• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB II"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Kondisi Fisik Daerah

Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya adalah Makale, sebuah kota berhawa sejuk yang berada pada daerah ketinggian sekitar 125-3.075 mdpl.

Gambar 2.1 Kabupaten Tana Toraja dalam Konstelasi Propinsi Sulawesi Selatan

2.1.1.1 Geografi

(2)

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang.  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu.

Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang diterbitkan Bakosurtanal dan Peta Administrasi BPN Tana Toraja yaitu kurang lebih 213.188,69 Ha. Sedangkan menurut BPS Kabupaten Toraja Tahun 2008 Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 205.790,00 Ha, meliputi 19 kecamatan, dimana Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2 kecamatan terluas dengan luas masing-masing adalah 21.147 Ha dan 20.676 Ha. Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara dengan luas masing-masing adalah 26,08 km2 dan 2.796 Ha. Jumlah dan luas masing-masing wilayah di Kabupaten Tana Toraja lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Luas Kecamatan, Jumlah Desa dan Kelurahan Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013

No. Kecamatan Luas Kecamatan Juml.

Desa

Juml. Kel.

Luas (km²) %

1 Bonggakaradeng 206,76 10,06 5 1

2 Simbuang 194,82 9,48 5 1

3 Rano 89,43 4,35 5 -

4 Mappak 166,02 8,08 5 1

5 Mengkendek 196,74 9,58 13 4

6 G. Batu Silanang 108.63 5,29 9 3

7 Sanggala 36,24 1,76 3 2

8 Sangala Selatan 47,80 2,33 4 1

9 Sangala utara 27,96 1,36 4 2

10 Makale 39.75 1,93 1 14

11 Makale Selatan 61.70 3,00 4 4

12 Makale Utara 26.08 1,27 - 5

13 Saluputti 87,54 4,26 8 1

14 Bituang 163,27 7,95 14 1

15 Rembon 134,47 6,55 11 2

16 Masanda 134,77 6,56 8 -

17 Malimbong Balepe 211,47 10,29 5 1

18 Rantetayo 60,35 2,94 3 3

19 Kurra 60,50 2,94 5 1

Jumlah 2.057,9 100.00 112 47

(3)

Berdasarkan tabel di atas terlihat proporsi terluas terdapat pada Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng dengan persentase luas 10,29 % dan 10,06 %. Sedangkan kecamatan dengan luasan relatif rendah adalah Kecamatan Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara dengan persentase luas berkisar 1,27 % dan 1,36 %. Sedangkan Kecamatan Makale merupakan wilayah ibukota kabupaten memiliki luas sebesar 1,93 % dari luas total wilayah Kabupaten Tana Toraja.

Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja

2.1.1.2 Topografi dan Geomorfologi

Kondisi geomorfologi merupakan elemen penting dalam penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung lahan. Kabupaten Tana Toraja yang berada pada daerah perbukitan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Tana Toraja.

Kondisi geomorfologi di Kabupaten Tana Toraja dalam 5 tahun terakhir terus mengalami perubahan. Tingginya frekwensi bencana alam seperti gempa bumi dan tanah longsor telah banyak mengubah kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di kabupaten ini. Selain oleh alam, perubahan kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup juga turut dipicu oleh pemanfaatan sumber daya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konservasi yang telah menyebabkan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan. Kondisi ini antara lain terlihat dari terus berkurangnya luas areal hutan dan bertambahnya luas lahan kritis. Problematika tersebut turut memicu terjadinya banjir dan longsor.

(4)

dampak bencana alam sehingga berbagai terobosan masih sangat diperlukan dalam pembangunan 20 tahun ke depan.

Dalam pada itu, Kabupaten Tana Toraja mempunyai topografi yang relatif bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif sedikit. Kawasan yang mempunyai kemiringan lahan datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah di sebelah timur dan lahan-lahan sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai kemiringan lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja, sedangkan kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya berada di sebelah barat kecamatan Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung.

(5)

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelerengan Wilayah Kabupaten Tana Toraja

No. Klasifikasi Lereng

Kecamatan

BTG BK GDS KRR MKL MKL-S MKL-U MB MPK MSD

1 0 - 8 2284,34 26,47 837,74 703,98 1204,59 - 1055,97 373,28 - 57,99

2 8 - 15 3533,75 609,15 3197,42 1799 1299,67 32,15 411,73 710,61 - 727,01

3 15 - 25 11034,55 2228,12 3053,65 1451,79 1414,9 1762,68 469,2 2055,61 2639,14 3758,22

4 25 - 40 12316,44 6480,88 1243,86 928,64 288,82 4041,45 140,91 5878,83 6996,48 10502,69

5 >40 2598,31 9538,24 130,66 1143,72 - 1456,76 - 1552,19 4754,02 4763,88

31767,39 18882,86 8463,33 6027,13 4207,98 7293,04 2077,81 10570,52 14389,64 19809,79

Lanjutan

Klasifikasi Lereng Kecamatan

MKK RN RTY RMB SLPT SGL SGL-S SGL-U SBG

0 - 8 2837,88 297,83 1550,06 670,02 796,32 539,02 955,91 1175,09 -

8 - 15 6347,8 431,56 484,59 362,8 1441,59 526,63 2332,16 295,83 149,17

15 - 25 5215,26 1333,81 150,92 1078,95 815,45 850,91 5179,87 313,79 4457,08

25 - 40 2951,88 1141,04 159,12 2241,28 1198,93 50,6 2736,21 186,72 11784,25

>40 4862,05 2545,41 1315,63 1502 - 360,83 16071,76

22214,87 5749,65 2344,69 5668,68 5754,29 1967,16 11564,98 1971,43 32462,26

Ket: BTG=Bittuang, BK=Bunggakaradeng, GDS=Gandasil KRR=Kurra, MKL=Makale, MKL-S Makale Selatan, MKL-U Makale Utara

MB=Malimbong Balepe, MPK=Mappak, MSD=Masanda, MKK=Mengkendek, RN=Rano, RTY=Rantetayo, RMB=Rembon

(6)

Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Tana Toraja

(7)

2.1.1.3 Geologi

Struktur geologi batuan Kabupaten Toraja Utara yang memiliki karakteristik geologi yang kompleks dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan di Kabupaten Tana Toraja pada umumnya antara lain:

 batuan epiklastik gunungapi (batupasir andesitan, batulanau, konglomerat dan breksi

 batugamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar  batugamping terumbu

 batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava bersisipan andesit-basal

 batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping, napal

 batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan pualam, setempat batulempung malih

 granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit  hasil erupsi parasit

 konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih  lava andesit dan basal, dan latit kuarsa

 lava, breksi, tufa, konglomerat

 Napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan

 napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan batupasir, setempat dengan konglomerat

 serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, batugamping dan setempat batubara

 Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan keterdapatan bahan galian. Formasi geologi Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :

Tabel 2.3 Formasi Geologi Di Kabupaten Tana Toraja

Kecamatan Formasi Luas (ha)

1. Bittuang Batuan Gunungapi

Lompobatang

7803,45

Batuan Terobosan 3254,12

Formasi Loka 361,50

Formasi Toraja 124,31

Formasi Walanae 391,65

Tuff Barupu 7061,72

Jumlah 18996,75

2. Bonggakaradeng Batuan Gunungapi

Lompobatang

6152,77

Batuan Terobosan 303,35

(8)

Formasi Walanae 7122,34

Jumlah 44941,62

3. Gandang Batu Sillanan Batuan Terobosan 1045,49

Formasi Date 972

Formasi Makale 1771,64

Formasi Toraja 4674,21

Jumlah 60527,3

4. Kurra Formasi Sekala 117,86

Formasi Walanae 649,57

Tuff Barupu 5297,15

Jumlah 73037,73

5. Makale Batuan Terobosan 2664

Formasi Date 608,12

Formasi Makale 758,03

Formasi Toraja 3,71

Formasi Walanae 170,44

Mamuju 3,67

Jumlah 4207,97

6. Makale Selatan Batuan Gunungapi

Lompobatang

46,77

Batuan Terobosan 6796,93

Formasi Date 219,7

Formasi Makale 229,63

Jumlah 11504,67

7. Makale Utara Anggota Batugamping

Formasi Toraja

157,14

Batuan Terobosan 183,71

Formasi Date 1288,12

Formasi Makale 277,08

Mamuju 171,77

Jumlah 13582,49

8. Malimbong Balepe Anggota Batugamping

Formasi Toraja

6324,58

Batuan Terobosan 2679,32

Formasi Walanae 1566,64

Jumlah 24601,88

9. Mappak Batuan Gunungapi

Lompobatang

12355,4

Batuan Terobosan 2258,01

Jumlah 49785,83

10. Masanda Batuan Gunungapi

Lompobatang

808,29

Batuan Gunungapi Tineba 6723,28

Batuan Terobosan 6583,22

Formasi Latimojong 5178,12

Formasi Loka 166,15

Formasi Toraja 284,48

Formasi Walanae 66,27

Jumlah 19001,52

11. Mengkendek Anggota Batugamping

Formasi Toraja

121,55

Batuan terobosan 367,58

Formasi date 928,72

Formasi latimojong 6296,99

(9)

