• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KARYA SASTRA ANGKATAN 20 an SAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KARYA SASTRA ANGKATAN 20 an SAM"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARYA SASTRA ANGKATAN 20-an SAMPAI SEKARANG

A.

1. ANGKATAN 20-an (BALAI PUSTAKA)

Angkatan 20 disebut juga angkatan Balai Pustaka. Balai Pustaka merupakan nama badan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Badan tersebut sebagai penjelmaan dari Commissie voor De Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat.Commissie voor De Volkslectuur dibentuk pada tanggal 14 April 1903. Komisi ini bertugas menyediakan bahan-bahan bacaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu.

Lahirnya Balai Pustaka sangat menguntungkan kehidupan dan perkembangan sastra di tanah air baik bidang prosa, puisi, dan drama. Peristiwa- peristiwa sosial, kehidupan adat-istiadat,

kehidupan agama, ataupun peristiwa kehidupan masyarakat lainnya banyak yang direkam dalam buku-buku sastra yang terbit pada masa itu.

1.1 ciri-ciri Sastra angkatan 20 ( Balai Pustaka ) :

1. Menggambarkan pertentangan paham antara kaum muda dan kaum tua. 2. Menggambarkan persoalan adat dan kawin paksa termasuk permaduan. 3. Adanya kebangsaan yang belum maju masih bersifat kedaerahan.

4. Banyak menggunakan bahasa percakapan dan mengakibatkan bahasa tidak terpelihara kebakuannya.

5. Adanya kontra pertentangan antara kebangsawanan pikiran dengan kebangsawanan daerah. 6. Cerita bermain pada zamannya.

7. Corak lukisannya adalah romantis sentimentil. Angkatan 20 melukiskan segala sesuatu yang diperjungkan secara berlebih-lebihan.

8. Puisinya masih banyak berbentuk syair dan pantun. 9. Puisi bersifat dikdaktis.

1.2 Analisis Sastra Pada Angkatan 20-an R O M A N

Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua daripada novel. Roman (romance) bersal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah tentang hal-hal romantik, penuh dengan angan-angan biasanya bertemakan kepahlawanan dan percintaan. 1) Dalam karya ini isinya bercorak romantik sentimental

Penggalan Roman : Siti Nurbaya karya Marah Rusli

Setelah berhasil bertemu dengan ayahnya, Samsulbahripun menunggal dunia. namun, sebelum meninggal dia minta kepada orang tuanya agar dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang paling dekat dengan keksihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.

Jelas dalam kutipan roman Siti Nurbaya ini sangat bercorak romantik sentimental, yang melukiskan perjuangan cinta Samsulbahri kepada Siti Nurbaya berlebihan, yakni sampai meninggalpun ia meminta agar dikuburkan dekat dengan kekasihnya Siti Nurbaya. (2). Menggambarkan persoalan kawin paksa.

(2)

kepadanya. Jelas baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersi Datebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, putri baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran ininditerima maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menjadi istri.

Jelas dalam kutipan roman Siti Nurbaya sangat menggambarkan kawin paksa, dimana Siti Nurbaya diserahkan dengan terpaksa dan berat hati untuk diperistri boleh Datuk Maringgih hanya demi kelunasan seluruh hutang ayahnya.

Pada roman Siti Nurbaya tidak hanya melukiskan percintaan saja, juga mempersoalkan poligami, membangga-banggakan kebangsawanan, adat yang sudah tidak sesuai dengan zamannya,

persamaan hak antara wanita dan pria dalam menentukan jodohnya, anggapan bahwa asal ada uang segala maksud tentu tercapai. Persoalan-persoalan itulah yang ada di masyarakat. PUISI

Sebagian besar angkatan 20 menyukai bentuk puisi lama (syair dan pantun), tetapi golongan muda sudah tidak menyukai lagi. Golongan muda lebih menginginkan puisi yang merupakan pancaran jiwanya sehingga mereka mulai menyindirkan nyanyian sukma dan jeritan jiwa melalui majalah Timbul, majalah PBI, majalah Jong Soematra.

1). Masih banyak berbentuk syair dan pantun.

Contoh kutipan sajak puisi “ Bukan Beta Bijak Berperi” oleh Rustam Effendi BUKAN BETA BIJAK BERPERI

Bukan beta bijak berperi,

pandai menggubah madahan syair, Bukan beta budak Negeri,

musti menurut undangan mair, Sarat-saraf saya mungkiri, Untai rangkaian seloka lama, beta buang beta singkiri, Sebab laguku menurut sukma.

Dilihat bentuknya seperti pantun, tetapi dilihat hubungan barisnya berupa syair. Ia meniadakan tradisi sampiran dalam pantun sehingga sajak itu disebut pantun modern.

