1
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA MATERI DINAMIKA PARTIKEL DALAM BENTUK GAMBAR MELALAUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DENGAN METODE INDEX
CARD MATCH (ICM)
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI SIMPOSIUM GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TINGKAT NASIONAL 2015
OLEH
ZAINUDDIN, S.Pd., M.PFis
NIP. 19720504 200204 1 001SMA NEGERI 1 BALAESANG
iii
ABSTRAK
Era di zaman sekarang ini, pendidikan merupakan suatu kebutuhan bangsa yang sangat mendasar dan harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maju mundurnya suatu bangsa dapat ditentukan oleh kemampuan bangsa itu sendiri dalam berinovasi untuk membangun bangsanya.
Selain itu, pendidikan juga merupakan wadah yang dapat dipandang sebagai pembentuk sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan berakhlak mulia seperti yang diterapkan dalam kurikulum 2013.
Model dan metode pembelajaran yang berbeda dapat menarik minat siswa, serta menyenangkan dari pembelajaran yang biasa dilakukan. Dengan penerapan Model
pembelajaran Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM) sebagai pembelajaran
aktif. Model pembelajaran Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Pada pra-tindakan nilai rata-rata yang diperoleh siswa 72,00 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I nilai rata-rata diperoleh siswa 79,00 dengan nilai tertinggi 95. Sedangkan untuk tindakan pada siklus II nilai rata-rata diperoleh siswa 90,17 dengan nilai tertinggi 100 dan terndah 80. Hal ini memberikan hasil yang signifikan dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrohim.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan memanjatkan segala puji syukur pada
Tuhan yang Maha pengasih dan penyayang Allah SWT, serta dengan izin Allah SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan Pengembangan Keprofesionalan
Berkelanjutan yang berupa Makalah Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Dinamika Partikel dalam Bentuk
gambar Melaui Model Pembelajaran Jigsaw dengan Metode Index Card Match (ICM)” dapat terselesaikan dengan baik.
Terselesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu pendamping Diklat, akhirnya penulisan makalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis merasa
berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bapak
Dr. Amiruddin Kade, S.Si., M.Si, Bapak Idrus, S.Pd, SH, M.Pd, Drs. Udding, M.Pd dan Ibu
Endang,M.Pd, M.Ed serta seluruh Widya Iswara yang telah terlibat dalam kegiatan
pembimbingan Karya Tulis Ilmiah di LPMP Palu.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis haturkan kepada
Kepala SMA Negeri 1 Balaesang, rekan-rekan guru SMA Negeri 1 Balaesang dan semua
pihak yang terkait dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang telah
memberikan sumbangsih saran dalam penyelesaian tulisan ini.
Kiranya Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat bermanfaat, dan semoga
segala bantuan, pengorbanan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak, mendapat
ganjaran dari Allah SWT, Amin.
v
1. Penegrtian Fisika dan Pembelajaran Fisika... 4
2. Hakekat Pemahaman Konsep... 5
2.2. Teori Variabel Tindakan ... 5
1.Srategi Pembelajaran... 5
3.Metode Pembelajaran Index Card Match (ICM)... 8
2.3. Hipotesis Tindakan... 9
BAB III. PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1.Pembahasan... 10
3.1.1. Teknik dan Metode Pengumpulan Data...10
1.Teknik Pengumpulan Data...10
2.Teknik Analisa Data…...10
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data hasil Pre-Test, Post-Test siklus I dan Post-Test siklus II... 12Tabel 2
Kelompok asal berdasarkan nomor urut kartu soal untuk post-test... 13Tabel 3
Kelompok Ahli berdasarkan Nomor kartu soal yang sama untuk Post-test 14Tabel 4
Format distribusi frekwensi dan persentase klasikal hasil pre-test pada pra tindakan... 16Tabel 5
Format distribusi frekwensi dan persentase klasikal hasil post-test siklus I... 16Tabel 6
Format distribusi frekwensi dan persentase klasikal hasil pre-test siklus II... 17DAFTAR GAMBAR
Gambar 3 Desain Kelompok kerja Asal dan Ahli Siklus I dan Siklus II………... 10
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Diagram Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pre-Test, Post-Test Siklus I dan Post-Test Siklus II... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... x Lampiran 2 Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan pra
tindakan...
