• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Mata Kuliah Sejarah Teori Antropol (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Mata Kuliah Sejarah Teori Antropol (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Agnes Gita Cahyandari NIM : 11/318337/SA/15873 Mata Kuliah : Sejarah Teori Antropologi

Review Buku “Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya jilid I” – J. van Baal

Buku Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya adalah sebuah buku yang ditulis oleh J. van Baal, dengan tambahan pengantar dari Selo Soemardjan. Seperti buku Sejarah Teori Antropologi karangan Koentjaraningrat, buku ini juga terbagi atas dua jilid, dan yang akan saya review kali ini adalah jilid pertama.

Buku jilid pertama ini terdiri atas sepuluh bab, yaitu: i. Perkenalan

ii. Permulaan Renungan Ilmiah Tentang Agama Sebagai Gejala Budaya iii. Studi Tentang Mitos

iv. Prasejarah Mengenai Studi Tentang Segi-segi Kebudayaan Masyarakat, Pengantar Tentang Kekerabatan

v. Aliran Klasik Dalam Antropologi Budaya

vi. Permulaan Perlawanan Terhadap Evolusionisme Garis Lurus Aliran Klasik

vii. Kepercayaan Pada Kekuasaan Gaib Dan Peran Ketidaktergantungan Dalam Religi viii. Antropologi di Jerman, Munculnya Aliran-aliran Sejarah dan di Tempat-tempat Lain

ix. Antropologi Amerika dibawah Pengaruh Franz Boas, Debat Antara Kroeber dan Rivers x. Aliran Antropologi Perancis, Durkheim

Karena buku ini adalah buku terjemahan (dalam Bahasa Indonesia), ada tambahan kata pengantar oleh Prof. Dr. Selo Soemardjan. Disitu beliau menuliskan bahwa buku ini – menurut penulisnya – merupakan penulisan kuliah-kuliah yang diberikan olehnya kepada sekelompok orang-orang Indonesia yang datang ke negeri Belanda untuk mengikuti studi pasca-sarjana di bidang antrpologi. Isinya merupakan teori-teori antropologi budaya dalam perkembangannya sampai kira-kira tahun 19701.

Bab pertama pada buku ini adalah Perkenalan, dimana kita semua diajak untuk mengetahui lebih lanjut lagi mengenai apa yang menjadi masalah dalam antropologi budaya, yaitu perbedaan-perbedaan bangsa-bangsa yang sangat berlainan dan pertanyaan mengenai arti

(2)

dari perbedaan manusia tersebut2. Disitu van Baal menuliskan bahwa Antropologi adalah ilmu pengetahuan empiris, yang mengambil data-datanya dari penyelidikan namun juga memikirkan data-data tersebut. Saya menangkap maksud dari van Baal bahwa setelah para peneliti melakukan penelitian dan mendapatkan data atau informasi, peneliti akan bekerja dan membuat sesuatu dari hasil penelitiannya sehingga menjadi sebuah pengetahuan baru.

Dalam bab satu ini juga disebutkan beberapa macam ilmu antropologi, yaitu:  Antropologi Budaya

 Antropologi Sosial  Antropologi Fisik  Antropologi Flasafi

Ilmu antropologi sendiri berawal dari gagasan seorang Inggris, E.B. Tylor, yang melakukan studi dari etnografi-etnografi serta catatan harian para penjelajah, misionaris, dan pedagang mengenai suku bangsa tertentu sehingga muncullah gagasannya, yaitu Teori Evolusi Budaya. Teori tersebut terinspirasi dari teori Evolusi Makhluk Hidup oleh Charles Darwin, yang juga diterapkan dalam Antropologi Fisik.

Selain kata Anthropology, Tylor juga sering menggunakan kata ethnography yang artinya tulisan mengenai suku-bangsa (secara epistimologi: ethnos-graphien). Namun disni van Baal menuliskan bahwa bagi Tylor, ethnography menunjukkan pengertian yang lebih banyak daripada sekedar pelukisan bangsa, berulang-ulang ia menggunakan kata itu juga untuk teori, yang timbul dari perbandingan pelukisan-pelukisan tersebut3.