1. ANGKATAN 33 (PUJANGGA BARU)

Nama angkatan Pujangga Baru diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit tahun 1933. Majalah itu bernama Pujangga Baroe. Karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis. Kebudayaan tersebut merupakan gabungan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur sehingga sifat kebudayaan Indonesia menjadi universal.

2.1. Ciri-ciri Angkatan 33 ( Pujangga Baru) 1. Bersifat Dinamis

2. Beraliran Romantis Idialis.

(3)

4. Mengutamakan psikologi. 5. Masalah individu manusia.

6. Bentuk puisinya lebih bebas, lebih mengenal variasi. 7. Bahasa kiasan utama puisi ialah perbandingan

8. Puisinya mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tentram.

2.1 Analisis Karya Sastra Pada Angkatan 33 (Pujangga Baru) ROMAN

Roman “Layar Terkembang” Karya: Sutan Takdir Alisyahbana

Roman Layar Terkambang Karya S.T Alisyahbana Dalam roman ini diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan novel ini yang kala itu gelora Sumpah Pemuda masih bergema. Baik kaum pria maupun wanita aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan.

1. Beraliran Romantis Idialis. Kutipan : Roman Layar Terkembang

Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah sekalipun ia telah menjalani perawatan itensif. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasihnya dengan setia. Namun, penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah sehingga tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia.

Dalam kutipan roman layar terkembang ini sangat jelas menggambarkan aliran romantis idealis, dimana ada hal-hal yang tidak memuaskan dan keadaan yang tidak menggembirakan, karena adanya kepincangan dalam roman ini yaitu Yusuf harus menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa bersatu dengan kekasihnya Maria karena penyakit yang dideritanya sangat parah yang pada akhirnya pergi meninggalkan Yusuf untuk selama-lamanya.

2. Masalah individu manusia.

Dalam roman ini menceritakan masalah-masalah individu manusia, dimana Tuti seorang wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi, Maria harus berjuang menghadapi penyakit TBC yang dialaminya, dan Yusuf kekasih Maria harus menghadapi kenyataan pahit ditinggal oleh Maria untuk selama-lamanya. 3. Mengutamakan psikologi.

Dalam ciri ini, dalam mengarang penulis lebih mengutamakan pemikiran-pemikiran, dimana setiap manusia harus mejalani kehidupannya sendiri sesuai keinginannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan roman “Layar Terkembang” sebagai berikut.

Tuti yang mengatakan bahwa tiap-tiap manusia harus menjalankan penghidupannya sendiri, sesuai dengan deburan jantungnya, bahwa perempuanpun harus mencari bahagianya dengan jalan menghidupkan sukmanya

4. Menggunakan bahasa individual, Sudah lebih banyak mempergunakan bahasa yang sesuai dengan pergaulan modern.

Kutipan : Layar Terkembang Karya :S.T. Alisyahbana

(4)

Dari kutipan diatas, sangat jelas dalam mengarang penulis menggunakan bahasa-bahasa indivudu, bahasa yang sesuai dengan pergaulan modern sehingga mudah dimengerti, seperti kata bedak tipis, dimana ia menggambarkan agama yang tidak sesuai dengan akalnya seperti bedak tipis yang luntur kena keringat.

PUISI

1. Bentuk puisinya lebih bebas, lebih mengenal variasi. Penggalan puisi : “Padamu Jua” Karya : Amir Hamzah PADAMU JUA

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali pulang aku padamu Seperti dahulu

2. Puisinya mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tentram. BERDIRI AKU – PUISI NYANYI SUNYI

Karya: Amir Hamzah

Berdiri aku di senja senyap Camar melayang menepis buih Melayah bakau mengurai puncak Berjulang datang ubur terkembang Angin pulang menyeduk bumi Menepuk teluk mengempas emas Lari ke gunung memuncak sunyi Berayun-ayun di atas alas. Benang raja mencelup ujung Naik marak mengerak corak Elang leka sayap tergulung dimabuk wama berarak-arak. Dalam rupa maha sempuma Rindu-sendu mengharu kalbu Ingin datang merasa sentosa Menyecap hidup bertentu tuju

Pada puisi ini penyair mengekspresi kesedihan yang ditampilkan dengan suasana sunyi. Perasaan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai di sore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang.

Kesedihan yang mendalam ini juga wujud perasaan galau penyair yang digambarkan dengan perasaannya yang dipermainkan ombak dan angin. Sehingga hanya merenungi hiduplah yang mampu dilakukannya.