xli Lampiran 3 Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan siklus I dan
Siklus II... xlii Lampiran 4 Penyelesaian soal Pre-Test dan Post-Test... xliv Lampiran 6 Foto Kegiatan Pembelajaran Pra Tindakan, Tindakan Siklus I dan
Tindakan Siklus II... xxix Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kepala SMA Negeri 1
Balaesang...
vlvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bangsa yang sangat mendasar dan
harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga guru dituntut untuk
berinovasi dalam pembelajaran untuk membangun bangsanya. Selain itu pendidikan
juga merupakan wadah yang dapat dipandang sebagai pembentuk sumber daya manusia
yang bermutu tinggi dan berakhlak mulia. Oleh karena itu pentingya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal, sesuai dengan tujuan dari kegiatan
pembelajaran
Model dan metode yang digunakan kurang tepat dalam menyampaikan materi
pelajaran, siswa pun menjadi kurang bergairah untuk memperhatikannya. Dengan
demikian, alhasil siswa kurang dapat menangkap dan memahami konsep materi dengan
baik. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar atau prestasi siswa. Siswa yang kurang
mampu memahami suatu materi pembelajaran, maka siswa tersebut juga kurang mampu
dalam mengerjakan soal dalam bentuk gambar misalnya pada materi dinamika partikel.
Melalui pembaharuan model dan metode pembelajaran, diharapkan siswa termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas, dengan mudah dalam memahami betul
mata pelajaran, serta mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa yang dapat
memberikan hasil belajar atau prestasi belajar yang baik.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPA-1
SMA Negeri 1 Balaesang, peneliti melakukan observasi terhadap kemampuan siswa
dalam menyelesaiakan soal fisika pada materi dinamika partikel dalam bentuk gambar
masih terdapat siswa kurang memahami konsep yang sebenarnya, sehingga hasil belajar
atau prestasi belajarnya masih rendah. Oleh karena masih rendahnya prestasi siswa maka
penenliti melaksanakan penelitian tentang model dan metode yang tepat serta
menyenangkan bagi siswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan
maksimal, sehingga siswa mampu memahami materi yang disampaikan dan siswa juga
tidak merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah di atas, perlu dikembangkan model dan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat belajar dan aktivitas siswa dalam
memecahkan masalah. Salah satunya ialah penerapan Model pembelajaran Jigsaw
2
pembelajaran Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM) merupakan metode
pengulangan (peninjauan kembali) materi, sehingga siswa dapat mengingat kembali
materi yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas, masalah ini penting untuk diteliti sehingga peneliti
termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Meningkatkan Pemahaman
Konsep Siswa Pada Materi Dinamika Partikel dalam bentuk gambar Melalaui Model
Pembelajaran Jigsaw Dengan Metode Index Card Match (ICM). Penelitian ini
dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 1 Balaesang Tahun Ajaran
2015/2016.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat ditentukan
beberapa pokok permasalahan, yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan penerapan Model pembelajaran Jigsaw dengan
metode Tipe Index Card Match (ICM) ?
2. Apakah Model pembelajaran Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM)
berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dalam belajar fisika ?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa dalam meneyelesaikan soal
dinamika partikel dalam bentuk gambar setelah penerapan Model pembelajaran
Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM) ?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitin tindakan kelas ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pelaksanaan penerapan Model pembelajaran Jigsaw dengan
metode Tipe Index Card Match (ICM).
2. Mengetahui pengaruh Model pembelajaran Jigsaw dengan metode Tipe Index Card
Match (ICM) terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dalam belajar fisika.
3. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa dalam meneyelesaikan soal
dinamika partikel dalam bentuk gambar melalui penerapan Model pembelajaran
Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM).
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. SMA Negeri 1 Balaesang.
Dengan penelitian ini diharapkan SMA Negeri 1 Balaesang dapat lebih meningkatkan
3
pembelajaran yang dilakukan sehingga, pemahaman konsep siswa pada materi
pembelajaran yang baik dapat memberikan prestasi sekolah.
2. Guru.
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya,
melalui metode pembelajaran yang tepat dan menarik minat siswa dalam belajar,
Dapat berperan aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya
sendiri dan tersus menerus melakukan perbaikan pada model atau metode
pembelajaran yang ingin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Siswa.
1. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan
memahami konsep materi pembelajaran, demi meningkatkan hasil belajar atau
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2. 1. TEORI VARIABEL MASALAH
1. Pengertian fisika dan pembelajaran fisika
Pengertian fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam yang
memungkinkan peneliti dengan eksperimen dapat menyajian secara sistematis dan
berdasarkan konsep-konsep umum yang dapat meberikan pemahaman yang lebih
mendasar. Moh. Amin (1987:50) mengemukakan kutipan pendapat Fisher menyatakan
bahwa IPA (fisika) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan.1
Menurut Sukarno (1973:60) mengatakan bahwa perkembangan fisika tidak
hanya terbatas pada fakta-fakta, tetapi juga diperoleh dengan mengguanakan metode
sikap ilmiah yang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
hipotesis dan penarikan suatu kesimpulan dan penemuan konsep.2
Menurut Eggen & Am, Kauchak ( 1998 ) Menjelaskan bahwa ada enam ciri
pembelajaran yang efektif, yaitu: 3
1. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
ditemukan.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
3. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam
menganalisis informasi.
4. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan
berpikir.
5. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya
mengajar guru.
1
Moh. Amin, 1987. Mengajarkan IPA dengan Metode Discovery dan Inquiri , Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK, hlm. 50.
2
Sukarno, 1973. Dasar-dasar Pendidikan Sains. Jakarta: Bharata Karya Aksara, hal. 60.
3
5 2. Hakekat Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah konnitif dari
tujuan kegiatan belajar mengajar, aspek ini merupakan aspek yang sanagat penting,
bahkan dalam kegiatan pemebelajaran aspek ini sangat diutamakan. Konsep adalah ide
abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang
pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata, konsep merupakan
istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek.
Prinsip adalah generalisasi yang memuat konsep-konsep yang saling berkaitan.
Sedangkan teori adalah generalisai yang berisi prinsip-prinsip yang saling berkaitan
yang menjelaskan gejala.4
Sedangkan Suparwoto menyatakan bahwa produk dan sasaran sains adalah
berupa konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori ilmiah. Berdasarkan hal ini pengajaran
khususnya fisika dirancang sedemikian rupa ditekankan pada penguasaan konsep.5
Menurut Moh.Amin (1988 : 97 ) bahwa pembentukan konsep dasar itu sangat perlu
sebagai landasan konsep-konsep yang lebih kompleks. Sehubungan pemahaman
konsep-konsep fisika Euwe Van den Breg yang diungkapkan oleh Prajoko menyatakan
salah satu sebab rendahnya hasil belajar fisika yang dicapai oleh peserta didik adalah
tidak dipahaminya konsep dan prinsip fisika, hal ini tidak hanya terjadi di Negara
Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah maju. Sedang R. Soegeng (1993 :
V) meyatakan salah satu penyebab sulitnya dipahami konsep fisika oleh peserta didik
adalah karena banyak sekali konsep fisika sifatnya abstrak, sehingga peserta didik dan
guru kesulitan untuk menalarnya. Akibatnya banyak sekali guru fisika yang mengambil
jalan pintas, langsung saja bekerja dengan rumus-rumus fisika tanpa pernah berusaha
untuk mempelajari falsafah yang mendasarnya.