Bab kedua yaitu Permulaan Renungan Ilmiah Tentang Agama Sebagai Gejala Budaya, secara keseluruhan menjelaskan mengenai pengetahuan tentang agama dan budaya. Dulu, sebelum adanya pengetahuan mengenai evolusi kebudayaan, cari berpikir orang-orang Eropa masih berlandaskan alkitab (kitab suci, karena mayoritas adalah pemeluk agama Kristen), yaitu kitab Kejadian atau Genesis.

Barulah setelah ada perkembangan ilmu pengetahuan, orang-orang sadar bahwa pengetahuan tentang agama bukanlah suatu hal yang mutlak. Ada penjelasan mengenai mengapa sesuatu bisa terjadi dan bukan hanya sekadar tulisan dari Kitab Suci, sehingga muncullah gagasan-gagasan mengenai sistem pengetahuan dan religi.

(3)

Pada Bagian kedua di bab kedua, van Baal menuliskan ada dua macam sumber yang dignakan (sehubungan dengan pengetahuan tentang bangsa asing dan agama-agama) yaitu sumber klasik dan kisah-kisah perjalanan sejak Amerika ditemukan. Pemikiran-pemikiran klasik seperti religi orang-orang Yunani dan Roma berlainan dengan pemikiran agama Kristen yang menjadi agama mayoritas bangsa Eropa. Namun ada satu kesamaan, yaitu mengenai organisasi keluarga dan monogami4.

Kemudian pada bagian ketiga, van Baal mencoba untuk ‘membedah’ arti dari religi, terutama penerapannya dalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang empiris (nyata, terlihat, bisa dibuktikan), sedangkan religi adalah sesuatu yang tidak bisa dibuktikan, termasuk kepercayaan. Disini van Baal menuliskan, “

Orang harus dapat menunjukkan

bahwa apa yang dikemukakan itu benar atau tidak benar. Hal itu tidak akan

dapat dilakukannya, jika ilmu agama bertitik tolak dari wahyu. Menurut

definisinya, wahyu ialah yang datang dari Tuhan atau dari dewa-dewa, jadi

hal yang tidak dapat dijangkau oleh daya-pikir manusia. Wahyu itu hanya

bisa dipercaya, artinya diterima, atau tidak dipercaya, artinya ditolak.

Kebenaran wahyu itu tidak dapat dibuktikan. Begitu pula ketidakbenarannya

juga tidak dapat dibuktikan. Kepercayaan atau tiadanya kepercayaan

menyangkut pertanyaan-pertanyaan terakhir yang tidak terjangkau oleh

ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan hanya dapat menanyakan mengenai

hal-hal yang dapat diamati dan dikontrolnya

”. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi5, menuliskan ada dua hal yang membuat religi menjadi salah satu bahan etnografi yang diminati oleh para etnografer adalah:

 Upacara Keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling terakhir

 Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teroi-teiru tentang asal-mula religi.

Dari situ saya membandingkan antara Koentjaraningrat dengan van Baal, yaitu dalam tulisan van Baal, ia cenderung mempertanyakan keberadaan Tuhan atau Dewa-dewa serta wujud dari religi/kepercayaan tersebut. Sedangkan Koentjaraningrat mencari keterkaitan antara religi, agama, serta sistem atau cara hidup orang-orang masyarakat tertentu.

4 J. van Baal, halaman 27

(4)

Bab ketiga, menurut saya, masih berkaitan dengan bab sebelumnya yaitu Studi Tentang Mitos. Walaupun tidak semua mitos berlandaskan keagamaan/religi, namun mitos adalah suatu hal yang tidak empiris – artinya tidak bisa dipandang.

Cerita tentang mitos termasuk dongeng, cerita rakyat, dan lain lain adalah beberapa bagian dari Folklore. Keterkaitan antara mitos (folklore) dengan religi adalah, bagaimana orang-orang atau suatu kelompok masyarakat tertentu masih percaya dan benar-benar menerapkan prinsip-prinsip dari mitos tersebut kedalam hidup. Sama seperti orang-orang yang memeluk agama, Kristen misalnya, dan mempercayai serta menerapkan prinsip-prinsip dari injil di Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Ketertarikan para peneliti untuk meneliti mengenai religi dan mitos adalah untuk mengetahui kebudayaan-kebudayaan dari suku bangsa yang dianggap asing.