Sebagai orang yang memiliki agama yang kuat dalam setiap akhirnya dia hanya bisa menyerahkan semua yang dia alami ini kepada Tuhan

3. Bahasa kiasan utama adalah perbandingan

(5)

Melayah bakau mengurai puncak

...angin pulang menyejuk bumi Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi Berayun-ayun di atas alas

...Naik marak menyerak corak ...

Dalam puisi tersebut Amir Hamzah menghidupkan ombak dan angin yang bertujuan ingin menambah rasa kesunyian dan kesendirian penyair. Seperti halnya dengan mengagumi ombak yang menerpa pohon-pohon bakau serta desir angin yang mengempakkan semuanya terlihat kalau penyair benar-benar merasa sepi dan hanya mampu melihat pemandangan sekitarnya saja. Selain personifikasi yang dominan ada juga gaya metafora yang terlihat dari kalimat benang raja mencelup ujung dan dalam rupa maha sempurna. Penyair membandingkan apa yang dilihat dan dialami dengan kata ”benang raja” dan ”maha sempurna.

3.ANGKATAN 45

Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia. Ankatan 45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Pujangga baru yang semula memiliki gagasan yang berartisasi sastra Indonesia, nyatanya hanya mentok pada Belandanisasi. Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan sumber inspirasi hanya berasal dari negeri Belanda saja bukan dari penjuru barat. Untuk meluruskan persepsi tersebut muncullah angkatan ’45 sebagai penggantinya.

3.1 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 1945

1. Cenderung bersifat realistis, sinis, dan ironi.

2. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal. 3. Mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan.

4. Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.

5. Lebih bergaya naturalisme, ekspresionisme dan beraliran realisme, sinisme dan sarkasme. 6. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk. 7. Berisi tentang individualisme.

3.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1945 PUISI

Kutipan: Puisi “Aku” Karya: Chairil Anwar

AKU

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau

(6)

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

1. Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.

Jelas dalam puisi tersebut sudah bebas, jumlah bait dan baris tidak ditentukan lagi, iramanya pun bebas tidak sepeti puisi lama yang berirama a-b, a-b.

2. Sinisme dan Sarkasme

Dalam puisi diatas juga sangat jelas menggambarkan sindiran yang lebih kasar, seperti kutipan kalimat, “Aku ini binatang jalang, Dari kumpulannya terbuang”, penulis melukiskan dirinya seperti binatang jalang.

3. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk. Dalam puisi ini juga sangat jelas menggambarkan bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, tidak mementingkan bentuk keindahan puisinya melainkan lebih mementigkan pada isi dan makna puisinya.

4. Berisi tentang individualisme

Dalam puisi ini juga pengarang lebih menggambarkan keindividuan atau seorang diri. Apabila suatu keyakinan telah terhujam dalam dirinya, ia tidak akan ambil pusing dengan orang lain, ia akan hidup seribu tahun lagi dengan keyakinannya itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

ROMAN

1. Mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan roman berikut.

Kutipan: “ Jalan Tak Ada Ujung” Karya: Mochtar Lubis

... setiap saat ia merasa was-was ketika mendengar serdadu Inggris menyerbu.

Mereka kemudian bertugas untuk mengambil senjata dan bom tangan yang disimpan di daerah Asam Reges, setelah iti disimpan di Manggarai, kemudian diselundupkan ke Karawang.

....

Serdadu Inggris kemudian pergi meninggalkan Indonesia setelah adanya perjanjian Linggar Jati. Dari kutipan roman diatas pengarang jelas menulis dengan menggunakan tema dengan latar perang, dimana meski dengan rasa takut guru Isa tetap menjalankan tugas untuk mengambil dan menyelundupkan senjata untuk melawan musuh.

(7)

....

Keadaan ekonomi keluarganya sangat kekurangan. ....

Istrinya kemudian selingkuh dengan teman guri Isa sendiri.

Dari kutipan diatas pengarang jelas menggambarkan karangannya dengan masalah universal, dimana keadaan ekonomi guru Isa yang sangat kekurangan, ditambah dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya dengan teman guru Isa sendiri.

4. ANGKATAN 1950-1960-an

Angkatan ’50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah Asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek dan kompulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang berkonsep sastra Realisme-Sosialis. Timbulnya perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di kalangan sastrawan Indonesia pada awal tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karna masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

4.1 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 1950-1960an 1. Cerita perang mulai berkurang.

2. Menggambarkan kehidupan sehari-sehari 3. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap .

4. Banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.

5. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan. 6. Mengungkapkan masalah-masalah social, kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup.

7. Banyak mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok sajak balada.

8. Gaya slogan dan retorik makin berkembang.

4.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1950-1960-an ROMAN

1. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap . Kutipan: Novel “Robohnya Surau Kami”Karya: A.A Navis

Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekitar sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jlan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Dan di depannyaada kolam ikan, yang yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasa duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadah.

