Tim Peneliti:
1. Dr. Indra Suhendra, SE., M.Si. 2. Cep Jandi Anwar, SE., ME.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas tersusunnya Laporan Akhir ini. Laporan ini
merupakan laporan tahap awal dalam pekerjaan Penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing
Investasi Banten Untuk Wilayah Serang dan Cilegon yang diselenggarakan oleh Bappeda Propinsi
Banten Tahun Anggaran 2014.
Substansi Laporan Akhir ini menjelaskan pendahuluan, data dasar Serang dan Cilegon, potensi daya
saing Serang dan Cilegon, pendekatan dan metodologi, Analisa daya saing kewilayahan Serang dan
Cilegon serta isu-isu strategis pengungkit daya saing kewilayahan Serang dan Cilegon.
Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama. Atas bantuan dan saran-saran yang telah diberikan, kami ucapkan
terima kasih.
Hal
BAB 3 POTENSI DAYA SAING SERANG DAN CILEGON
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Studi ... IV – 1 4.2. Survey/ Pengumpulan Data ... IV – 2 4.3. Pengolahan Data ... IV – 3 4.4. Penyajian Data ... IV – 3 4.5. Jenis Data ... IV – 3 4.6. Metodologi ... IV – 8 4.6.1 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ... IV – 8 4.6.2 Metode Bechmarking ... IV – 9
BAB 5 ANALISIS DAYA SAING KEWILAYAHAN SERANG DAN CILEGON
5.1 Kabupaten Serang ... V – 1 5.2. Kota Serang ... V – 3 5.3. Kota Cilegon ... V – 3
BAB 6 ISU-ISU STRATEGIS PENGUNGKIT DAYA SAING KEWILAYAHAN
SERANG DAN CILEGON
Hal
Tabel 2.1 Luas daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kab Serang ... ll - 2 Tabel 2.2 Luas Lahan di Kab Serang menurut penggunaan (Ha), 2013 ... ll - 4 Tabel 2.3 Luas Wilayah Pembagian Administrasi Kota Serang Tahun 2013 ... ll - 6 Tabel 2.4 Luas daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kota Cilegon, 2013 ... ll - 7 Tabel 2.5 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja di Kab Serang ... ll - 8 Tabel 2.6 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja menurut lapangan
Usaha di Kab Serang ... ll - 9 Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2010-2012 ... ll - 9 Tabel 2.8 Distribusi Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Serang ... ll - 10 Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan
di Kota Serang ... ll - 10 Tabel 2.10 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Berdasarkan Angkatan Kerja dan
Bukan Ankatan Kerja di Cilegon Tahun 2010-2012 ... ll - 11 Tabel 2.11 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang bekerja berdasarkan lapangan
Usaha Utama di Cilegon Tahun 2010-2012... ll - 12 Tabel 2.12 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Umur di kabupaten Serang, Kota
Serang dan Kota Cilegon Tahun 2012 ... ll - 13 Tabel 2.13 Jumlah Sekolah, Siswa dan Guru di kabupaten Serang, Kota Serang
dan Kota Cilegon Tahun 2012 Menurut Tingkat Pendidikan... ll - 14 Tabel 2.14 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di kabupaten Serang, Kota
Serang dan Kota Cilegon Tahun 2012 Menurut pendidikan yang Ditamatkan,
Tahun 2012 ... ll - 15 Tabel 2.15 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di kabupaten
Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Tahun 2012 ... ll - 15 Tabel 2.16 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di kabupaten Serang, Kota Serang
dan Kota Cilegon Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2012 ... ll - 16 Tabel 2.17 Tingkat pengangguran terbuka (TPT), Tingkat partisipasi Angkatan kerja
(TPAK) di kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon
Tahun 2010 - 2012 ... ll - 16 Tabel 2.18 Panjang Jalan Menurut tingkat Pemerintah yang Berwenang, Jenis
Permukaan, Kondisi Jalan dan kelas Jalan di Provinsi banten (km),
Hal
Gambar 3.1 Interchange Serang Timur Km 52+150 ... III – 3 Gambar 3.2 Rencana Sistem Jaringan Jalan Kota Cilegon ... III – 29 Gambar 4.1 Pendekatan Studi ... IV - 2
1
1..11.. LLaattaarrBBeellaakkaanngg
Undang-undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan otoritas/kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola
seluruh sumberdaya ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu kewenangan dari sistem otonomi adalah pengalokasian belanja yang sepenuhnya
diberikan kepada pemerintah daerah. Keterbatasan anggaran menjadi permasalahan yang
sudah berlangsung cukup lama sehingga pemerintah dituntut mampu menetapkan skala
prioritas pembangunan. Dengan keterbatasan anggaran pemerintah daerah dituntut
memberikan pelayanan yang maksimal serta mampu menyediakan sarana dan prasarana
yang dapat menunjang perekonomian daerah.
Otonomi daerah juga mendorong inovasi dan kreatifitas pemerintah daerah untuk
mencari faktor-faktor produksi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor
produksi yang dimaksud adalah bagimana mendatangkan para investor untuk berinvestasi di
daerah. Upaya untuk mencari faktor-faktor produksi ini, menimbulkan persaingan sehingga
setiap daerah berlomba untuk menyedikan sarana dan prasarana penunjang perekonomian,
seperti jalan; pelabuhan, jembatan, termasuk membuat peraturan daerah yang
mempermudah ijin usaha.
Kemampuan daerah untuk mendapatkan fakor-faktor produksi disebut juga daya
saing daerah. Menurut Pusat Studi Bank Indonesia (2009), daya saing daerah diartikan
sebagai kemampuan perekonomian suatu daerah dalam mencapai pertumbuhan, tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik
B
B
B
A
A
A
B
B
B
II
I
P
dan internasional. Globalisasi salah satu pendorong bagi daerah dan negara untuk
meningkatkan daya saing sebab globalisasi tidak hanya berdampak pada ekonomi nasional
tetapi juga mempengaruhi perekonomian daerah. Tinggi rendahnya daya saing sangat
menentukan kemampuan ekonomi suatu negara untuk bertumbuh dan berkembang.
Laporan World Economi Forum 2010-2011, menunjukan posisi daya saing Indonesia berada
di peringkat 44 dari 139 negara yang di survey.
Perekonomian wilayah Serang dan Cilegon dalam lima tahun terakhir menunjukan
fenomena yang menarik untuk dicermati. Fenomena dimaksud adalah terjadinya pergeseran
kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB). Jika tahun 2007 sektor industri di wilayah
Serang dan Cilegon menyumbang 46,69 dan 63 persen terhadap PDRB, tetapi tahun 2012
meningkat menjadi 60,41 dan 69,60 persen. Meningkatnya peranan sektor industri terhadap
perekonomian daerah tentu saja dikarenakan daerah tersebut memiliki iklim investasi yang sangat bagus. Fakta menunjukan bahwa salah satu penyebab meningkatnya sektor industri
adalah karena banyaknya pabrik baru dan banyaknya pabrik yang pindah dari daerah lain,
bahkan pindah dari negara lain. Industri baru maupun yang berpindah ditentukan oleh hukum
ekonomi dimana investor lebih memilih daerah yang memberikan tingkat efisiensi bagi
aktifitas produksinya. Jika merujuk pada definisi daya saing dapat dikatakan bahwa ketika
suatu pabrik pindah dari daerah lain maka daya saing daerah wilayah Serang dan Cilegon
lebih unggul dibanding daya saing daerah asalnya.
Kajian ini dilakukan untuk mengatahui tingkat capaian daya saing investasi di wilayah
Serang dan Cilegon sebagai sebuah indikator keberhasilan pembangunan. Pengukuran
indikator dayasaing daerah mengacu pada kriteria KPPOD (2005), mencakup pengukuran
kelompok variabel-variabel yang mempengaruhi daya saing investasi daerah, yaitu:
kelembagaan, keamanan politik dan sosial budaya, ekonomi daerah, tenaga kerja, dan infrastruktur fisik.
