• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS REVIEW BUKU SEJARAH dan TEORI SOSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS REVIEW BUKU SEJARAH dan TEORI SOSI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS REVIEW BUKU

SEJARAH dan TEORI SOSIAL Edisi Kedua

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori sosial dalam Penelitian Sejarah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Wasino, M.Hum

Disusun Oleh: Gusti Garnis Sasmita

NIM. S861702007

PASCASARJANA PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

Penerbit : Buku Obor Pengarang : Peter Burke

Alih Bahasa : Mestika, Zulf Ami, dan A. Sairozi Pengantar Edisi pertama : Mestika Zed

Tahun Terbit : 2015

Tebal Buku : 325 halaman

ISI BUKU

(3)

kanak-kanak dan hubungan pemukiman dengan sejarah, Joseph Schumpeter yang menulis tentang ekonomi bisnis yang bahannya bersumber dari sejarah, kombinasi antropologi sosial yang memasukkan dimensi sejarah karya Cliffort Geertz dan laiin sebagainya. Makin akrabnya hubungan sejarah dengan teori sosial merupakan dampak dari cepatnya perubahan sosial yang menarik perhatian sosiolog dan antropolog. Tentu saja dalam karya-karya tersebut ada yang menerima atau justru menolak teori sosial. Sehingga sejarawan tidak terikat oleh teori. Kendati demikian banyak pula terjadi persimpangan antara sejarah dan teori sosial pada masa itu karena ketidakpuasan pengkajian beberapa ilmu sosial, kemudian warna lain mulai bermunculan seperti sastra dan geografi yang ikut dikolaborasikan dalam penulisan sejarah.

Studi komparasi berimplikasi terhadap penemuan hal-hal umum dan khusus. Pada awalnya sejarawan menolak pendekatan komparatif tetapi setelah PD II, studi komparatif menegnai revolusi atau sejarah politik mendapat perhatian besar. Setelah itu studi komparatif juga digunakan sejarawan dalam menguji penjelasan-penjelasan umum pada sejarah sosial, ekonomi, intelektual, budaya. Titik sulit dari studi komparasi adalah ketika berkenaan dengan budaya. Karena dibutuhkan konsep untuk melihat perbedaan budaya yang banyak memiliki perbedaan satu sama lain. Model yang kerap digunakan dalam menganalisis generalisasi ilmu sosial juga bergunna untuk sejarah karena dapat digunakan dalam mengamati perubahan. Maka penggunaan model harus mengerti akan status logika penggunaannya. Pada awalnya metode kuantitatif banyak digunakan sejarawan untuk mengetahui cakupan studi analitis yang lebih luas. Tetapi kelemahan studi kuantitatif mulai tampak tatkala melihat sejarah dengan sumber yang tidak seakurat asumsi sehingga kemudian banyak penolakan terhadapnya. Sejarah sebenarnya memberikan sumbangan berharga terhadap ilmu-ilmu sosial yakni sebagai mikroskop sosial yang mengkaji hal-hal mikro yang mungkin tidak tampak dalam generalisasi ilmu sosial.

Beberapa konsep pokok ciptaan teoretisi sosial digunakan oleh sejarawan antara lain sebagai berikut.

(4)

terhadap konsep seks dan gender akan berkenaan konteks sosio kultural yakni kontruksi budaya dan simbolisasi.

2. Peranan sosial yang menganalisis bagaimana aktor sejarah berperilaku sesuai dengan peranan sosialnya, seperti kesan apakah sebenarnya yang ditunjukkan.kepada masyarakat luas.

3. Keluarga dan kekerabatan yang digunakan sejarah dalam menganalisis struktur, klasifikasi dan tipe.

4. Komunitas dan identitas yang berkenaan dengan identitas kolektif suatu masyarakat.

5. Konsep kelas dan status berhubungan dengan kasta, stratifikasi sosial, mobilitas sosial dan sebagainya. Maka kesesuaian antara pelaku dan model adalah apa yang digunakan sejarawan.

