• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENGEMBANGAN E GOVERNMENT DI DAER (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PENGEMBANGAN E GOVERNMENT DI DAER (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT DI DAERAH TERTINGGAL

Vita Pusvita vita002@kominfo.go.id

Pendahuluan

Daerah tertinggal menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam implementasi electronic Government (e-Government) di Indonesia. Berbagai kendala sering ditemukan dalam penerapan e-Government di daerah ini. Selain penyebaran teknologi yang lebih lambat dibandingkan dengan daerah lain, kualitas sumber daya manusia juga lebih rendah. Kendala lainnya dalam penerapan e-Government adalah rendahnya kualitas aparatur negara yang melayani masyarakat. Dengan berbagai kendala tersebut, pemerintah tetap memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan dan informasi.

Pada tulisan ini akan dibahas mengenai konsep pengembangan e-Government yang dapat digunakan dalam akses informasi dan layanan publik untuk masyarakat di daerah tertinggal.

Daerah Tertinggal

Daerah tertinggal adalah daerah yang tidak mengalami perkembangan dalam industri modern dan pada umumnya memiliki standar hidup yang rendah. Berdasarkan teori modernisasi, daerah tertinggal disebabkan oleh kurangnya infrastruktur dan komunikasi, sikap tradisional masyarakat, kurangnya pembagian kerja, literasi yang rendah, dan struktur agraria tradisional. Berbagai penyebab ini kemudian dapat dijadikan sebagai strategi untuk membangun daerah berkembang, misal dengan pertukaran ilmu pengetahuan, bantuan modal, dan modernisasi alat-alat pertanian. Sedangkan menurut teori dualisme, daerah tertinggal diakibatkan dari dualisme sosial yang menyebabkan terjadinya dualisme teknologi, ekonomi, dan regional. Masalah utama dalam teori dualisme ini yaitu modal. Berdasarkan konsep dualisme ini, pengembangan daerah tetinggal dapat dilakukan dengan memperluas sektor modern terhadap daerah tersebut, dimana modal menjadi penentu dalam ekspansi sektor modern(Kuhnen, 1987).

Pemerintah Indonesia menetapkan daerah tertinggal berdasarkan enam kriteria. Adapun enam kriteria tersebut terdiri dari enam sektor yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), dan karakteristik daerah(Indonesia, 2014a). Kriteria tersebut kemudian diukur berdasarkan indikator dan sub indikator. Adapun indikator utama terdiri dari 27 indikator dalam 6 sektor(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015).

(2)

persentasi keluarga miskin lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Rata-rata persentasi pendduk misin di daerah tertinggal pada tahun 2012 yaitu 22, 858 %, sedangkan untuk rata-rata persentasi penduduk miskin nasional pada tahun tersebut yaitu 15,080% (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015). Selain itu, pada daerah ini masyarakat juga memiliki konsumsi per kapita yang rendah, dimana jumlah konsumsi per kapita pada tahun 2013 sebesar 612.679 dengan rata-rata konsumsi perkapita nasional yaitu 629,812 (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015). Hal ini disebabkan oleh rendahnya pendapatan masyarakat maupun standar hidup masyarakat yang memang lebih rendah dibandingkan daerah lain. Penyebab lainnya dari konsumsi perkapita dan keluarga miskin adalah rendahnya pembagian kerja di daerah tertinggal akibat dari tidak berkembangnya industri modern di daerah ini.