1.2. Identifikasi Masalah
Serang dan Cilegon merupakan satu wilayah dan memiliki potensi khas yang tidak
dimiliki oleh daerah lain. Seperti posisi strategis Ibu Kota Provinsi Banten, letaknya
berdekatan dekat ibu kota Negara serta jalur perlintasan. Dilihat dari potensinya Serang
dan Cilegon memiliki keunikan, tidak semata daerah kawasan industri tapi juga memiliki
beragam keindahan alam. Potensi ini belum banyak tergali untuk dijadikan aspek daya
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pelaksanaan Kegiatan adalah :
1. Mengidentifikasi potensi unggulan konektivitas yang dimiliki oleh Serang dan Cilegon;
2. Mengidentifikasi potensi ekonomi dan bisnis yang dimiliki oleh Serang dan Cilegon;
3. Mengidentifikasi potensi pariwisata yang dimiliki oleh Serang dan Cilegon;
4. Mensinergikan dan menyusun strategi peningkatan daya saing ekonomi Serang dan
Cilegon agar mampu bersaing pada level nasional dan internasional.
1.4. Ruang Lingkup
Dalam kegiatan penyusunan Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten
untuk Wilayah Serang dan Cilegon melingkupi kegiatan–kegiatan sebagai berkut :
1. Melakukan survey pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder
yang berhubungan dengan indikator daya saing daerah.
2. Menghitung nilai indikator daya saing daerah
3. Melakukan analisis terhadap kondisi eksisting indikator daya saing daerah.
4. Menyusun strategi pengembangan daya saing ekonomi daerah.
1.5. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Strategi Peningkatan Daya
Saing Investasi Banten untuk Wilayah Serang dan Cilegon meliputi :
1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa barat;
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kota Cilegon;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang;
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kprovinsi Banten;
5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
10. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
11. Permendagri No 54 Tahun 2010 tentang tatacara penyusunan, pengendalian, dan
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
12. Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah
dan Sekretariat Dewan;
13. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2008 tentang Sistim Perencanaan
Pembangunan daerah.
1.6. Hasil/ Output Kajian
Tersusunnya Dokumen Strategi Peningkatan Daya Saing Investasi Banten untuk
Wilayah Serang dan Cilegon sebagai bahan untuk penyusunan program dan kegiatan
Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Bidang Indagkop, Budaya Pariwisata dan
2.1. Kewilayahan dan Demografi
2.1.1 Kewilayahan
Kabupaten Serang
Kabupaten Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antar
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu dengan posisinya yang hanya berjarak ± 70
km dari Kota Jakarta. Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah penyangga
Ibukota Negara. Sedangkan batas-batasnya sebagai berikut:
(1) Sebelah barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda;
(2) Sebelah utara : Laut Jawa, Kota Cilegon, dan Kota Serang;
(3) Sebelah timur : Kabupaten Tangerang;
(4) Sebelah selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.
Kabupaten Serang mencakup wilayah seluas 1467,35 km2, terbagi ke dalam 29
(dua puluh sembilan) kecamatan dan 326 kelurahan/ desa. Kabupaten Serang memiliki
iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 23,8oC – 32,4 oC dan curah hujan rata-rata
6 mm per bulan, dan lama hujan 14 hari. Jarak Kabupaten Serang terhadap Ibukota
Provinsi Banten (Serang) sekitar 5 km dan jarak ke Ibu Kota Negara Republik Indonesia
sekitar 70 km. Kabupaten Serang dilalui oleh beberapa sungai, yaitu; Sungai Cibantan dan
Sungai Ciujung. Di antara sebelas sungai tersebut Kali Grogol merupakan yang terbesar
dan hampir semua sungai bermuara di Laut Jawa.
Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah
atau morfologi. Kabupaten Serang berada pada ketinggian 0-1.778 meter di atas
permukaan laut (dpl). Sebagian besar dataran rendah memiliki ketinggian kurang dari 500
meter, sementara dataran tinggi berupa rangkaian pegunungan yang terdapat di
Tabel 2.1.
Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Serang Tahun 2013 Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2014
Secara morfologi, wilayah Kabupaten Serang terbagi atas: (1) morfologi daratan,
(2) morfologi perbukitan landai-sedang, dan (3) morfologi perbukitan terjal. Morfologi
daratan pada umumnya terdapat pada wilayah timur dan di wilayah pantai barat, morfologi
perbukitan landai-sedang terdapat pada wilayah tengah, sedangkan morfologi perbukitan
terjal berada pada wilayah utara dan sebagian kecil wilayah selatan.
1. Terdapat daerah aliran langka dengan daerah penyebaran di bagian utara dan tengan
kota;
2. Auifer produktif dengan penyebaran luas, yang nnya melalui ruang antar butir, tetapi
tidak terdapat mata air;
3. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, yang melalui ruang antar butir, tetapi
tidak terdapat mata air.
Struktur geologi Kabupaten Serang terdiri dari batuan vulkanik dan aluvium,
dengan sebaran sebagai berikut:
1. Lava dan breksi Gunung Gede tersebar di bagian utara.
2. Breksi dan tuva Gunung Gede tersebar di bagian tengah sampai barat.
3. Endapan sungai berada di antara sebaran lava/breksi Gunung Gede dan breksi/tuva
Gunung Gede.
4. Breksi dan tuva gunung danau tersebar di bagian tengah, barat dan selatan.
5. Tuva dan breksi Gunung Tukung tersebar di bagian barat daya.
6. Tuva Gunung Danau tersebar di bagian timur.
Secara umum, keadaan tanah di Kabupaten Serang merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede. Jenis tanah ini dijumpai di dataran dan
lereng pegunungan, berwarna coklat muda atau coklat tua dengan tekstur halus-kasar.
Termasuk jenis tanah ini adalah lempung, lempung berpasir dan pasir. Jenis tanah pasir
atau yang bersifat pasir mempunyai sifat resapan (permeabilitas) yang cukup baik.
Tanah yang berasal dari aluvium (endapan sungai, pantai, dan rawa) dijumpai di
wilayah utara Kabupaten Serang. Jenis tanah ini dicirikan dengan warna abu-abu muda
kecoklatan, bersifat agak lepas, ukuran butir dari lempung hingga pasir, dan tekstur halus
kasar. Sebaran dan karakteristik jenis tanah yang terdapat di Kota Cilegon adalah sebagai
berikut:
1. Aluvial dengan kedalaman efektif 30-60 cm, tekstur tanah halus, tersebar di wilayah
utara;
2. Latosol dengan kedalaman efektif < 30 cm, tekstur tanah kasar, tersebar di wilayah utara;
3. Regosol dengan kedalaman efektif > 90 cm, tekstur tanah halus, tersebar di wilayah
tengah, barat, timur, dan utara;
4. Aluvial dengan kedalaman efektif > 90 cm, tekstur tanah kasar, tersebar di wilayah
5. Aluvial dengan kedalaman efektif 90 cm, tekstur tanah sedang, tersebar di bagian barat
Penggunaan lahan di Kabupaten Serang merupakan perpaduan antara
penggunaan lahan yang bercirikan perkotaan dan pedesaan. Dengan luas wilayah
administrasi Kabupaten Serang sebesar 146.335,86 Ha, penggunaan lahan di daerah ini terdiri dari lahan sawah (51.509,92 Ha), lahan bukan sawah (73.037 Ha), dan lahan bukan
pertanian (21.788,94). Penggunaan lahan yang didominasi oleh pekarangan/bangunan
tidak terlepas dari keberadaan industri-industri besar berskala nasional dan internasional
di Kabupaten Serang.
Tabel 2.2.
Luas Lahan di Kabupaten Serang Menurut Penggunaan (Ha), 2013 No. Penggunaan Lahan Luas
1. Lahan Sawah 51.509,92
- Irigasi Teknis 16.158,00
- Irigasi Setengah Teknis 5.380,00
- Irigasi Sederhana 4.075,65
- Tadah Hujan 10.172,61
- Pasang Surut, Folder, Lebak,
Rembesa, dan Rawa 620,00
2. Lahan Pertanian Bukan Sawah 73.037,00
- Ladang, Huma/Tegal, Kebun 39.188,72
- Perkebunan 9.817,00
- Hutan Rakyat 9.929,17
- Lahan Kering Lain 1.691,00
- Rawa, Tambak, Kolam, Empang 7.005,07
- Pengembalaan/ Padang Rumput 180,00
- Lainnya 5.175,98
3. Lahan Bukan Pertanian 21.788,94
- Rumah, Bangunan, dan Halaman 17.816,96
- Hutan Negara 552
- Rawa-rawa 414
- Lainnya (Jalan, Sungai, Danau,
lahan Tandus) 3.005,98
Jumlah 146.335,86
Berdasarkan aspek klimatologi, kondisi iklim di Kabupaten Serang relatif serupa
dengan kondisi iklim di Indonesia pada umumnya, yakni beriklim tropis dengan dua kali
pergantian musim dalam setahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim
kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan
November-April. Curah hujan tahunan rata-rata berkisar 1.000-1.500 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan rata-rata 14 hari, sedangkan kecepatan angin rata-rata berkisar 2,0-4,8
m/detik.