Dari kutipan novel diatas, jelas menggambarkan kehidupan seorang kakek penjaga surau yang taat dalam beribadah di sebuah perkampungan.

2. Menggambarkan kehidupan sehari-sehari

(8)

bunuh diri. Kemudian tidak sedikitpun bertanggung jawab atas peristiwa yang dibuatnya.

3. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan. Kutipan: Robohnya Surau Kami

Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan , aku menyuruh engkau semuanya beramal, kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-memuji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka.

Dalam roman ini jelas menggambarkan suasana yang muram, kakek yang merasa tersindir dan tertekan oleh cerita Ajo Sidi yang mirip dengan kesehariannya sehingga memutuskan untuk bunuh diri.

5). ANGKATAN 1966-1970-an

Nama angkatan 66 dikemukakan oleh H.B.Jassin. Angkatan 66 muncul di tengah-tengah keadaan politik bangsa Indonesia yang sedang kacau. Kekacauan politik itu terjadi karena adanya teror PKI. Akibat kekacauan politik itu, membuat keadaan bangsa Indonesia kacau dalam bidang kesenian dan kesusatraan. Akibatnya kelompok lekra di bawah PKI bersaing dengan kelompok Manikebu yang memegang sendi-sendi kesenian, kedamaian, dan pembangunan bangsa dan Pancasila.

5.1 Ciri-Ciri Sastra Angaktan 1966-1970-an :

1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada). 2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.

3. Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.

4. Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.

5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.

6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.

7. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan. 8. Pembelaan terhadap pancasila.

5.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1966-1970-an PUISI

Kutipan: puisi “Kami Adalah Pemilik Syah Republik Ini” Karya Taufik Ismail KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur Berarti hanyut

(9)

Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran: “Duli Tuanku”?

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus

1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)

Dalam puisi diatas penulis jelas menggambarkan gaya epik atau bercerita, muliai dari bait pertama hingga terakhir ia mengungkapkan puisi seolah-olah sedang bercerita.

2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita. Kutipan: “Kami Adalah Pemilik Syah Republik Ini” Karya: Taufik Ismail ...

Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka ...

Dalam penggalan puisi ini penulis menggambarkan masyarakat yang hidup yang menderita, sengsara yang dipenuhi oleh bencana alam banjir, gunung api dan tanaman yang diserang hama.

3. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan.

Dalam ciri ini penulis menggambarkan tentang kecintaannya terhadap nusa dan bangsa. Hal ini tergambar dari kutipan puisi berikut ini

Kutipan: puisi “ Dari Seorang Ibu Demonstran” karya : Taufik Ismail DARI SEORANG IBU DEMONSTRAN

Ibu telah merelakan kalian Untuk berangkat demonstrasi

Karena kalian pergi menyempurnakan Kemerdekaan negeri ini

...

(10)

6.ANGKATAN 1980 -1990-an

Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum. 6.1Ciri-ciri Sastra Angkatan 1980-1990-an:

1. Puisi yang dihasilkan bercorak spritualreligius.

2. Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme, 3. Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi,

4. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.

5. Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan.

6. Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis, 7. Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya,

8. Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur,

9. Didominansi oleh roman percintaan,

10. Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanyamempunyai konflikdengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh anta gonisnya.

6.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1980-1990-an PUISI

1. Puisi yang dihasilkan bercorak spritualreligius.

Pada angkatan ini, penulis mengarang dengan bercorak spiritualreligius, dimana penulis menggambarkan dirinya sebagai sesorang yang sangat memuja agamanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

IBADAH SEPANJANG USIA Karya: Dorothea R.H

(11)

berapa putaran dalam sembahyang langit. tengadah di bawah hujan yang menaburkan ayatayat tak pernah dibaca.

aku tak menemu akhir sembahyangku yang gagap. lilinlilin tak menyala

dalam ruangan tanpa cahaya. gema mazmur yang disenandungkan dari ruang mimpimu beterbangan dalam tidurgelisahku. dan kotbah yang sayup, bertebaran dari mulutmulut kesunyian.

telah kautabuh loncengmu? sembahyangku takjuga menemu akhir.

2. Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme. SAJAK ORANG MABUK

Karya : Ahmadun Yosi Herfanda

karena hidup penuh keterbatasan kupilih api cinta abadi

membara dalam dadamu allah, sambutlah hatiku yang terbakar api itu

karena hidup penuh keterikatan kupilih kebebasan dalam apimu bakarlah seluruh diriku

o, allah

kuingin debu jiwaku

mengalir abadi dalam darahmu

bertahun-tahun aku mabuk bermalam-malam aku tenggelam dalam gelombang kerinduan luluh dalam apimu

(12)

7. ANGKATAN REFORMASI

Munculnya angkatan ini ditandai dengan dengan maraknya karya sastra yang bertemakan seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan social dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.