Formasi toraja 13212,05

Jumlah 21991,14

12. Rano Batuan Gunungapi

Lompobatang

2200,38

Batuan terobosan 945,83

Formasi date 52,82

Formasi loka 2550,64

Jumlah 40952,86

13. Rantetayo Batuan Terobosan 1789,45

formasi walanae 555,23

Jumlah 46846,83

14. Rembon Batuan Gunungapi

Lompobatang

306,52

Batuan terobosan 5338,24

Formasi walanae 23,94

Jumlah 54860,21

15. Saluputti Batuan Gunungapi

Lompobatang

216,5

Batuan terobosan 3272,65

Formasi walanae 1926,09

Tuff barupu 364,93

Jumlah 60664,32

16. Sangalla Batuan Terobosan 303,38

Formasi date 128,22

Formasi makale 13241,19

Formasi toraja 1066,14

Jumlah 75768,18

17. Sangalla Selatan Anggota Batugamping

Formasi Toraja

113,19

Batuan terobosan 84,17

Formasi latimojong 19,11

Formasi toraja 11348,52

Jumlah 88399,31

18. Sangalla Utara Anggota Batugamping

Formasi Toraja

293,45

Formasi date 231,84

Formasi makale 6,37

Formasi toraja 1439,78

Jumlah 101719,27

19. Simbuang Batuan Gunungapi

Baturape-Cindako

5114,92

Batuan gunungapi lompobatang

16009,28

Batuan terobosan 4183,27

Formasi latimojong 2639,92

Formasi toraja 895,62

Formasi walanae 3619,6

Jumlah 32462,61

(10)

Gambar 2.5 Peta Geologi Kabupaten Tana Toraja

2.1.1.4 Hidrologi, Klimatologi dan Jenis Tanah

Keadaan Hidrologi di Kabupaten Tana Toraja umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Sungai Saddang, Sungai Mataallo, Sungsi Noling dan anak sungai serta mata air dengan debit yang berpariasi. Hulu Sungai Saddang merupakan sungai terpanjang di Sulawesi Selatan berada di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Mamasa merupakan urat nadi yang vital bagi pengembangan pertanian dan PLTU Bakaru di Kabupaten Pinrang. Keberadaan sungai-sungai tersebut pada umumnya digunakan untuk irigasi perdesaan. Disatu sisi, keberadaan sungai-sungai tersebut sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata , misalnya arum jeram dan wisata rafting dan sumber PLMH. Selain Sungai Saddang terdapat juga sungai lainnya seperti Sungai Mataallo, Sungai Noling dan anak sungai lainnya seperti Sungai Mai’ting, Sungai Sapan Deata dan beberapa mata air panas yang potensi untuk pengembangan pariwisata dan PLTMH.

Kondisi hidrologi Kabupaten Tana Toraja secara umum adalah sebagai berikut;  Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter.

 Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangan-genangan.

(11)

Gambar 2.6 Peta Hidrogeologi Kabupaten Tana Toraja

Gambar 2.7 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Toraja

(12)

ke daerah yang lain. November sampai Maret angin bertiup sangat banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan tersebut terjadi musim hujan.

Kabupaten Tana Toraja beriklim musim hujan dan kemarau. Kondisi iklim Kabupaten Tana Toraja berdasarkan pencatatan Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Toraja, curah hujan terbanyak pada tahun 2008 terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 125 mm dan banyaknya hari hujan yang terjadi pada tahun 2008 terbanyak terjadi pada bulan juli yaitu sebanyak 25 hari. Jumlah curah hujan dari tahun ke tahun memperlihatkan meningkat dan curah hujan terbesar terjadi dari bulan Oktober hingga Juni dan terendah terjadi pada bulan Juli hingga Nopember, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut ini :

Tabel 2.4 Jumlah Curah Hujan Dirinci Per Bulan di Tana Toraja Tahun 2004-2008 (mm)

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008

Hari mm Hari mm Hari mm Hari mm Hari mm

Januari 15 175 17 327 20 335 14 8 20 67

February 19 344 19 367 22 375 19 182 3 150

Maret - 2 15 196 13 210 - 102 10 115

April 22 234 10 174 8 150 - 194 - 29

Mei 16 149 16 147 14 143 - 123 - 110

Juni 7 6 15 112 12 109 10 132 18 95

Juli 3 10 15 59 20 62 17 6 25 15

Agustus - - 2 25 8 35 15 - 3 5

September 4 50 3 31 2 28 8 - - 3

Oktober 3 227 10 215 15 229 20 - - -

Nopember 14 327 12 317 14 319 18 - 10 20

Desember 16 465 16 402 17 465 20 - 18 125

Jumlah 119 1989 150 2417 165 2460 141 747 107 734

(13)

Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Tana Toraja

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja didominasi oleh jenis tropudults, dystropepts dan utrandepts, sedangkan yang paling kecil adalah jenis tanah rendolis. Jenis tanah tersebut tersebar di seluruh wilayah kecamatan, yang diperlihatkan pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Tana Toraja

No. Jenis Tanah Tekstur Luas (ha)

1 Dystropepts agak halus 139986,68

agak kasar 1345,46

2 Utrandepts

agak halus 3182,05

halus 12011,77

3 Eutropepts halus 21141,4

4 Paleudults agak halus 1201,85

5 Rendolls agak halus 4846,9

6 Tropudults agak halus 29478,33

Grand Total 213194,44

(14)

Tabel 2.6 Jenis Tanah di Perinci Perkecamatan di Wilayah Kabupaten Tana Toraja

Tanah Lokasi Luas (Ha)

1. agak halus

(15)

Gambar 2.9 Peta Jenis Tanah Kabupaten Tana Toraja

2.1.2 Sarana dan Prasarana 2.1.2.1 Air Limbah

Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Tana Toraja dengan system on site (penanganan setempat) yang terbagi atas :

 Pengelolaan oleh masyarakat / rumah tangga sendiri, dengan membuat jamban keluarga dan septic tank sendiri.

 Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk tempat umum dengan membuat MCK umum dan septic tank komunal.

Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat saat ini belum terasa secara luas, namun pada daerah tertentu seperti pada lingkungan kegiatan ekonomi seperti rumah makan, hotel, buangan rumah tangga yang selama ini belum dilakukan netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir pembuangan yang selama ini sudah sangat terasa. Oleh karena itu dengan semakin meningkatnya usaha sosial masyarakat sudah perlu dibuat aturan dan rencana induk penangganannya agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

(16)

bahkan sebagian kecil masih menggunakan sungai, yang sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan.

Rencana pengembangan dan pengelolaan air limbah di Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut :

 Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik sebagai konsep utama pengembangan saat ini sebelum tersedianya sarana IPAL terpadu di Kabupaten Tana Toraja. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif untuk mengendalikan buangan air limbah rumah tangganya sebagai hasil dari aktivitas masyarakat sehari-hari, seperti pembuatan septik tank.

 Rencana IPAL limbah industri di Kabupaten Tana Toraja ditempatkan tidak jauh dari kawasan-kawasan agroindustri agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pengelolaan limbah. Rencana IPAL limbah domestik Kabupaten Tana Toraja diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Perkotaan di Kabupaten.

 rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani skala kota.

 Adanya pengawasan terhadap pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan-kegiatan masyarakat yang lain seperti industri, rumah makan/ restoran, hotel dan rumah sakit. Rencana IPLT Kabupaten Tana Toraja diarahkan ke sistem komunal yang berada di kawasan perkotaan Kabupaten.

2.1.2.2 Persampahan

Tingginya pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk yang belum merata, menyebabkan permasalahan sampah di kabupaten Tana Toraja dari hari kehari menjadi bertambah kompleks. Jumlah penduduk yang bermukim di kota Makale serta Ibukota Kecamatan Mengkendek (Ge’tengan) pada tahun 2008 mencapai 44.828 jiwa, dengan volume sampah setiap harinya sebesar 90 m3.

