• Tidak ada hasil yang ditemukan

Blood Pressure Differences after Exposure of Cold Pressure Test between Student with Family History of Hypertension and Student without Family History of Hypertension

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Blood Pressure Differences after Exposure of Cold Pressure Test between Student with Family History of Hypertension and Student without Family History of Hypertension"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Tekanan Darah setelah Pemaparan

Cold Pressure

Test

antara Mahasiswa Tanpa dan dengan Riwayat Hipertensi

di Keluarga

Blood Pressure Differences after Exposure of Cold Pressure Test

between Student with Family History of Hypertension and Student

without Family History of Hypertension

Hadi Sarosa1, Muktasim Billah2, Bagus Herlambang3, Muslimah4

ABSTRACT

Background: Recently the number of hypertension cases has become increase; about 90% of them are idiopathic hypertension. An investigation was carried out to find out the difference of the activity of simphatic tonus between the group with the family history of hypertension and group without the family history of hypertension. Design and Methods: The 28 subjects (mean of age=20 years) of this research were randomly included and divided into 2 groups: group I (students with family history of hypertension) and group II (students without family history of hypertension). Blood pressure was recorded before and after Cold Pressure Test (CPT) by mercurial sphygmomanometer. The difference of blood pressure before and after CPT was analyzed by Wilcoxon’s test and Mann-Whitney test.

Result: There was an increased in either systolic or diastolic blood pressure mean before and after CPT for the two groups. Statistically, this was not significant.

Conclusion: There was difference in systolic and diastolic blood pressures before and after CPT for the two groups, (Sains Medika, 1 (1) : 36-43).

Keywords: Cold Pressure Test (CPT), diastolic, systolic, blood pressure

ABSTRAK

Pendahuluan: Kasus hipertensi akhir-akhir ini semakin meningkat, dimana 90% diantaranya adalah hipertensi essensial yang penyebabnya tidak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan aktivitas tonus simpatis antara kelompok dengan atau tanpa riwayat hipertensi di keluarga.

Metode Penelitian: Dua puluh delapan subjek penelitian yang dipilih secara random (usia rata-rata 20 tahun) dikelompokkan menjadi 2 kelompok; kelompok I (mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga) dan kelompok II (mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga). Tekanan darah diukur dengan menggunakan sfigmomanometer air raksa. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT) dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney.

Hasil Penelitian: Pada kedua kelompok uji menunjukkan peningkatan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah CPT, baik sistolik maupun diastolik, Secara statistik, perbedaan tersebut tidak signifikan.

Kesimpulan: Ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah CPT pada kedua kelompok uji, (Sains Medika, 1 (1) : 36-43).

Kata Kunci: Cold Pressure Test (CPT), diastolik, sistolik, tekanan darah

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan masalah medik kronik karena prevalensinya cukup tinggi

dan mengakibatkan banyak penyakit kardiovaskuler seperti stroke, penyakit jantung

Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang,

(hadi_sarosa@plasa.com)

Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang 1

(2)

koroner, dan gangguan fungsi ginjal. Dari kelompok penyakit kardiovaskuler hipertensi

paling banyak ditemui, 10-15% orang dewasa menderita kelainan ini (Tagor, 2001). Sampai

saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi, tetapi telah dibuktikan bahwa

peningkatan tekanan darah akan menaikkan mortalitas dan morbiditas.

Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi sekunder atau

disebut juga hipertensi renal dan hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak

diketahui penyebabnya atau idiopatik (Sidabutar & Wiguno, 1990). Hipertensi essensial

meliputi lebih kurang 90% dari seluruh hipertensi dan 10% sisanya merupakan hipertensi

sekunder.

Patofisiologi hipertensi essensial terus berkembang, karena belum terdapat

jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan

darah. Berbagai hal seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik,

gangguan mekanisme pompa natrium (sodium pump), faktor renin, angiostensin dan

aldosteron dilaporkan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada

hipertensi essensial (Sidabutar & Wiguno, 1990).

Faktor genetik dibuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada

penderita kembar monozigot daripada heterozigot. Percobaan pada binatang

menunjukkan bahwa faktor neurogenik secara genetik diturunkan dan merupakan faktor

penting timbulnya hipertensi. Pada tahap awal terjadinya hipertensi essensial,

peningkatan aktivitas tonus simpatis menyebabkan peningkatan curah jantung sedangkan

tahanan perifer normal. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan

tahanan perifer meningkat akibat terjadinya refleks autoregulasi.

Aktivitas tonus simpatis dapat dibangkitkan dengan beberapa tes, salah satunya

adalah Cold Pressure Test (CPT). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil tes ini

dapat memperkirakan kecenderungan untuk terjadinya hipertensi di waktu yang akan

datang (Best & Tailor, 1973). Faktor neurogenik merupakan salah satu faktor yang

diturunkan dan berperan dalam terjadinya hipertensi essensial. Oleh karena itu, penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil dari CPT antara mahasiswa yang

mempunyai riwayat hipertensi pada keluarga dengan mahasiswa yang tidak mempunyai

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian case control design dengan subjek penelitian

adalah mahasiswa usia 20 – 25 tahun dan jenis kelamin laki-laki. Subjek penelitian dibagi

2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari mahasiswa yang mempunyai riwayat

orangtua yang hipertensi dan kelompok kedua adalah mahasiswa yang orangtuanya tidak

mempunyai riwayat hipertensi. Pengambilan sampel dengan cara simple random

sampling.