7.1 Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan Reformasi 1. Bertemakan social-politik.

2. Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran. 3. Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa. 4. Religious dan nuansa sufistik.

2.7. Analisis Karya Sastra Angkatan Reformasi PUISI

1. Bertemakan social-politik.

Kutipan: puisi “Bunga dan Tembok” Karya : Widji Thukul

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga

Kami adalah bunga yang tak Kau hendaki tumbuh

Engkau lebih suka membangun Rumah dan merampas tanah Seumpama bunga

Kami adalah bunga yang tak Kau kehendaki adanya

Engkau lebih suka membangun Jalan raya dan pagar besi Seumpama bunga

Kami adalah bunga yang

Dirontokkan di bumi kami sendiri Jika kami bunga

Engkau adalah tembok itu Tapi di tubuh tembok itu Telah kami sebar biji-biji

Suatu saat kami akan tumbuh bersama Dengan keyakinan: engkau harus hancur! Dalam keyakinan kami

Di manapun – tirani harus tumbang !

Dari kutipan puisi di atas pengarang jelas menggambarkan sosial-sosial politik. Dimana ada sebuah peringatan rakyat terhadap tirani yang tanpa peduli merampas merampas hak-hak rakyat. 2. Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran.

Dalam ciri ini penulis menggambarkan kebebasan dalam berpikir, kebebasan dalam berekspresi tanpa ada hal-hal yang menekan, tanpa ada ketakutan dari para tirani. Hal ini dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

(13)

Karya: Widji Thukul ...

Bila rakyat berani mengeluh Itu artinya sudah gawat Dan bila omongan penguasa Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan Maka hanya ada satu kata: lawan

3. Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa.

Dalam ciri ini penulis menggambarkan tentang kepedulian terhadap bangsa melalui sajak-sajak, dimana pengarang ingin menyampaikan suaranya akan penguasa yang tidak mempedulikan hak-hak mereka atas bangsa dan apabila tidak dipedulikan maka mereka akan memberontak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sajak dibawah ini.

SAJAK SUARA Karya: Widji Thukul

suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diamaku siapkan untukmu: pemberontakan!

sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ialah yang mengajari aku bertanya

dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya apabila engkau tetap bertahan

aku akan memburumu seperti kutukan

8. ANGKATAN 2000-an

Angkatan ini ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada masa ini, muncul jua fiksi-fiksi islami.

8.1 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 2000-an 1. Karya cenderung vulgar.

2. Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami. 3. Muncul cyber sastra di internet.

4. Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”. 5. Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.

6. Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme”.

(14)

8. Puisinya menggunakan citraan alam benda.

8.2 Analisis Karya Karya Sastra Pada Angkatan 2000-an 1. Muncul cyber sastra di internet.

Pada angkatan ini muncul cyber sastra di internet, dimana banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi.

2.Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami.

Pada angkatan ini penulis banyak mengarang dengan bertemakan keagamaan.tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita lihat, empat orang wanita sama-sama menyukai satu orang, yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik, serta menjadi idaman setiap wanita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel berikut.

AYAT-AYAT CINTA Karya: Habuburrahman Al-...

Yousuf langsung menyahut, “Benar Fahri, Maria sangat mencintaimu. Aku telah membaca diary-nya.

...

perjodohan yang sebenarnya atas permintaan Aisha. Berikut kutipannya :

“Baiklah, aku akan bicara dari hatiku yang terdalam. Fahri, dengan disaksikan semua yang hadir di sini, kukatakan aku siap menjadi pendamping hidupmu.

...

Noura disiksa dan diseret tengah malam ke jalan oleh ayah dan kakak perempuannya. Untung tidak musim dingin. Tidak bisa dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin. Hal itu yang membuat Fa hri ingin menolong Noura melalui Maria.

...

Orang yang dicintai Nurul, yang namanya selalu ia sebut dalam doa-doanya, yang membuat dirinya satu minggu ini tidak bisa tidur entah kenapa, adalah FAHRI BIN ABDULLAH SHIDDIQ!”

...

Dari kutipan diatas , pengarang menggambarkan tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita lihat, empat orang wanita sama-sama menyukai satu orang, yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik, serta menjadi idaman setiap wanita.

3. Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”. Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.

Kutipan Puisi: “Nagasari” karya: D.Zawawi Imron ...

(15)

yang berseruling setiap senja ...

Dalam penggalan puisi tersebut jelas menggambarkan bahwa pilihan katanya diambil dan bahasa sehari-hari yang bebas aturan.