Dalam Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Tana Toraja membentuk 1 (satu) Kantor yang khusus menangani masalah sampah dan kegiatan lainnya yaitu Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman, Pemadam Kebakaran dan Penerangan Jalan Umum. Penetapan lembaga pengelola kebersihan ini merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah Daerah yang memberikan gambaran tingkat perhatian terhadap permasalahan kebersihan. Sistem pengumpulan sampah setempat dilakukan dengan sistem pelayanan kota dan pelayanan kawasan secara; (i) Individual, mengumpulkan sampah di Bak sampah, (ii) Komunal, pengumpulan melalui motor sampah ke TPS / container

(17)

APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang ala kadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Demikian juga dengan rendahnya dana penarikan retribusi, sehingga biaya pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD.

Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak saluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor – faktor lain. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul daslam menjalankn roda pengelolaan yasng biasanya tidak sederhana bahkan cedrung cukup rumit sejalan dengan makin berkembangnya suatu kota.

Rencana-rencana penanganan dan pengembangan persampahan di Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut :

 Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan dalam pengolahan sampah di TPA yang ada maupun yang akan dikembangkan.

 Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan permukiman khususnya kawasan perkotaan di Kabupaten Tana Toraja.  Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system sanitary landfill (lahan urug

sanitasi). Sistem ini dapat menjamin kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya. Semua potensi pencemaran dapat dicegah dengan berbagai teknik rekayasa. Lapisan kedap air untuk mencegah rembesan lindi (leachate), tanah penutup untuk mencegah bau dan serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta sistem ventilasi gas metana untuk mencegahnya terakumulasi dalam tumpukan sampah.

 Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) berlokasi di Rantetayo Luas lahan 4,00 Ha

 Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk.

 Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

2.1.2.3 Drainase

(18)

memerlukan biaya yang lebih mahal. Disisi lain, pertumbuhan penduduk dan kebutuhan prasarana dan sarana khususnya di perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat di Kabupaten Tana Toraja, maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka hijau beralih fungsi menjadi daerah terbangun, menyebabkan daya tampung drainase yang tidak mencukupi.

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau perbaikan system drainase perkotaaan antara lain :

 Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan.  Diperlukan penyesuian – penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah domestic dan

limbah industri.

 Diharapkan system drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai dengan kebutuhan lingkungan perkotaan.

Agar permasalahan banjir penanganannya bisa berjalan efektif, maka selain pertimbangan teknis dan non teknis, juga diperlukan keterpaduan program antar dinas dan masyarakat, termasuk perilaku yang diperlukan untuk mencegah munculnya potensi yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase di Kabupaten Tana Toraja, meliputi :  drainase primer dilakukan normalisasi dan perkuatan tebing: Sungai Saddang, Sungai

Mata Alllo dan Sungai Noling;

 drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan  drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan

permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder.

Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, dan lain-lain. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan, gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan permukiman penduduk dan kepadatannya.

2.1.2.4 Energi dan Telekomunikasi

(19)

Sedangkan jenis fasilitas komunikasi yang ada di Kabupaten Tana Toraja meliputi telepon, televisi, radio, antena parabola dan orari. Khusus untuk fasilitas telepon, untuk kepentingan umum sudah banyak terdapat warung telekomunikasi dan juga telepon umum. Adapun pelayanan Jasa Pos dan Giro di Kabupaten Tana Toraja masih terbatas pada layanan di ibukota Kabupaten yaitu 1 unit sedangkan untuk kantor pos hanya tersedia di Kota Makale.

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Tana Toraja, terdiri atas pembangkit listrik PLTD Tana Toraja dan PLTA Malea, potensi sumberdaya energi mikro hidro yang bersumber dari Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo, Sungai Noling dan beberapa anak sungai. Disamping itu, akan dikembangkan sumber tenaga listrik matahari pada daerah perbukitan di Kecamatan Simbuang dan kecamatan Masanda, yang dapat melayani beberapa kecamatan di sekitarnya. Untuk gardu induk (GI) terdapat di Makale, dan Jaringan transmisi tenaga listrik bertegangan 150 KV melintasi Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Makale Selatan, Makale dan Makale Utara. Disamping itu, rencana pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut:

 Pembangunan dan peningkatan pelayanan akan kebutuhan prasarana listrik untuk masa yang akan datang harus diupayakan mencapai 70% guna memberi penerangan kepada masyarakat dan meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.  Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan distribusi melalui PLN

ranting, sub-ranting dan listrik desa, sehingga mampu melayani jumlah desa secara keseluruhan.

Untuk tujuan komunikasi, maka direncana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten tana Toraja yang meliputi:

 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi provinsi meliputi sistem jaringan telekomunikasi tetap, jaringan telekomunikasi khusus dan STO Lokal Tana Toraja

 Rencana telepon nirkabel berupa lokasi menara Base Transceiver Station (BTS) dikembangkan penggunaannya secara bersama dan tidak mengganggu aktifitas disekitarnya termasuk kegiatan penerbangan.

 Peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi sesuai dengan perkembangan teknologi, guna mencapai pelayanan terhadap seluruh lapisan masyarakat.

 Untuk mendukung sistem interkoneksitas tersebut diarahkan rencana pengembangan jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan;

(20)

maupun perdesaan, yang akan mendukung arus informasi dari dan ke wilayah hinterlandnya.

 Pembuatan jaringan telekomunikasi melalui sambungan telepon ke kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tana Toraja.

 Peningkatan sarana dan prasarana telekomunikasi termasuk penambahan jumlah sambungan pada wilayah yang sudah ada/terlayani.

Gambar 2.10 Peta Jaringan Listrik Kabupaten Tana Toraja

(21)

2.1.2.5 Irigasi

Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan peningkatan produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian lahan basah dan lahan kering potensial untuk dikembangkan dalam skala yang relatif besar.

Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang akan dibangun apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi berukuran kecil seperti sistim irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan ukuran besar.

Pengembangan dan pengelolaan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Tana meliputi 174 DI yang luasnya antara 40 ha sampai dengan 305 ha yang merupakan kewenangan kabupaten. Total luas DI di Kabupaten Tana Toraja adalah sekitar 13.515 ha.

Tabel 2.7 Daerah Irigasi (Di) Kewenangan Kabupaten di Kabupaten Tana Toraja 2010

NAMA STATUS KECAMATAN LUAS (HA)

D.I. Mamara Irigasi Lembang Mengkendek 108.00

D.I To'kua Irigasi Lembang Mengkendek 150.00

D.I. Salu Randanan Irigasi Lembang Simbuang 60.00

D.I. Rambu Irigasi Lembang Simbuang 47.00

D.I. Tukaran Irigasi Lembang Simbuang 55.00

D.I. Tumbang Datu Irigasi Lembang Sangalla Utara 45.00

DI. Lemo Menduruk Irigasi Lembang Malimbong Balepe 303.00

D.I. Mabaya Irigasi Lembang Bonggakaradeng 50.00

D.I. Pong Toding Irigasi Lembang Mengkendek 150.00

D.I. Bongli Irigasi Lembang Mengkendek 123.00

D.I. Tabang Semi Teknis Mengkendek 273.00

D.I. Randanan Irigasi Lembang Mengkendek 75.00

D.I. Sumarabu Irigasi Lembang Mengkendek 111.00

D.I. Mararin Irigasi Lembang Mengkendek 90.00

D.I. Tolamba' Irigasi Lembang Mengkendek 35.00

D.I. Kapa-kapa' Irigasi Lembang Mengkendek 52.00

D.I. Kasisi' Irigasi Lembang Mengkendek 70.00

D.I. Sipateto'induk Irigasi Lembang Mengkendek 95.00

D.I. Awa' Batu Irigasi Lembang Mengkendek 50.00

D.I. Sarombon Irigasi Lembang Mengkendek 85.00

D.I. Mandalan Irigasi Lembang Mengkendek 85.00

D.I. Gantungan Irigasi Lembang Mengkendek 50.00

D.I. Sarre Irigasi Lembang Gandasil 60.00

D.I. Sampang Irigasi Lembang Gandasil 113.00

D.I. Kaluku To' Bena' Irigasi Lembang Gandasil 65.00

D.I. Palino Irigasi Lembang Makale Selatan 65.00

D.I. Kararo Irigasi Lembang Makale Selatan 85.00

D.I. Karondang Irigasi Lembang Makale Selatan 60.00

(22)