Kota Serang
Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antar Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu dengan posisinya yang hanya berjarak ± 70 km dari
Kota Jakarta, Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota
Negara. Sedangkan batas-batasnya sebagai berikut:
(1) Sebelah barat : Kabupaten Serang;
(2) Sebelah utara : Laut Jawa;
(3) Sebelah timur : Kabupaten Serang;
(4) Sebelah selatan : Kabupaten Serang.
Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten
berdasarkan Undang-undang Nomor: 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10
bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Kota Serang pada tanggal 10
November tahun 2007. Secara administratif Kota Serang yang merupakan Ibukota Provinsi
Banten memiliki total luas wilayah sebesar 266,74 Km2. Luas wilayah tersebut terbagi atas
20 kelurahan dan 46 desa, yang termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan, yakni Kecamatan
Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka, Kecamatan
Taktakan dan Kecamatan Kasemen. Data luas wilayah Kota Serang per Kecamatan dapat
dilihat sebagaimana pada Tabel 2.3.
Kota Serang secara geografis terletak antara 50 99’ –60 22’ Lintang Selatan dan 1060 07’ – 1060 25’ Bujur Timur. Apabila memakai koordinat sistem UTM (Universal Transfer Mercator) Zone 48E wilayah Kota Serang terletak pada koordinat 618.000 m
sampai dengan 638.600 dari Barat ke Timur dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m
dari Utara ke Selatan. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara keselatan adalah
Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan provinsi Banten, juga sebagai
daerah alternative dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, karena dari Kota Jakarta
hanya berjarak sekitar 70 km. Wilayah Kota Serang sebagian besar adalah dataran rendah
yang memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim tropis dengan curah hujan
yang cukup tinggi dan hari hujan banyak dengan ukuran tertinggi dalam sebulan 53 mm
dan rata-rata 14 hari hujan.
Tabel 2.3
Luas Wilayah Pembagian Administrasi Kota Serang Tahun 2013
No. Kecamatan Kel/Desa Luas (Km2) Persentase Sumber: Kota Serang dalam Angka, Tahun 2014
Kondisi rona bentang alam (topografi) Kota Serang menunjukkan permukaan
tanah yang relatif datar. Wilayah Kota Serang berada pada ketinggian 0 – 100 meter di
atas permukaan laut, dengan rata-rata ketinggian sekitar 25 meter di atas permukaan laut.
Kemiringan Kota Serang berkisar antara 0 – 40%.
Secara geologis, Kota Serang terdiri dari 3 (tiga) jenis batuan. Bagian terbesar
adalah jenis batuan pretertiary sediments dan batuan aluvium, selain itu terdapat sedikit
daerah termasuk batuan Young Quartenary Volcanic Products, yaitu pada bagian paling
selatan Kota Serang (di Desa Gelam). Keadaan tanah (soil) di Wilayah Kota Serang terdiri
dari 5 (lima) jenis, berdasarkan bahan induk penyusunnya yaitu: jenis podsoik merah, jenis
asosiasi podsolik kuning, dan hidromorf kelabu, regosol kelabu kekuningan, regosol
kelabu, jenis asosiasi latosol cokelat kemerahan, dan latosol coklat.
Dilihat dari segi hidrologi, keadaan di Wilayah Kota Serang meliputi sistem air
tanah dan air permukaan. Secara umum, baik air tanah maupun air permukaan di Kota
Serang tersedia cukup memadai. Hal ini disebabkan wilayah Kota Serang berada di
dataran rendah (cukup berdekatan dengan pantai) dan memiliki curah hujan yang cukup,
Sungai yang mengalir melalui Kota Serang adalah Sungai Cibanten. Sebagian masyarakat masih menggunakan sungai tersebut sebagai sumber air konsumsi (MCK), karena cukup dalamnya air tanah (pembuatan sumur). Permasalahannya adalah terjadinya banjir bila curah hujan tinggi, dan cukup terjalnya tebing sungai yang dapat membahayakan masyarakat sekitarnya.
Selain kawasan di sekitar aliran sungai, kawasan rawan air (kesulitan air bersih) adalah daerah built up area (daerah terbangun) perkotaan. Pemenuhan air minum bagi masyarakat Kota Serang, saat ini telah dilayani jaringan air minum perpipaan (PDAM).
Kota Cilegon
Kota Cilegon merupakan kota otonom yang secara yuridis dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 15 Tahun 1999. Sebagai kota yang secara geografis berada pada ujung barat Pulau Jawa serta merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, Kota Cilegon merupakan lokasi bagi berbagai kegiatan industri, baik industri berat ataupun menengah.
Secara administratif, Kota Cilegon berada pada koordinat 5052’24” – 6004’07”
Lintang Selatan dan 105054’05” – 106005’11” Lintang Utara, yang batas-batasnya:
1. Sebelah barat : Selat Sunda (Provinsi Lampung); 2. Sebelah utara : Kabupaten Serang;
3. Sebelah timur : Kabupaten Serang; 4. Sebelah selatan : Kabupaten Serang.
Dengan luas 175,5 km2, Kota Cilegon dibagi ke dalam 8 (delapan) kecamatan dan
43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 21,1oC
– 33,1 oC, dan curah hujan rata-rata 95 mm per bulan.
Tabel 2.4.
Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi di Kota Cilegon Tahun 2013
No Kecamatan Letak Kantor/ Kecamatan
Jarak Kota Cilegon terhadap Ibu Kota Provinsi Banten (Serang) sekitar 15 km dan
jarak ke Ibu Kota Negara Republik Indonesia sekitar 105 km. Kota Cilegon dilalui oleh
beberapa sungai, yaitu; Kali Kahal, Tompos, Sehang, Gayam, Medek, Sangkanila,
Cikuasa, Sumur Wuluh, Grogol, Cipangurungan, dan Cijalumpang. Di antara sebelas
sungai tersebut Kali Grogol merupakan yang terbesar dan hampir semua sungai bermuara
di Selat Sunda. Selain sungai, di Kota Cilegon juga terdapat sebuah waduk yang cukup
luas, yakni Waduk Krenceng yang membelah Desa Kebonsari, Lebakdenok, dan
Tamansari di Kecamatan Ciwandan. Waduk ini merupakan sumber air PDAM yang
dialirkan ke industri dan rumah tangga di sebagian wilayah Kota Cilegon.
2.1.2. Kondisi Demografi
Kabupaten Serang
Jumlah penduduk Kabupaten Serang, berdasarkan survey sosial ekonomi
nasional (Susenas) pada tahun 2012 sebanyak 1.448.966 jiwa yang tersebar cukup
merata di duapuluh delapan kecamatan, dengan penduduk laki-laki sebanyak 735.552 jiwa
dan penduduk perempuan sebanyak 713.414 jiwa dengan sex ratio sebesar 103,10. Laju
pertumbuhan penduduk selama periode (2000-2012) sebesar 1,43% dan tingkat
kepadatan penduduk mencapai sekitar 987 jiwa per kilometer persegi.
Jumlah penduduk Kabupaten Serang berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2012
adalah 1.036.160 jiwa, yang terdiri atas penduduk usia produktif atau angkatan kerja
sebanyak 669.029 jiwa atau 64,57 persen dan penduduk bukan angkatan kerja sebanyak
367.131 jiwa atau 35,43%. Pertumbuhan penduduk usia produktif ini selama tiga tahun
terakhir megalami fluktuasi, yaitu; 74,65 persen pada tahun 2010, menjadi 70,78 persen
pada tahun 2011, dan menjadi menjadi 71,56 persen pada tahun 2012.