Bab ini juga menceritakan kisah seorang tokoh, Max Müller, yang dalam buku ini dituliskan bahwa salah satu jasanya dalam ilmu pengetahuan yaitu adalah pertanyaannya mengenai “dimana sebenarnya religi itu dimulai”. Ia juga menolak keras bahan-bahan etnografi dari zamannya, yang dianggap kurang dispesifikasi untuk dapat digunakan secara ilmiah6.

Dilanjutkan oleh bab keempat, yaitu Prasejarah Mengenai Studi Tentang Segi-segi Kebudayaan Masyarakat; Pengantar Tentang Kekerabatan. Pada bagian awal di bab ini, van Baal menuliskan bahwa sebelum tahun 1860, hanya ada dua pokok yang dipelajari dalam antropologi budaya, yaitu studi mitologi dan ilmu hukum.

Bagian kedua di bab keempat menuliskan pengaruh sumber sejarah hukum dari beberapa tokoh, yaitu N.D Futsel de Coulanges yang sebetulnya adalah seorang ahli sejarah. Ia menuliskan sebuah buku, La Cité antique (atau dalam bahasa Inggris The Ancient City), yang dijelaskan van Baal berisi mengenai kota-kota, dimana Kota adalah pusat (pusat sosial dan sebagainya). Ia juga memproyeksika situasi masyarakat, yang antara lain masih mengandung unsur Yunani, Romawi, dan sebagainya. Lalu ia menulis sebuah keterkaitan antara kehidupan berkeluarga dengan unsur rohani atau religi. Seperti contoh, keluarga yang berdiri sendiri, rumah tangga dengan susunan yang lebih luas, yang dipimpin oleh seorang ayah, yang sekaligus menjabat sebagai imam7. Dari tulisan tersebut saya menangkap dalam hidup berumah tangga atau hidup bersama adalah suatu hal yang religius, dan merupakan bagian dari kepercayaan.

(5)

Kemudian tokoh kedua, yaitu Henry J.S Maine, yaitu seorang ahli sejarah hukum. Ada pokok-pokok penting yang ia tuliskan mengenai hukum Romawi, yaitu:

 Ikatan kekerabatan, yaitu ikatan kelompok agnaten (kelompok patrilineal)  Keluarga harus dilestarikan

 Testamen merupakan penemuan berikut, pada saat diberinya kebebasan emansipasi kepada para anak lelaki oleh hukum privat, yaitu hak untuk sampai pada tingkat tertentu melepaskan diri dari kekuasaan ayah.

 Hak milik atas tanah mula-mula adalah hak milik keluarga8

Van Baal menuliskan bahwa pembahasan bahan adalah bersifat yuridis, dalam artian bahwa sebagai masalah umum mendapat pembahasan seperti asal-usul hukum alam dan hak milik, degan mengemukakan pokok-pokok pandangan yang baru oleh si penulis. Hukum alam ini adalah pemikiran yunani, yang diambil dari hukum yang sederhana dan dengan konsekuensi yang ketat, yang diambil dari hukum yang sederhana dan dengan konsekuensi yang ketat, yang ditemukan di dalam alam.

Bagian ketiga dalam bab ini adalah pengertian kekerabatan. Kekerabatan – berbeda dengan kerabat – adalah hubungan antara suami istri. Dalam buku ini, van Baal menuliskan ciri-ciri kekerabatan yang masuk dalam konteks hubungan suami istri, yaitu:

 Pergaulan kelamin yang berkelanjutan  Hidup bersama dan kerja sama ekonomi

 Pemeliharaan anak-anak yang dilahirkan oleh si istri karena hubungan yang berlangsung itu.

Dalam buku Sejarah Teori Antropologi jilid ke-2 (Koentjaraningrat), dituliskan dalam antropologi, teori-teori dan konsepsi-konsepsi yang tertua adalah mengenai keluarga dan sistem kekerabatan. Ini dikarenakan dalam etnografi-etnografi lama hal yang paling sering dijadikan bahan pokok pengumpulan etnografi adalah sistem kekerabatan (di daerah-daerah ‘asing’ seperti orang Australoid, suku-bangsa diluar Eropa, dsb), karena sangat berbeda dengan sistem kekerabatan orang-orang Eropa.