D.I. Ma' tan Irigasi Lembang Makale Selatan 45.00

D.I. Pandan Irigasi Lembang Makale Selatan 50.00

D.I. Kamiri Irigasi Lembang Makale Selatan 50.00

D.I. Gallungan Kamurung Irigasi Lembang Makale Selatan 50.00

D.I. Kulitak Pananian Irigasi Lembang Makale Selatan 70.00

D.I. Tendan To' Sendana Irigasi Lembang Makale Selatan 75.00

D.I. Sangkili Irigasi Lembang Makale Utara 60.00

D.I. To'Liku Irigasi Lembang Makale Utara 125.00

D.I. Salu Aka Irigasi Lembang Makale 40.00

D.I. Botang Irigasi Lembang Makale 15.00

D.I. Mamulo Irigasi Lembang Makale 72.00

D.I. To'Lemo Sisiran Irigasi Lembang Makale 60.00

D.I. Kalo' Baine Irigasi Lembang Malimbong Balepe

D.I. Sa'Tandung Irigasi Lembang Saluputti 68.00

D.I. Awo Irigasi Lembang Malimbong Balepe 45.00

D.I. Tabiri Irigasi Lembang Malimbong Balepe 60.00

D.I. Sollongan Irigasi Lembang Malimbong Balepe 71.00

D.I. Boto Irigasi Lembang Malimbong Balepe 64.00

D.I. Pambasean Irigasi Lembang Malimbong Balepe 61.00

D.I. Patondon Irigasi Lembang Malimbong Balepe 70.00

D.I. Kanaka I Irigasi Lembang Malimbong Balepe

D.I. Kanaka II Irigasi Lembang Malimbong Balepe

D.I. Mangge Irigasi Lembang Saluputti 65.00

D.I. Belalang Irigasi Lembang Saluputti 20.00

D.I. Salu Tandung Irigasi Lembang Saluputti 55.00

D.I. Messilu Irigasi Lembang Saluputti 60.00

D.I. Salu Ratte II Irigasi Lembang Bittuang 150.00

D.I. Salu Ratte I Irigasi Lembang Bittuang 303.00

D.I. Tappang Patongloan Irigasi Lembang Bittuang 69.00

D.I. Sarambu Kandua' Irigasi Lembang Bittuang 75.00

D.I. Burasia Irigasi Lembang Bittuang 73.00

D.I. Sinae Patongloan Irigasi Lembang Bittuang 60.00

D.I. Tongge Irigasi Lembang Bittuang 40.00

D.I. Pura Tau Irigasi Lembang Bittuang 47.00

D.I. Rambu Manda' Irigasi Lembang Bittuang 46.00

D.I. Pangala' Patongloan Irigasi Lembang Bittuang 50.00

D.I. Ratte Irigasi Lembang Bittuang 190.00

D.I. Liku Lambe' Irigasi Lembang Bittuang 56.00

D.I. Nenneng Irigasi Lembang Bittuang 30.00

D.I. Belau Irigasi Lembang Masanda 100.00

D.I. Tombang Irigasi Lembang Masanda 68.00

D.I. Kampung Alla' Irigasi Lembang Masanda 50.00

D.I. Rano Irigasi Lembang Masanda 45.00

(23)

D.I. Kalo Tangnga Irigasi Lembang Kurra 69.00

D.I. Kurra Irigasi Lembang Kurra 56.00

D.I. Salu Selo Irigasi Lembang Kurra 70.00

D.I. Lekke' Irigasi Lembang Kurra 75.00

D.I. Uma Tomatua P. Irigasi Lembang Kurra 80.00

D.I. Patindak Bau Irigasi Lembang Kurra 65.00

D.I. Komba ,I-II Semi Teknis Sangalla' 150.00

D.I. Mangkagantaran Irigasi Lembang Sangalla' 95.00

D.I. Sapan Irigasi Lembang Sangalla' 141.00

D.I. Sapan Balombong Irigasi Lembang Sangalla' Selatan 55.00

D.I. Kana Irigasi Lembang Sangalla' Selatan 45.00

D.I. Kana Mappa Irigasi Lembang Bonggakaradeng 40.00

D.I. Bamba Irigasi Lembang Bonggakaradeng 30.00

D.I. Leso Irigasi Lembang Bonggakaradeng 50.00

D.I. Tarra Irigasi Lembang Bonggakaradeng 35.00

D.I. Garotin Irigasi Lembang Bonggakaradeng 40.00

D.I. Gal'eppo' Irigasi Lembang Bonggakaradeng 70.00

D.I. Poton Irigasi Lembang Bonggakaradeng 30.00

D.I. Tebong Irigasi Lembang Bonggakaradeng 50.00

D.I. Ratte Irigasi Lembang Bonggakaradeng 35.00

D.I. Marue Irigasi Lembang Bonggakaradeng 39.00

D.I. Miallo Irigasi Lembang Mappak 50.00

D.I. Paleppang Pao Irigasi Lembang Simbuang 48.00

D.I. Sima Irigasi Lembang Simbuang 45.00

D.I. Salu Anak Lindangan Irigasi Lembang Simbuang 35.00

D.I. Salu Aneon Ke'pe Irigasi Lembang Simbuang 38.00

D.I. Kondo Dewata Irigasi Lembang Mappak 45.00

D.I. Tanete Irigasi Lembang Mappak 45.00

D.I. Sarang Dena Irigasi Lembang Simbuang 54.00

D.I. Scarab Irigasi Lembang Mappak 60.00

D.I. Salu Malino Irigasi Lembang Mengkendek 50.00

D.I. To' Liang Irigasi Lembang Gandasil 50.00

D.I. Ku'lang Irigasi Lembang Gandasil 50.00

(24)

Gambar 2.12 Peta Daerah Irigasi Kabupaten Tana Toraja

2.1.2.6 Sarana Perekonomian

Kegiatan sektor ekonomi Kabupaten Tana Toraja terdiri dari beberapa sub sektor, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, pelayanan jasa, transportasi, industri, perhotelan, dan berbagai kegiatan lainnya. Sektor-sektor ekonomi yang berbasis sektor pertanian umumnya berada pada wilayah perdesaan, sementara itu sektor pelayanan jasa umumnya berada pada kawasan perkotaan.

Kondisi ekonomi Kabupaten Tana Toraja dapat ditinjau dengan melihat indeks perekonomian Kabupaten Tana Toraja (PDRB). Berdasarkan data PDRB Kabupaten Tana Toraja memperlihatkan angka yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kegiatan ekonomi di Kabupaten Tana Toraja telah memperlihatkan angka pertumbuhan yang cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya incam pendapatan per kapita masyarakat. Peningkatan pendapatan per kapita tersebut berimplikasi pada peningkatan pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur lainnya.

Tabel 2.8 PDRB Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-2013

Tahun PDRB Perkapita (Rp) Perkembangan

(%)

Pertumbuhan

(%)

Harga Berlaku Harga Konstan

2009 2010 2011 2012 2013 *)

1.259.215,83 1.471.969,78 1.798.453,29 2.190.123,46 2.568.003,03

623.229,88 662.576,65 714.819,46 772.171,92 830.587,68

12,83 16,90 21,91 22,05 17,25

(25)

Tabel 2.9 Sarana dan Prasarana PerekonomianKabupaten Tana Toraja

2.1.2.7 Sarana Sosial dan Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Tana Toraja yang telah dilaksanakan dewasa ini telah memperlihatkan keberhasilan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini dapat diamati dari perbaikan beberapa indikator derajat kesehatan, antara lain: Menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA), angka kematian ibu (AKI), meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka kesakitan berbagai penyakit menular. Sejalan dengan membaiknya beberapa indikator derajat kesehatan tersebut, telah terjadi peningkatan angka harapan hidup (AHH) tahun 2013 di Kabupaten Tana Toraja yaitu mencapai 74,28 Tahun dimana tahun sebelumnya sebesar 74,26 Tahun.

Berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang dilaksanakan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama dengan masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor pembangunan lain di luar sektor kesehatan, misalnya faktor ketersediaan air bersih dan lingkungan pemukiman yang sehat, kemiskinan dan kecukupan pangan di tingkat rumah tangga, oleh karena itu dalam pemecahan masalah kesehatan diperlukan kerjasama lintas sektoral yang efektif.

(26)

Tabel 2.10 Tabel Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Kabupaten Tana Toraja Tahun 2012.