Tabel 2.5
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja, Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Serang Tahun 2010 – 2012
Uraian Tahun
2010 2011 2012
Angkatan Kerja 687.885 657.679 669.029
(Persentase) 65,68% 64,74% 64,57%
- Bekerja 576.496 570.246 582.314
- Mencari Kerja 111.389 87.433 86.715 Bukan Angkatan Kerja 359.379 358.176 367.131
(Persentase) 34,32% 35,26% 35,43%
Latar belakang lapangan usaha penduduk Kabupaten Serang menunjukkan sektor Industri (126.525 jiwa) menjadi tumpuan utama sebagian besar penduduknya, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (4.447 jiwa), sektor pertanian (4.342 jiwa), sektor bank dan lembaga keuangan (2.150 jiwa), sektor jasa-jasa (1.612 jiwa), sektor pertambangan dan penggalian (1.276 jiwa), sektor bangunan (743 jiwa), sektor angkutan dan komunikasi (541), dan yang paling kecil sektor listrik, gas, dan air bersih (447 jiwa).
Tabel 2.6
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Serang Tahun 2012
Lapangan Usaha Tenaga Kerja
Pertanian 4.342
Pertambangan dan penggalian 1.276
Industri 126.525
Listrik, gas dan air bersih 447
Bangunan 743
Perdagangan, hotel dan restoran 4.447
Angkutan dan komunikasi 541
Bank dan lembaga keuangan 2.150
Jasa – jasa 1.612
Jumlah 142.083
Sumber: Kabupaten Serang Dalam Angka, 2013
Kota Serang
Jumlah penduduk Kota Serang tahun 2010 adalah 576,961 jiwa dan tahun 2012 adalah 611,897 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kota Serang diperkirakan sebesar 2,98 % per tahun. Kecamatan yang laju pertumbuhan penduduknya relatif tinggi adalah Kecamatan Cipocok Jaya, yaitu 5,91 %. Laju pertumbuhan penduduk Kota Serang per Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7. berikut ini;
Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Kota Serang Tahun 2010 – 2012
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Perkembangan penduduk dari tahun 2010–2012, terlihat bahwa pada dasarnya
pertumbuhan jumlah penduduk Kota Serang menunjukkan pola linear. Proyeksi jumlah
penduduk Kota Serang untuk lima tahun kedepan dilakukan dengan memproyeksikan
jumlah penduduk setiap kecamatan agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Dasar
pertimbangannya adalah bahwa setiap kecamatan memiliki karakteristik perkembangan
yang berbeda-beda dan terdapat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perkembangan
penduduknya.
Tabel 2.8.
Distribusi Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Serang Tahun 2012 Sumber: Kota Serang Dalam Angka, Tahun 2013
Tingkat kepadatan penduduk di Kota Serang pada tahun 2012 sebesar 2.293,98
jiwa per Km2. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah
Kecamatan Serang, yaitu 8.376,55 jiwa per Km2. Sedangkan Kecamatan yang memiliki
kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Curug, yaitu 990,12 jiwa per Km2.
Tabel 2.9.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota SerangTahun 2012
No Kecamatan Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1. Serang 110.533 106.252 216.785 104,23
Kota Cilegon
Jumlah penduduk Kota Cilegon pada tahun 2012 sebanyak 392.341 jiwa yang
tersebar cukup merata di delapan kecamatan, dengan penduduk laki-laki sebanyak
200.550 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 191.791 jiwa dengan sex ratio sebesar
105,00. Laju pertumbuhan penduduk selama periode (2011-2012) sebesar 1,67% dan
tingkat kepadatan penduduk mencapai sekitar 2.235 jiwa per kilometer persegi.
Jumlah penduduk Kota Cilegon berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2012 adalah
280.075 jiwa, yang terdiri atas penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak
184.121 jiwa atau 65,74% dan penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 95.954 jiwa atau
34,26%. Pertumbuhan penduduk usia produktif ini selama tiga tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan yang fluktuatif, yaitu 65,60% pada tahun 2010, menjadi 70,00% pada
tahun 2011, dan menjadi menjadi 65,74% pada tahun 2012.
Tabel 2.10.
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota Cilegon Tahun 2010 – 2012
Uraian Tahun
2010 2011 2012
Angkatan Kerja 172.637 188.727 184.121
(Persentase) 65,60% 70,00% 65,74%
- Bekerja 138.399 163.923 163.312
- Mencari Kerja 34.238 24.804 20.809
Bukan Angkatan Kerja 90.529 80.883 95.954
(Persentase) 34,40% 30,00% 34,26%
Jumlah 263.166 269.610 280.075 Sumber: Cilegon Dalam Angka, Tahun 2013
Latar belakang lapangan usaha penduduk Kota Cilegon menunjukkan
sektor perdagangan, hotel dan restoran (81.476 jiwa) menjadi tumpuan utama
sebagian besar penduduknya, diikuti oleh sektor jasa-jasa (60.770 jiwa), sektor
industri (43.569 jiwa), sektor angkutan dan komunikasi (27.042 jiwa), sektor
bangunan (21.407 jiwa), sektor bank dan lembaga keuangan (18.468 jiwa), sektor
pertanian (13.804 jiwa), sektor pertambangan dan penggalian (2.507 jiwa), dan yang
paling kecil sektor listrik, gas, dan air bersih (566 jiwa). Selama tiga tahun terakhir,
sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang paling tinggi, sedangkan sektor
Tabel 2.11.
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kota Cilegon Tahun 2010 – 2012
Lapangan Usaha Tahun
2010 2011 2012
Pertanian 11.185 13.804 12.939
Pertambangan dan penggalian 3.000 2.507 1.120
Industri 56.113 43.569 52.934
Listrik, gas dan air bersih 1.790 566 1.120
Bangunan 24.527 21.407 24.815
Perdagangan, hotel dan restoran 70.792 81.476 84.731 Angkutan dan komunikasi 31.554 27.042 24.731 Bank dan lembaga keuangan 11.237 18.468 15.908
Jasa – jasa 46.501 60.770 61.813
Jumlah 263.166 269.610 280.075 Sumber: Cilegon Dalam Angka, 2013
Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Cilegon telah mencapai 392.341 jiwa
dengan pertumbuhan rata-rata 1,67% per tahun. Tingkat kepadatan penduduk Kota
Cilegon pada tahun 2012 telah mencapai 2.235 jiwa per km2. Dilihat dari tingkat
kesejahteraannya, terdapat sejumlah 13.909 keluarga Kota Cilegon pada tahun 2012,
secara umum tergolong dalam tahapan keluarga sejahtera, dengan predikat hamper
miskin berjumlah 2.898 keluarga (20,84 persen), keluarga miskin berjumlah 5.507 keluarga
(39,59 persen), dan sekitar 5.504 keluarga (39,57 persen) menyandang predikat sangat
miskin.
2.2. Pendidikan dan Ketenagakerjaan
2.2.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi. Pendidikan juga
memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang
untuk menciptakan, menyerap teknologi modern, dan untuk mengembangkan kapasitas
serta menyebarluaskan pengetahuan, agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan
yang berkelanjutan. Disamping itu, mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk
menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis dan mampu bersaing
masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aspek
penting yang harus diperhatikan dalam mendukung kemajuan wilayah, termasuk dalam
mendukung proses pembangunan sanitasi suatu wilayah baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
Tingkat pendidikan penduduk tergambar melalui indeks pendidikan, salah
satunya adalah angka partisipasi sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan
sebagai perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang
bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah
yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indokator ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Makin
tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai
ideal APS = 100 % dan tidak akan terjadi lebih besar dari 100 %, karena murid usia
sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. Angka Partisipasi Sekolah (APS), yang mengindikasikan seberapa besar akses dari
penduduk usia sekolah dapat menikmati pendidikan formal di sekolah.