Kriteria kedua yaitu sumber daya manusia dengan indikator utama angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Angka harapan hidup pada daerah tertinggal pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yaitu sebesar 66.404 dengan rata-rata nasional sebesar 68.634(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015). Hal ini dapat disebabkan karena daerah tertinggal biasanya juga daerah yang rawan pangan dan berlahan kritis sehingga pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan angka harapan hidup yang rendah. Selain itu, angka harapan hidup yang rendah dapat disebabkan oleh prasarana kesehatan, air bersih dan layanan publik lainnya yang masih sangat minim. Indikator kedua dari sumber daya manusia pada daerah tertinggal adalah rata-rata lama sekolah yang lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional yaitu 6.721 dari 7.565 rata-rata nasional pada tahun 2013. Hal ini juga diperburuk dengan angka melek huruf yang rendah pada daerah tertinggal yaitu 83.032 dibandingkan rata-rata nasional yaitu 91.315 pada tahun 2013(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015). Rendahnya kedua indikator ini mengakibatkan masyarakat sulit untuk menerima transfer ilmu pengetahuan termasuk perkembangan teknologi dan informasi. Akibatnya kualitas masyarakat pada daerah tertinggal lebih rendah dibandingkan daerah lainnya. Begitu juga dengan kualitas aparatur pemerintah yang memiliki peluang lebih rendah dibandingkan daerah lain.

(3)

daerah lainnya. Jika jumlah jalan yang dapat dilalui sedikit maka akan menghambat perkembangan daerah tertinggal, baik dari segi industri modern, sarana dan prasarana, serta pendidikan penduduk. Selain itu, akses jalan yang sedikit tersebut dapat menyebabkan daerah tertinggal ini menjadi daerah terisolir.

Kriteria kelima dari daerah tertinggal adalah kemampuan keuangan daerah dengan indikator utama celah fiskal. Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.Celah fiskal ini akan dana alokasi umum yang diberikan pemerintah kepada daerah sebagai dana pembangunan. Maka celah fiskal ini akan sangat menentukan kemampuan keuangan daerah. Kemampuan keuangan daerah tertinggal lebih kecil daripada kemampuan keuangan rata-rata nasional yaitu sebesar 366,658,619,469 dibandingkan dengan rata-rata kemampuan daerah keuangan nasional yaitu 466,883,027,569(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015). Kemampuan keuangan daerah akan menentukan pembangunan daerah tersebut, hal ini menyebabkan pembangunan darah tertinggal lebih lambat dibandingkan daerah lainnya di Indonesia

Kriteria kelima yaitu aksesibilitas dengan indikator utama rata-rata jarak dari desa ke kota kabupaten, jarak ke pelayanan pendidikan, dan jumlah desa dengan akses pelayanan kesehatan lebih besar dari 5 km. Pada daerah tertinggal, jarak desa ke pelayanan pendidikan rata-rata sejauh 23,384 km. Sedangkan desa tertinggal yang memiliki jarak pelayanan kesehatan lebih dari 5 km sebesar 21,12 % dengan rata-rata nasional sebesar 12, 33%. Sedangkan jarak dari kantor kelurahan atau desa ke kantor kabupaten yang membawahi rata-rata sejauh 157,094 km dengan rata-rata-rata-rata nasional 83,166 km(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015). Indikator ini menjelaskan keterhubungan daerah tertinggal dengan daerah lain maupun sarana yang penting bagi masyarakat. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka masyarakat akan kesulitan dalam mengakses layanan. Hal ini berdampak pada kualitas masyarakat baik dari segi pendidikan, kesehatan, dan sektor lainnya.

(4)

konflik. Konflik yang terjadi antar kelompok membuat pihak luar sulit membangun daerah tersebut. Perkembangan daerah tertinggal yang rawan konflik ini harus dimulai dari penanganan konflik yang terjadi dimasyarakat.

Beberapa kriteria yang telah disebutkan di atas menjadi penilaian pemerintah untuk menetapkan daerah tertinggal di Indonesia. Berdasarkan kriteria tersebut, pemerintah menetapkan 122 kabupaten sebagai daerah tertinggal untuk periode 2015-2019.

Program Pemerintah untuk Daerah Tertinggal

Percepatan pembangunan Daerah Tertinggal (DT) merupakan perwujudan dari dimensi pemerataan dan kewilayahan yang tersalin khusus pada Nawacita ketiga, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Pemerintah kemudian membuat program prioritas untuk mendukung kebijakan tersebut diantaranya pengembangan ekonomi lokal, peningkatan aksesibilitas/konektivitas, pemenuhan pelayanan dasar publik, serta peningkatan Sumber Daya Manusia(SDM) dan ilmu pengetahuan dan teknologi(Iptek). Program ini merpakan program prioritas dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal danTransmigrasi yang kemudian dalam setiap programnya akan berkoordinasi dengan berbagai kementerian(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015).