Unit Kerja

Tenaga Medis Tenaga Non Medis

Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli

2.1.2.8 Sarana Peribadatan

Fasilitas peribadatan adalah merupakan suatu wadah berlangsungnya aktifitas keagamaan bagi warga masyarakat, yang dibedakan berdasarkan jenis peribadatan dan agama yang dianut masing-masing umat. Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap saat oleh pemeluknya, dan merupakan kegiatan yang bersifat rutin. Olehnya itu keberadaan fasilitas tersebut mutlak diperlukan dalam suatu kawasan guna menunjang aktivitas keagamaan tersebut.

Dengan demikian, maka rencana pengembangan fasilitas peribadatan dapat diarahkan pada peningkatan kualitas bagi fasilitas yang sudah ada baik dari segi fisik maupun pelayannnya serta penambahan fasilitas seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Jumlah fasilitas peribadatan di Kabupaten Tana Toraja diperlihatkan pada table berikut :

Tabel 2.11 Sarana Peribadatan tiap Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013

No Kecamatan Mesjid Musholah

(27)

14 Bittuang 4 - 27 5 - -

15 Rembon 6 - 44 12 1 -

16 Masanda 2 - 23 2 - -

17 Malimbong Balepe 1 - 38 6 - -

18 Rantetayo 5 - 45 11 - -

19 Kurra 1 - 29 3 - -

Jumlah 154 - 695 147 3 -

Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014 2.1.2.9 Sarana Transportasi

A. Transportasi Darat

Keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi suatu daerah mencerminkan adanya tingkat pelayanan yang baik kepada yang menggunakannya. Keberadaan prasarana transportasi suatu wilayah dapat diartikan bahwa wilayah tersebut telah memiliki suatu aset dalam menunjang berbagai aspek kegiatan masyarakat, mengingat manfaat transportasi dalam kehidupan masyarakat mencakup manfaat ekonomi, sosial, politik, hankam dan lingkungan.

Penyelenggaraan sistem jaringan prasarana transportasi berupa jaringan transportasi jalan raya dan transportasi udara. Kedua jenis penyelenggaraan sistem transportasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan pembangunan di Kabupaten Tana Toraja, terutama pemenuhan pergerakan orang dan barang, baik secara internal maupun eksternal. Untuk lebih memahami kondisi sistem jaringan prasarana transportasi di Kabupaten Tana Toraja saat ini, diuraikan sebagai berikut :

1. Bangkitan dan Tarikan

Bangkitan dan tarikan perjalanan antar wilayah di Kabupaten Tana Toraja berlangsung berdasarkan keinginan penduduk untuk melakukan perjalanan. Sebagaimana diketahui bahwa jenis aktivitas yang berpotensi untuk menjadi bangkitan dan tarikan adalah pasar, acara kematian dan perkawinan. Sedangkan jenis bangkitan lainnya juga dipengaruhi oleh status kota yang ditandai dengan terpusatnya pelayanan sosial, ekonomi dan jasa, seperti pertokoan, perkantoran, pendidikan, peribadatan dan sebagainya.

(28)

Ge’tengan; Pasar Sanga’la termasuk pasar-pasar yang ada di sekitar Tana Toraja merupakan faktor penarik pergerakan di Tana Toraja.

2. Jaringan Jalan

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan sosial dan perekenomian, baik antara kabupaten dengan luar provinsi lainnya, kabupaten dengan kabupaten dalam provinsi, antara kabupaten dengan kecamatan, dan antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Dengan pelayanan transportasi jalan yang baik akan memudahkan aksesibilitas dan mobilitas penduduk untuk melakukan perjalanan dan menjangkau daerah-daerah belakang terhadap kegiatan sektor-sektor ekonomi, sosial, di Kabupaten Tana Toraja.

Prasarana jalan raya di Kabupaten Tana Toraja terdiri dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Berdasarkan data tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kantor BPS menunjukkan jumlah panjang jalan di Kabupaten Tana Toraja 1.252 km, yang terdiri dari 272,92 km dalam kondisi baik, 170,80 km dalam kondisi sedang dan sisanya sebesar 808,28 km dalam kondisi rusak dan rusak berat. Ini memperlihatkan bahwa hanya berkisar 21,80 % jalan di Kabupaten Tana Toraja tahun 2008 dalam kondisi baik.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas memperlihatkan bahwa tingkat kemampuan jaringan jalan di kabupaten Tana Toraja masih dibawah rata-rata untuk memenuhi pergerakan kendaraan secara cepat dan lancar.

3. Terminal

(29)

Pemanfaatan terminal tersebut melayani angkutan kota berupa AKDP dan AKAP. Hal ini memperlihatkan bahwa kategori terminal Makale sudah tidak sesuai dengan type terminal. Oleh karena itu, pengembangan terminal perlu dilakukan sesuai dengan kecenderungannya saat ini.

4. Jaringan Pelayanan

Transportasi darat merupakan sistem jaringan transportasi jalan yang sifatnya fleksibel dan pelayanannya bersifat door to door serta memiliki daya jangkau tinggi. Moda ini digunakan untuk jarak pendek, sedang, dan jauh sebagai mata rantai awal dan akhir dari seluruh sistem transportasi. Transportasi darat di Kabupaten Tana Toraja merupakan sistem jaringan dari serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan yang menghubungkan serta membentuk satu kesatuan sistem jaringan terutama dalam konsep pengembangan sistem transportasi terpadunya.

Pelayanan transportasi jalan dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja, antar kabupaten maupun antar provinsi dapat dijumpai melalui transportasi jalan. Pelayanan ini berupa pelayanan sebagai berikut; i). angkutan pedesaan, ii). Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), iii). Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP), angkutan kota. Disamping itu, ketersediaan jenis transportasi lainnya juga penting karena bagian yang tidak terpisahkan dalam pemenuhan pergerakan barang dan orang dari/ke Kabupaten Tana Toraja. Kesemuanya memiliki andil yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan wilayah kabupaten maupun wilayah-wilayah yang lebih kecil seperti lingkungan perkotaan maupun wilayah kecamatan/desa.

5. Pola Pergerakan

(30)

mempengaruhi pola pergerakan orang di Tana Toraja, dimana pergerakan orang yang dilakukan pada penyambutan kedua acara tersebut, dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan kendaraan truk dengan muatan sekitar 30 orang/truk. Keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan lain akan bepergian menuju ke wilayah kecamatan, dimana tempat kegiatan perkawinan dan kematian berlangsung.

Pergerakan eksternal dapat ditandai dengan adanya pergerakan/perjalanan penduduk keluar Kabupaten Tana Toraja. Penduduk Tana Toraja termasuk gemar senang melakukan perjalanan jauh (merantau) ke beberapa daerah baik didalam maupun diluar Pulau Sulawesi. Kondisi inilah yang merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai usaha-usaha jasa angkutan AKDP dan AKAP yang cukup berkembang di Tana Toraja.

Tabel 2.12 Jenis dan Panjang Jalan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013

Jenis/Kondisi/Kelas Status Jalan Tahun 2012 A Jenis Permukaan

1. Aspal 306,75

2. Rabat 230,69

3. Telford/kerikil 218,53

4. Tanah 496,03

Jumlah 1,252,00

B Kondisi Jalan

1. Baik 272,92

2. Sedang 170,80

3. Rusak Ringan 265,95

5. Rusak Berat 542,33

Jumlah 1,252,00

Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja, 2014

B. Transpotasi Udara

Satu-satunya sistem transportasi udara di Kabupaten Tana Toraja sekarang ini adalah Bandar Udara Pongtiku. Dengan mempertimbangkan kondisi pengembangan bandara tersebut di masa mendatang kurang prospek lagi, maka direncanakan bandara baru pengumpan di Buntu Kuni’ Kecamatan Mengkendek sebagai pengganti bandara pengumpan Pongtiku.

(31)

meliputi budaya dan pariwisata, perdagangan (antar wilayah), dan pelayanan jasa. Kemudian, peningkatan kapasitas dan fungsi bandara akan berpengaruh pada peningkatan yang sangat signifikan terhadap arus barang dan manusia baik yang masuk maupun yang keluar Kabupaten Tana Toraja.

Pengembangan transportasi udara, dalam hal ini bandar udara, memiliki peran strategis menuju keberhasilan pelaksanaan program agropolitan. Saat ini Bandara Pongtiku termasuk klassifikasi bandara bukan pusat penyebaran.

