• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Sosial budaya dasar (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ilmu Sosial budaya dasar (2)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

http://pendidikandasar12.blogspot.co.id/2015/11/kajian-ilmu-ilmu-sosial.html

KAJIAN ILMU-ILMU SOSIAL

BAB 1

PENGERTIAN DAN HAKIKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN

A. Pentingnya IPS Dalam Program Pendidikan Dan Pengertian IPS

Pada abad ke-20 ditandai dengan terjadinya perkembangan pesat pada berbagai bidang kehidupan, seperti timbulnya ledakan penduduk, ledakan ilmu pengetahuan, dan ledakan teknologi. Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah di dalam masyarakat seperti:

1. Permasalahan yang menyangkut pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan,

perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. 2. Ketegangan-ketegangan di dalam masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik (Misalnya

keseimbangan lingkungan, polusi, dan masalah lalu lintas). 3. Masalah pertentangan dan kekaburan nilai.

Akibat dari hal-hal tersebut terjadi gejala kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya spesialisasi yang makin intensif di bidang ilmu pengetahuan, misalnya mengakibatkan ketidakpastian diri, terampas rasa identitas individu, kehilangan nilainilai sosial dan tujuan etis. Mata pelajaran IPS diperlukan sebagai:

1. Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan

yang mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.

2. Laju perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan

pendidikan yang seirama dengan laju itu.

3. Agar output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat.

4. Setiap orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu perlu

disiapkan ilmu khusus, yaitu IPS. 1

Dilihat dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana dunia pendidikan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan kehidupan dalam dunia pengajaran.

(2)

Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan konsep-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Tuntutan dan persoalan kehidupan praktis adalah buah dari lajunya pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, IPS mau tak mau harus berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Demikianlah sekedar gambaran yang melatarbelakangi eksistensinya pelajaran IPS di negara kita. Keberhasilan pengajaran sangat tergantung kepada “ketepatan pilihan dan susunan dari konsep-konsep IPS, pendekatan, orientasi program dan pengajarannya serta tingkat inovatifnya para guru IPS itu sendiri.

B. HAKIKAT DAN TUJUAN IPS

IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. IPS merupakan aspek penting dari ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan diadaptasikan untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah.

IPS bukan ilmu sosial, sungguhpun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada program pengajaran sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan manusia misalnya melalui penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.

IPS dalam dunia pendidikan dasar di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU tahun 1975. Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang studi “baru”, karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia.

1. Ilmu Sosial (Social Science)

(3)

Sedangkan menurut Gross (Kosasih Djahiri, 198:1), ilmu sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk sosial secara ilmiah serta memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

Oleh karena itu ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

2. Studi Sosial (Social Studies)

Berbeda dengan ilmu sosial, studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan termasuk ilmu sosial. Tentang studi sosial ini Achmad Sanusi (1971:18) memberikan penjelasan bahwa, studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. Selanjutnya studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar kepada disiplin ilmu sosial bagi pendidikan lanjutan atau jenjang berikutnya. Studi sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial

Sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu-ilmu sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep dan prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dengan bidang keilmuannya dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS. Alasan mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.

a. Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah

dimiliki menjadi lebih bermakna.

b. Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan

bertanggung jawab.

c. Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan

antarmanusia.

Jadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

(4)

manusian dan kehidupannya, meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, begitu juga dengan Ilmu Pengetahuan Sosial terkait dengan hal-hal yang berkenaan dengan manusian dan kehidupannya, meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

Perbedaan dari Ilmu-Ilmu Sosial dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat dari pengertiannya, pendekatannya, obyeknya, tujuannya, dan tempat pembelajarannya.

1. Dilihat dari pengertiannya, Ilmu-ilmu Sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan

manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari, menelaah, dan menganalisa gejala masalah sosial di masyarakat, ditinjau dari berbagai aspek kehidupan.

2. Dilihat dari pendekatannya, Ilmu-ilmu Sosial menggunakan pendekatan disipliner / separated,

sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan pendekatan terpadu / integrated.

3. Dilihat dari obyeknya, Ilmu-ilmu Sosial mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang

dikaji secara terlepas sesuai dengan bidang studi keilmuannya, sehingga melahirkan teori baru, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang dikaji secara satu kesatuan gejala sosial atau makhluk sosial dan tidak melahirkan teori baru.

4. Dilihat dari tujuannya, Ilmu-ilmu Sosial bertujuan untuk menciptakan tenaga ahli untuk setiap

bidang ilmu sosial dan penemuan-penemuan teori baru, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri diantara atau ditengah-tengah kekuatan baik fenomena fisik maupun sosial. 5. Dilihat dari tempat pembelajarannya, Ilmu-ilmu Sosial dipelajari dan dikembangkan pada

tingkat perguruan tinggi, sedangkan Ilmu Pengetahuan Sosial dipelajari dan dikembangkan pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi.

1. Hakikat IPS

Hakikat dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik.

(5)

program pendidikannya. Untuk itu IPS sebagai program pendidikan tidak hanya terkait dengan nilai tapi wajib mengembangkan nilai tersebut. Nilai-nilai yang wajib dikembangkan oleh IPS sebagai program pendidikan meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai ketuhanan.

Dengan membina dan mengembangkan nilai-nilai tadi, kita sangat mengharapkan “terciptanya” SDM Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa serta negara. Perkembangan kehidupan sosial hari ini dan terutama di masa yang akan datang, menuntut SDM yang demikian.

2. Tujuan IPS

Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan sosial di Indonesia untuk Memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.

Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa mengembangkan filsafat hidupnya.

Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), secara umum dikemukakan oleh Fenton (1967), adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa, Sedangkan Clark dalam bukunya, Social Studies in Secondary School, A Hand Book (1973) menyatakan bahwa studi social menitikberatkan pada perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia dengan segala kegiatannya dan interaksi antarmereka. Dalam hal ini anak didik diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin Talut, 1980: 2).

(6)

Mengingat hakikat IPS merupakan perpaduan pengetahuan dari pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan harus mencerminkan sifat interdisipliner, maka tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:

1. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun

alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun

alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat

dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.

4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap

lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.

5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS

sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi (Nursid Sumaatmadja, 1980: 48).

Jadi bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupannya. Nilai dan sikap merupakan hal yang penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan. Sebagai contohnya menghargai martabat manusia dan peka terhadap perasaan orang lain, lebih-lebih lagi nilai dan sikap terhadap negara dan bangsa.

C. Ruang Lingkup IPS Sebagai Program Pendidikan

Ruang lingkup IPS tidak lain menyangkut kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Selanjutnya IPS sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama yakni berhubungan dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai yang menjadi karakteristik program pendidikannya. Untuk itu IPS sebagai program pendidikan tidak hanya terkait dengan nilai tapi wajib mengembangkan nilai tersebut.