4. Penggunaan citraan alam benda.

Kutipan puisi:”Bulan Tertusuk Lalang” Karya: D.Zawawi Imron ...

angin termangu di pohon asam bulan tertusuk lalang

tapi malam yang penuh belas kasihan menerima semesta baying-bayang dengan mesra menidurkannya dalam ranjang-ranjang nyanyian

Dalam penggalan puisi ini penulis jelas menggunakan citraan alam benda.

5. Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.

Kutipan: puisi “Sembahyang Rumputan” Karya: Ahmadun Y. Herfanda SEMBAHYANG RUMPUTAN

Aku, rumputan

Tak pernah lupa sembahyang Inna Sholati wa nusuku Wa mahyaaya wa mammati Lillahi Robbil ‘alamin

Topan melanda padang ilalang Tubuhku bergoyang-goyang

Tapi tetap teguh dalam sembahyang Dan akarku yang mengurat di bumi Tak berhenti mengucap shalawat nabi

Dalam kutipan puisi diatas, penulis jelas menggambarkan tentang keagamaan, pengembaraan melalui alam, yakni rumput.

6. Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme”.

ciri ciri ini, penulis menggambarkan gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda. Seperti dalam kutipan puisi di bawah ini.

LIPU

Karya: Emha Ainun Najib

Ketika kereta satu-satunya telah bergerak Pergi, engkaupun sepi. Marilah

Dengan gemetar: menunggu nasib hari demi hari. Ruang tambah sukar dimengerti

(16)

Kereta semu

B. SASTRAWAN DAN KAYRA SASTRA ANGKATAN 20-an SAMPAI SEKARANG 1. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 20-an (Balai Pustaka)

• Merari Siregar

o Azab dan Sengsara (1920)

o Binasa kerna Gadis Priangan (1931) o Cinta dan Hawa Nafsu

• Marah Roesli o Siti Nurbaya (1922) o La Hami (1924)

o Anak dan Kemenakan (1956) • Muhammad Yamin

o Tanah Air (1922)

o Indonesia, Tumpah Darahku (1928) o Kalau Dewi Tara Sudah Berkata

o Ken Arok dan Ken Dedes (1934) •Nur Sutan Iskandar o Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923) o Cinta yang Membawa Maut (1926)

o Salah Pilih (1928) o Karena Mentua (1932)

o Tuba Dibalas dengan Susu (1933) o Hulubalang Raja (1934)

Katak Hendak Menjadi Lembu (1935) •Abdul Muis

o Salah Asuhan (1928) o Pertemuan Djodoh (1933) •Tulis Sutan Sati

o Tak Disangka (1923)

o Sengsara Membawa Nikmat (1928) o Tak Membalas Guna (1932)

o Memutuskan Pertalian (1932) •Djamaluddin Adinegoro o Darah Muda (1927) o Asmara Jaya (1928) •Abas Soetan Pamoentjak o Pertemuan (1927) •Aman Datuk Madjoindo o Menebus Dosa (1932)

o Si Cebol Rindukan Bulan (1934) o Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

2.Penulis dan Karya Sastra Angkatan 33 (Pujangga Baru) • Sutan Takdir Alisjahbana

(17)

o Layar Terkembang (1936)

o Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940) • Hamka

o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) o Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939) o Tuan Direktur (1950)

o Didalam Lembah Kehidoepan (1940) • Tengku Amir Hamzah

o Nyanyi Sunyi (1937) o Begawat Gita (1933) o Setanggi Timur (1939) • Armijn Pane o Belenggu (1940) o Jiwa Berjiwa

o Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960) o Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)

o Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953) • Sanusi Pane

o Pancaran Cinta (1926) o Puspa Mega (1927) o Madah Kelana (1931)

o Sandhyakala Ning Majapahit (1933) o Kertajaya (1932)

• Said Daeng Muntu o Pembalasan

o Karena Kerendahan Boedi (1941) • Karim Halim

Palawija (1944) • Roestam Effendi

o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan o Pertjikan Permenungan

• Sariamin Ismail

o Kalau Tak Untung (1933) o Pengaruh Keadaan (1937) • Anak Agung Pandji Tisna

o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935) o Sukreni Gadis Bali (1936)

o I Swasta Setahun di Bedahulu (1938) • J.E.Tatengkeng

(18)

3.Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945 • Utuy Tatang Sontani

o Suling (drama) (1948) o Tambera (1949)

o Awal dan Mira - drama satu babak (1962) • Achdiat K. Mihardja

o Atheis (1949) • Trisno Sumardjo

o Katahati dan Perbuatan (1952) • Chairil Anwar

o Kerikil Tajam (1949) o Deru Campur Debu (1949) • Idrus

o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) o Aki (1949)

o Perempuan dan Kebangsaan • Suman Hs.