Tabel 2.12
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Umur di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon, tahun 2012
Kab/ Kota Kelompok Umur
7-12 13-15 16-18 19-24
Kab Serang 99.83 91.01 51.14 13.64
Kota Serang 97.05 86.87 58.54 14.37
Kota Cilegon 98.84 96.76 68.40 14.32
Sumber: Banten dalam Angka, 2013
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa APS untuk usia 7-12 tahun di seluruh
wilayah mendekati 100 persen, artinya hampir seluruh anak usia tersebut telah mengikuti
pendidikan dasar. Untuk umur 13-15 tahun, terlihat bahwa Kota Cilegon memiliki indeks
paling besar yaitu 96.76, artinya bahwa 96.76 persen penduduk usia 13-15 tahun di kota cilegon sedang bersekolah, sedangkan Kota Serang hanya terdapat 86.87 persen
penduduk usia tersebut yang sedang bersekolah, sementara itu, untuk Kabupaten Serang
sebanyak 91.01 persen. Untuk pendidikan menengah atas, Kota Cilegon memiliki indeks
yang paling besar yaitu 68.40 disusul oleh Kota Serang dengan indeks 58.54 dan
Kabupaten Serang sebesar 51.14. Sedangkan untuk APS usia 19-24, 14.37 persen
penduduk usia tersebut di Kota Serang mengikuti pendidikan tinggi, sementara untuk Kota
Tingginya tingkat partisipasi pendidikan di tiap daerah tentu saja harus didukung
oleh sarana dan prasarana di bidang pendidikan yang disediakan untuk masyarakat.
Banyaknya jumlah sekolah menurut tingkat pendidikan harus mengikuti jumlah penduduk
yang ada di daerah tersebut sehingga bisa menutupi kebutuhan pendidikan, hal tersebut
juga harus diimbangi oleh jumlah tenaga pendidik yang harus mencukupi sehingga tercipta
rasio yang ideal anatara jumlah sisa dan guru. Tabel di bawah ini menunjukan jumlah
sekolah, sisa dan jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan di masing-masing daerah.
Tabel 2.13
Jumlah Sekolah, Siswa dan Guru di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2012
Kab/ Kota Jumlah SD SLTP SMU
Sumber: Banten dalam Angka, 2013
Pemerintah senantiasa memberikan edukasi pada masyarakat akan pentingnya
pendidikan yang akan memberikan efek yang sangat besar terhadap kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat maka posisi daya
tawar masyarakat di dunia kerja menjadi lebih besar dan akan diikuti oleh besarnya upah
yang diterima pekerja. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa di Kabupaten Serang
sebanyak 32.59 persen penduduk hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD atau
sederajat. Sementara itu, untuk masyarakat yang mampu mengikuti pendidikan tinggi, baik
Diploma maupun sarjana hanya sebesar 2.91 persen.
Sementara itu, Kota Serang, mayoritas penduduknya hanya menyelesaikan
pendidikan dasar saja, hal itu terbukti dengan tinnginya persentase penduduk yang hanya
menyelesaikan sekolah dasar dan sederajat sebesar 28,58 persen, akan tetapi proporsi
masyarakat yang memasuki pendidikan tinggi relatif cukup besar yaitu 7.30 persen.
Sedngkan untuk Kota Cilegon, sebagian besar penduduknya telah berhasil menyelesaikan
pendidikan menengah atas yaitu sebesar 32.69 persen, sementara untuk pendidikan tinggi
Tabel 2.14
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2012
Kab/ Kota
Jenjang Pendidikan
< SD SD
Sederajat SLTP SLTA DI-DII DIII- Universitas
Kab Serang 27.39 32.59 19.86 17.14 0.36 2.65 Kota Serang 21.27 28.58 17.79 25.05 0.50 6.80 Kota Cilegon 12.62 23.73 23.30 32.69 1.29 6.38
Sumber: Banten dalam Angka, 2013
2.2.2 Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan di wilayah Serang dan Cilegon pada Tahun 2012
ditunjukan oleh tabel di bawah ini.
Tabel 2.15
Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon tahun 2012
Kab/ Kota
Kab Serang 582.314 86.716 669.029 367.131 1.036.160 Kota Serang 234.786 28.420 263.206 150.076 413.282
Kota Cilegon 159.670 20.360 180.030 93.811 273.841
Sumber: Banten dalam Angka, 2013
Kabupaten Serang sekitar 64,5 persen penduduknya merupakan angkatan kerja atau sekitar 669.029 jiwa, dan bukan angkatan kerja sebanyak 367.131 jiwa. Sementara itu, untuk Kota Serang dari sekitar 413.282 jiwa penduduk berusia 15 tahun ke atas, terdiri dari 263.206 orang merupakan angkatan kerja yang terbagi sebanyak 234.786 jiwa bekerja dan 28.420 adalah pengangguran, dan yang bukan angkatan kerja sebanyak 150.076 jiwa. Sedangkan di Kota Cilegon, jumlah penduduk bekerja sebanyak 159.670 jiwa dan yang tidak bekerja sebanyak 20.360 jiwa. Sedangkan yang bukan angkatan kerja, yaitu; 93.811 jiwa.
Tabel 2.16.
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerjadi Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, tahun 2012
Kab/ Kota Lapangan Usaha Pekerjaan Utama
Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya Jumlah
Kab Serang 124.123 109.716 137.489 132.222 78.764 582.314 Kota Serang 7.370 30.178 48.286 35.237 38.599 234.786 Kota Cilegon 12.234 49.539 77.413 57.420 38.180 159.670
Sumber: Banten dalam Angka, 2013
Tingkat pengangguran di wilayah Serang dan Cilegon masih menunjukan angka yang cukup besar meskipun mengalami penurunan dari tahun 2010-2012. Untuk
Kabupaten Serang, dari 16.19 persen TPT pada tahun 2010 menjadi 12.96 persen pada
tahun 2012. Sementara untuk Kota Serang turun menjadi 10.80 pada tahun 2012 dari
17.11 persen tahun 2010. Sedangkan perubahan terbesar terjadi di Kota Cilegon, dengan
perubahan sebesar 8.53 persen dari tahun 2010-2012. Untuk tingkat partisipasi angkatan
kerja, besarannya berfluktuatif tiap tahun, hal tersebut dikarenakan adanya perkembangan
sosio ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi angkatan kerja.
Tabel 2.17
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon Tahun 2010-2012
Kab/ Kota TPT TPAK
2.3.1. Transportasi Nasional dan Wilayah Terkait Wilayah Serang dan Cilegon
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa untuk skala wilayah
pada tataran nasional, regional maupun lokal dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi
barang jasa di dalam kawasan perkotaan. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Sesuai dengan sifatnya, lingkup bahasan pengembangan
jaringan jalan dibatasi hanya terhadap jaringan jalan yang berskala nasional, propinsi atau
Jaringan jalan primer secara umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna tingkat
nasional. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam
skala wilayah.
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar pusat kegiatan nasional ibukota propinsi, jalan
strategis nasional, serta jaringan jalan tol/bebas hambatan. Jalan strategis nasional adalah
jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu mempunyai
peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah-daerah rawan,
bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan
antar negara, serta dalam rangka pertahanan dan keamanan.
Sebagai salah satu penunjang kegiatan perekonomian, jalan raya sangat
diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar arus distribusi barang dan jasa serta
mobilitas orang dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga kegiatan pembangunan,
produksi dan perdagangan akan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Sistem
jaringan jalan yang ada saat ini cenderung berkembang lebih cepat di Kota Tangerang,
dikarenakan kota ini mudah dijangkau dari banyak arah, karena telah dihubungkan oleh
fasilitas prasarana jalan raya yang memadai baik dari segi lebar jalan, panjang jalan dan
kualitas perkerasannya. Pemerintah daerah telah membangun prasarana jalan raya
sampai ke pelosok-pelosok desa, hingga tidak ada lagi desa yang terisolir.