6. Mobilitas yang masalah utamanya ialah perubahan laju mobilitas dan perubahan modus mobilitas.

7. Konsumsi dan pertukaran. Berkaitan dengan konsumsi berlebih atau sikap konsumsi sebagai simbol kebesaran. Maka konsumsi selain dinilai berdasarkan kelas juga berdasarkan gender.

8. Modal sosial dan budaya, sebuah reproduksi budaya untuk menanamkan nilai-nilai masalalu pada generasi muda.

9. Patronase, klien, dan korupsi, Patronase berkenaan dengan relasi vertikal. Klien menawarkan bentuk dukungan politik pada patron dalam bentuk simbolis yang mengarah pada korupsi sebagai relasi antara kekayaan dan kekuasaan.

10. Hubungan antara kekuasaan dan budaya politik yang meluas menjadi organisasi politik.

11. Masyarakat sipil dan ruang publik, dimana ruang publik masyarakat sangat berkenaan dengan budaya, kelompok sosial dan grub sosial.

(5)

16. Konsep Komunikasi dan penerimaan / resepsi. Baik komunikasi budaya, politik dll.

17. Pascakolonial dan hibriditas budaya, memadukan ikatan teks sastra dengan budaya kolonial, neokolonial, dan pasca kolonial.

18. Oralitas dan tekstualitas, komunikasi lisan dengan teks yang kemudian berhubungan dengan sejarah lisan dan sejarah tertulis.

19. Mitos dan memori untuk menengaskan cerita yang tak benar dan memori masalalu yang benar-benar terjadi

Fokus bab III adalah tiga pasang konflik intelektual. Pertama, pertentangan antara ide tentang fungsi (atau struktur) di satu sisi dan ide tentang peranan manusia (sang'aktor') di sisi lain. Kedua, ketegangan antara pandangan yang melihat kebudayaan hanya sebagai 'suprastruktur' dan yang melihat kebudayaan sebagai kekuatan aktif sejarah (apakah sebagai pendorong perubahan atau kontinuitas). Ketiga, konflik antara pandangan bahwa sejarawan, sosiologiwan, antropologiwan, dan lain-lain menyajikan 'fakta-fakta' tentang masyarakat masa kini atau masa lampau dan pendapat bahwa hasil karya mereka hanya sejenis fiksi.

Rasionalitas versus relativitisme adalah bagaimana melihat resionalitas dari fakta sejarah yang ada, apakah kebenaran yang rasional itu tak terbatas dan relatif tergantung konteksnya. Konsep budaya adalah bagaimana kebenaran terikat oleh sebuah budaya sehingga pada masa lalu budaya irrasional seperti sihir merupakan hal yang rasional bagi masyarakat kala itu. Konsensus versus konflik ialah bagaimana konsensus dapat mengalihkan terjadinya kontradiksi sosial budaya. Fakta versus fiksi adalah ketika fakta merupakan hasil interpretasi menjadi berubah fiksi. Struktur versus agen ketika tindakan individu berhubungan dengan struktur masyarakat yang ada.

(6)

Strukturalisme, memberikan kesan menyamaratakan struktur yang ada di masyarakat. Tetapi sumbangsih strukturalis adalah dalam meningkatkan sebuah pola analitis. Selain itu kembalinya sang aktor merupakan bagaimana kajian sejarah selain menggunakan pendekatan antropolologis dan sosiologis juga menggunakan psikologi untuk menganalisis perilaku aktor sejarah secara mendalam. Hal ini membantu terutama pada proses kritik sumber.

Teori dan perubahan sosial yang menjadi fokus sejarawan adalah ketertarikan atas keragaman dan perbedaan. Dimana model utama perubahan sosial adalah model konflik dan model evolusi marx dan spencer. Model spencer menekankan pada evolusi yang berkaitan dengan modernisasi sosio kultural. Yang mana beberapa ahli sepihak baik pro maupun kontra kemudian mengarakan pada aspek industrialisasi dari titik tolak masyarakat tradisional ke modern. Tentu saja dengan fokus perubahan sosial dalam proses perubahasan struktur di masyarakat.