(7)

warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global.

Sedangkan dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi. Tiap unsur yang menjadi subsistem dari ruang lingkup tersebut, berkaitan satu sama lain sebagai cerminan kehidupan sosial manusia dalam konteks masyarakatnya. Dengan demikian, ruang lingkup itu tidak hanya luas cakupannya, juga meliputi aspek dan unsur yang besar kuantitasnya. Untuk menyesuaikan lingkup tersebut dengan jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan peserta didik. Maka selaku guru IPS, wajib melakukan seleksi, baik berkenaan dengan aspek maupun berkenaan dengan ruang dan permasalahannya.

Seperti telah dikemukakanterdahulu, IPS sebagai program pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan justru wajib mengembangkan nilai tersebut. Dengan membina dan mengembangkan nilai-nilai (seperti nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai ke-Tuhanan.), kita sangat mengharapkan “terciptanya’ SDM Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa serta negara. Perkembangan kehidupan sosial hari ini dan terutama di masa yang akan datang, menuntut SDM yang demikian.

Selanjutnya marilah kita rinci nilai-nilai itu sebagai berikut: 1. Nilai Edukatif

Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik, perilaku itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan perilaku kognitif di sini, tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan meliputi pula nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi yang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.

2. Nilai praktis

Kita sepakat bahwa pelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti, apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan lain, pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu, jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, mulai dari di lingkungan keluarga, pasar, jalan, tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini, nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat umum dan kegiatan peserta didik sehari-hari.

(8)

Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta, dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka rnengajukan “hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dengan perkataan lain, kemampuan mereka “berteori” dalam pendidikan IPS, harus dibina dan dikembangkan dalam menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dan berubah.

4. Nilai filsafat

Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadarannya terhadap keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang demikian berfaedah dalam kehidupan bermasyarakat, tidak luput dari perhatian pendidikan IPS ini.

5. Nilai Ketuhanan

(9)

yang menjadi kunci kebahagiaan kita manusia lahir-batin. Nilai Ketuhanan ini menjadi landasan moral SDM setiap hari, terutama untuk masa yang akan datang.

Hal ini wajib menjadi perhatian bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib berlandaskan nilai Ketuhanan. objek materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik. Bobot luas dan kedalaman materi aspek-aspek tadi, secara bertahap disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat kemampuan peserta didik. Ragam pembelajarannya juga disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan.

Secara formal, proses mengajar dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Namun sesuai dengan kenyataan, peserta didik itu dibelajarkan dalam kehidupan yang sesungguhnya, baik di lingkungan keluarga, di jalan, di pasar, di tempat pembelajaran, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Interaksi edukatif antara Anda selaku guru dengan peserta didik, tidak hanya sepihak dalam bentuk “ceramah” saja, melainkan dikembangkan melalui metode lain, seperti tanya-jawab, diskusi, tugas, karyawisata, sosiodrama, dan bermain peran.

(10)

BAB 2

KONSEP DASAR GEOGRAFI, SEJARAH, ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI

A. Pengertian Ilmu Sosial

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi dasar ilmu-ilmu alam atau the natural sciences dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial atau the social sciences. Norman MacKenzie(1996, dalam Sapriya), merumuskan disiplin ilmu sosial sebagai “all the academic diciplines which deal with men in their social context”, artinya semua disiplin akademik yang berkaitan dengan manusia dalam konteks sosial. Somantri (2001, dalam Sapriya) mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari ilmu-ilmu sosial sebagai berikut.

1. Berbagai batang tubuh (body knowledge) disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara

sistematis dan ilmiah.

2. Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang handal dan kuat serta

dapat diuju tingkat kebenarannya.

3. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga struktur disiplin ilmu, ada juga yang

menyebutnya dengan fundamental ideas.

4. Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah yang dicapai lewat

pendekatan “konseptual” dan “syntactis”, yaitu lewat proses bertanya, berhipotesis, pengumpulan data (observasi dan eksperimen).

5. Setiap teori dan generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi, dan diperbaiki untuk membantu

dan menerangkan masa lalu, masa kini, dan masa depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran, sikap, dan tindakan terbaik.

B. Cabang-cabang Ilmu Sosial 13

(11)

1. Antropologi, mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang

mempelajari segi kebudayaan masyarakat. Para ahli antropologi dapat dibedakan ke dalam beberapa spesialisasi.

2. Ekonomi, mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat. Ilmu sosial

ekonomi bagian yang berhubungan dengan analisis ekonomi dibagi ke dalam 2 bidang utama. Ekonomi makro dan ekonomi mikro.

3. Geografi, mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas

permukaan bumi. Geografi dibagi dalam 2 spesialisasi pokok : geografi fisik dan geografi budaya atau manusia.

4. Hukum, mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan.

5. Linguistik, mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa.

6. Pendidikan, mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta

pembentukan karakter dan moral.

7. Politik, mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara).

8. Psikologi, mempelajari tingkah laku dan proses mental.

9. Sejarah, mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.

10. Sosiologi, mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.

C. Konsep Dasar Ilmu Sosial Cabang Geografi

Dari asal katanya, geografi itu berakar dari kata geo berarti bumi, dan graphein berarti tulisan atau lukisan. Oleh karena itu secara harfiah, geografi itu berarti lukisan tentang bumi.Geografi berkenaan dengan dunia nyata.

(12)

1. Lokasi.

2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :

a. Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.

b. Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu.

3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang

digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.

4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan

patahan dan lain-lain.

5. Morfologi, menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang

membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.

6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya

unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.

7. Nilai Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup,

tidak akan sama pada semua orang.

8. Interaksi Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya interaksi

antara desa dengan kota.

9. Diferensiasi Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat

dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya.

10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada

suatu tempat.

D. Konsep Dasar Ilmu Sosial Cabang Sejarah

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembagan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Sejarah dapat diartikan sebagai riwayat tentang masa lampau atau suatu bidang ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan metode-metode tertentu yang dapat dipercaya (Sutiyah, 1991: 30). Dengan demikian, maka riwayat masa lampau sebagai objek studi sejarah akan berkaitan dengan suatu peristiwa kehidupan manusia yang menyangkut segala bentuk dan aspeknya. Bila Geografi merupakan petunjuk di mana peristiwa itu terjadi maka Sejarah mengungkapkan kapan terjadinya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa tersebut diurutkan sesuai periodesasi atau waktunya secara kronologis. Analisa sejarah tentang suatu gejala dan suatu peristiwa akan didapatkan sebuah gambaran tentang hal tersebut pada masa yang akan datang. Sehingga terdapat perkiraan dan perhitungkan kecenderungannya di masa yang akan datang.