Pada tingkat mikro, peningkatan kapasitas dan fungsi Bandar Udara ini akan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap aktivitas pada jalur strategis sebagaimana disebutkan sebelumnya, terutama dalam hal peningkatan arus barang dan manusia, peningkatan ketersediaan dan kondisi fisik prasarana transportasi, perubahan fungsi lahan pada jalur-jalur strategis serta kawasan sekitar Bandar Udara kearah sektor komersial.

Alur penerbangan bandara tersebut berupa alur penerbangan regional meliputi:

a. Alur Penerbangan Nasional

 Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja – Tampa Padang, Mamuju.

 Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja – Mutiara , Palu.  Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja – Denpasar, Bali.

b. Alur Penerbangan Provinsi

 Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Sultan Hasanuddin, Makassar.

 Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Andi Jemma, Masamba.

 Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Soroako, Malili.  Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Seko, Luwu Utara.  Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Rampi, Luwu Utara.  Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Kepulauan Selayar.  Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Lagaligo Bua, Luwu.  Bandara Buntu Kuni’ Kec. Mengkendek Tana Toraja - Bone, Bone.

Dari sisi pemanfaatan ruang, rencana pengembangan lahan sekitar Bandar Udara tersebut meliputi :

 Pembatasan pemanfaatan lahan untuk bangunan pada zona I.

(32)

 Pengontrolan pemanfaatan lahan yang dapat membahayakan kegiatan bandara utamanya pembakaran sampah dan sawah (sisa jerami) atau ladang, khususnya pada zone I dan II.

 Penataan sistem sirkulasi dan jalur transportasi, serta optimalisasi peruntukan lahan, pada zone II.

 Penataan kawasan penyangga bandar udara dan ruang-ruang terbuka hijau (perdu dan rerumputan).

Dalam hal ini, kawasan udara sekitar bandar udara merupakan ruang udara bagi keselamatan pergerakan pesawat yang mengikuti standar ruang KKOP. Lebih jelasnya ruang udara untuk penerbangan di Bandara Buntu Kuni’ tersebut lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

2.1.2.10 Objek Wisata

Pembangunan kepariwisataan ditunjukkan pada peningkatan kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi yang melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat didaerah wisata serta penerimaan devisa bagi negara.

Jumlah wisatawan domestik pada tahun 2012 tercatat 20.836 orang dan meningkat menjadi 42.319 orang pada tahun 2013. Jumlah wisatawan mancanegara juga menunjukkan peningkatan yakni pada tahun 2012 wisatawan mancanegara tercatat 13.532 orang dan meningkat menjadi 19.324 orang pada tahun 2013.

Jumlah wisatawan yang berkunjung tahun 2013 didominasi oleh wisatawan nusantara berkisar 68% dan selebihnya adalah wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan yang berkunjung tiap tahunnya cenderung berfluktuasi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.13 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara yang Berkunjung ke Tana Toraja Tahun 2009-2013

No Wisatawan 2009 2010 2011 2012 2013*)

1 Mancanegara 5.579 5.627 3.674 13.532 19.324 2 Nusantara 5.499 12.631 15.867 20.836 42.319 Jumlah 11.078 18.258 19.541 34.368 61.643 Sumber : Kab. Tana Toraja Dalam Angka, 2014

Table 2.14 Potensi Obyek Wisata Kabupaten Tana Toraja

No Lokasi Jenis Wisata

1 Kawasan Objek Wisata Kambira’ Passilliran Kec. Sangalla

(33)

No Lokasi Jenis Wisata

2 Kawasan Objek Wisata Buntu Kalando

(Tongkonan dan Museum Mini) Kec. Sangalla

Wisata Agro/ Alam

3 Kawasan Objek Wisata Tilangga’ (Kolam Alam Rekreasi Tirta) Kec. Makale Utara

Wisata Tirta

4 Kawasan Objek Wisata Air Terjun Sarambu

Assing Kec. Bittuang

Wisata Alam

5 Kawasan Taman Wisata Rekreasi Barereng Kec.

Kurra

Wisata Tirta

6 Kawasan Wisata Tumbang Datu Bebo’ (Desa

Wisata) Kec. Sangalla’ Utara Wisata Alam/Budaya

7 Kawasan Agrowisata Pango-Pango Kec. Makale

Selatan

Wisata Agro/ Alam

8 Kawasan Wisata Buntu Burake Kec. Makale Wisata Alam

9 Kawasan Objek Wisata Lemo (Liang

Paa,Tau-tau, Bangunan Sarana Budaya) Kec. Makale Utara

Wisata Alam/ Budaya

10 Kawasan Objek Wisata Suaya (Erong, Liang

Paa, dan Tau-tau) Kec. Sangalla

Wisata Alam/ Budaya

11 Kawasan Objek Wisata To’puang, (Liang Paa, Tongkonan, Batu Bersejarah) Kec. Sangalla Selatan

Wisata Alam /Budaya

12 Kawasan Objek Wisata Makula’ (Permandian Air Panas Alam) Kec. Sangalla Selatan

Wisata Alam/ Budaya

13 Objek Wisata Buntu Tondon (Liang Paa) Kec.

Makale

Wisata Tirta

Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Tana Toraja,, 2014

2.1.2.11 Kawasan Strategis

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan menetapkan Kabupaten Tana Toraja dan sekitar sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Sulsel dari sudut pandang kepentingan Sosial dan Budaya dalam hal ini kawasan wisata budaya dan alam. Disamping itu, Perda Nomor 09 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan, juga telah menetapkan Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Tana Toraja, yang meliputi :

a. kawasan dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi perkebunan komoditi unggulan seperti kopi, kakao, cengkeh yang tersebar di hampir di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja;

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah Kawasan Hutan Lindung;

c. Kawasan sudut kepentingan sosial budaya adalah Wisata Budaya Tana Toraja; dan d. kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan

(34)

Selanjutnya dalam RTRW Kabupaten Tana Toraja akan ditetapkan Kawasan Strateis Kabupaten. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Tana Toraja adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

A

A.. PPeenneettaappaannKKaawwaassaannSSttrraatteeggiissPPeerrttuummbbuuhhaannEEkkoonnoommii

Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten diarahkan pada:

a. PKL Kota Makale sebagai Ibukota Kabupaten Tana Toraja

Kota Makale sebagai ibukota Kabupaten tana Toraja disamping mengembankan fungsi sebagai pusat pemerintah tingkat kabupaten juga akan berkembang sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala kabupaten bahkan melayani daerah hinterlandnya seperti Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Toraja Utara. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Makale diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tana Toraja.

b. Kawasan Bandara Baru Buntu Buntu Kuni’ di Kecamatan Mengkendek

Kebijakan Pemda Kabupaten Tana Toraja yang akan merelokasi Bandar Udara Pungtiku ke Buntu Kuni’ di Getengan Kecamatan Mengkendek, akan menjadikan wilayah tersebut sebagai Kota Satelit sebagai magnit tandingan (Trigger) yang akan memicu percepatan perkembangan ruang pada kawasan bandara baru di Kecamatan dan sekitarnya. Pada kawasan ini diprediksi akan berkembang kegiatan perdagangan dan jasa dengan pesat baik berskala. Dalam hal ini, pada kawasan sekitar bandara tersebut, dikembangkan Kota Baru satelit Getengan yang diharapkan dapat memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan permukiman tersebar yang tak terkendali dan kemacetan Kabupaten Tana Toraja.

Kota Satelit Getengan dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang (supporting new town) yaitu kota satelit yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Makale sebagai kota induk, sehingga secara fungsional dan identitasnya sebagian besar tergantung kepada kota induknya, umumnya merupakan suatu kota tempat tinggal seperti kota satelit dipinggiran.

(35)

c. PKLp Kota Satelit Bittuang

Kota Satelit Bittuang direncanakan dibangun dan dikembangkan pada saat suatu kota telah ada sebelumnya. Kota Satelit Bittuang merupakan kota kecil di Kabupaten Tana Toraja akan dibangun dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu.

Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Satelit Bittuang akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Tana Toraja.

d. Sektor Perkebunan

Untuk pertumbuhan ekonomi dalam sektor perkebunan, berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal maka diarahkan pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditas seperti: perkebunan kopi, cengkeh, kakao dan vanili. Kesesuaian untuk varitas sektor perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Tana Toraja.