(5)

Kawasan Pedesaan (prukades), Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), embung, dan sarana olahraga desa(Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, 2015).

Pada tahun 2017, pemerintah fokus terhadap penanganan daerah tertinggal pada 54 kabupaten. Daerah tertinggal yang telah ditetapkan tersebut kemudian menjadi prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017 dengan tema “Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antar Wilayah”. Selain itu, pemerintah juga akan membangun integrasi lintas sektor untuk mendukung pembangunan di daerah tertinggal yang terdapat pada lima lokasi yaitu Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sebagai sasaran umum, pemerintah telah menetapkan tolak ukur penilaian keberhasilan kinerja dari RKP tahun 2017 dalam hal percepatan pembangunan daerah tertinggal khususnya pada daerah-daerah yang mendapatkan perhatian khusus pembangunan. Untuk rata-rata pertumbuhan ekonomi di DT pada RKP 2017, pemerintah menargetkan peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 7,17% yang pada tahun 2016 telah mengalami peningkatan dari 6,96% menjadi 7,02%, menurunkan pensentase penduduk miskin menjadi 14,9% dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi 68,8%(Indonesia, 2016).

Layanan Publik di Daerah Tertinggal

Layanan publik merupakan layanan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar warga negara. Layanan publik ini mencakup berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, kependudukan, perizinan, dan lainnya. Layanan publik ini terdiri dari dua aktor yaitu badan publik dan masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu badan publik berkewajiban menyediakan layanan bagi masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna layanan juga berhak mendapatkan layananan prima dengan mudah.

(6)

Selain itu, untuk jaminan ketersediaan pelayanan dasar secara cukup dan berkesinambungan dengan kualitas yang efektif dan efisien, pemerintah menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang nantinya digunakan sebagai tolak ukur dalam penyelenggaraan pelayanan dan acuan dalam penilaian kualitas pelayanan atau kontrol terhadap kinerja pemerintah sebagai komitmen pemerintah kepada masyarakat. Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini membidangi urusan Trantibumlinmas (Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat) di daerah tertinggal. SPM Trantibumlinmas merupakan salah satu dari enam urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2014. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, penyelenggaraan Trantibumlinmas meliputi: penegakan Perda (yustisi dan non yustisi); ketentraman dan ketertiban (deteksi dini, Pembinaan Penyuluhan (Binluh), patroli, pengamanan, pengawalan, dan penertiban); serta perlindungan masyarakat (deteksi dini, pencegahan dan penanggulangan bencana, pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan pertahanan dan keamanan)(Indonesia, 2014b). Namun dalam penerapannya SPM di daerah tertinggal sulit dicapai, hal ini berdasarkan hasil evaluasi mengenai kinerja kelembagaan daerah yang dilakukan oleh Bappenas, yang menunjukkan bahwa penerapan SPM di daerah tertinggal pada tahun 2015 dan 2016 hanya 49,34% dari target pencapaian 81% dan 90%(Anestia, 2017).

Selain penerapan SPM, untuk meningkatkan pelayanan publik, Kemendesa PDTT juga mengembangkan sistem informasi desa online. Hal ini sesuai amanat Undang-Undang (UU) No 6 Tahun 2014 (State Secretariat, 2014) tentang Desa yang mewajibkan pengembangan sistem informasi desa dan pembangunan kawasan pedesaan. Selain itu pengembangan ini juga merupakan amanat dari Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 yaitu pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan publik yang lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, yang kemudian dikenal dengan electronic Government (e-Government (Indonesia, 2003)). Namun, untuk mendapatkan layanan tersebut pemerintah harus membenahi penghambat implementasi pada daerah tertinggal.

Perkembangan Teknologi Informasi di Daerah Tertinggal

(7)

fasilitas jaringan dari pemerintah pusat yang akan ditambah dengan bantuan berupa komputer dan perangkat lunak baik yang berbasis aplikasi maupun website. Berbagai program pemerintah untuk desa akan mengandalkan koneksi internet dari desa broadband terpadu, salah satunya Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (prukades) yang dikelola oleh Kemendesa PDTT.