CPT dilakukan di laboratorium Ilmu Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNISSULA,

Semarang. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer air raksa merk Reister. Sebelum dilakukan penelitian, subjek

penelitian diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menandatangani

persetujuan untuk menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian dicatat tekanan darahnya

sebelum tes, kemudian salah satu tangan dicelupkan ke dalam air es, ditunggu 3 menit,

kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah kembali.

Variabel dalam penelitian ini adalah perubahan tekanan darah sebagai variabel

dependen dan variabel genetik dari orangtua sebagai variabel independen. Perbedaan

tekanan darah sebelum dan sesudah CPT dianalisa menggunakan uji Wilcoxon. Perbedaan

peningkatan tekanan darah antara kelompok dengan dan tanpa riwayat hipertensi dalam

keluarga dianalisa dengan Mann-Whitney test (p<0,05).

HASIL PENELITIAN

Mahasiswa sebanyak 28 orang (usia 19,5 ± 0,5 tahun) dikelompokkan menjadi

kelompok I sebanyak 15 orang dengan riwayat orangtua yang hipertensi dan kelompok II

sebanyak 13 orang mahasiswa dengan orang tua tidak mempunyai riwayat hipertensi.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan dengan subjek penelitian duduk dalam

keadaan rileks.

Tekanan Darah Sistolik

Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test (CPT)

pada sampel disajikan pada Tabel 1. Sebanyak 5 sampel penelitian mengalami peningkatan

(4)

(normoreaksi), 7 sampel hiporeaksi, dan 1 sampel mengalami penurunan tekanan darah.

Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum tes: 111,7 ± 9,2 mmH dan tekanan sistolik setelah

tes: 120 ± 14,1 mmHg, terjadi peningkatan 8 mmHg. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan

tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga berbeda secara bermakana (p = 0,013).

Tabel 1. Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test

(CPT) pada sampel yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga

Tabel 2. Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test

(5)

Perubahan tekanan darah sistolik pada kelompok yang tidak mempunyai riwayat

hipertensi dalam keluarga disajikan pada Tabel 2. Tiga sampel mengalami penurunan

tekanan darah, 5 sampel tetap, dan 4 sampel mengalami peningkatan tekanan darah

sebesar 10 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum tes: 112,7 ± 11,31 mmHg

dan sesudah tes: 135 ± 10,3 mmHg. Hasil uji Wilcoxon berpasangan antara sebelum dan

sesudah CPT pada kelompok dengan dan tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga

menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,76.

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah sistolik

sebelum dan sesudah CPT antara kelompok tanpa riwayat hipertensi dibandingkan dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga, tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Pada

kelompok dengan riwayat hipertensi terdapat 5 sampel hiperreaktif dan terjadi perubahan

yang bermakna antara sebelum dan sesudah CPT, sedangkan pada kelompok tanpa

riwayat hipertensi tidak ada yang mengalami hiperreaksi.

Tekanan Darah Diastolik

Tabel 3 menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata tekanan darah diastolik antara

sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga

dimana 4 sampel mengalami peningkatan tekanan darah diastolik yang hiperreaksi, 3

sampel normoreaksi, dan 8 sampel hiporeaksi. Ada perbedaan yang bermakna antara

tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat

hipertensi dalam keluarga.

Pada kelompok yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga, 6 sampel

meningkat 10 mmHg (normoreaksi) dan 1 sampel meningkat 20 mmHg (hiperreaksi),

sedangkan 6 sampel tetap dan 1 sampel mengalami penurunan tekanan darah diastolik

(hiporeaksi). Peningkatan rata-rata tekanan darah diastolik antara sebelum dan sesudah

CPT berbeda secara bermakna (p>0,05). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan bermakna (p>0,05) pada peningkatan tekanan darah diastolik antara kelompok

(6)

Tabel 3. Perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test

(CPT) pada sampel yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga

Tabel 4. Perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test

(CPT) pada sampel yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga

PEMBAHASAN

Tekanan darah dapat diformulasikan secara mudah sebagai: tekanan darah = curah

jantung × tahanan perifer. Curah jantung dipengaruhi oleh frekuensi denyut jantung,

kontraktilitas otot jantung, afterload dan preload, sedangkan tahanan perifer diperankan

(7)

Hasil pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

faktor pasien, faktor alat, dan tempat pengukuran. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada

penderita dengan cukup istirahat, sedikitnya 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi

berbaring, duduk, dan berdiri, sebanyak 3 – 4 kali pemeriksaan dengan interval 5 – 10

menit. Ukuran manset sebaiknya sesuai dengan umur dengan lebar 2/3 panjang lengan

atas. Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan-lahan

dengan kecepatan 2 – 3 mmHg per denyut jantung. Tekanan sistolik dicatat saat terdengar

bunyi yang pertama (Korotkoff I), sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak

terdengar lagi (Korotkoff IV) (Sidabutar & Wiguno, 1990).