Pergerakan orang dan barang antar kota di Provinsi Banten dilayani oleh angkutan
jalan serta angkutan rel. Transportasi ini sangat berperan dalam melayani pergerakan
manusia dan barang antar pusat-pusat kegiatan wilayah dalam provinsi ini. Interaksi yang
cukup kuat terjadi antara Kota Serang sebagai ibukota Kabupaten dengan Kota Cilegon
dan Pelabuhan Bojonegara di sebelah barat dan Cikande di sebelah timur. Interaksi itu
terjadi disebabkan kota-kota tersebut menjadi orientasi (kegiatan ekonomi, perdagangan,
Untuk menunjang kelancaran perhubungan darat di Provinsi Banten pada tahun
2012, panjang jalan nasional dan jalan provinsi tercatat secara berturut-turut sepanjang
476,49 km dan 852,89 km. Dari total panjang jalan nasional tersebut, sebesar 28,370 km
dalam kondisi baik, 402,401 km kondisi sedang, dan 45,720 dalam kondisi rusak. Untuk
jalan provinsi, sepanjang 429,420 km dalam kondisi baik, 215,544 km kondisi sedang, dan
207,924 km dalam kondisi rusak. Kondisi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.18
Panjang Jalan Menurut Tingkat Pemerintah yang Berwenang, Jenis Permukaan, Kondisi Jalan, dan Kelas Jalan di Provinsi Banten (km), 2011-2012
No Uraian Jalan Nasional Jalan Provinsi 2011 2012 2011 2012
Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Banten, 2013
Ruas jalan nasional di wilayah Provinsi Banten pada saat ini mempunyai volume
lalu-lintas rata-rata sebesar 0,7 yang berarti kelancaran arus lalu-lintas terganggu karena
adanya aktivitas perdagangan/pasar, pabrik/industri, pusat-pusat perbelanjaan di
sepanjang jalan serta kapasitas jalan yang terbatas karena lebar badan jalan rata-rata 7
meter pada ruas jalan nasional di Banten Utara (Merak-Tangerang) dan ruas Ciputat-Batas
DKI. Kinerja pelayanan jalan pada ruas jalan Provinsi pada umumnya cukup baik dengan
rasio volume lalu-lintas per kapasitas rata-rata sebesar 0,4. Kemacetan lalu-lintas pada
umumnya bersifat lokal yang terjadi pada pusat-pusat kegiatan masyarakat.
Berikut ini adalah data ruas jalan provinsi dan jalan nasional di Provinsi Banten
Tabel 2.19.
Data Ruas Jalan Provinsi dan Nasional di Provinsi Banten, 2012
No. Ruas Ruas Jalan Status Panjang Lapis Permukaan 1. Serang dan Cilegon
Nasional
001. Cilegon-Merak Nasional 8,496 Hotmix
001.11K Jl. Raya Cilegon (Cilegon) Nasional 1,300 Hotmix
001.12K Jl. Raya Merak Nasional 5,012 Hotmix
002. Serang-Cilegon Nasional 6,541 Hotmix
002.11K Jl. Maulana Yusuf (Serang) Nasional 0,900 Hotmix
002.12K Jl. SA. Tirtayasa (Serang) Nasional 0,610 Hotmix
002.13K Jl. Mayor Safei (Serang) Nasional 3,339 Hotmix
002.14K Jl. Raya Cilegon (Serang) Nasional 4,939 Hotmix
002.15K Jl. Raya Serang (Cilegon) Nasional 1,658 Hotmix
003.11K Jl. Ahmad Yani (Serang) Nasional 1,780 Hotmix
026.1 Cilegon-Pasauran Nasional 40, 621 Hotmix
026.11K Jl. Raya Anyer (Cilegon) Nasional 3,722 Hotmix
029 Bts. Kota Serang-Bts. Kota Pandeglang Nasional 16,601 Hotmix
029.15K Jl. Yusuf Martadilaga Nasional 1,025 Hotmix
029.14K Jl. TB.A. Katib Nasional 0,706 Hotmix
029.16K Jl. Raya Pandeglang (Serang) Nasional 0,802 Hotmix
Jumlah 98,569
Provinsi
128 Pakupatan - Palima Provinsi 10,500 Aspal 174 Jl. Trip Jamaksari Provinsi 1,350 Aspal
180 Jl. Lingkar Selatan (Jl. TB. Suwandi) Provinsi 3,700 Aspal
181 Jl. Letnan Jidun Provinsi 0,700 Aspal
182 Sempu – Dukuh Kawung Provinsi 10,700 Aspal 183 Jl. Veteran Serang Provinsi 0,800 Aspal
184 Jl. KH. Syam’un Serang Provinsi 0,580 Aspal
187 Simpang Taktakan Gn. Sari Provinsi 13,500 Aspal 129 Palima – Pasang Teneng Provinsi 40,900 Aspal 182 Cikande – Rangkasbitung Provinsi 22,200 Aspal, Concrete
185 Jalan Yasin Beji Provinsi 3,000 Aspal
Jumlah 242,760
2.3.2 Sistem Perangkutan dan Terminal
Keberadaan angkutan umum merupakan salah satu prasarana penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Tidak adanya pilihan lain yang lebih murah menjadikan angkutan umum merupakan pilihan utama dalam melakukan perjalanan.
Khusus pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, angkutan umum
merupakan prasarana penting dalam melakukan aktifitas.
Demikian pula yang terjadi di Provinsi Banten, angkutan umum merupakan pilihan
utama bagi sebagian besar masyarakat untuk melakukan perjalanan. Hal ini terlihat dari
besarnya demand pengguna angkutan umum yang ada khususnya pada jalur-jalur utama
dan pada waktu pagi dan sore hari. Banyaknya penumpang yang tidak terangkut dan
kurangnya kapasitas angkutan umum sangat terlihat khususnya pada waktu pagi hari.
Namun pada waktu siang dan sore hari, demand angkutan umum yang ada sangatlah kecil
sehingga sering terjadi antrian kendaraan yang menumpuk pada terminal.
Besarnya kebutuhan akan angkutan umum menjadikan pengusahaan angkutan umum menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi sebagian pihak. Hanya dengan
modal investasi kendaraan dan ijin trayek, seseorang akan dapat ikut serta dalam
pengusahaan angkutan umum. Hal ini menjadi salah satu sumber permasalahan angkutan
umum, dimana terbatasnya ijin trayek yang dikeluarkan menjadikan ijin trayek yang ada
dilapangan menjadi barang dagangan dengan harga tinggi.
Lingkup analisis sistem angkutan umum dan terminal dalam skala pengembangan
jaringan transportasi wilayah kabupaten adalah untuk memperoleh rekomendasi sistem
jaringan angkutan umum dalam kota yang hirarkinya disesuaikan idealisasi sistemnya
dengan memperhatikan kebutuhan perjalanan/trayek yang dilayaninya. Selain itu, juga
memperhatikan angktuan umum antara kota (AKDP dan AKAP) yang ada. Perencanaan
angkutan umum yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi sistem
terminal yang tersinkronisasikan dengan jaringan trayek angkutan umum yang beroperasi
secara efisien dan efektif dalam mendukung pembangunan wilayah.
Pada dasarnya untuk angkutan umum antar kota dan pengelolaan terminal merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (UPT Terminal LLAJ) di
mana terminal tersebut berada (Kepmenhub Nomor 68 Tahun 1993), namun karena
perencanaan angkutan umum tersebut juga tidak terlepas dari angkutan antar kota (AKAP
maupun AKDP) maka rekomendasi yang diusulkan harus dikompromikan dengan
2.3.3 Sistem Jaringan Kereta Api
Jaringan jalan kereta api berada pada tempat yang sejajar dengan jaringan jalan
karena jaringan angkutan kereta api merupakan suatu jaringan yang menghubungkan
antara titik-titik simpul transportasi dan titik-titik kegiatan. Kedua sistem jaringan tersebut,
jaringan transportasi jalan dan jaringan angkutan kereta api merupakan supply atau
pelayanan kebutuhan transportasi yang berada di Propinsi Banten, melintasi Propinsi
Banten dan bergerak ke luar atau menuju Propinsi Banten. Kedua sistem jaringan tersebut
melayani angkutan penumpang dan barang, dua komoditas kebutuhan pergerakan
transportasi.
Pada prinsipnya sistem angkutan kereta api harus dapat mengakomodasi sistem
transportasi yang efisien secara operasi dan efektif serta mengakomodasi aksesibilitas dan
mobilitas. Sistem jaringan angkutan kereta api merupakan sistem pendukung dari sistem
jaringan transportasi jalan dan diharapkan untuk kedepannya sistem angkutan kereta api
dapat melayani kebutuhan transportasi dengan komposisi yang seimbang atau
memindahkan sebagian beban kebutuhan transportasi pada jaringan jalan ke jaringan
kereta api.
2.3.4 Sistem Angkutan Laut
a. Kondisi Pelabuhan di Provinsi Banten
Provinsi Banten memiliki dua kawasan Pelabuhan yaitu Pelabuhan di perairan
Selat Sunda dan di perairan Teluk Banten dengan jumlah Pelabuhan/dermaga 38 buah.