B

B.. PPeenneettaappaann KKaawwaassaann SSttrraatteeggiiss KKeeppeennttiinnggaann FFuunnggssii DDaann DDaayyaa DDuukkuunngg LLiinnggkkuunnggaann H

Hiidduupp

Untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan di Kabupaten Tana Toraja, meliputi:

a. Kawasan wisata alam Hutan Pango-Pango di Kecamatan Makale Selatan;

b. kawasan wisata alam dan budaya terpadu di sepanjang jalur jalan lingkar wisata Tana Toraja;

c. Air Terjun Patongloan di Kecamatan Bittuang;

d. Kawasan wisata alam permandian Tilangga di Kecamatan Makale Utara; dan e. Kawasan Wisata permandian air panas, alam dan budaya terpadu Makula;

C

C.. PPeenneettaappaannKKaawwaassaannSSttrraatteeggiissKKeeppeennttiinnggaannSSoossiiaallBBuuddaayyaa

Saat ini di Kabupaten Tana Toraja masih tumbuh berkembang tatanan sosial budaya tradisional yang juga terkenal secara nasional bahkan internasional. Oleh karena itu, berbagai peninggalan-peninggalan budaya di Kabupaten Tana Toraja akan tetap dijaga kelestariannya melalui upaya revitalisasi objek-objek peninggalan serta melestarikan budaya lokal Aluk todolo.

(36)

a. Kawasan wisata Kuburan Adat Lemo; b. kawasan wisata Kaero;

c. kawasan wisata Sillanan;

d. kawasan wisata papa batu Tumakke; e. Kawasan Wisata Potok Tengan; f. Kawasan Wisata Buntu Burake;

g. Kawasan Wisata Liang Ba’ba Saratu Ollon; h. Kawasan Wisata Batu Tallu Simbuang; i. Kawasan Wisara Sarambu Assing;

j. Kawasan Wisata Panorama Tondok To Bugi’; k. Kawasan Wisata Pango-pango;

l. Kawasan Wisata Barereng ;

m. Kawasan Wisata Talondo Tallu; dan

n. Kawasan Wisata Desa Adat Bebo’ Tumbang Datu.

D

D.. PPeenneettaappaann KKaawwaassaann SSttrraatteeggiiss KKeeppeennttiinnggaann PPeemmaannffaaaattaann SSuummbbeerrddaayyaa AAllaamm DDaann P

PeenngggguunnaaaannTTeekknnoollooggiiTTiinnggggii..

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam dan penggunaan teknologi tinggi berupa Blok Minyak Enrekang yang kawasannya termasuk hampir seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja

(37)

2.1.3 Sosial Ekonomi dan Budaya 2.1.3.1 P D R B

Berdasarkan data historis, harga satuan maupun produksi atau indicator produksi yang digunakan untuk penghitungan PDRB mengalami perubahan yang proporsional setiap tahun. Hal ini menyebabkan sumbangan nilai tambah setiap sektor terhadap PDRB akan relatif sama dari tahun ketahun. Pada kenyataanya, fenomena tersebut jarang terjadi, biasanya perkembangan tiap sektor tidak proporsional, misalnya beberapa sektor tertentu melaju dengan cepat sedangkan sektor lainya relatif lambat. Akibatnya dalam jangka panjang, sumbangan setiap sektor akan berubah nyata. Perubahan ini disebut dengan perubahan struktur ekonomi. Dalam perkembanganya, perubahan sektor ekonomi ini menarik banyak perhatian banyak ahli dan perencanaan ekonomi untuk menelitinya. Mereka menyimpulkan dasar komposisi sektoral yang dianggap tulang punggung perekonomian harus ditinjau kembali.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, perlu dilakukan pergeseran tahun dasar. Adapun landasan dasar dalam pemikiran dalam melakukan perubahan tahun dasar tersebut dapat di ekspresikan dalam dua alasan sebagai berikut :

 Struktur ekonomi sejak adanya krisis ekonomi telah berubah drastic sehingga kurang relevan jika prestasi dan perkembangan ekonomi masih dihitung berdasarkan cermin struktur sebelum adanya krisis ekonomi.

 Beberapa sektor mengalami perubahan data-data dasar, misalnya cakupan komoditi dan perlengkapan cakupan komoditi dari kegiatan sebelumnya hanya ditampung dalam besaran mark up yang tidak mewakili lagi. Pertambahan kegiatan ini telah diantisipasi sebelumnya tetapi belum diakomodasikan dalam perhitungan nilai tambah bruto karena jika dimasukan hasilnya dapat mengakibatkan pertumbuhan yang melonjak pada tahun dimana kegiatan baru tersebut dimasukan. Untuk itu perubahan tahun dasar merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan beberapa perbaikan data dasar dan metode penghitungan.

Sejalan dengan perkembangan tersebut angka PDRB Kabupaten Tana Toraja juga mengalami perubahan struktur yang cukup nyata. Dalam kaitan dengan ini, sangat relevan bahwa perubahan structural dan pergesaran tahun dasar perhitungan PDRB segera dilakukan.

(38)

Tabel 2.15 Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan PDRB Kab. Tana Toraja atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 – 2013

Tahun PDRB Berlaku Prov. Sulawesi Selatan (Juta)

Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, 2014

Dengan demikian angka tersebut memberikan gambaran tentang kontribusi Tana Toraja terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan dimana pada tahun 2013 sekitar 1,39 %. Hal ini berarti bahwa sumbangan Tana Toraja terhadap perekonomian Sulawesi Selatan masih relatif kecil.

Tabel 2.16 Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 – 2013 (persen)

NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013*)

1 Pertanian 2,59 2.83 7,72 6,75 3,97

2 Pertambangan/ Penggalian 21,69 6.88 8,62 8,50 10,38

3 Industri Pengolahan 7,49 10.31 6,09 6,98 4,50

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 12,93 10,92 7,00 9,57 8,37

5 Bangunan 5,76 8,23 13,09 9,72 11,42

6 Perdagangan, Hotel &

Restoran 17,03 11,64 8,76 12,84 12,16

7 Angkututan & Komunikasi 12,22 15,60 8,78 14,57 14,26

8 Bank dan Lembaga Keuangan 9,01 13,39 10,83 14,13 15,39

9 Jasa-Jasa 2,92 3,77 5,38 2,23 5,73

Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, 2014

Tabel 2.17 Distribusi PDRB Harga Konstan 2000 Tahun 2009 – 2013

NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 43,39 41,97 41,91 41,41 40,03

2 Pertambangan/ Penggalian 0,55 0,55 0,56 0,56 0,57

3 Industri Pengolahan 4,35 4,52 4,44 4,40 4,27

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,55 0,57 0,57 0,57 0,58

(39)

6 Perdagangan, Hotel &

Restoran 16,46 17,28 17,42 18,20 18,98

7 Angkututan & Komunikasi 4,37 4,75 4,79 5,08 5,40

8 Bank dan Lembaga Keuangan 6,19 6,60 6,78 7,17 7,69

9 Jasa-Jasa 19,57 19,10 18,66 17,66 17,36

Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, 2014

2.1.3.2 Mata Pencaharian Penduduk

Berdasarkan komposisi penduduk menurut lapangan usaha pada tahun 2013, sebagian besar penduduk Kabupaten Tana Toraja bekerja disektor pertanian yang mencapai 82.398 jiwa (81,23 %), kemudian sektor jasa sebesar 4.821 jiwa (4,75 %), sektor perdagangan sebesar 4.450 jiwa (4,39 %), sektor industry sebesar 1.049 jiwa (1,03 %) sedangkam sisanya bekerja di sektor lainnya sebesar 8,722 (8,60 %).

Tabel 2.18 Jumlah Penduduk berumur 15 Tahun Keatas menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013

NO Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah %

1 Pertanian 48.529 33.869 82.398 81,23

2 Industri 909 140 1.049 1,03

3 Perdagangan 2.325 2.125 4.450 4,39

4 Jasa-jasa 2.361 2.460 4.821 4,75

5 Lainnya 8.389 333 8.772 8,60

Jumlah yang bekerja 65.513 38.927 101.440 100

Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, 2014

2.1.3.3 Adat Istiadat, Tradisi dan Budaya A. Kearifan Lokal

Sesuai data yang dikeluarkan oleh BPS, Penduduk Kabupaten Tana Toraja sebagian besar beragama Kristen Protestan yaitu 64,96 %, Katolik 18,05 %, Hindu 3,56 %, Islam 13,38 % dan Budha 0,05 % Kehidupan keagamaan di Tana Toraja memperlihatkan karakter dari suatu masyarakat Pancasila dan kegotongroyongan yang sering ditandai dalam berbagai. kegiatan kekeluargaan seperti pada upacara rambu solo' dan rambu tuka' (upacara kedukaan dan upacara syukuran).