(6)

Bab kelima yaitu Aliran Klasik dalam Antropologi Budaya. Edward Burnett Tylor (1832-1917), seorang ahli Antropologi yang memberikan ruang bagi keanekaan proses perkembangan. Dia membuktikan dirinya sebagai seorang evolusionis yang yakin, dan jelas sadar, akan tujuannya. Hal ini dibuktikan dengan dia membuat sebuah buku yang di dalamnya terdapat dua belas karangan, yang kesemuanya membahas aspek perkembangan peradaban. Yang paling menarik dalam buku karangan Tylor mengenai tema yang membahas dimana ada garis perkembangan dari kebudayaan primitif ke peradaban modern, khususnya mengenai animisme. Pada peradaban modern sekarang ini pun masih ada beberapa kelompok atau individu yang masih mempercaya animisme.

Menurut Tylor, animisme merupakan kepercayaan kepada roh-roh. Animisme sendiri mencakup adanya dua roh, yakni arwah manusia maupun binatang yang sudah atau belum mati dan roh-roh yang kehadirannya tidak berasal dari manusia maupun binatang. Tylor juga menyebutkan bahwa animisme dianggap sebagai produk religi yang alami. Beberapa ahli juga menyebutkan dan sependapat dengan teori Tylor. Herbert Spencer, ahli filsafat evolutionisme positivistis mengungkapan bahwa kepercayaan tentang kehidupan setelah mati dan dalam perkembangannya menjadi pemuja arwah baru. Dari apa yang telah diungkapkan Spencer, hal itu menjadi dasar bagi semua religi dan berkembang menjadi religi yang lebih tinggi9 .

Berkaitan dengan perkawinan dan kekerabatan, Tylor sedikit banyak secara tiba-tiba terhenti untuk beralih pada apa yang nampaknya merupakan pokok yang lain, ialah perkawinan, eksogami dan sistem pengklasifikasian istilah kekerabatan. Tylor tidak menjadikan contoh ratusan negara yang dia beritahukan untuk mengenal beberapa jenis perkawinan. Dari beberapa negara tersebut, ada yang mengenal tabu antara suami dan kerabat istrinya, istri dan kerabat suami serta suami dan istri mengenal tabu mereka sendiri-sendiri dengan kerabat mereka. Terdapat pula perkawinan yang matrilokal dan patrilokal, yang menjadi hubungan antara kebiasaan dan tempat tinggal sesudah perkawinan. Tylor menemukan bahwa terdapat asal-usul lembaga yang dapat berpengaruh dan berlaku bagi penentuan tempat perkawinan. Ini merupakan satu contoh dan titik pandang yang bagus yang tanpa diterima dan digunakan oleh ahli antropologi lainnya. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa matrilineat maupun patrilineat lebih baik dijelaskan menurut tempat perkawinan virilokal10 .

Perkawinan adalah unsur kekerabatan dan eksogami merupakan salah satu hal yang perlu ditilik jika ingin mengerti perkawinan. Eksogami memiliki peran yang sangat penting, terutama 9 teori-teori semacam teori Tylor, yang diringkasnya dalam karyanya Principles of Sociology (1876)

(7)

bagi kelompok yang besar seperti klan, karena mengharuskan eksogami untuk mencari pasangan pada klan lain. Namun, eksogami mengalami dualisme, sistem pengklasifikasian kekerabatan dan perkawinan terdapat di bangsa-bangsa yang hidup di bawah sistem maternal, dan bukan sebagai pengecualian. Pengklasifikasian kekerabatan ini memberikan pemikiran yang menarik. Terdapat gagasan-gagasan lain mengenai beberapa segi tentang perkawinan dan kekerabatan, terlebih pada kasus kelompok endogam yang memberikan perempuan kepada kelompok lain dan menerima perempuan dari kelompok yang lain juga. Hal ini terus dilakukan tetapi jika sekitarnya yang datang lebih banyak daripada kelompok endogam itu sendiri, maka kelompok endogam tersebut akan menjadi lemah.