Selain program desa broadband terpadu, Kementerian Kominfo juga berupaya memberikan fasilitas teknologi terhadap 3000 desa. Fasilitas ini berupa pemberian smartphone dan aplikasi. Namun pemberian fasilitas ini harus didukung dengan sinyal komunikasi yang cukup baik di daerah tertinggal tersebut. Dari 19 ribu desa tertinggal yang ada di Indonesia, yang memiliki akses cukup bagus hanya sekitar 8.447 desa(Anestia, 2017). Untuk mendukung sinyal komunikasi tersebut, pada tahun 2016 pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan 125 Base Transceiver Station (BTS) dapat difungsikan. BTS adalah infrastruktur telekomunikasi yang menghubungkan antara media nirkabel (tanpa kabel) dan jaringan operator. Adanya BTS di daerah tertinggal memungkinkan masyarakat dapat menggunakan perangkat telekomunikasi baik telepon genggam maupun komputer dapat saling berkomunikasi baik dengan suara, short message sevice (SMS) dan aplikasi internet. Pembangunan BTS ini dikerjakan oleh Balai Penyedia dan Pengelola pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) sebagai pembeli jasa pembangunan 147 BTS. Pada awal November 2016, BP3TI telah melakukan pengiriman material untuk pembangunan 107 BTS, 21 BTS sedang dalam pembangun, dan sisanya 19 BTS sudah difungsikan. Pada bulan Agustus 2017, Kementerian Kominfo tercatat telah membangun 140 BTS. Pada tahun ini, Kementerian Kominfo juga menargetkan akan membangun 419 BTS di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Kementerian Kominfo juga menargetkan 800 lokasi di daerah 3T sudah dapat terlayani di tahun 2017. Daerah yang menjadi target utama program ini adalah daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T). BTS yang dibangun oleh BP3TI untuk daerah 3T dan daerah Blank Spot memiliki spesifikasi, tinggi tower 32 m dan membutuhkan daya sebesar 450 Watt. Tower pemancar yang dibangun BP3TI sementara kualitasnya 2G, yang dapat melayani akses telepon dan pesan singkat (SMS).Dengan adanya proyek ini diharapkan dapat memberikan pemerataan akses telekomunikasi dan informatika yang diharapkan dapat berdampak pada ekonomi, sosial, dan budaya(Anestia, 2017).

(8)

proyek ini selesai pada pengujung 2018(Bappenas. Kominfo. Menko Perekonomian. Mastel. KADIN., 2014).

Selain Kementerian Kominfo, Telkom sebagai salah satu BUMN di Indonesia juga meluncurkan Satelit Telkom 3S di Kourou, French Guiana, pada awal tahun 2017. Sasaran program Telkom ini yakni daerah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal). Keberadaan satelit ini diharapkan mampu memberikan akses internet kepada masyarakat(Anestia, 2017).

Kendala Layanan Publik di Daerah Tertinggal

Pelayanan publik di daerah tertinggal memiliki berbagai kendala. Adapun kendala yang pada umumnya dihadapi dalam pelayanan publik di daerah tertinggal yaitu

1. Kualitas sumber daya manusia yang rendah baik aparatur pemerintah dan masyarakat; 2. Sinyal telekomunikasi yang sulit;

3. Lokasi daerah tertinggal yang jauh dari layanan publik yang kemudian dipersulit dengan akses jalan yang tidak memadai;

4. Pendapatan perkapita masyarakat yang rendah yang menyebabkan kemampiuan dalam membeli perangkat komunikasi juga rendah;

5. Masyarakat yang enggan untuk berubah karena kenyamanan terhadap kondisinya saat ini; 6. Sumber daya manusia yang biasanya tergolong dalam digital native;