(13)

makna yang berharga, dengan mempelajari peristiwa dan pengalaman masa lampau manusia akan mampu belajar dari kesalahannya.

Sejarah sebagai bidang ilmu sosial, memiliki konsep dasar yang menjadi karakter dirinya, dan yang dapat dibina pada diri kita masing-masing, terutama pada diri peserta didik. Konsep-konsep dasar sejarah meliputi:

1. Waktu, peristiwa itu tidak dapat dikatakan sebagai fenomena dan fakta sejarah jika tidak

dinyatakan waktu terjadinya, terutama waktu yang menunjukkan waktu masa lampau

2. Dokumen, merupakan data penting yang mencatat terjadinya peristiwa sejarah dan manusia

akan mampu mempelajari sejarahmya kembali melalui dokumen sejarah.

3. Alur peristiwa, suatu rentetan peristiwa atau rentetan pengalaman sejarah masa lampau

berdasarkan urutan waktu terjadinya. Atau dengan ungkapan konsep yang lain yaitu kronologi peristiwa atau pengalaman sejarah masa lampau.

4. Kronologi, mengungkapkan dinamika peristiwa atau pengalaman sejarah dari waktu ke waktu

yang menunjukkan perkembangan serta perubahannya.

5. Peta, menjadi alat bantu tentang lokasi sesuatu peristiwa itu terjadi

6. Ruang, bahwa sejarah terjadi pada suatu tempat atau wilayah

7. Evolusi, merupakan pengertian dari peristiwa yang berlangsung lambat dan membutuhkan

waktu untuk dapat terealisasi.

8. Revolusi, jika suatu peristiwa itu berlangsung sangat cepat dapat kita sebut revolusi

E. Konsep Dasar Ilmu Sosial Cabang Antropologi

Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.

Secara Etimologi, Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

(14)

moral, dan keyakinan kepercayaan saja, melainkan meliputi juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaan kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan, senjata, mesin, media komunikasi,perlengkapan seni, dan sebagainya. Konsep-konsep dasar Antropologi adalah:

1. Kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia yang disepakati bersama, untuk kepentingan bersama,

dan dilaksanakan dengan memperhatikan norma yang berlaku.

2. Tradisi, kebiasaan turun-temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun karena

pengaruh komunikasi dan informasi yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami pergeseran. Paling tidak fungsinya berubah bila dibandingkan dengan maksud semula.

3. Pengetahuan, hal yang diperoleh oleh manusia dalam kehidupannya melalui panca indra

manusia.

4. Ilmu, suatu tindakan sadar manusia dengan tujuan untuk meraih pemahaman dari apa yang

diteliti dan dilakukannya. Tidak semua pengetahuan itu ilmu.

5. Teknologi, teknologi merupakan ciptaan manusia yang bertujuan untuk memajukan peradaban

manusia, teknologi mempengaruhi bagaimana peradaban manusia berubah dari waktu ke waktu.

6. Norma, nilai-nilai yang mengatur, membatasi dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat.

7. Seni ialah hasil cipta rasa manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan sulit untuk ditiru oleh

orang lain.

8. Bahasa, merupakan suatu alat dalam masyarakat yang berguna dan mampu menyampaikan

pesan antar orang satu dengan lainnya.

9. Lambang, suatu bentuk tertentu yang mampu menyatakan hal tertentu dan memiliki maksud

tertentu dari hal yang diwakilinya.

Macam-macam disiplin ilmu Antropologi:

1. Paleontropologi

Merupakan ilmu tentang asal usul terjadinya evolusi makhluk manusia dengan mempergunakan bahan penelitian melalui sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosil-fosil manusia zaman ke zaman yang tersimpan dalam lapisan bumi dan didapat dengan berbagai penggalian.

2. Antropologi Fisik

(15)

berdasarkan persamaan mengenai beberapa ciri tubuh. Pengelompokan seperti itu dalam ilmu antropologi disebut ras.

3. Ethnolinguistik atau Antropologi Linguistik

Suatu ilmu yang berkaitan erat dengan ilmu antropologi, dengan berbagai metode analisis kebudayaan yang berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi. Dari bahan ini telah berkembang ke berbagai macam metode analisis kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah, juga ilmu linguistik umum. Walaupun demikian. Ilmu etnolinguistik di berbagai pusat ilmiah di dunia masih tetap berkaitan erat dengan ilmu antropologi, bahkan merupakan bagian dari antropologi.

4. Prehistori

Merupakan ilmu tentang perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia sejak sebelum manusia mengenal tulisan dan huruf. Dalam ilmu sejarah. Seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat manusia, yaitu kira-kira 800.000 tahun yang lalu hingga sekarang, dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa sebelum mengenal tulisa atau huruf, dan masa setelah mengenal tulisan atau huruf. Subilmu prehistori ini sering disebut ilmu arkeologi. Di sini ilmu arkeologi sebenarnya adalah sejarah kebudayaan zaman prehistori.

5. Ethnologi

Merupakan bagian ilmu antropologi trntang asas-asa manusia, mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari bangsa-bangsa tertentu yang tersebar di muka bumi ini pada masa sekarang. Belakangan ini, subilmu etnologi telah berkembang menjadi dua aliran. Aliran pertama menekankan pada penelitian diakronik yang disebut descriptive integration. Sedangkan aliran kedua yang menekankan penelitian sinkronik dinamakan penelititan generalizing approach (Koentjaraningrat, 1987: 31).

F. Konsep Dasar Ilmu Sosial Cabang Sosiologi

(16)

kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Kita dapat mengamati dan menghayati sendiri, bahwa sejak lahir telah berhubungan dengan orang atau pihak lain, paling tidak dengan ibu dan anggota keluarga lainnya. Pada perkembangan dan pertumbuhan individu itu selanjutnya, hubungan dengan pihak lain itu tidak lagi hanya terbatas dalam keluarga, melainkan telah menjangkau teman sepermainan, para tetangga, dan demikian seterusnya. Hubungannya pun tidak sepihak melainkan timbal balik. Atau dengan perkataan lain,terjadi interaksi antara seorang individu dengan pihak lainnya. Oleh karena itu, interaksi tadi, kita konsepkan sebagai interaksi sosial. Ilmu sosial yang secara khusus mempelajari “interaksi sosial” ini disebut sosiologi. Oleh karena itu, Brown & Brown (1980:35) mengemukakan: “Sosiologi secara kasar dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang interaksi umat manusia”. Sedangkan Frank H. Hankins (Fairchild, H.P. dkk.: 1982:302) Iebih rinci mengemukakan: Sosiologi yaitu studi ilmiah tentang fenomena yang timbul dari hubungan kelompok umat manusia. Studi tentang manusia dan lingkungan insaninya dalam hubungan satu sama lain. Aliran sosiologi yang berbeda menentukan penekanan yang bervariasi berkenaan dengan faktor-faktor yang berhubungan, sebagian menekankan hubungan pada hubungan di antara mereka sendiri seperti interaksi, assosiasi dan seterusnya, sedangkan aliran yang Lain menekankan pada umat manusia dalam hubungan sosialnya, memfokuskan perhatian kepada hubungan sosial dalam berbagai peranan dan fungsinya.