Totemisme, sebuah bentuk religi primitif baru yang mengesampingkan animisme. Totemisme; kepercayaan terhadap adanya hubungan gaib antara sekelompok orang dengan binatang, hewan maupun benda materi lainnya. Herbert Spencer, ahli yang sebelumnya berbicara mengenai animisme, mengungkapkan bahwa penyebab kebiasaan sekelompok orang yang memandang dengan rasa hormat, sebab percaya, bahwa antar golongan benda-benda tersebut memiliki relasi yang khusus dan intim11 , adalah tidak sempurnanya bahasa. Pemberian nama binatang terhadap seorang terus berjalan dan nantinya akan menikmati pemujaan sebagai leluhur. Mereka menganggap nama bintang itu tidak penting, dan mengira bahwa leluhur mereka itu benar-benar adalah binatang, yang sampai saat ini mereka sembah dan puja. Dalam totem tidak selalu binatang maupun tanaman, bisa matahari dan bintang bahkan gunung dan sungai pun menjadi hal yang patut dipuja. Setiap klan tidak pasti memiliki satu totem saja dan pengklasifikasian totem itu sendiri menurut kelompok klan yang bersangkutan.

Berbeda dengan Tylor yang lebih percaya pada kepercayaan, Robertson Smith lebih mengedepankan ritual. Setiap orang boleh berpikir ritual menurut kehendak hatinya, yang terpenting dilakukan tanpa cela. Ritus sendiri merupakan bagian dari kehidupan sosial kelompok yang terorganisasi dan akan terus hidup seiring berjalannya waktu. Pandangan yang dikemukakan oleh Robertson Smith ini dilandasi atas ilmu teologi yang didapatnya pada masa lampau. Religi adalah urusan sosial, termasuk dalam masyarakat yang ilahnya menjadi bagiannya.

Religi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tetapi menurut R. Smith, persembahan korban merupakan persembahan yang paling tua. Beberapa cara dapat dilakukan untuk lebih memaknai persembahan korban, yakni dapat dilakukan dengan pesta. Berbeda dengan totemisme yang menganggap binatang adalah pujaannya, tetapi dalam ritual belum tentu

(8)

binatang menjadi pujaan dan akan menjadi korban. R. Smith juga mengungkapkan bahwa ritus dilakukan untuk komuni antar ilahi dan manusia dan ternyata itu baik sekali.

Magi, dalam pengertian Frazer adalah sejenis ilmu. Dikatakan sejenis ilmu karena magi dimulai dari kepercayaan bahwa ada tata tertib alam yang tetap dan sudah pasti. Magi berbeda dan tidak mengenal religi, yang lebih bertitik tolak pada dunia dan kekuasaan yang lebih tinggi. Frazer mengungkapkan bahwa magi lebih tua daripada religi, dan ungkapkan tersebut dikuatkan oleh orang-orang Australia yang lebih mengenal magi dan tidak mengenal religi.

Bab keenam yaitu Permulaan Perlawanan Terhadap Evolusionisme Garis Lurus Aliran Klasik. Bagian pertama adalah perkenalan, disitu van Baal menuliskan Pada akhir abad ke-19 ilmu pengetahuan sudah begitu bebas dari filsafat, sehingga untuk memperkuat pandangan ilmu pengetahuan atau untuk menentangnya orang-orang tidak perlu lagi mendasarkan alasan-alasan tersebut pada filsafat.

Bagian kedua menuliskan tentang seorang ilmuan, yaitu Edward Westermarck. Ia menuliskan sebuah buku, yaitu The History of Human Marriage pada tahun 1891. Pada bagian ini juga van Baal menuliskan bahwa dalam pandangannya mengenai perkawinan, Westermarck mengaitkannya dengan kehidupan seks dan hewan, dimana pada binatang-binatang jenis rendahan, umumnya tidak banyak terdapat pemeliharaan keturunan. Tetapi pada burung-burung, kita lihat suatu usaha pemeliharan yang jelas bagi anak-anak mereka, dan juga terlihat gejala bahwa jantannya ikut serta dalam pemeliharaan itu. Saya sendiri menyebutnya dengan hewan jenis peliharaan, seperti anjing, kucing, dan sebagainya, dimana kita sendiri dengan sengaja memelihara, memberi makan, merawat, dan bahkan mengajaknya berbicara seperti teman sendiri.

Westermarck – seperti yang tertulis didalam bagian ini – adalah seseorang yang menentang teori evolusi. Ia berpegang teguh pada urutan pemikiran sebagai berikut: perkawinan rampok-perkawinan beli-rampok-perkawinan tukar-rampok-perkawinan bebas.