7. Tidak adanya jaringan listrik di daerah.

Pengembangan Layanan E-Government untuk Daerah Tertinggal

Perkembangan teknologi informasi memberikan model baru dalam layanan publik. Berbagai media menjadi sarana baru dalam layanan publik di daerah maju maupun daerah berkembang. Namun pada daerah tertinggal, penerapan teknologi informasi ini menjadi tantangan bagi pemerintah. Padahal dengan adanya teknologi informasi, berbagai layanan publik bisa didapatkan dengan mudah oleh masyarakat. Pemerintah Indonesia kemudian membuat berbagai program untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah tertinggal. Salah satunya adalah BTS dengan layanan 2G yang dapat memfasilitasi komunikasi suara dan sms. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dapat mengembangkan beberapa layanan publik berikut pada daerah tertinggal.

1. SMS Gateway

(9)

gateway dalam layanan publik, Susanto dan Goodwin mengusulkan dapat dimulai dengan notifikasi kepada warga. SMS notifikasi dapat diimplementasikan pada beberapa jenis layanan seperti pemberitahuan mengenai bencana alam, cuaca, pembayaran administrasi, pengingat jadwal perpanjangan administrasi warga negara, info layanan kesehatan dan lainnya. Sms notifikasi dapat diberikan berdasarkan lokasi, jenis kelamin, usia, komunitas, informasi pribadi dan lainnya. Selain komunikasi satu arah dari pemerintah, sms juga dapat digunakan sebagai media komunikasi satu arah dari warga seperti dalam pemungutan suara melalui sms. Selain itu sms juga dapat digunakan untuk komunikasi dua arah, misal memberikan saran dan kritik terhadap pemerintah dan meminta informasi dan layanan kepada pemerintah sesuai dengan format dan nomor yang disediakan.

Penggunaan sms semakin meluas digunakan di negara yang sedang berkembang dan negara maju. Pemerintah Australia menggunakan sms untuk memberi tahu pengguna terkait transportasi publik. Di Negara Jordan, sms gateway digunakan untuk memberikan informasi kepada warganya. Pemerintah Singapura memberikan sms notifikasi kepada warganya terkait dengan perpanjangan pasport, perpanjangan pajak jalan, izin radio kendaraan dan rumah tangga, parkir dan lainnya. Sedangkan di China pemerintahnya menggunakan sms untuk mengumpulkan pajak(Services, Portal, & Country, 2011). Sms gateway ini dapat digunakan di negara maju maupun negara yang berkembang dalam menghadapi masalah infrastruktur dan kesenjangan digital untuk memperluas layanan publik (ITU, 2011). Sms gateway dapat digunakan sebagai media dalam penerapan e-government dengan memanfaatkan perangkat begerak yang kemudian dikenal dengan mobile government (m-Government).

2. Call Center

Pada daerah tertinggal yang memiliki akses sinyal komunikasi 2G, call center dapat menjadi pilihan bagi pemerintah untuk menerapkan layanan publik. Komunikasi yang terjadi dalam memanfaatkan call center dapat memanfaatkan teknologi Interactive Voice Respons System (IVRS) untuk memperpendek waktu tunggu warga. IVRS memungkinkan penyedia layanan merekam jenis-jenis layanan yang kemudian dapat dipilih oleh pengguna layanan. Pengguna layanan dapat menekan tombol pada telepon yang digunakan dalam memilih menu. IVRS juga dapat mengarahkan pelanggan kepada penyedia layanan.

(10)

setempat yang telah dipahami masyarakat dengan tetap merekam bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib dalam pemberian layanan.

3. Layanan informasi melalui papan digital

Papan digital merupakan salah satu solusi dalam penyampaian informasi kepada masyarakat (Legendre, Lenders, May, & Karlsson, 2008). Papan digital dapat juga digunakan untuk daerah perbatasan yang penyiarannya masih didominasi oleh negara tetangga. Papan digital hanya bisa digunakan sebagai perangkat komunikasi satu arah yang berperan dalam penyampaian informasi kepada warga. Agar informasi yang disebarkan melalui papan digital dapat diterima ole masyarakat luas, maka papan digital sebaiknya diletakkan pada daerah yang sering dikunjungi masarakat seperti pasar. Informasi pada papan digital dapat berupa informasi layanan kesehatan, harga pasar, cuaca, peraturan dan informasi publik lainnya. Informasi yang disediakan di papan digital juga harus diperbaharui secara berkala sesuai kebutuhan. Namun warga yang belum memiliki kemampuan literasi akan sulit mendapatkan informasi pada papan digital tanpa adanya bantuan pihak lain. Papan digital ini juga dapat dimanfaatkan jika internet sudah dapat di akses di desa tersebut bahkan dapat mempercepat penyebaran informasi kepada masyarakat.