(17)

perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tersebut menyebabkan terjadinya kemajuan. Pada keadaan yang demikian, terjadi apa yang dikonsepkan sebagai modernisasi.

Atas pembahasan singkat yang baru dikemukakan, dapat disimpulakn konsep-konsep dasar Sosiologi sebagai berikut:

1. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya tidak

bersifat spekulasi (menduga-duga).

2. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan,

dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

3. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas

sehingga memperkuat teori-teori yang lama.

4. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah

tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam. Hakikat Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut:

1. Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.

2. Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.

3. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan (applied science).

4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.

5. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.

7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

G. Hubungan Konsep Dasar Ilmu Sosial Geografi, Sejarah, Antropolgi dan Sosiologi

(18)

yang berada di dalamnya. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Terdapat 3 wujud kebudayaan, yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan

sebagainya

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusiaSedangkan antropologi bermula

dari sejarah perkembangan budaya maupun masyarakatnya.

(19)

BAB 3

KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL, EKONOMI, POLITIK, DAN KETERPADUAN ILMU-ILMU SOSIAL

DALAM PEMECAHAN MASALAH

A. Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial (Psikologi Sosial)

Psikologi sosial adalah bagai badri salah satu bidang ilmu sosial, menurut Harold A. Phelps (Fairchild, H.P., dkk.: 1982:290) “Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk sosial”. Dengan demikian, objek yang dipelajari oleh psikologi sosial itu seperti telah dikemukakan tadi, meliputi perilaku manusia dalam konteks sosial yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan, sikap mental, reaksi emosional, harga diri,

kecerdasan, penghayatan, kesadaran, dan demikian seterusnya. Mengenai psikologi sosial ini selanjutnya, secara singkat Krech, Crutfield dan Ballachey (1982:5) mengemukakan “Psikologi sosial dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang peristiwa perilaku antar personal”. Dari

pernyataan dan kenyataan yang dapat kita amati, antara psikologi sosial dengan sosiologi, sangat erat kaitannya, kalau tidak dapat dikatakan sebagai ilmu yang dwitunggal. Pada kenyataannya, interaksi sosial antarwarga masyarakat, tidak dapat selalu dilandasi oleh dorongan kejiwaan, apakah itu namanya perhatian, minat, harga diri atau kemauan lainnya.

(20)

1. Emosi terhadap objek sosial 2. Perhatian

3. Minat 25

4. Kemauan 5. Motivasi

6. Kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial 7. Penghayatan.

8. Kesadaran 9. Harga diri 10. Sikap mental 11. Kepribadian.

12. Masih banyak fenomena kejiwaan yang lain yang dapat kita gali lebih lanjut.

Tiap individu yang normal, memiliki potensi psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan. Kadar potensi tersebut bervariasi antara seseorang dengan yang lainnya tergantung pada kondisi kesehatan, maupun mental psikologisnya. Mereka yang kesehatan jasmani dan rohaninya prima, peluang pengembang potensi psikologisnya lebih baik daripada mereka yang kurang sehat. Selain faktor tersebut, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Ketajaman emosi dan reaksi emosional seseorang, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti telah digambarkan tadi. Emosi dengan reaksi emosional, merupakan konsep dasar psikologi sosial yang peranannya besar dalam mengembangkan potensi psikologis lainnya. Perhatian dan minat seseorang terhadap sesuatu benda, fenomena sosial, interaksi sosial dan lain-lainnya. Tinggi-rendahnya, terkendali-tidaknya emosi seseorang, sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial yang bersangkutan. Oleh karena itu, emosi sebagai suatu potensi kepribadian wajib diberi santapan dengan berbagai pembinaan psikologis, termasuk santapan keagamaan. Perhatian dan minat merupakan bagai konsep dasar psikologi sosial, Dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM), khususnya berkenaan dengan peningkatan kualitas kemampuan intelektual, perhatian dan minat tersebut, memegang peranan yang sangat bermakna. Tanpa perhatian dan minat dari SDM yang bersangkutan, pengembangannya mustahil tercapai secara optimum. Oleh karena itu, kita semua selaku guru IPS, wajib memperhatikan minat peserta didik, agar tujuan Instruksional dan tujuan pendidikan dapat direalisasikan seoptimal mungkin.

(21)

yang kuat mencapai sesuatu, terutama mencapai cita-cita luhur yang menjadi idaman masing-masing. Orang-orang yang kemauannya lemah, bagaimanapun sukar mencapai prestasi yang tinggi.

Motivasi sebagai suatu konsep dasar, selain timbul dari dalam diri individu masing-masing, juga dapat datang dari lingkungan, khususnya lingkungan sosial dan budaya. Motivasi diri itu juga merupakan kekuatan yang mampu mendorong kemauan. Jika kita semua memiliki motivasi diri yang kuat, mempunyai harapan yang kuat juga berkemauan keras mencapai suatu cita-cita. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk memotivasi peserta didik dengan berbagai cara, agar mereka memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai suatu potensi sesuai dengan cita-citanya.

Kecerdasan sebagai potensi psikologis bagi seorang individu, merupakan modal dasar untuk mencapai suatu prestasi akademis yang tinggi dan untuk memecahkan permasalahan sosial. Kecerdasan sebagai unsur kejiwaan dan aset mental, tentu saja tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan unsur-unsur serat potensi psikologis lainnya. Dibandingkan dengan potensi psikologis yang lain, kecerdasan ini relatif lebih mudah dipantau, dievaluasi dari ungkapan perilaku individu. Potensi dan realisasi kecerdasan yang karakternya kognitif, relatif lebih mudah diukur. Sedangkan potensi dan realisasi mental yang sifatnya afektif, lebih sukar dievaluasi dibandingkan dengan aspek kecerdasan. Kecerdasan sebagai konsep dasar psikologi sosial, memiliki makna yang mendalam bagi seorang individu, karena kecerdasan tersebut menjadi unsur utama kecendekiaan. Sedangkan kecendekiaan; merupakan modal yang sangat berharga bagi SDM menghadapi kehidupan yang penuh masalah dan tantangan seperti yang kita alami dewasa ini.