Pada kawasan perairan Selat Sunda terdapat 20 Pelabuhan Umum dan Pelabuhan
Khusus milik Pemerintah/BUMN dan swasta, termasuk di antaranya Pelabuhan Umum
Ciwandan (PT. Pelindo II) dan Pelabuhan Nasional Merak (PT. ASDP). Di kawasan
Perairan Teluk Banten, memiliki karakteristik perairan dalam dan kondisi laut lebih tenang
yang tidak terpengaruh musim barat, memiliki kedalaman perairan rata-rata lebih dari 10
meter. Peruntukan Teluk Banten dalam Rencana Umum Tata Ruang Nasional untuk
pengembangan kawasan Pelabuhan dan industri, yang saat ini terdapat 2 (dua) Pelabuhan
umum yaitu Kawasan Pelabuhan Bojonegara sebagai Pelabuhan Internasional dalam satu
sistem dengan Tanjung Priok (DKI Jakarta) dan Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara
Karangantu serta 15 Pelabuhan Khusus yang tersebar di wilayah Kecamatan Bojonegara.
Dengan kondisi tersebut, kawasan ini potensial untuk dikembangkan menjadi
Pelabuhan Umum, terutama untuk mendukung Pelabuhan Nasional Merak yang tergolong
padat, sehingga Bojonegara dapat berfungsi sebagai pintu gerbang kedua lintas
penyeberangan Pulau Jawa ke / dari Pulau Sumatera.
Wilayah Bojonegara dan Wilayah Merak saat ini telah dihubungkan dengan 2
(dua) akses jalan, yaitu Jalan Nasional Ruas Jakarta – Merak dan Jalan bebas hambatan
Jakarta – Merak dengan kondisi jalan yang relatif sangat baik dengan Gerbang Pintu Tol
Cilegon Barat.
Tabel 2.20.
Kepelabuhan di Provinsi Banten
No. Jenis Pelabuhan Keterangan
A. Pelabuhan Umum
1. Pelabuhan Nasional Merak 4 Dermaga Ro-Ro 1 Dermaga Kapal Cepat
1 Dermaga Ro-Ro, Dijadwalkan Beroperasi Awal September 2009
2. Pelabuhan Ciwandan (Dikelola oleh
PT. Pelindo II) Cabang Banten General Cargo, Bulk Cargo 3. Pelabuhan Regional Anyer General Cargo
4. Pelabuhan Internasional Bojonegara Satu sistem dengan Tanjung Priok (DKI Jakarta)
5. Pelabuhan Regional Labuan General Cargo
B. Pelabuhan Khusus
40 Pelabuhan Dermaga untuk kepentingan sendiri 4 tidak beroperasi 2. Pelabuhan perikanan pantai Labuan Proses pembentukan UPTD
Wilayah Kota Cilegon (Suralaya, Anyer, Ciwandan dan Merak) dan Teluk Banten
Kabupaten Serang (Karangantu dan Bojonegara) terdapat Pelabuhan sebagai berikut: Pelabuhan Umum terdiri dari: Pelabuhan Nasional Merak, Pelabuhan Ciwandan (yang
dikelola oleh PT. Pelindo II) Cabang Banten, Pelabuhan Regional Anyer, Pelabuhan
Internasional Bojonegara, Pelabuhan Regional Labuan.
Pelabuhan Khusus (PELSUS): Di Provinsi Banten terdapat 40 Pelabuhan Khusus yang dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan industri dan
pengembangan Pelabuhan Khusus Kubangsari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 2.21.
Dermaga untuk kepentingan sendiri (DUKS) berlokasi di: 1) Anyer (Kabupaten Serang) sebanyak 4 buah
2) Cigading (Kota Cilegon) sebanyak 1 buah
3) Gerem (Kota Cilegon) sebanyak 3 buah
4) Merak (Kota Cilegon) sebanyak 5 buah
5) Lebak Gede (Kota Cilegon ) sebanyak 3 buah
6) Suralaya (Kota Cilegon) sebanyak 2 buah
7) Bojonegara (Kabupaten serang) sebanyak 15 buah.
Pengembangan Pelabuhan Pantai pendaratan perahu/kapal (Pelabuhan Muara Binuangeun Pandeglang), Pelabuhan Pulau Merak (Cilegon) dan Pelabuhan Cituis
(Kabupaten Tangerang).
Pengembangan Pelabuhan Khusus Kawasan Pantura yang berada dalam kawasan reklamasi laut di Teluk Naga Kabupaten Tangerang.
Kondisi perairan di wilayah Cilegon cukup dalam, yaitu; dengan kedalaman
perairan pantai rata-rata di atas 10 meter kecuali kedalaman perairan pantai di lokasi
eks-Depot Pertamina Merak hanya mencapai ± 4,5 meter (gosong dan karang), dengan
karakteristik:
Gelombang pada musim barat dapat mencapai lebih dari 2 meter, sehingga kurang kondusif untuk keselamatan pelayaran kapal cepat dan/ atau kapal-kapal berukuran
kecil (kurang dari 500 GT).
Lalu lintas kapal di Pelabuhan Ciwandan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II (General Port) cukup tinggi baik untuk kapal keluar/masuk Pelabuhan di kawasan
Cilegon maupun yang melewati jalur Alur Kepulauan Indonesia (ALKI I).
Tabel 2.21
Pelabuhan Khusus di Provinsi Banten
No. Nama Pelabuhan Bidang Usaha Penggunaan untuk Bongkar/Muat
1. PT Sriwi Wood Industries Bahan baku Logging
2. PT Chandra Asri Petrochemical
Centre Chemical Industries
Kimia Cair / Olefin
3. PT Tri Polyta Indonesia Chemical Industries Kimia Cair / Polyprophelene
4. PT Bayer Material Science Chemical Industries Kimia Cair/VCM
5. PT Asahimas Chemical Chemical Industries Kimia Cair / Glycol/ Polyprophelene
6. PT Krakatau Steel/ PT Krakatau
Bandar Samudera Steel Industries
Bahan Baku Baja / General Cargo
7. PT Krakatau Daya Listrik/ PLTU PT KS
Pembangkit Listrik Feed Stock Oil / Batu bara
8. PT Titan Nusantara Interindo Chemical Industries Kimia Cair / Polyetylene
Butane
9. PT Pertamina (Terminal Transit BBM Tg. Gerem)
Depo Bahan Bakar Minyak Premium & Solar
10. PT Mitsubishi Chemical
Indonesia (d/h PT Bakrie Kasei)
Chemical Industries Kimia Cair /Purified Ther & Aphatalic Acid
11. PT Unggul Indah Cahaya Chemical Industries Kimia Cair / Alkylbenzene
& Heavy Alkylate
12. PT Bumimerak Terminalindo / PT Sari Sarana Kimia
Chemical Industries Kimia Cair / Solvent
13. PT Dover Chemical Chemical Industries Kimia Cair / Ethelene
14. PT Vopak Terminal Merak (d/h PT Prointal)
Chemical Industries Kima Cair
15. PT Indah Kiat Pulp & Paper (Merak Mas)
Pulp Industries/ Bahan Baku Kertas dan Terminal Kontainer
16. PT Tomindomas Bulk Tank Terminal
Chemical Industries Liquid Partikel Entry Port
17. PT Santa Fe Pomeroy Indonesia Off Shore Mining Penambangan Minyak Lepas Pantai
18. PLTU Sektor Suralaya (PT Indonesia Power)
Pembangkit Listrik Batu Bara
19. PT Mesei Sarana Indonesia Shipyard Builder Galangan Kapal (tidak aktif)
20. PT Latexia Indonesia /(dh PT Rhodia Indolatex)
Chemical Industries Civil Engineering to Specialized on IP
21. PT Sulfindo Adi Usaha Chemical Industries Kimia Cair
22. PT Karbon Indonesia Chemical Industries Black Composite Carbon
23. PT Polichem Indonesia (d/h PT GT Petrochem Industries)
Lanjutan Tabel 2.21.