(9)

sebagai suatu contoh dini yang memungkinkan menerangkan lembaga-lembaga sosial tanpa mengaitkan teori-teori asal usul.

Kemudian ada kritik terhadap buku The Secret of the Totem, yang ditulis oleh Andrew Lang. Kritik tersebut adalah kritik terhadap penafsiran fakta yang bersifat evolusionistis. Dalam buku tersebut, Lang menuliskan serta menganalisa tentang perkawinan pirauru pada suku Dieri di Australia.

Bagian keempat yaitu mengenai Keraguan dalam Mempertimbangkan Gejala Religi, menuliskan tentang dua orang tokoh, yaitu Andrew Lang dan William James.

Tokoh pertama, yaitu Andrew Lang, yang sebetulnya bukan seorang ahli antropologi, namun banyak karyanya yang menuliskan tentang antropologi budaya. Ia menentang teori dari Max Müller mengenai mitos, dan juga teori dari Tylor. Ia sendiri menulis sebuah buku yang sangat baik, yaitu The Making of Religion. Buku tersebut terdiri atas dua bagian, yang ditulis van Baal Nampak tidak ada persamaannya, namun memiliki persamaan yaitu menimbulkan keraguan akan kebenaran pandangan Tylor mengenai religi.

Bagian pertama buku tersebut menuliskan tentang arti gejala-gejala paranormal untuk untuk timbulnya pembayangan jiwa, sedangkan bagian kedua menuliskan tentang timbulnya gagasan tentang Tuhan.

Tokoh kedua yaitu William James, juga bukanlah seorang ahli antropologi, melainkan ahlis filsafat pragmatisme. Ia juga melakukan penelitian mengenai religi dan menuliskan sebuah buku yang berjudul The Varieties of Religious Experience. Dalam buku tersebut, James menuliskan mengenai peran atau nilai religi dalam tuntutan kehidupan manusia.

Memasuki bab ketujuh, yaitu Kepercayaan Terhadap Kuasa Gaib dan Peran Rasa Ketidaktergantungan Dalam Religi. Bagian pertama menjelaskan pengertian “mana”, yaitu seesuatu yang mempengaruhi semua hal, yang melampaui kekuasaan manusia, dan yang berada diluar jalur yang normal dan wajar. Sedangkan menurut Codrington, mana bukanlah kekuasaan yang terlepas dari roh, melainkan sesuatu yang berasal dari roh12.

Secara keseluruhan bab ini menceritakan mengenai roh-roh, kepercayaan terhadap roh (animisme) dan hal-hal gaib. Dalam bab ini van Baal menuliskan tentang R.R. Marett, seorang ilmuwan yang menolak definisi Tylor mengenai religi karena dianggap terlalu sempit dan intelektualistis. Ia juga membuat sebuah pidato berjudul Preanimistic Religion.

(10)

Pada akhir bagian ini, van Baal menuliskan bahwa Marett menyimpulkan magi dan religi “must be held apart in thought, from another point of view they may legitimately be brought tohether”. Dalam bagian-bagian lain di bab ketujuh ini ada banyak sekali definisi serta pandangan-pandangan mengenai mana yang disampaikan oleh beberapa tokoh lainnya. Ada juga penjelasan mengenai fenomena religi dan agama, yang dianggap suci.

Dari pengertian saya mengenai bagian akhir dalam bab ini, agama menimbulkan rasa ketidaktergantungan terhadapt hal gaib, karena adanya kuasa gereja (terutama di Eropa, karena perkembangan agama Kristen yang pesat disana).

Tiga bab terakhir, yaitu bab delapan, Sembilan, dan sepuluh adalah penjelasan mengenai pertumbuhan antropologi di Jerman, di Amerika Serikat, dan Aliran Antropologi Perancis, Durkheim.

Koentjaraningrat dalam bukunya Sejarah Teori Antropologi jilid pertama juga menuliskan tentang Permulaan Perkembangan Antropologi di Amerika Serikat dan beberapa negara Komunis (seperti Uni Soviet). Namun ia tidak menuliskan mengenai perteumbuhan Antropologi di Jerman dan Aliran Antropologi Perancis.