Proses kejiwaan yang sifatnya mendalam dan menuntut suasana yang tenang adalah penghayatan. Proses ini tidak hanya sekadar merasakan, memperhatikan, dan menikmati, melainkan lebih jauh daripada itu. Hal-hal yang ada di luar diri kita masing-masing, menjadi perhatian yang mendalam, dirasakan serta diikuti dengan tenang sehingga menimbulkan kesan yang mendalam pada diri kita masing-masing. Proses penghayatan ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi diri kita yang penuh kesadaran. Tanpa kesadaran, penghayatan itu sukar terjadi atau sukar kita lakukan.

(22)

proses kejiwaan yang tersimpan pada konsep dasar penghayatan, sukar dipisahkan dari konsep kesadaran. Dua konsep ini sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sebagai contoh dapat dikemukakan tentang kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan penghayatan tersebut kesadaran akan bermakna dan mendalam, sehingga mampu memenuhi serta melaksanakan apa yang menjadi kewajiban tersebut.

Harga diri dan sikap mental, merupakan dua konsep dasar yang mencirikan manusia sebagai makhluk hidup yang bermartabat. Oleh karena itu, harga diri jangan dikorbankan hanya untuk sesuatu yang secara moral tidak berarti. Harga diri yang terbina serta terpelihara, merupakan martabat kemanusiaan masing-masing orang yang selalu akan diperhitungkan oleh pihak atau orang lain. Harga diri yang dikorbankan sampai seseorang tidak memiliki harga diri di mata orang lain, akan menjatuhkan martabat orang tersebut yang tidak jarang dimanfaatkan orang lain untuk memperoleh keuntungan.Selanjutnya, sifat atau sikap mental, merupakan reaksi yang timbul dari diri kita masing-masing jika ada rangsangan yang datang kepada kita. Reaksi mental atau sikap mental dapat bersifat positif, negatif dan juga netral, bergantung pada kondisi diri kita masing-masing serta bergantung pula pada sifat rangsangan yang datang.

(23)

Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda yang menjadi subjek pembangunan masa yang akan datang, wajib memiliki kepribadian yang kukuh-kuat, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar selalu siap serta sigap menghadapi masalah-tantangan-persaingan. Secara ideal SDM yang memiliki kepribadian yang demikian itu, dapat diandalkan sebagai penyelamatan kehidupan yang telah makin menyimpang dan kebenaran yang hakiki yang “mengorbankan nilai-nilai moral demi mencapai tujuan material semata”. Panggilan dan tugas pendidikan memang berat, namun sangat mulia.

B. Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial (Ekonomi)

Berkenaan dengan ekonomi, Brown & Brown (1980:241) mengemukakan bahwa “ekonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang cara bagaimana manusia melalui pranata-pranata memanfaatkan keterbatasan sumber daya modal, sumber daya alam, dan tenaga kerja, memuaskan kebutuhan materinya”.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi merupakan suatu studi ilmiah mengenai “bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan materi”. Sementara itu, kebutuhan materi manusia cenderung tidak terbatas. Bahkan dari sumber daya tersebut kemungkinan alternatif penggunaannya tidak hanya terbatas pada kebutuhan pokok manusia. Hal inilah yang menjadi kajian Ilmu Ekonomi.

Untuk mengatur kesejahteraan rakyat, khususnya kesejahteraan ekonomi Bangsa Indonesia, telah diatur hitam di atas putih dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada Pasal 33 yang terdiri atas tiga ayat, yaitu:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan;

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh negara;

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Dalam Pasal 33 ini juga tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Bangun

(24)

bahkan akan hilang sama sekali. Pemilikan rumah kecenderungannya makin kecil, mengingat harganya terus meningkat, sedangkan kemampuan daya beli sangat lemah.

Pengertian koperasi dari berbagai kalangan dan secara konstitusional ada dalam Undang-Undang Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian dalam upaya memantapkan ekonomi keluarga. Berdasarkan undang-undang tersebut “koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”.

Berdasarkan tulisan Bapak Koperasi Indonesia, Dr. Mohammad Hatta, pada Hari Koperasi ke-1 tanggal 12 Juli 1951 (A.A. Chaniago, Ch Toweula dkk.: 1995:225) memberikan definisi: “Koperasi adalah bangun organisasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan”.

Dapat ditarik garis persamaan, yaitu bahwa koperasi adalah kegiatan ekonomi bersama dari para anggotanya, berasaskan kekeluargaan, kerakyatan, demi keuntungan bersama, dan tidak mengutamakan keuntungan ekonomi keluarga semata-mata, melainkan juga memperhatikan keuntungan sosial. Namun demikian, sebagai suatu bentuk kegiatan usaha, memerlukan penanganan dan pengelolaan yang profesional. Hal inilah yang belum dipenuhi oleh kegiatan usaha ekonomi yang disebut koperasi. Oleh karena itu, masih banyak koperasi yang menjadi proyek kasihani yang menjadi anak angkat perusahaan besar, belum menunjukkan kemandirian. Kondisi yang demikian, menjadi masalah bagi koperasi sendiri sebagai kegiatan usaha ekonomi rakyat. Dengan demikian, menjadi panggilan bagi Anda selaku guru IPS bagaimana memikirkan dan melibatkan diri dalam kegiatan ekonomi tersebut, untuk meningkatkan kualitas usaha, tujuan menyejahterakan para anggota berdasarkan. asas kekeluargaan dan keuntungan sosial.

Ekonomi yang berasas kekeluargaan, yang menguasai hajat hidup orang banyak yang diarahkan pada kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya, telah tercantum dalam UUD 1945. Selanjutnya bagaimanakah kenyataannya hasil upaya ekonomi seperti itu dinikmati sebagian besar penduduk warga negara Indonesia, masih menuntut perjuangan. Hal inilah yang wajib menjadi kepedulian dan perjuangan kita bersama. Nusantara Indonesia tercinta bukan milik segelintir pengusaha raksasa, meskipun pada kenyataannya demikian, melainkan menjadi milik otentik seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan IPS wajib menggiring kesadaran, penghayatan dan kepedulian peserta didik terhadap hakikat ekonomi rakyat yang menjadi amanat UUD 1945.

(25)

tadi. Badan pengurus bisa saja berasal dari anggota meskipun tidak memiliki keahlian berusaha secara ekonomi, namun perangkat kerja perusahaan, wajib dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya sesuai dengan sifat badan usaha. Sedangkan yang mencirikan koperasi dengan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonominya, terutama dalam mempertahankan keuntungan sosial bagi seluruh anggota dan pengguna jasa koperasi, wajib menjadi acuan utama.