2.2.TEORI VARIABEL TINDAKAN 1. Strategi Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan oleh seorang guru,
dikenal beberapa istilah yang memiliki kesamaan makna, sehingga seringkali guru
merasa bingung untuk membedakannya. Berikut ini akan dijabarkan beberapa pengertian
4
Susena,(1979). Hub. Antara Aktifitas belajar dan kemampuan Melakukan Praktikum Fisika dengan Penguasaan Konsep Fisika. Yogyakarta : Skripsi FPMIPA IKIP Yogyakarta) hal. 33
5
6
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan
istilah dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru.6
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya:7
1. Demonstrasi.
2. Diskusi.
3. Laboratorium.
3. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:8
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach).
2. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
4. Strategi pembelajaran.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalamStrategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
6
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
7
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
8
7
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersbut adalah:9
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria
dan ukuran baku keberhasilan.
2. Model Pembelajaran Jigsaw
Metode Jigsaw adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif. Siswa yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bukan
gurunya. Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Eliot Aroson dan
kawan-kawan di Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan kawan-kawan-kawan-kawan di Universitas
John Hopkins (Trianto, 2010:73). Pembelajaran menggunakan Jigsaw melibatkan
semua peserta didik yang ada di kelas. Tujuan dari metode ini adalah mengembangkan
kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan materi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam metode jigsaw ini antara lain:10
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari
Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui
metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen. Para anggota dari berbagai tim yang
9
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 10
8
berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang
sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan
tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group).
Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang
telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam
"home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.11
3. Metode Pembelajaran Index Card Match (ICM)
Salah satu bentuk strategi pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran
Index Card Match (ICM) atau (pencocokan kartu indeks). Index Card Match (ICM)
adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai
reviewing strategis (strategi pengulangan).
Dilihat dari aktivitas belajar siswa, siswa yang mendapat pelajaran dengan
menggunakan metode Index Card Match (ICM) akan lebih aktif dan bergairah dalam
belajar. Hal yang sama terjadi pada indikator bentuk pembelajaran, metode Index Card
Match (ICM) dalam penggunaannya menunjukkan interaksi banyak arah antara guru
dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam kadar yang intensif
serta suasana kelas yang harmonis. Silberman (2006 :248) Mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran dengan metode Index Card Match ini adalah:12
Pada kartu indeks yang yang digunakan, guru menulis pertanyaan tentang soal
Dinamika partikel model bergambar yang diajarkan di kelas. Guru membuat kartu
pertanyaan sebanyak 5 kartu yang masing-masing kartu terdiri 1 soal berbentuk gambar
yang disertai redaksi soal.
1. Pada masing-masing kartu tersebut tertulis masing-masing 1 soal berbentuk
gambar, sebagai bentuk pertanyaan.
2. Kartu tersebut terdiri dari lima jenis warna dan masing-masing terdapat 1 soal, dan
kartu tersebut dibagikan kepada siswa secara acak untuk dibahas dalam kelompok
tersebut.
11
Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2006
9
3. Guru memberikan satu kartu untuk setiap siswa. Guru menjelaskan bahwa ini
merupakan latihan untuk memahami konsep dari materi Dinamika partikel yang
berbentuk gambar.
4. Guru memerintahkan siswa untuk mengerjakan soal tersebut yang terdapat dalam
kartu indeks, masing-masing 1 kartu soal untuk 1 siswa. Bila sudah terjawab, maka
siswa tersebut, akan berdiskusi kepada siswa yang yang lainnya yang terdapat pada
kelompok ahli ( kelompok yang berasal dari dari kelompok asal yang sudah
dipisahkan berdasarkan nomor soal yang diberikan kepada mereka).
5. Bila siswa sudah berdiskusi tentang hasil pembahasan yang mereka kerjakan, maka sis tersebut akan kembali lagi kepada kelaompok asal.