o Kasih Ta' Terlarai (1961)

o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957) o Pertjobaan Setia (1940)

• Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar o Tiga Menguak Takdir (1950)

4. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an • Pramoedya Ananta Toer

o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) o Bukan Pasar Malam (1951) o Di Tepi Kali Bekasi (1951) o Keluarga Gerilya (1951)

o Mereka yang Dilumpuhkan (1951) o Perburuan (1950)

o Cerita dari Blora (1952) o Gadis Pantai (1965) • Nh. Dini

o Dua Dunia (1950) o Hati jang Damai (1960) • Sitor Situmorang o Dalam Sadjak (1950)

o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954) o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)

o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953) o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955) • Mochtar Lubis

(19)

o Jalan Tak Ada Ujung (1952) o Tanah Gersang (1964) o Si Djamal (1964) • Marius Ramis Dayoh o Putra Budiman (1951) o Pahlawan Minahasa (1957) • Ajip Rosidi

o Tahun-tahun Kematian (1955) o Ditengah Keluarga (1956)

o Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957) o Cari Muatan (1959)

o Pertemuan Kembali (1961) • Ali Akbar Navis

o Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955) o Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)

o Hujan Panas (1964) Kemarau (1967)

• Nugroho Notosusanto o Hujan Kepagian (1958) o Rasa Sajangé (1961) o Tiga Kota (1959) • Trisnojuwono o Angin Laut (1958) o Dimedan Perang (1962) o Laki-laki dan Mesiu (1951) • Toto Sudarto Bachtiar o Etsa sajak-sajak (1956)

o Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958) • Ramadhan K.H

o Priangan si Jelita (1956) • W.S. Rendra

o Balada Orang-orang Tercinta (1957) o Empat Kumpulan Sajak (1961) o Ia Sudah Bertualang (1963) • Subagio Sastrowardojo o Simphoni (1957) Toha Mochtar o Pulang (1958)

o Gugurnya Komandan Gerilya (1962) o Daerah Tak Bertuan (1963)

• Purnawan Tjondronagaro o Mendarat Kembali (1962) • Bokor Hutasuhut Datang Malam (1963)

(20)

• Taufik Ismail

o Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia o Tirani dan Benteng

o Buku Tamu Musim Perjuangan o Sajak Ladang Jagung

o Kenalkan o Saya Hewan o Puisi-puisi Langit

• Sutardji Calzoum Bachri o O

o Amuk o Kapak

• Abdul Hadi WM o Meditasi (1976)

o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975) o Tergantung Pada Angin (1977)

• Sapardi Djoko Damono o Dukamu Abadi (1969) o Mata Pisau (1974) • M. Balfas

o Lingkaran-lingkaran Retak (1978) • Mahbub Djunaidi

o Dari Hari ke Hari (1975) • Wildan Yatim

o Pergolakan (1974)

• Harijadi S. Hartowardojo o Perjanjian dengan Maut (1976) • Ismail Marahimin

o Dan Perang Pun Usai (1979) • Goenawan Mohamad o Parikesit (1969)

o Interlude (1971)

o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972) o Seks, Sastra, dan Kita (1980)

• Umar Kayam

o Seribu Kunang-kunang di Manhattan o Sri Sumarah dan Bawuk

o Lebaran di Karet

o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging o Kelir Tanpa Batas

o Para Priyayi o Jalan Menikung • Danarto o Godlob

(21)

• Nasjah Djamin

o Hilanglah si Anak Hilang (1963)

o Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968) • Putu Wijaya

o Bila Malam Bertambah Malam (1971) o Telegram (1973)

o Stasiun (1977) o Pabrik

o Gres Bom

• Djamil Suherman

o Perjalanan ke Akhirat (1962) o Manifestasi (1963)

• Titis Basino

o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963) o Lesbian (1976)

o Bukan Rumahku (1976) o Pelabuhan Hati (1978) o Pelabuhan Hati (1978) • Leon Agusta

o Monumen Safari (1966) o Catatan Putih (1975)

o Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978) o Hukla (1979)

• Iwan Simatupang o Ziarah (1968) o Kering (1972)

o Merahnya Merah (1968) o Keong (1975)

o RT Nol/RW Nol

o Tegak Lurus Dengan Langit • M.A Salmoen

o Masa Bergolak (1968) • Parakitri Tahi Simbolon o Ibu (1969)