Modal dalam kegiatan usaha dan kegiatan ekonomi, tidak hanya terbatas pada alat produksi, gedung, lahan dan keuangan, namun paling utama terletak pada SDM yang menjadi aset hidup kegiatan dan kehidupan ekonomi tersebut. Oleh karena itu, baik perusahaan milik negara, milik swasta ataupun milik rakyat dalam bentuk koperasi, dituntut adanya modal SDM yang bersikap mental wiraswasta. Orang yang berjiwa perwira yaitu berani, jujur, disiplin, mandiri dan

bertanggung jawab. Orang atau orang-orang yang demikian yang dituntut menjadi modal utama dalam kegiatan berusaha dan kegiatan ekonomi Dengan dimilikinya orang-orang yang demikian, modal berupa alat produksi, keuangan dan sebagainya dapat digalang serta didatangkan. SDM yang demikian itulah yang masih langka di kalangan kita, umumnya di Indonesia dan khususnya di lingkungan koperasi. Sumber daya alam, selain ada yang persediaannya terbatas dan langka, juga sifatnya tak terbarukan (non renewable resources). Oleh karena itu, pemakaian dan

pemanfaatannya wajib didasarkan atas asas efektif untuk apa, serta efisien seberapa.

Wajib ada upaya penggunaan sumber daya yang demikian itu di utamakan bagi kepentingan yang betul-betul mendesak dan bagi kepentingan orang banyak. Berkaitan dengan upaya

tersebut, wajib diperhitungkan secara rinci berapa besar keperluannya, penghematan terhadap sumber daya yang tak terbarukan ini wajib dilakukan oleh semua pihak. Dengan demikian, pemanfaatan sumber daya tersebut mencapai kegunaan yang setinggi-tingginya dengan tingkat produktivitas optimal. Penyalah-gunaan sumber daya, kelangkaan dan pemusnahannya, tidak hanya menimpa sumber daya yang tidak terbarukan, dapat juga menimpa sumber daya yang terbarukan (renewable resources). Penggunaan dan pemanfaatan sumber daya hayati yang tidak terkendali, pada tahap pertama terjadi penggunaan keragaman, yang selanjutnya memberikan peluang pada pelangkaan, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pemusnahan. Masalah ini telah dialami oleh jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan tertentu. Padahal, jenis-jenis tersebut memiliki fungsi ekologis mempertahankan keseimbangan ekosistem.

(26)

bahan bakar, melainkan untuk pemanfaatan dan kepentingan yang meluas. Dengan proses petrokimia, minyak bumi dan batu bara dimanfaatkan untuk bahan pakaian, ban kendaraan, kosmetik, obat-obatan, dan lain sebagainya.

Menghadapi keterbatasan, kelangkaan sampai pada tingkat habisnya sumber daya minyak bumi dan gas alam, wajib dipikirkan sumber daya alternatif, sumber daya pengganti migas. Indonesia memiliki sinar surya yang melimpah, arus ombak dan gelombang air laut yang tak kunjung berhenti, merupakan sumber daya alternatif yang belum dimanfaatkan. Untuk melaksanakan upaya pemanfaatan sumber daya alternatif, dituntut IPTEK yang tepat guna. Untuk memanfaatkan IPTEK tersebut, menuntut SDM yang handal menciptakan,

mengembangkan dan mengelolanya. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan dan kualitas SDM menjadi tuntutan. Secara kuantitatif, kita bangsa Indonesia memiliki keunggulan komparatif SDM (peringkat empat di dunia), namun secara kualitatif, SDM Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Oleh negara-negara kecil, seperti Singapura, Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan saja kalah. Di sini, dunia pendidikan sangat ditantang dan dipanggil meningkatkan kualitas SDM ini. Angkatan kerja, tenaga kerja, dan SDM Indonesia pada umumnya, masih belum mampu menempatkan diri sebagai SDM yang berkeunggulan

kompetitif, jangankan di tingkat global, di tingkat regional Asia saja masih lemah. Hal ini sekali lagi menjadi tantangan dunia pendidikan untuk menempatkan dan memfungsikan diri sebagai agen kemajuan bangsa serta negara.

Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan bagaimana Memberdayakan koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia. Mengentaskan koperasi menjadi badan usaha yang berdaya dari hanya sekadar “proyek kasihani”.

C. Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial (Politik)

(27)

pemerintahan adalah negara dalam penampilan praktisnya, pemerintahan sebagai suatu proses merupakan pelaksanaan fungsi negara dalam segala aspeknya”. Dari dua acuan tentang

pemerintahan, jelas yang dimaksud dengan pemerintahan itu tidak lain adalah penyelenggaraan, pelaksanaan kerja secara operasional suatu negara. Dengan kata lain, pemerintahan itu adalah aparat pelaksana negara. Oleh karena itu, tentu saja menyangkut tugas dan fungsi aparat serta instansi yang menyelenggarakan pekerjaan yang menjadi bahan kewajiban negara. Negara dengan pemerintahannya, melekat satu sama lain. Setelah kita simak bersama apa dan bagaimana ilmu Politik serta pemerintahan itu, selanjutnya kita akan mengkaji konsep-konsep dasar kedua-duanya. Konsep-konsep dasar itu sebagai berikut:

1. Kekuasaan,

15. Dan hal-hal lain yang dapat digali sendiri berdasarkan pengamatan serta pengalaman. Selaku bangsa Indonesia, yakin bahwa Indonesia merupakan suatu negara. Bahwa kawasan yang kita tempati sejak lahir, dan diwariskan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi, adalah suatu negara yang disebut Negara Republik Indonesia. Bahwa Nusantara tercinta ini adalah negara karena memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Memiliki Wilayah

Nusantara Indonesia kita ini merupakan wilayah daratan seluas 2.027.087 Km2 yang terdiri atas

17.656 pulau, dan yang dihuni penduduk kira-kira 3.000 pulau. Dengan demikian, masih banyak pulau yang belum berpenduduk secara tetap. Sedangkan luas perairan laut 6.090.163 Km2. Luas keseluruhan wilayah Nusantara 8.117.250 Km2. Kenyataan ini telah diakui oleh negara lain, paling tidak oleh negara-negara sahabat terdekat.

2. Penduduk

(28)

pertumbuhan 1,98 menurut rumus Nathankeifits, penduduk Indonesia akan menjadi berlipat dua dalam jangka waktu 35,35 tahun. Jadi jika pada tahun 1990 Indonesia berpenduduk 179.194.223 jiwa maka pada tahun 2025 (1990 + 35) yang akan datang wilayah Indonesia akan berpenduduk 358.388.446 jiwa, merupakan jumlah yang besar. Hal tersebut menuntut perhatian dan

kepedulian segala pihak, terutama dari tiap penduduk Indonesia sendiri.