2.3. HIPOTESIS TINDAKAN
10
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1.PEMBAHASAN
3.1.1.TEKNIK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 1. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, didesain teknik pengumpulan data yang digunakan
sebagai berikut:
Keterangan :
= jumlah siswa dan jumlah nomor soal yang berbeda
= jumlah siswa dan jumlah nomor soal yang sama
= Kelompok ahli Utama dan Jumlah nomor soal yang berbeda
= Jumlah kelompok siswa dari semua siswa untuk nomor soal yang
berbeda dengan kelompok yang berbeda
= Jumlah kelompok siswa untuk semua nomor soal yang sama
dengan kelompok yang berbeda
2. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test dianalisis dengan
membandingkan rerata pre-test pada pra tindakan dengan post-test pada tindakan
siklus I dansiklus II. Kemudian untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman
konsep siswa diadakan perbandingan antara rerata pre-test dan post-test siklus I dan II.
Berikut rumus yang digunakan mencari nilai rerata yang diperoleh siswa :13
13
11
Sx = skor rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa.
Untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa menggunakan analisis deskriptif
teknik persentase.14
Rumus sebagai berikut:
Keterangan:
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
n = Number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P = Angka persentase
Menurut Bloom, Madaus, dan Hastings yang dikutip oleh I Nyoman Mardika,
konversi nilai presentase ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:15
Berdasarkan hasil pra tindakan dan tindakan yang dilakukan pada siklus I dan
siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Data hasil Pre-Test, Post-Test siklus I dan Post-Test siklus II
No Nama Siswa Skor hasil belajar siswa
Pre-Test Post-Test S-I Post-Test S-II
1 Astuti 70 75 80
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan ., hlm. 40-41.
15
12
Dari data tersebut terlihat bahwa sebelum dilaksanakannya tindakan hasil yang
diperoleh pada pelaksanaan pre-test terlihat bahwa, masih banyak siswa belum
memahami konsep peneyelesaian soal dinamika partikel dalam bentuk gambar.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa 72,00 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai
terendah 60. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I nilai rata-rata diperoleh siswa
79,00 dengan nilai tertinggi 95 dan terndah 75. Sedangkan tindakan pada siklus II nilai
rata-rata diperoleh siswa 90,17 dengan nilai tertinggi 100 dan terndah 80. Hasil tersebut
terlihat pada diagram di bawah in:
Grafik 1.1. Diagram Tingkat Pemahaman Konsep SiswaPre-Test, Post-Test Siklus I dan
Post-Test Siklus I
DIAGRAM TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP SISWA PRE-TEST, POST-TEST SIKLUS I DAN POST-TEST SIKLUS II
13
Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II pada
kelompok asal untuk setiap kartu soal bergambar yang berdasarkan nomor urut soal yang
berbeda diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Kelompok Asal berdasarkan Nomor urut kartu soal untuk Post-test
14
5 5 Musdalifah 70 75 80 -Post-tes S-II
tuntas 100 %
Pada tabel 6 di atas didistribusi pada tiap kelompok kecil memperlihatkan
peningkatan hasil yang yang signifikan, rata-rata persentase hasil yang diperoleh antara
20 % - 80 % (siklus I) dan 100% (siklus II), sedangkan untuk pre-test (pra tindakan)
rata-rata hasil ketuntasan diperoleh antara 0 % - 16 %, ini menggambarkan penerapan
model pembelajaran jigsaw dengan metode tipe index card match memberikan hasil yang
signifikan terhadap tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II pada
kelompok ahli untuk setiap kartu soal bergambar yang berdasarkan nomor urut soal yang
sama diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Kelompok Ahli berdasarkan Nomor kartu soal yang sama untuk Post-test
15
peningkatan hasil yang yang signifikan, rata-rata persentase hasil yang diperoleh antara 33,3