4. Layanan informasi dan administrasi dengan memanfaatkan aplikasi pada komputer layar sentuh

Komputer layar sentuh dapat menjadi pilihan sebagai media informasi publik satu arah. Komputer ini akan sangat membantu jika didampingi dengan rekaman suara yang menunjukkan menu yang tersedia pada aplikasi dan memanfaatkan tampilan dengan warna yang berbeda untuk menu yang berbeda. Penggunaan komputer layar sentuh dengan spesifikasi tampilan yang mudah dan rekaman suara dapat menjadi pilihan bagi warga yang ingin mengetahui informasi publik namun belum memiliki kemampuan literasi. Pemanfaatan komputer layar sentuh ini juga dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan teknologi di daerah tertinggal, misalnya pendaftaran pengurusan administrasi secara online.

Strategi Pengembangan Layanan E-Government di Daerah Tertinggal

Pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan publik di daerah tertinggal harus disertai dengan strategi yang dapat meminimalisir berbagai kendala dalam penerapannya dan dapat memaksimalkan penerapannya di masyarakat. Adapun strategi yang dapat dilakukan diantaranya

(11)

memanfaatkan layanan tersebut. Dengan demikian, layanan publik yang disediakan pemerintah dapat termanfaatkan secara maksimal.

2. Memberikan kurikulum yang berkaitan dengan pelatihan penggunaan perangkat teknologi informasi, seperti komputer, di sekolah-sekolah. Tenaga pengajar memiliki peran yang besar bagi pengembangan sumber daya manusia di daerah. Dengan adanya pelatihan ini maka dapat mengurangi kesenjangan digital di tengah masyarakat. Selain itu, pelajar di sekolah-sekolah tersebut dapat menjadi agen untuk membantu peningkatan kemampuan penggunaan komputer bagi lingkungan di sekitarnya. Hal yang dapat dilakukan lainnya oleh pelajar yaitu menyebarkan informasi kepada lingkungan di sekitarnya.

3. Pembinaan aparatur pemerintah di daerah tertinggal. Pembinaan dapat berupa pelatihan penggunaan perangkat teknologi informasi maupun pelayanan prima kepada masyarakat. 4. Pembangunan perpustakaan dan laboratorium komputer secara tersebar pada

komunitas-komunitas masyarakat di daerah tertinggal. Pembangunan pusat laboratorium ini harus disertai dengan pelatihan penggunaan komputer bagi masyarakat. Pelatihan dapat dimulai dari pembinaan aparatur negara atau pihak swasta yang kemudian ditugaskan untuk membina komunitas-komunitas kecil di masyarakat. Dengan adanya perpuustakaan dan pusat laboratorium ini diharapkan masyarakat memiliki kemampuan literasi yang lebih baik dan kesenjangan digital semakin berkurang. Perpustakaan dan laboratorium komputer juga dapat digunakan sebagai akses layanan publik masyarakat yang berada pada komunitas-komunitas masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu mengunjungi kantor pemerintah untuk mendapatkan layanan publik.

5. Setiap pengembangan aplikasi harus disertai dengan konten pembelajaran penggunaan aplikasi untuk masyarakat. Hal ini akan membantu masyarakat untuk mempraktikan penggunaan media layanan publik secara langsung.

(12)

berdasarkan warna. Hal ini akan membantu masyarakat yang tidak memiliki kemampuan literasi.