3. Berpemerintahan

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea keempat dinyatakan “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia. Berdasarkan undang-undang, tegasnya Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia itu memiliki pemerintahan, yaitu Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

4. Kedaulatan

Pada alinea keempat yang telah dikemukakan tadi, dalam kalimat itu selanjutnya dikemukakan “....yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari rumusan alinea tadi telah tegas juga tentang kedaulatan negara, yang dinyatakan sebagai

berkedaulatan rakyat. Dengan demikian, kedaulatan telah dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Konsep dasar yang berkaitan dengan Ilmu Politik yang dapat dikatakan sangat melekat adalah kekuasaan. Miriam Budiardjo (1991:35) mengemukakan: “Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu”. Dalam hal penyelenggaraan negara atau pelaksanaan pemerintahan, kekuasaan ini dipegang oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh dewan menteri atau kabinet yang diketuai oleh kepala pemerintahan atau kepala negara (perdana menteri, presiden). Kekuasaan di sini dapat dinyatakan juga sebagai kepemimpinan. Menurut Charles J. Bushnell (Fairchild. H.P., dkk.: 1982:174) paling tidak ada dua pengertian

(29)

1. Suatu proses situasi yang memberikan peluang kepada seseorang atau orang-orang, karena

kemampuannya memecahkan persoalan diikuti oleh kelompoknya, dan mampu mempengaruhi perilaku kelompok yang bersangkutan.

2. Tindakan dari pengorganisasian dan pengarahan perhatian serta aktivitas sekelompok manusia,

yang tergabung dalam suatu proyek atau perusahaan, oleh seseorang yang mengembangkan kerja sama, melalui pengamanan dan pemeliharaan keretaan yang disepakati sesuai dengan tujuan dan metode yang dikehendaki serta yang diadopsi oleh himpunan yang bersangkutan. Berdasarkan undang-undang, tegasnya Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia itu memiliki pemerintahan, yaitu Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan dua pengertian di atas, kepemimpinan, kekuasaan, kenegaraan dan pemerintahan itu kait-mengait dalam suatu situasi dan proses dalam wadah yang disebut negara. Tinggal lagi bagaimana kepemimpinan dan kekuasaan itu dilaksanakan, apakah dalam suasana demokrasi ataukah otoriter. Jika mengacu kepada Undang-Undang Dasar 1945 yaitu bahwa “.... suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat” maka kepemimpinannya itu demokrasi, dan kekuatan ada di tangan rakyat, sesuai dengan pengertian demokrasi sendiri (Bahasa Yunani, demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa) berarti rakyat berkuasa atau kekuasaan di tangan rakyat, sedangkan kepala negara atau kepala pemerintahan, hanya mendapat wewenang dari rakyat.

D. Keterpaduan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pemecahan Masalah

Sebagaiman ilmu-ilmu sosial, objek pembahasan psikologi sosial adalah terpusat kepada kehidupan manusia. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yang tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguasai alam, menaklukan makhluk yang lebih kuat, dan menciptakn segala sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya. Hal ini bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat potensi yang selalu mengalami proses

perkembangan setelah individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.

(30)

Dengan permasalahan-permasalahan tersebut, manusia harus melakukan tindakan-tindakan yang kreatif dan inovatif untuk dapat mengatasi masalah yang menjadi hambatan-hambatan dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup. Dalam hal ini, manusia harus

menggunakan akal dan pikiran.

Ilmu Politik sebagai salah satu bidang ilmu sosial, ruang lingkup kajiannya adalah penyelenggaraan kehidupan negara dan pelaksanaan pemerintahan dengan seluk-beluk serta persoalannya. Oleh karena itu, untuk memahami dan menghayati proses penyelenggaraan pemerintahan, serta untuk mampu menjadi warga negara yang baik, wajib mempelajari dasar-dasar ilmu politik.

BAB 4

FAKTA, KONSEP, GENERALISASI DAN TEORI DALAM IPS

Dalam proses pembelajaran IPS terdapat hal-hal pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh peserta didik. Hal-hal tersebut adalah fakta, konsep, generalisasi, dan akhirnya teori-teori.

A. Fakta

Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan terjamin kebenarannya. atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggarFakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang sudah ada. Banks (Ischak:2004:2.7) mengemukakan bahwa fakta merupakan

pernyataan positif dan rumusannya sederhana.

(31)

membentuk suatu generalisasi. Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang harus dipahami siswa.

Beberapa contoh fakta ,seperti dibawah ini : a) Gunung Galunggung meletus tahun 1982.

b) Pada tahun 1997 banyak hutan di Sumatera dan Kalimantan terbakar.

c) Jakarta adalah ibukota Indonesia.

d) Jawa Barat mempunyai penduduk lebih banyak dari pada Irian Jaya.

e)

39

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah pada tanggal 17 Agustus 1945.

f) Penduduk Indonesia berkonsentrasi di Pulau Jawa, Bali, dan Madura.

g) Ikrar Sumpah Pemuda terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928.

h) Bandung adalah Ibu Kota Propinsi jawa Barat.

i) Orde Reformasi dimulai tahun 1998.

B. Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata

Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Dari pengertian tersebut dapat ditarik sebuah ke simpulan bahwa konsep mengandung atribut. Atribut adalah ciri yang membedakan tabel objek atau peristiwa atau proses dari obyek, peristiwa atau proses lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa informasi konkret yang dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan langsung. Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data dapat digunakan untuk mengkomunikasikan atribut.

(32)

1. Konsep itu bersifat abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa, atau

kegiatan. Misalnya, kita mendengat kata “kelompok”, kita bisa membayangkan apa kelompok itu.

2. Konsep itu merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik atau kualitas

secara umum.

3. Konsep itu bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “kelompok” misalnya mungkin

berbeda dengan pemahaman orang lain.

4. Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar.

5. Konsep bukan persoalan arti kata, seperti didalam kamus. Kamus memiliki makna lain yang

lebih luas.

Dalam konsep terdapat makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotative berkenaan dengan arti kata, seperti pada kamus, misalnya arti kata Revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur, kebiasaan, lembaga, dan seterusnya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif antara lain sebagai berikut:

1. Makna revolusi merangkum makna denotative.

2. Revolusi tidak sama dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting yang telah

direncanakan dan diatur secara sungguh-sungguh.

3. Konsep revolusi ini mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok maupun perseorangan.

4. Revolusi juga berarti menentang segala sesuatu, apakah itu orang atau lembaga, lebih jauh bukan

hanya menentang tetapi juga melawan dengan kekuatan.