• Chairul Harun o Warisan (1979) • Kuntowijoyo

o Khotbah di Atas Bukit (1976) • Wisran Hadi

o Empat Orang Melayu Jalan Lurus

(22)

o Ladang Hijau (1980) o Sajak Penari (1990)

o Sebelum Tertawa Dilarang (1997) o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997) o Sembahyang Rumputan (1997) • Y.B Mangunwijaya

o Burung-burung Manyar (1981) • Darman Moenir

o Bako (1983) o Dendang (1988) • Budi Darma o Olenka (1983) o Rafilus (1988) •Sindhunata

o Anak Bajang Menggiring Angin (1984) •Arswendo Atmowiloto

o Canting (1986) •Hilman Hariwijaya

o Lupus - 28 novel (1986-2007) o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003) o Olga Sepatu Roda (1992)

o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005) •Gustaf Rizal

o Segi Empat Patah Sisi (1990) o Segi Tiga Lepas Kaki (1991) o Ben (1992)

o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999) •Remy Sylado

o Ca Bau Kan (1999)

o Kerudung Merah Kirmizi (2002) •Dorothea Rosa Herliany

o Nyanyian Gaduh (1987)

o Matahari yang Mengalir (1990) o Kepompong Sunyi (1993) o Nikah Ilalang (1995)

Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999

7. Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

Widji Thukul

(23)

8. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000-an • Seno Gumira Ajidarma

o Atas Nama Malam

o Sepotong Senja untuk Pacarku o Biola Tak Berdawai

• Dewi Lestari

o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001) o Supernova 2.1: Akar (2002)

o Supernova 2.2: Petir (2004) • Habiburrahman El Shirazy o Ayat-Ayat Cinta (2004)

o Diatas Sajadah Cinta (2004)

o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005) o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005) o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007) o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) o Dalam Mihrab Cinta (2007) • Andrea Hirata

o Laskar Pelangi (2005) o Sang Pemimpi (2006) o Edensor (2007)

o Maryamah Karpov (2008) • Ayu Utami

o Saman (1998) o Larung (2001)

C. KESIMPULAN

Berdasasrkan analisis diatas dapat di simpulkan bahwa setiap karya sastra mengalami perkembangan dan perbedaan pada setiap angkatannya baik dari segi isi dan bentuknya. Angkatan 20-an (balai Pustaka) dimana karya-karya sastranya yang dihasilkan bersifat kedaerahan atau kebangsaan yang belum maju dan adanya keterikatan tradisi pada masa itu. Angkatan pujangga baru mulai mengalami sedikit perubahan dari angkatan balai pustaka, dimana karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis,

individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis Angkatan 1945 mengalami perubahan dan perbedaan dengan karya-karya pada kedua angkatan diatas. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan.

Angkatan 1950-1960-an berbeda dengan karya sastra angkatan 1945, jika pada angkatan 1945 karya-karyanya tentang perjuangan melawan kemerdekaan, maka pada angkatan ini

(24)

realisme-sosialis. Dan karya sastra pada angkatan ini didominasi oleh cerpen-cerpen dan kumpulan puisi.

Angkatan 1966-1970-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1950-1960-an, karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.

Angkatan 1980-1990-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1966-1970-an, pada angkatan ini karya sastra di Indonesia banyak bertemakan ketuhanan dan juga munculan roman-roman percintaan.

Angkatan Reformasi, jika pada angkaytan ’80-90-an mengangkat tema-tema ketuhanan dan percintaan, lain hanlnya dengan angkatan ini. Pada angkatan ini dikenal dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul angkatan 2000-an, pada angkatan ini berbeda juga dengan angkatan reformasi, pada angkatan ini karya-karyanya

cenderung vulgar dan banyak bermunculan fiksi-fiksi islami.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.

Riswandi, Bode dan Titin Kusmini. 2010. Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi. Tasikmalaya: Siklus Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga yang terlihat pada posisi elektroda 2500 dimana zona mineralisasi terlihat dengan adanya anomali low resistivitas (4,21-26,5 Ωm) di posisi tersebut yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti bahwa kadar telomerase dapat digunakan sebagai indikator dalam pendeteksian kanker leher rahim (kanker serviks)

Terapi musik klasik (Bethooven symphony no. 5) dapat menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Karakteristik jenis kelamin, usia, dan pengetahuan musik klasik

Dari analisis binery logistik variable nilai produk (X1) memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelian sepeda artinya jika nilai produk di tingkatkan satu satuan maka keputusan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara simultan variabel pendidikan etika, religiosity, dan performa akademik secara statistik

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah dipublikasikan Buku Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2019 yang disusun oleh Badan Pusat Statistik Kota Surakarta..

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara citra destinasi terhadap niat berkunjung kembali melalui kepuasan dan variabel kepuasan (Y1) berperan

kurang menguntungkan bagi industri keuangan secara keseluruhan terutama apabila terjadi " trouble " di salah satu sektor dalam industri keuangan. 15