26
Askep Hipertensi Pada Keluarga
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya faktor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi 2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan materi askep keluarga dengan hipertensi diharapkan mahasiswa dapat: a. Memahami konsep hipertensi pada keluarga
b. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi c. Membuat analisa data dari hasil pengkajian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi Dalam Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978, perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal. 356).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu: (Mansjoer Arif,dkk,1999 hal. 518)
1. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga Hipertensi Idiopatik.
Terdapat sekitar 95 % kasus. Faktor resiko dari hipertensi essensial adalah: a. Usia
b. Jenis kelamin c. Riwayat keluarga d. Obesitas
e. Serum lipid f. Diet
g. Perokok
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebabnya spesifik diketahui seperti penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiper aldosteronisme, sindrom chausing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National Committee on Prevention
1997 dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Klasifikasi Systole Diastole
a. Normal b. Perbatasan
c. Hipertensi tingkat I d. Hipertensi tingkat 2
< 130 130 – 139 140 – 159 160 – 179
e. Hipertensi tingkat 3 > 180 > 110
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing. (Mansjoer Arif, dkk, 1999).
Fokus Intervensi Individu
Diagnosa 1 : Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan, faktor resiko.
Intervensi :
1) Identifikasi faktor-faktor penyebab atau penunjang yang menghalangi. 2) Bangun rasa percaya dan kekuatan.
3) Tingkatkan percaya diri dan kemajuan diri yang positif. 4) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
5) Tingkatkan sikap positif keikutsertaan individu dan keluarga. 6) Jelaskan dan bicarakan :
a) Proses penyakit b) Aturan pengobatan
c) Perubahan gaya hidup yang diperlukan d) Metode untuk memantau kondisi
7) Jelaskan bahwa perubahan gaya hidup dan kebutuhan belajar akan membutuhkan waktu untuk integrasi.
8) Identifikasi rujukan atau layanan komunitas yang diperlukan untuk tindak lanjut.
Diagnosa 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
2) Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala.
3) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan rasa sakit kepala, misalnya mengejan.
4) Bantu pasien untuk ambulasi sesuai kebutuhan.
Berikut ini intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan pada masalah hipertensi sesuai dengan 5 tugas keluarga:
1) Mengenal masalah kesehatan Intervensi:
a) Gali pengetahuan keluarga tentang hipertensi
b) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian hipertensi
c) Jelaskan pada keluarga mengenai macam-macam penyebab hipertensi d) Jelaskan pada keluarga tanda dan gejala hipertensi
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat Intervensi:
a) Jelaskan akibat-akibat bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat guna menangani hipertensi c) Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga
3) Merawat anggota keluarga yang sakit Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang perawatan hipertensi
b) Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional untuk hipertensi c) Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikannya
d) Beri reinforcement atas ketrampilan keluarga
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan Intervensi:
Jelaskan tentang pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan keluarga di rumah 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga mengenai tempat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi
1 Ny. N Istri 57 th P Kawin SR IRT _
Tipe Keluarga : Nuklear Family (Keluarga inti)
Suku Bangsa:
Semua anggota keluarga berasal dari suku Jawa,dengan kultur budaya Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa “ngoko halus”. Tidak ada pantangan dalam makanan atau hal-hal yang lain asalkan tidak bertentangan dengan budaya dan agama. Hanya saja terkadang apabila Ny. N sakit sering pergi ke orang pintar (dukun).
Agama:
Semua anggota keluarga beragama Islam, taat menjalankan sholat. Sholat dilakukan dengan berjamaah dan selalu membaca Al Qur’an setelah sholat. Tiap malam selalu sholat tahajud. Tahun ini rencana mau naik Haji. Menurut keluarga Tn.A, Daging babi tidak boleh dimakan.