Pertumbuhan antropologi di Jerman kemudian memunculkan aliran-aliran sejarah yang pertamakali diungkap oleh Leo Frobenius, yaitu mengenai kesamaan antara topeng-topeng Afrika Barat dan Melanesia – yang nantinya menimbulkan adanya kaitan antara Afrika Barat dengan Melanesia.

Selain itu, ketiga bab terakhir juga membandingkan berkembangan ilmu antropologi diketiga negara tersebut. Seperti di Amerika Serikat misalnya, ilmu antropologi di’pelopori’ oleh Franz Boas – yang melakukan suatu ekspedisi tanpa bantuan alat geografi ke suku-bangsa eskimo di pantai Pulau Baffinland (Koentjaraningrat, 1980:122).

Sesuai judulnya, buku karangan J. van Baal ini cukup menjelaskan mengenai Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Setiap bab dalam buku ini mempunyai beberapa bagian yang terdiri dari perkenalan, kemudian beberapa pembahasan atau teori-teori dari beberapa tokoh, dan beberapa menuliskan kesimpulan dari teori-teori tersebut.

(11)

antropologi budaya. Sedangkan dalam buku ini, van Baal tidak hanya menuliskan masalah evolusi kebudayaan namun juga segala hal yang berkaitan dengan antropologi budaya.

Apabila didalam buku Sejarah Teori Antropologi, Koentjaraningrat juga banyak menjelaskan mengenai unsur-unsur lain antropologi diluar antropologi budaya, van Baal justru secara khusus menjelaskan mengenai antropologi budaya. Contohnya, dalam buku Sejarah Teori Antropologi, Koentjaraningrat hanya menuliskan teori mengenai religi kedalam satu bab saja, sedangkan dalam buku ini van Baal menuliskan mengenai religi lebih dari satu bab, termasuk mitos serta ilmu-ilmu gaib.

Kemudian dari segi penulisan serta tata bahasa, buku ini jauh lebih mudah dipahami dibandingkan buku tulisan Koentjaraningrat. Tidak banyak pengulangan kalimat sehingga kalimat-kalimat yang dituliskan efektif. Selain itu dalam buku ini, van Baal juga memberikan banyak sekali contoh teori dan membandingkan satu dengan yang lainnya. Sehingga bisa kita ketahui asal mula teori, perkembangan, hingga kritikan-kritikan terhadap suatu teori tersebut. Lalu ada banyak sekali ahli-ahli, baik ahli antropologi maupun ahli cabang ilmu lain yang memiliki peran dalam perkembangan ilmu antropologi, yang disebutkan serta diceritakan didalam buku ini, sehingga kita bisa mengetahui lebih banyak lagi soal ilmu antropologi, khususnya antropologi budaya.

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT Rineka Cipta Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi jilid I. Jakarta. UI-Press

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Biaya tenaga kerja merupakan salah satu unsur dalam menghitung harga pokok produksi. Biaya tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu biaya tenaga kerja langsung dan tenaga

Bangun Samudra jangan sampai menyekutukan Allah dalam bentuk tandingan apapun, kita wajib iman kepada Allah. Sehingga kita tidak termasuk umat yang musyrik. jadi

penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, maka Peraturan Bupati Kendal Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah

Data morfologi meliputi skor getah kuning pada kulit dan aril buah manggis, sifat fisik buah buah manggis yaitu diameter buah, edible portion, ketebalan kulit

Meliputi : Pelayanan antenatal, Pertolongan persalinan ,deteksi dini factor resiko dan komplikasi kebidanan, pelayanan kesehatan ibu nifas ( kunjungan ibu nifas ), pelayanan

untuk menghindari kebocoran apabila kemasan berisi beras tersebut jatuh atau terbanting, karena seringkali proses pengangkutan beras tidak dilakukan dengan hati-hati. Perusahaan

Penggunaan warna ini juga bertujuan agar menghilangkan kesan buruk tentang museum yang terlihat tua dan membosankan dari Museum Prangko, sehingga pengunjung terutama

JJJJJika selama anda melakukan kunjungan surveillance bulanan dari rumah ke rumah, lalu anda menemukan keluarga yang memiliki unggas sakit dengan gejala flu burung atau unggas yang