Sampai saat ini tidak ada kesatuan pendapat mengenai definisi hipertensi (Tagor,

2001). Membicarakan hipertensi seringkali hanya membicarakan organ target akibat

peningkatan tekanan darah yaitu jantung, otak, ginjal, pembuluh darah, dan mata

(Suryadipraja, 2002). Patogenesis hipertensi adalah adanya kelainan dalam sistem

pengawasaan yang gagal menurunkan tekanan arteri menjadi normal. Ada perbedaan

patofiologi hipertensi essensial labil, borderline dan ringan, dan dengan hipertensi

essensial sedang dan berat (Tagor, 2001).

CPT merupakan tes yang berfungsi untuk menimbulkan perangsangan simpatis.

Tes ini dilakukan untuk mengetahui efek vasokonstriksi yang ditimbulkan akibat

perangsangan simpatis pada seseorang yang secara genetik mempunyai riwayat

hipertensi, atau sudah dalam permulaan proses hipertensi. Perangsangan dingin akan

meningkatkan epinefrin dan menurunkan kontrol mekanisme umpan balik negatif

baroreseptor (Paparek et al., 1991). Pada orang dengan riwayat hipertensi dalam keluarga

CPT akan meningkatkan tekanan sistolik.

Pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga, peningkatan tekanan

sistolik maupun diastolik lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa riwayat hipertensi

dalam keluarga. Patofisiologi hipertensi terus berkembang, karena belum terdapat

jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan

darah. Berbagai hal seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik,

gangguan mekanisme pompa natrium (sodium pump) dan faktor renin, angiostensin,

aldosteron dibuktikan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada

hipertensi essensial (Sidabutar & Wiguno, 1990). Paparek et al. (2005) melaporkan bahwa

reseptor AT

(8)

peningkatan tekanan darah melalui sistem NO dan meningkatkan respon terhadap ANG

II. Perangsangan dingin akan menyebabkan penurunan tekanan darah melalui penurunan

aktivitas barorefleks yang dapat dilihat pada kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam

keluarga mengalami penurunan tekanan darah diastolik 1 sampel dan tekanan darah

sistolik 3 sampel.

KESIMPULAN

Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah CPT

pada kelompok dengan dan tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga mengalami

peningkatan, akan tetapi perbedaan keduanya tidak bermakna. Tekanan darah sistolik

antara sebelum dan sesudah CPT pada kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga

menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Tekanan darah diastolik sebelum dan

sesudah CPT pada kelompok tanpa riwayat hipertensi dalam keluarga berbeda bermakna

(p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) tekanan darah sistolik antara

sebelum dan sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

Ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) tekanan darah diastolik antara sebelum dan

sesudah CPT pada kelompok dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

SARAN

Diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan

memonitor perubahan gelombang EKG untuk menilai perubahan interval.

DAFTAR PUSTAKA

Berne and Levy,1998, The Cardiovascular System, Dalam: Berne & Levy (eds): Physiology, Mosby, Toronto.

Best and Taylor, 1973, Physiology Basic of Medical Practices, The Williams and Wilkins Company Baltimore.

Paparek, P.E., Wood, C.E., and Fregly, M.J., 1991, Role of the Sympathetic Nervous System in Cold Induced Hypertension in Rat, Journal of Applied Physiology 71: 300-6.

Sidabutar, R.P., dan Wiguno, P., 1990, Hipertensi Essensial, Dalam: Suparman dan Sarwono Waspadji: Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Suryadipraja, M., 2002, Peran CCB dan Beta Blokers, Dalam: The First Symposium an Integrated Thinking on Circulation Problems Basic to Clinical Implementation, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.Perubahan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test(CPT) pada sampel yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga
Tabel 4.Perubahan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah Cold Pressure Test

Referensi

Dokumen terkait

Menekan stang luar sampai dengan kedalaman 20 cm dan pembacaan manometer dilakukan seperti pada langkah 2, yaitu untuk 4 cm pertama membaca lekatan pada matel konus selanjutnya 4

Dalam mendirikan salah satu perusahaan masalah lokasi atau letak kantor adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan lebih. Dengan menempatkan lokasi atau letak yang

[r]

Untuk menentukan viskositas cairan digunakan metode Ostwald berdasarkan hukum Heagen Poiseuille dengan prinsipnya didasarkan pada waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah

Karena itu sub sektor ini menjadi perhatian utama dari pemerintah daerah, selain karena pengaruhnya sangat besar terhadap PDRB, tetapi juga mampu

Jelas bahwa kebijakan penuntutan untuk kepentingan umum dipercayakan dan dipertanggungjawabkan pada Jaksa Agung sebagai Penuntut Umum Tertinggi, dan adanya asas oportunitas

Judul Tugas Akhir : Keefektifan Pameran Sebagai Media Promosi Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Ekspor Pada CV Palem Craft Jogja.. Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecambah varietas Bhakti pada umur hari ketiga mengandung kadar protein dan aktivitas enzim α -amilase tertinggi dibanding