No. Nama Pelabuhan Bidang Usaha Penggunaan untuk Bongkar/Muat
24. PT Redeco Petrolin Utama Chemical Industries Kimia Cair/ Styrene
monomer dan Polystyrene
25. PT BAKRIE CONSTRUCTION
(d/h PT TRANS BAKRIE) Steel Industries/RIG
Pembangunan Konstruksi Anjungan RIG
26. PT Arbe Chem (d/h PT Risjad
Brasali Styrindo) Chemical Industries
Kimia Cair / Polystyrene
27. PT Kusuma Raya Utama Pertambangan Batu belah / batu alam
28. PT Guna Nusa Utama Fabricator Shore Mining/RIG Pembangunan Konstruksi Anjungan RIG
32. PT Dias Raya Shipyard Shipyard Builder Galangan Kapal (tidak aktif)
33. PT Batu Alam Makmur Pertambangan Batu belah / batu alam 34. PT Polychem Lindo Chemical Industries Bahan Baku Polysterene
35. PT Dias Pratama Utama Pertambangan Batu belah / batu alam 36. PT Apexindo Pratama Duta,
37. PT Nusaraya Putra Mandiri
38. PT Merak Energi Pembangkit Listrik Batu Bara
39. PT Duta Sugar,Tbk. Rafinery Industri Bahan Baku Gula/Raw Sugar
40. PT Harapan Teknik Shipyard Shipyard Builder Galangan Kapal
Kondisi perairan di wilayah Teluk Banten juga cukup dalam, yaitu;dengan
kedalaman perairan pantai rata-rata di atas 10 meter dengan karakteristik:
Gelombang relatif kecil karena tidak terpengaruh musim barat, sehingga sepanjang tahun relatif aman untuk keselamatan pelayaran kapal cepat dan / atau kapal-kapal
yang berukuran kecil (kurang dari 500 GT).
Lalu lintas kapal relatif rendah, karena kapal-kapal yang keluar masuk KANPEL Karangantu dan KANPEL Bojonegara hanya melayani kapal-kapal ikan dan kayu
dengan kurang dari 300 GT.
3.1. Potensi Kabupaten Serang
3.1.1. Aspek Konektivitas
Sistem jaringan infrastruktur utama atau dalam hal ini transportasi wilayah adalah
penghubung bagi ruang-ruang kegiatan yang potensial, dengan transportasi pula maka
pembangunan dan pengembangan daerah terpencil dapat dilakukan.
Berdasarkan arahan baik yang telah dirumuskan dalam Sistranas maupun
perangkat legalitas lainnya maka sistem transportasi darat diklasifikasikan menurut
karakteristik fungsi pelayananannya : Transportasi antar kota antar Provinsi
Transportasi regional (antar kota dalam Provinsi) Transportasi kota
Transportasi pedesaan
Selanjutnya pada masing-masing hubungan fungsional tersebut dalam hal ini
berkaitan dengan sistem transportasi maka penataan peran dan fungsi jaringan yang
terstruktur harus dilakukan, yaitu melalui pendekatan sistem jaringan primer dan sekunder
Transportasi Regional
Transportasi yang menghubungkan Kabupaten Serang dengan wilayah kabupaten
lain dilayani oleh transportasi yang mempunyai fungsi pelayanan regional atau antar
kabupaten (AKDP) dan fungsi pelayanan nasional atau antar Provinsi (AKAP).
Berdasarkan hasil analisis, pola pergerakan penumpang pada wilayah ini
menunjukkan kecilnya interaksi dengan wilayah lain. Hampir sebagian besar (60%)
pergerakan penumpang pada wilayah ini terjadi di antara kabupaten yang ada dalam
WP ini sendiri. Pergerakan di luar WP yang cukup signifikan hanya terjadi terhadap WP
Serang Timur (13%). Selebihnya pergerakan terhadap WP lain umumnya kurang begitu
berarti. Kondisi ini diduga disebabkan oleh rendahnya aksesibilitas WP tersebut terhadap
WP lain. Pergerakan yang dominan terjadi antara Kabupaten Serang dan Kabupaten
Pandeglang yang menurut survei O-D Nasional Departemen Perhubungan mencapai
26-35% dari seluruh perjalanan yang berasal dan berakhir di Kabupaten Serang, ini
menunjukkan terdapat interaksi yang cukup kuat antara Kabupaten Serang dan Kabupaten
Pandeglang. Berdasarkan analisis, alternatif titik lokasi terminal sebagai penyangga
terminal yang ada di Kota Serang, yaitu berada di Kecamatan Baros Kabupaten Serang.
Transportasi regional Kabupaten Serang sangat dipengaruhi oleh keberadaan
Jalan Tol Jakarta-Merak. Jalur penting ini telah terbukti mampu menjadi stimulan bagi
tumbuh dan berkembangnya kegiatan-kegiatan perekonomian di sekitarnya. Antara ruas
Tangerang-Cilegon, saat ini telah terdapat empat interchange. Berkembangnya kegiatan
industri di Serang Timur mengakibatkan dibutuhkannya pintu tol baru untuk melayani
pertumbuhan industri tersebut. Saat ini telah ada penjajakan pembukaan interchange baru
di daerah Serang Timur. Dalam kerangka pengembangan wilayah, realisasi
pembangunan interchange baru ini akan sangat membantu. Maksud dan tujuan khusus
dari usulan rencana pembangunan interchange baru ini adalah : Meningkatkan aksesibilitas wilayah Serang Timur
Melancarkan arus keluar barang dan penumpang di Wilayah Serang Timur (ke Jakarta, ke Cilegon, Sumatera)
Mengurangi beban kemacetan jalur Kragilan-Cikande Merangsang percepatan investasi di Serang Timur
Menunjang pengembangan kawasan Serang Timur
Dalam konteks regional dapat mendorong pula tingkat aksesibilitas wilayah Banten Selatan (Kabupaten Lebak)
Jalan alternatif menuju wilayah Tangerang
Kondisi sistem jaringan jalan yang ada saat ini di Kabupaten Serang dapat
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Transportasi dalam Kabupaten Serang
Pergerakan orang dan barang antar kota dalam Kabupaten Serang dilayani oleh angkutan jalan serta angkutan rel. Transportasi ini sangat berperan dalam melayani pergerakan manusia dan barang antar pusat-pusat kegiatan wilayah dalam Kabupaten Serang. Pertumbuhan populasi kendaraan di Kabupaten Serang rata-rata per tahunnya mencapai 2 % dan cenderung meningkat di tahun-tahun mendatang. Interaksi yang cukup kuat terjadi dari Jakarta dan Tanggerang melalui Serang Timur menuju Bojonegara dan Kota Cilegon yang melewati Kota Serang. Interaksi itu terjadi disebabkan kota-kota tersebut menjadi orientasi (kegiatan ekonomi, perdagangan dan jasa dan lain-lain) pusat kegiatan lokal yang tersebar disekitarnya.
Untuk menjamin kesinambungan pergerakan antar pusat-pusat orientasi tersebut yang merupakan urat nadi perekonomian di Kabupaten Serang, pergerakan dilayani oleh angkutan umum yang berkapasitas antara 50-55 tempat duduk. Populasi angkutan umum (bis dan minibus) yang membebani ruas jalan antara Serang Timur, Bojonegara dan Kota Cilegon jumlahnya cukup besar berkisar 2000-3000 kendaraan tiap harinya. Sedangkan untuk ruas-ruas jalan lainnya berkisar antara 100-1500 kendaraan tiap harinya.
A. Transportasi Kota
Transportasi perkotaan yang cukup komplek yang ditemui di wilayah Kabupaten Serang, yaitu di wilayah Serang Timur. Kawasan permukiman, industri, perdagangan dan jasa yang tumbuh dan tersebar di wilayah merupakan potensi besar untuk membangkitkan pergerakan lokal untuk berbagai tujuan pergerakan seperti bekerja, sekolah dan sebagainya.
Dalam melayani pergerakan lokal (dalam kota) tersebut di Kabupaten Serang terdapat angkutan perkotaan yang mempunyai trayek tertentu. Di Kabupaten Serang pada tahun 2007 terdapat 11 trayek angkutan umum dengan armada yang mempunyai kapasitas 11 tempat duduk.
B. Transportasi Pedesaan
Pada dasarnya yang dimaksud transportasi pedesaan di sini adalah transportasi
yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Transportasi antara dua pusat kegiatan ini lebih mengandalkan tranportasi jalan yang
mempunyai aksesibilitas yang tinggi dibandingkan dengan jenis transportasi yang lain.
Transportasi pedesaan ini dilayani oleh angkutan umum yang mempunyai jenis pelayanan yang menghubungkan antar kota baik, dalam kabupaten maupun antar kabupaten