Sedangkan model marx mengarahkan tahap perkembangan masyarakat yang bergantung pada sistem ekonomi dan mengandung konflik-konflik sosial menyebabkan sebuah revolusi yang terputus-putus. Cakupan model max lebih luas daripada paralelsasi model spencer karena menekankan hubungan perubahan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Dimana berfokus pada tansisi feodalisme ke kapitalisme. Kritik ketiga dari kedua model tersebut kemudian menfokuskan diri terhadap esai dalam sintetis, pola-pola populasi, dan pola-pola budaya. Pertemuan dari analisis kemudian menitik beratkan perubahan sosial pada masyarakat tertentu. Baik didorong oleh faktor eksternal maupun internal. Kontribusi sejarawan terhadap teori sosial ialah pengenalan variasi contoh yang lebih banyak. Seperti kajian penaklukan, pentingnya peristiwa tertentu dalam proses perubahan sosial, dan juga managemen perubahan sosial itu sendiri. Generasi mencerminkan pola fikir kekhasan pada zamannya. Sehingga intelektualitas dan kecenderungan zaman sangat bervariatif dalam penulisan sejarah.

(7)

dari keadaan modernitas yang ada. Sehingga kemudian konstruksi budaya menangkap bahwa budaya tidaklah statis tetapi dinamis. Kemudian didalamnya akan dikenal konstruksi sosial berkenaan dengan seks dan gender, fenomenologi budaya, juga dekonstruksi budaya.

Destabilisasi kemudian mengarahkan sebuah perpindahan tafsir bukan lagi melihat orang pertama tetapi juga orang kedua dan ketiga. Sehingga berbagai sudut pandang yang digabungkan akan membentuk narasi sejarah yang baru. Eurosentrisme juga menjadi pemahaman baru tatkala pada semualanya segala pemikiran dan pandangan berakar dari titik tolak bangsa barat sebagai tolak ukur kendali utama. Globalisasi turut menjadi perhatian sejarawan berkaitan dengan hibridisasi budaya sehingga pola perbedaan banyak yang kehilangan arah akibat perkembangan teknologi yang semakin cepat

Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti ilmu sosial merumuskan konsep umum, generalisasi-generalisasi empiris atau teori- teori empiris, sedangkan peneliti sejarah merumuskan yang singular hanya satu kali

memadai tentang sejarah pada masa ini, dari data tersebut penulis akan memilah. sumber dan riwayat yang ada tentang sejarah pada masa al- Khulafā ar

Sebelum menekuni kegunaan teori-teori pascastrukturalis bagi penelitian sejarah, Scott sendiri menulis dua buku sejarah sosial yang sangat baik tentang dampak revolusi industri

“Bagaimana merancang buku infografis sejarah dan aplikatif Tari Remo Surabayan, sebagai upaya menjaga dan melestarikan budaya lokal Surabaya ?”..

Konsekuensi kedua, karena memandang masa kini dalam perspektif sejarah adalah perlu untuk memperlakukan struktur sosial dan ekonomi Indonesia, tidak sebagai rangka di dalam

Di dalam bukunya, Sirry mendiskusikan beberapa tesis dan teori sarjana Barat terkait dengan teori kemunculan Islam (Bab Kedua), sejarah al-Qur’a>n pada masa Awal Islam

Berdasarkan teori diatas maka seseorang tenaga penyuluh pertanian yang rendah dalam salah satu komponennya maka kinerjanya akan rendah pula, dengan demikian dapat pula

Setelah dianalisis buku-buku teks sejarah SMP dan SMA dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematis seperti sejarah sosial itu erat dengan kehidupan masyarakat,