Keluarga Tn.A termasuk keluarga dengan ekonomi menengah ke atas.Hasil keuntungan toko 500ribu perbulan. Hasil pertanian jika panen bisa mencapai 10juta terutama apabila musim tembakau. Biaya makan tiap hari 30ribu, listrik 80ribu. Dengan perabot rumah yaitu TV 24 inci, kulkas 2 pintu, sofa, dispenser, kompor gas, radio, sepeda dll. Selain itu menyewakan barang-barang untuk hajatan.
Aktivitas rekreasi keluarga
Kelurga Tn A beraktivitas rekreasi dengan menonton Tv dan mendengarkan radio. Sambil bercengkrama. Dan tidak pernah pergi ke tempat rekrasi atau jalan-jalan ke Mall.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan Tn. A untuk saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan kelurga yang belum terpenuhi :
Tugas perkembangan keluarga pada usia pertengahan yang belum terpenuhi adalah belum dapat memodifikasi lingkungan kesehatan.ini dapat diketahui dari pernyataan Tn. A bahwa Tn.A suka makan asin dan berlemak.
Riwayat keluarga inti :
Dalam keluarga Tn. A, Tn. A menderita hipertensi 190/100 mmHg tapi tidak merasakan pusing ataupun keluhan lainnya. Tn. A jarang melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan dan belum pernah opname di Rumah Sakit. Ny. N tidak mempunyai riwayat kesehatan yang bermasalah.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya;
Ayah dari Tn. A menderita penyakit hipertensi dan adik dari Tn . A yang berumur 55 th menderita stroke. Dalam keluarga Tn. A tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
c. Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah
Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan rumah Tn. A mayoritas sebagai petani tiap pagi berangkat ke sawah dengan naik sepeda. Sedangkan transportasi yang berada di desa Tn. A adalah angutan pedesaan.
Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A belum pernah berpindah tempat, apabila ada anggota keluarga yang sakit menggunakan transportasi sepeda motor atau angkutan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Dalam keluarga Tn A sering dikunjungi oleh anaknya. Dan kesempatan ini digunakan oleh keluarga untuk saking bercerita dan bersenda gurau. . Hubungan keluarga Tn. A dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Ny. N ikut dalam perkumpulan PKK RT setiap bulan sekali dan pengajian seminggu sekali setiap hari kamis. Tn. A juga ikut perkumpulan RT setiap bulan sekali serta aktif mengikuti Yasinan setiap malam Jum’at.
System Pendukung Keluarga
Anggota keluarga Tn. A yang sehat adalah Ny. N, apabila ada keluarga Tn. A akan berobat dengan menggunakan sepeda motor, apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota yang lain memberikan dorongan atau mengingatkan serta mengantar untuk berobat ke pelayanan kesehatan. Sedangkan masyarakat menjenguk apabila ada anggota keluarga Tn. A yang sakit.
d. Struktur Keluarga
Pola komunikasi keluarga
menerima dan menghargai hasil keputusan terakhir. Akan tetapi pengambil keputusan adalah Tn. A selaku kepala rumah tangga
Struktur Peran
Peran formal
Tn. A mampu menjalankan perannya sebagai kepala keluarga, Ny. N juga mampu menjalankan perannya sebagai Ibu rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, manager
keuangan.dan membantu mencari tambahan nafkah dengan menjaga toko.
Peran Informal
setiap anggota keluarga berperan sebagai pendorong jika ada salah satu anggota keluarga yang bermasalah, sebagai sahabat bagi semua anggota keluarga dan sebagai penghibur apabila ada anggota keluarga yang sedang bersedih.
Nilai atau norma keluarga
Nilai yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain, mengormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Menurut Ny, M semau anggota keluarga berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, nilai yang ada
dikeluarga merupakan gambaran diri dari agama yang dianut, tidak terlihat adanya konflik dalam nilai.
Keluarga Tn. A mempunyai persepsi bahwa penyakitnya sudah biasa dan tidak dirasakan sehingga jarang kontrol.
e. Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif
Keluarga Tn. A tampak sangat harmonis, antar anggota keluarga saling menghargai dan menghormati. Tn. A menerapkan disiplin yang tinggi terhadap anaknya yang sudah
menikah.Sehingga menjadikan anaknya brhasil dalam pendidikannya dan bahagia dalam rumah tangganya bersama istri dan anaknya.