8. Pemerintah harus mengiklankan layanan publik yang disediakan melalui seluruh saluran media massa yang ada di daerah tersebut. Selain itu, pemerintah dapat meminta bantuan tenaga pengajar maupun tokoh publik di daerah tersebut untuk membantu penyebaran informasi layanan publik yang disediakan pemerintah(Attohoun et al., 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Anestia, C. (2017). Sampai di Orbit, Satelit Telkom 3S Resmi Beroperasi. Retrieved November 20, 2017, from http://tekno.liputan6.com/read/2922718/sampai-di-orbit-satelit-telkom-3s-resmi-beroperasi

Attohoun, Y., Campos, I. M., Shentov, O., Cavoukian, A., Yankah, K., Bhantangar, S., … Schwarz, A. (2002). E-Government Handbook for Developing Nations Advisory Board, (November), 41.

Bappenas. Kominfo. Menko Perekonomian. Mastel. KADIN. (2014). Rencana PitaLebar Indonesia (Indonesia Broadband Plan) 2014 - 2019. Retrieved from

https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2014/12/rencana_pitalebar_indonesia_201 4-2019.pdf

Hingga 2016, 50 Daerah Tetinggal Berpotensi Dientaskan. (2016). Http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/. Retrieved from

http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/news/read/160906/132-hingga-2016--50-daerah-tertinggal-berpotensi-dientaskan

Indonesia, P. R. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government (2003). Indonesia.

Indonesia, P. R. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatam Pembangunan Daerah Tertinggal (2014). Indonesia.

Indonesia, P. R. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (2014).

Indonesia, P. R. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan (2015).

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Indonesia, P. R. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Rencana Kerja Pemerintah (Rkp) Tahun 2017 (2016).

ITU. (2011). Benefits and outcomes of m-government. In m-government : Mobile Technology for Responsive Government and Connected Societies (pp. 25–50). ITU.

Kuhnen, F. (1987). Causes of Underdevelopment and Concepts for. The Journal of Institute of Development Studies, VIII, 11–25.

Legendre, F., Lenders, V., May, M., & Karlsson, G. (2008). Narrowcasting: An Empirical Performance Evaluation Study. MobiCom: International Conference on Mobile Computing & Networking, 11–18. https://doi.org/10.1145/1409985.1409989 Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan T. R. I. Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertingga;, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 Tentang RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN DESA,

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TAHUN 2015-2019 (2015). Indonesia.

Services, E., Portal, W., & Country, C. (2011). M-Government projects compendium, 119– 150.

State Secretariat. UU No 6 2014, Pub. L. No. 6, 1 (2014). Indonesia. Retrieved from http://www.setneg.go.id/index.php?

lang=en&option=com_perundangan&id=404095&task=detail&catid=1&Itemid=42&tah un=2014

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan materi tasybih yang ada pada manuskrip ini tidak terstruktur dengan baik, buktinya adalah beberapa materi terualang dalam beberapa halaman teks seperti

Reaksi Obat Alergik dibagi dalam 4 tipe reaksi hipersensitivitas oleh Coombs dan Gell yaitu Tipe I (Reaksi hipersensitivitas cepat/reaksi anafilaktik), tipe II

Hubu ngan variasi lebar pencatu terhadap koefisien refleksi seperti yang terlihat pada Gambar 10 dengan meng gunakan nilai panjang dan lebar peradiasi yang telah

Sistem penjaminan mutu CKIB merupakan suatu kegiatan mandiri dari IKI untuk merancang, menjalankan, mengendalikan suatu sistem penerapan CKIB dalam rangka

Pada latihan ini, Anda akan menambahkan sebuah kontrol MultiView untuk Default.aspx dan mengisi MultiView dengan dua views: halaman pertama untuk menampilkan isi

Dari penelitian ini dapat diterapkan untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu menggunakan buah sirsak karena dapat menghasilkan

Pada perlakuan lama perendamanpun belum ditemukan waktu yang tepat untuk proses masuknya IAA ke dalam sel tanaman melalui proses absorbsi yang terjadi di seluruh

Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah membandingkan 5 buah metode algoritma data mining untuk menentukan metode mana yang paling optimal dalam menentukan