(40)

dalam pergaulan dan kehidupan orang Toraja sehari-hari seperti dalam kehidupan pribadi, social, ekonomi, politik, kesenian dan agama.

Adanya keteraturan dalam mengelola alam dan lingkungan tempat membangun Tongkonan, memelihara ternak, sumber mates air, tempat upacara dan kegiatan sehari-hari. Tongkonan berfungsi sebagai sumber norma, sebagai pelaksana pemerintahan dan sebagai penghimpun kcluarga/kerabat. Mempelajari sejarah perkembangan pembangunan Tongkonan terlihat bahwa orang Toraja berasal dari Tongkonan Banua Puan, Tongkonan Kaero, Tongkonan Kesu', Tongkonan Sesean, merupakan Kesatuan Tongkonan makes wajarlah bila orang Toraja tetap bersatu dan menggalang kesatuan dalam menghadapi segala macam kegiatan pembangunan Tana Toraja secara kekeluargaan. Tegasnya antara Makale-Rantepao dan sekitarnya tetap membina keutuhan sebagai sate keluarga besar. Misa' kada diputo, pantan kada dipomate, artinya bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

Kebudayaan Toraja merupakan penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai insani untuk manusiakan diri dalam lingkungannya balk fisik maupun sosial. Memahami kebudayaan Toraja harus dimulai darl ajakan Alu’ Todolo yaitu ajaran kepercayaan yang diajarkan oleh leluhur orang Toraja. Aluk Todolo mengandung dua gagasan atau pokok pirkiran yang sangat prinsipil yaitu : (1). Pandangan terhadap alam semesta, Macro-Cosmos. (2). Pandangan terhadap manusia, Micro-Cosmos.

1) Pandangan terhadap alam semesta.

(41)

a) Bagian Utara, Ulunna Uai atau Ulunna Langi' b) Bagian Selatan, Pollo'na Uai atau Pollo'na Langi c) Bagian Timur, Mataallo

d) Bagian Barat, Matampu'.

Sehubungan dengan pemeliharaan relasi antara Puang Matua dengan Manusia, manusia dan sesama manusia, manusia dengan alam semesta, maka keserasian tata tertib tetap dipelihara. Pada bagian Utara, Ulunna uai, dan bagian Timur Mataalo, ditempatkan upacara Rambu Tuka' yaitu upacara pemujaan terhadap Puang Matua dan Deata. Pada bagian selatan, Pollo'na Uai dan bagian barat, matampu% ditempatkan upacara Rambu Solo' yaitu upacara pemujaan terhadap Leluhur To Membali Puang.

2) Pandangan terhadap manusia Micro-Cosmos

Kedudukan manusia dalam cosmos harus mengikuti tata tertib cosmos. Karena itu sesuai kedudukannya dalam cosmos manusia terbagi kedalam 4 tingkat Tana' yaitu ;

a) Tana'Bulaan, Bangsawan keturunan To Manurun b) Tana' Bassi, Bangsawan

c) Tana' Karurung, Tomakaka, orang merdeka d) Tana' Kua-kua, kaunan, hamba.

Seluruh kegiatan dan aktifitas manusia Toraja selalu dan harus disesuaikan dengan tata tertib cosmos. Ini nampak misalnya dalam kegiatan seperti bertani, membangun rumah, menebang kayu, menanam hasil pertanian dan lain-lain yang selalu dilaksanakan berpedoman pada Rambu Tuka'. Demikian juga bila menghadapi orang mati dilaksanakan berpedoman pada Rambu Solo'.

B. Hakikat Tongkonan

(42)

 Dalam lingkungan Tongkonan terdapat sumber mata air kalimbuang boba untuk keperluan sehari-hari.

 Berhadapan dengan Tongkonan dan Alang, dibangun Rante, tempat melaksanakan upacara Rambu Solo'.

 Agak jauh ke Selatan Tongkonan dibangun Tongkonan Tang Merambu dapat berbentuk Erong, Liang batu, Patane.

 Selain Kombong, Tongkonan memiliki tanah kering, sawah, perhiasan dan mane'.

Membangun Tongkonan dan perangkatnya dilaksanakan secara Aluk 7777 artinya membangun Tongkonan harus menghadap ke Utara demikian pula Rambu Tuka' dilaksanakan di bagian Utara dan Timur Tongkonan sedangkan upacara Rambu Solo' ditempatkan disebelah Barat dan Selatan Tongkonan.

Membicarakan jenis Tongkonan di Tana Toraja sebenarnya langsung berkaitan dengan fungsi dan peranananya. Tetapi pada pada bagian ini akan dibatasi pada jenisnya. Tongkonan Ketiga Tongkonan ini kelihatannya sama tetapi sebenarnya mempunyai bentuk hakiki yang membedakan dari segi fungsi dan peranannya. Pada jenis Tongkonan Layuk dan Tongkonan Kaparengngesan terdapat tiang yang disebut A'riri Poasi (tiang tengah), Kabongngo' katik, sedangkan untuk Tongkonan Batu A'riri tidak diperbolehkan. Jenis ukiranpun membedakan ketiga jenis Tongkonan ini. Pada Tongkonan Layuk dan Kaparengngesan diukir dengan Garontopassura' (dasar ukiran), yaitu Pa'tedong, pa'bare alto, pa'tangkelumu sedangkan Tongkonan Batu A'riri tidak boleh. Di sang sini terlihat ada Tongkonan yang diukir seluruhnya, sebagian, atau tidak diukir sama sekali. Hal ini tergantung dari kemampuan ekonomi pendiri Tongkonan. Satu hal yang lain lagi adalah bahwa ramah adat (Tongkonan) Tana'kita-kua tidak boleh memakai Tonga.

1) Tongkonan Sebagai Sumber dan Pelaksanaan peraturan Adat

Puang ri Kesu' bersama-sama Puang sulo Ara' menyusun adat atau aturan untuk tiap daerah Adat Tana Toraja. Tindakan penyusunan Adat ini disebut To Sumio Aluk artinya yang menentukan dan membagi peraturan dalarn daerah kekuasaannya.

(43)

tinggi, maksudnya bahwa peraturan yang disusunnya tetap dituruti dan apabila penduduk terus bertambah agar disusun peraturan yang lebih baik untuk menjalankan pemerintahan secara baik pula. Tongkonan Kesu' disebut Tongkonan Pesio' Aluk atau Panta' nakan Lolo, Tongkonan Kesu' dibangun di ujung utara bukit Sarira tetapi telah dipindahkan ke Ke'te' kecamatan Sanggalangi oleh Pong Panimba atas persetujuan ahli waris Tongkonan Banua Puan, Tongkonan Kaero dan Tongkonan Kesu' yaitu Puang Mengkendek, Puang Sangngalla, Pong Panimba.

Sampai sekarang peraturan yang disusun oleh Puang ri Kesu' tetap dipatuhi dan dituruti oleh orang Toraja pada upacara Rambu Tuka' dan Rambu Solo'. Tongkonan Kesu' disebut pertama sebagai Tongkonan Pesio' AM dan Patanakan Lolo pada pembagian daging (inantaa).

Sungguhnya sudah ada penetapan Aluk pada tiap daerah, namun sering kali dilakukan penyimpangan tata cara aluk setempat dengan dasar musyawarah dengan mencontoh aluk dari tempat lain. cara ini disebut dandana sangka'.

2) Struktur Kepemimpinan Tongkonan

Gambar

Gambar 2.5  Peta Geologi Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.7  Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Toraja
Tabel 2.5  Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.9  Peta Jenis Tanah Kabupaten Tana Toraja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapaat dicai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup

AHH : Angka Harapan Hidup saat Lahir AMH : Angka Melek Huruf RLS : Rata-rata Lama Sekolah PDB : Produk Domestik Bruto.. APK : Angka Partisipasi Kasar HLS : Harapan Lama

bidang kesehatan diarahkan peningkatan kualitas pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 6) Pemberdayaan Pemerintah Desa melalui peningkatan kapasitas

Peraturan Bupati Kabupaten Tana Toraja Nomor 30 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 sebagaimana telah diubah

Sejahtera , mencerminkan keterwakilan agenda pembangunan (pendidikan, kesehatan, ekonomi, perempuan, anak dan pemuda) dengan indikator- indikator kualitas IPM; serta

SKPD / Program / Indikator Kinerja Satuan Target RPJMD 2014 Capaia n 2014 % Capaia n Kinerj a Keterang an Jumlah Kebijakan. Pemberdayaan Perempuan dan Anak

Dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang

Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling sensitif adalah Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu dan status gizi Balita yang dapat