Fungsi Sosialisasi
Hubungan antara anggota keluarga tampak baik dimana anak dan menantu beserta cucu-cucunya menjenguk Tn. A sekeluarga. Tn. A menerapkan disiplin yang tinggi pada anaknya baik disipil waktu maupun disiplin dalam janji. Kluarga tn.A mengikuti adapt dan norma yang ada di masyarakat.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Makan sehari 3 kali berupa nasi, lauk pauk, sayuran, buah dan susu (4 sehat lima sempurna). Sedang pola istirahat pada keluarga Tn. A : Tn. A tidur jam 23.00 dan bangun jam 04.00 serta tidak pernah tidur siang. Ny. N tidur jam 23.00 bangun jam 04.30 dan tidak pernah tidur siang karena harus menjaga toko.
untuk mengatasi masalah kesehatan, hal ini bisa dilihat Tn. A jarang Kontrol. Apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke pelayanan kesehatan.
Keluarga Tn. A kurang tahu bagaimana memodifikasi lingkungan kaitannya dengan pola makan dalam keluarga tersebut.
Keluarga Tn. A jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada yaitu Puskesmas, dokter swasta ataupun bidan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga.
Fungsi reproduksi
Jumlah anak keluarga Tn. A satu, saat ini sudah berkeluarga dan tinggal bersama istrinya. Dulu pada saat masa muda, setelah melahirkan anak pertamanya Ny. N menggunakan KB suntik. Setelah 5 tahun brhenti menggunakan KB.
Fungsi ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan makan, keluarga Tn. A sering makan makaan yang berlemak, walaupun diselingi denganmakanan yang lain. Pakaian yang penting bersih, beli baju setahun sekali kalau mau lebaran. Keluarga Tn. A mempunyai rumah sendiri.Apabila sakit Tn. A jarang kontrol ke RS karena merasa bahwa penyakitnya merupakan hal yang biasa.Sedangkan Ny.M apabila sakit pergi ke RS, tetapi lebih sering pergi ke orang pintar ( dukun ) apabial telah berobat tidak sembuh.
f. Stress dan Koping Keluraga
Stresor jangka pendek dan jangka panjang.
Stresor pendak : Yang menjadi pemikiran keluarga saat ini adalah merasa ditinggal oleh anak satu-satunya. Kadang merasa sepi dan sendiri apabila anak dan cucunya tidak datang
menjenguknya.
Stresor jangka panjang : Bagaimana jika tiba-tiba meninggal tetapi tidak ada anak disampingnya.
Strategi koping yang di gunakan
Apabila ada masalah di selesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Dan dicari jalan yang terbaik serta tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemampuan keluarga dalamberespon terhadap stressor
Keluarga tidak bisa apa-apa, hanya bisa menuggu anak dan cucunya datang. Dan mengusir kesepiannya dengan berjualan di toko untuk mengisi kesibukannya.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Tn A Ny. N
TD 190/100mmHg 120/80 mmHg
N 96x/mt 92x/mt
RR 20x/mt 24x/mt
BB/TB 60 kg/160 cm 55 kg/ 155cm
Rambut Beruban, tidak ada ketombe
Konjungtiva Tidak anemi Tidak anemi
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik
Hidung Tidak ada secret, simetris Tidak ada secret, simetris
Telinga Tidak keluar seruman Tidak kelaur serumen
Mulut Mukosa bibir lembab,
tidak sariawan
Mukosa bibir lembab, tidak sariawan
Leher Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan limfe
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe Dada:
Paru
Jantung
Tidak ada keluhan Tidak ada bunyi nafas yang abnormal
Irama jantung teratur dan tampak jelas
Tidak ada keluhan Tidak ada bunyi nafas paru yang abnormal Irama jantung teratur
Abdomen Datar, ada bising usus20x/mt, tidak nyeri tekan
Datar, ada bising usus 25x/mt, tidak nyeri tekan
Ekstremitas Tidak edema, apabila berjalan tampak tertatih dan lambat
Tidak edema, berjalan agak trtatih dan lambat
Kulit Bersih, sawo matang,
tampak keriput dan kering
Bersih, sawo matang, tampak keriput dan kering
Turgor kulit Cukup baik Cukup Baik
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
h. Harapan Keluarga
Harapan keluarga Tn A pada petugas kesehatan adalah Mendapatkan infornasi yang berguna bagi kesehatan anggota keluarganya.
2. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS :
Tn. A mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan tidak merasakan keluhan apa-apa. Keluarga merasa masalah ini merupakan hal yang biasa. DO :
TD = 190/100 mmHg, N : 72 x/mt,
yanga asin dan berlemak. Apabila kambuh keluarga hanya
memberikan obat gosok atau
kerokan. Jarang periksa ke Yan Kes
1) Resiko gg perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah 2) Ketidak efektifan keluarga dalam penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga yang sakit. Skoring
Resiko gg perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
No kriteria skore bobot jumlah total pembenaran 1 Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
2 1 2/3 x 1 2/3 Apabila masalah yang dialami Tn A berkelanjutan hal ini keluarga belum mengenal masalah dan jarang pergi ke YanKes
kebiasaan diet makanannya dan dengan bantuan peran serta anggota keluarga 3 Potensi untuk
dicegah : cukup
2 1 2/3 x 1 2/3 Masalah belum berat walaupun Tn.A tidak merasakan keluhan apa-apa, tetapi TD Tn.A apabila tidak
mendapatkan tindakan akan membahayakan
4 Menonjolnya masalah : Masalah tidak dirasakan
0 1 0/1 0 Tn.A tidak
merasakan keluhan apa-apa.Dan keluarga menganggap masalah ini hal yang biasa Jumlah
Ketidakefektifan keluarga dalam penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga dalam merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi
No kriteria skore bobot jumlah total Pembenaran 1 Sifat masalah:
actual 3 1 3/3 x 1 1 Masalah adalah actual sudah terjadi untuk itu perlu tindakan perawatan, sehingga tidak berdampak pada masalah lain (stroke)
masalah dapat
diubah: sebagian dicegah untuk lebih parah, dan membutuhkan peran serta keluarga yang amat besar, dalam merubah perilaku
pemenuhan nutrisi, ada tenaga kesehatan yang akan membina. 3 Potensial untuk
dicegah: cukup
2 1 2/3 x 1 2/3 Masalah belum berat, dan membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan keluarga
4 Menonjolnya masalah tidak dirasakan
0 1 0 x 1 0 Anggapan
keluarga, bahwa masalah Ht ini adalah masalah yang biasa dan oleh Tn.A tidak dirasakan Jumlan
Prioritas masalah keperawatan
1) Ketidakefektifan keluarga dalam penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Dx Jangka Tujuan Kriteria Standar Intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978, perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana atau penyalur.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal. 356).
Berikut ini intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan pada masalah hipertensi sesuai dengan 5 tugas keluarga:
1) Mengenal masalah kesehatan Intervensi:
a) Gali pengetahuan keluarga tentang hipertensi
b) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian hipertensi
c) Jelaskan pada keluarga mengenai macam-macam penyebab hipertensi d) Jelaskan pada keluarga tanda dan gejala hipertensi
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat Intervensi:
a) Jelaskan akibat-akibat bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat guna menangani hipertensi c) Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga
3) Merawat anggota keluarga yang sakit Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang perawatan hipertensi
b) Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional untuk hipertensi c) Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikannya
d) Beri reinforcement atas ketrampilan keluarga
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan Intervensi:
Jelaskan tentang pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan keluarga di rumah 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
a) Jelaskan pada keluarga mengenai tempat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi
b) Motivasi keluarga untuk mengunjungi tempat fasilitas kesehatan c) Beri reinforcement (+) atas minat keluarga.
B. Saran