Dalam perkembangan lebih lanjut para siswa akan memiliki pemahaman yang benar tentang arti konsep dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Negara berkembang, pertumbuhan ekonomi republik, kabinet, dan seterusnya. Jika mereka tidak memperoleh arti yang benar tentang makna yang terkandung didalam konsep-konsep tersebut, mereka akan memberi arti secara menggelikan (Womarck : 32).

Pengajaran konsep disekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna konotatif, karena itu pengajaran konsep harus:

1. Diberikan dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu, seperti

kita menjelaskan arti dari suatu istilah atau kata.

2. Siswa harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu

konsep, tentunya dengan bimbingan guru misalnya, guru menyuru mereka mendeskripsikan sendiri.

3. Siswa harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan, dan segera menuliskan makna

(33)

Konsep merupakan sesuatu yang penting untuk dipelajari karena akan membantu dalam beberapa hal seperti yang diungkapkan oleh De Cecco (dalam Husein Achmad, 1982).

1) Menghadapi lingkungan yang kompleks dan luas serta mengurangi kesulitan dalam menguasai

fakta-fakta yang selalu bertambah.

2) Mengidentifikasikan dan mengindera macam-macam objek yang ada di sekeliling kita. Apabila

seseorang mengidentifikasikan sesuatu benda, benda tersebut dimasukkan dalam kelas tertentu. 3) Mengurangi perlunya belajar mengulang-ulang hal baru yang sebenarnya merupakan atribut dan

nilai atribut yang sama dengan konsep yang sudah diketahui. Dengan kata lain hal yang baru itu sudah termasuk dalam konsep tertentu.

4) Membantu memecahkan masalah dengan menempatkan masalah dalam klasifikasi yang benar.

Dengan demikian kita memperoleh pemecahan bagaimana memproses masalah yang ada di hadapan kita.

5) Memungkinkan kita memberikan pengajaran yang lebih kompleks dan menerangkan secara

lebih jelas.

6) Menggambarkan kenyataan dan dunia. Dengan melalui konsep seseorang diharapkan bisa

berpikir atau melihat sesuatu yang berhubungan, menciptakan, dan melaksanakan segala sesuatu. Namun demikian kita harus berhati-hati terhadap konsep stereotipe, yaitu konsep yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang keliru.

Pembinaan Konsep IPS

Agar anak didik dapat memahami pengertian konsep-konsep IPS dengan lebih jelas dan memadai maka seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal penting dalam mengajarkan konsep-konsep IPS. Dalam hal ini Yelon (dalam Husein Achmad, 1982) mengemukakan bagaimana mengajar konsep yang baik sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan.

Guru harus menetapkan tujuan tertentu untuk masing-masing mata pelajaran. Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan kemampuannya dalam memberikan atau memilih contoh-contoh tentang konsep

2) Menyadari adanya pengetahuan prasyarat yang akan membantu pemahaman konsep.

Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah memilah-milah, yaitu membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya, antara symbol yang satu dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus mengetahui pengetahuan prasyarat, yaitu bahwa siswa harus mampu menunjukkan atribut definisi dan memahami konsep.

3) Menyajikan definisi dan contoh-contoh. Guru harus menyajikan definisi contoh-contoh. Sebab

(34)

a. Aspek yang relevan dengan stimulus jelas dan aspek yang tidak relevan dengan stimulus kurang

Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan sangat terikat konsep. Generalisasi menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola hubungan yang bermakna dan menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya, dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39). Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau ketentuan dalam IPS.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu” kita menemukan paling sedikit tiga konsep, yaitu: (1) Masyarakat primitif; (2) Lingkungan hidup; (3) Cara hidup.

Generalisasi yang baik adalah generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat atau benda. Alasannya, apabila kita menyebutkannya berarti generalisasj yang kita buat memiliki tingkat abstraksi yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus ditulis sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang bagaimanapun juga.

Perbandingan generalisasi dengan konsep, menurut Rochiati (2006:6)

Generalisasi Konsep

Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam kalimat sempurna.

Konsep bukan merupakan prinsip dan dinyatakan tidak di dalam kalimat yang sempurna.

Generalisasi memiliki dalil. Konsep tidak memiliki dalil. Generalisasi adalah objektif dan

impersonal. Konsep subjektif dan personal.

Generalisasi memiliki aplikasi

(35)

Pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam disiplin ilmu sosial lainnya. Generalisasi dalam sejarah merupakan contradiction in terminis karena sifatnya yang unik yang menunjukkan bahwa peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi. Namun di dalam sejarah ada juga kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, sistem sosial, kebutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis, dan selanjutnya, menurut Rochiati dalam Jarotimec (1986:29).

Rochiati dalam Jarotimec (1986:29)mengungkapkan adanya empat jenis generalisasi yang diperlukan dalam kajian sejarah dalam IPS, yaitu:

1. Generalisasi deskriptif. Contoh: Pada umumnya pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai.

2. Generalisasi sebab akibat. Contoh: Di dalam revolusi, apabila golongan ekstrem berhasil

merebut kekuasaan maka akan berlangsung pementahan teror.

3. Generalisasi acuan nilai. Contoh: Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.

4. Generalisasi prinsip universal. Contoh: Kapasitas sebuah bangsa untuk memodelisasikan diri

tergantung pada potensi sumber daya alamnya, kualitas manusianya dan orientasi nilai para pelaku sejarahnya.

Generalisasi sejarah dalam konteks IPS bukan untuk dihafalkan melainkan untuk dipahami dan diaplikasikan kepada situasi baru yang dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan uitu diperkenalkan gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga mereka dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.

Tugas guru di kelas untuk mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuannya. Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya berjalan lancar.

D. Teori

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Pemberdayaan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang dibina. Pembinaan Pengelola Peningkatan Pemberdayaan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera

[r]

Keragaman, efektivitas, dan perilaku kunjungan serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.. Bogor (ID): Institut Pertanian

2) Tujuan Diklat. Setelah mengikuti Diklat ini diharapkan peserta memiliki kompetensi berupa pengetahuan dan keterampilan dalam memahami kebijakan dan manajemen Aparatur

 Jaringan drainase sisi Utara rencana Bandara, yaitu saluran drainase yang menyusur dari Sidourip - Durian - Pantai Labu;.  Jaringan drainase sisi Selatan dan jaringan

Analisis Asosisasi Daun Sang dengan Pinanga speciosa.. Frekuensi hadirnya

Penjualan merupakan suatu kegiatan yang dimulai ketika suatu produk telah jadi, ada dan setelah terjadi transaksi penjualan, jadi penjualan adalah ilmu atau seni

Menurut Ismaun sedikitnya terdapat empat langkah atau tahapan yang ditempuh oleh peneliti sejarah dalam mengembangkan metode historis, yakni: (1) heuristik, (2)