempat dimana arus dari gardu induk masuk kegardu distribusi tersebut yang kemudian arus listrik dihubungkan kegardu hubung, sedangkan kegunaan gardu
Namun demikian bukti empirik mengenai latar belakang (baik sekolah maupun guru) yang mempengaruhi jenis dan intensitas nilai rujukan guru demikian juga efeknya