% - 85 % (siklus I) dan 100% (siklus II), sedangkan untuk pre-test (pra tindakan) rata-rata
hasil ketuntasan diperoleh antara 0 % - 16 %, ini menggambarkan penerapan model
pembelajaran jigsaw dengan metode tipe index card match memberikan hasil yang signifikan
terhadap tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan pra tindakan yang dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 6 di bawah ini:
Tabel 4. Format distribusi frekwensi dan persentase klasikal hasil pre-test pada pra tindakan
Tingkat penguasaan
predikat skor Frekwensi (siswa)
yang diperoleh adalah 2 siswa yang mendapatkan nilai 85 dinyatakan sebagai tuntas klasikal
dengan persentase 6,67 % dengan predikat baik, sedangkat 28 siswa dinyatakan tidak tuntas
16
Pada kegiatan tindakan siklus I yang dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 7 di bawah ini:
Tabel 5. Format distribusi frekwensi dan persentase klasikal hasil post-test siklus I
Tingkat penguasaan
predikat skor Frekwensi (siswa)
Pada tabel 9 di atas didistribusi frekwensi dan persentasi pre-test siklus I yang
dilakukan, sebanyak 5 jenis soal bergambar dengan alokasi waktu 90 menit. Adapun hasil
yang diperoleh adalah7 siswa yang mendapatkan nilai 85-95 dinyatakan sebagai tuntas
klasikal dengan persentase 23,33 % dengan predikat sangat baik dan baik, sedangkat 23 siswa
dinyatakan tidak tuntas secara klasikal dengan persentase 76,67 %.
Pada kegiatan tindakan siklus II yang dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 10 di bawah ini:
Tabel 6. Format distribusi frekwensi dan persentase klasikal hasil post-test siklus II
Tingkat penguasaan
predikat skor Frekwensi (siswa)
Pada tabel 10 di atas didistribusi frekwensi dan persentasi pre-test siklus II yang
dilakukan, sebanyak 5 jenis soal bergambar dengan alokasi waktu 90 menit. Adapun hasil
yang diperoleh adalah 30 siswa yang mendapatkan nilai 85-100 dinyatakan sebagai tuntas
klasikal dengan persentase 100 % dengan predikat sangat baik, sedangkat 3 siswa dinyatakan
memperoleh nilai standar dari KKM dengan persentase 10 % walaupun semua siswa
dinyatakan tuntas secara klasikal.
17
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam pelaksanaan kegiatan, maka
diperoleh data sebagai berikut:
Siklus I
1. Secara umum siswa belum dapat memahami dengan benar dan susah dalam
menentukan gaya-gaya yang bekerja pada bidang datar maupun miring pada gambar,
upaya peningkatan kemampuan mamahami konsep siswa pada materi yang diajarkan
belum signifikan. Jumlah siswa yang berhasil sebanyak 50,00 % dengan ketuntasan
belajar siswa hanya 50,00 %, hal ini termasuk dalam kategori ketuntasan belajar yang
masih kurang. Sedangkan nilai rata-rata siswa yang diperoleh 79,00 termasuk kategori
hasil belajar kurang.
2. Interaksi antara guru dan siswa sudah maksimal.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah mencapai tujuan tetapi belum
menggambarkan peningkatan pemehaman konsep siswa dalam menyelesaiakan soal
bergambar.
4. Siswa memperlihatkan minat dan gairah belajarnya.
5. Dengan pelatihan yang terus-menerus dapat meningkatkan kemampuan terhadap
penguasaan dan tingkat daya serap siswa.
Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data dalam pelaksanaan kegiatan, maka diperoleh data
sebagai berikut:
1. Secara umum kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa
pada materi dinamikan partikel dalam bentuk gambar sudah menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata 90,00,
yaitu sebanyak 100 % siswa yang tuntas belajar, walaupun masih terdapat siswa
yang memperoleh nilai standar dari KKM yang diterapkan.
2. Tercapai interaksi antara guru dengan siswa pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung.
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun sudah mencapai tujuan
pembelajaran, terbukti dengan hasil yang diperoleh siswa.
4. Siswa memperlihatkan minat dan gairah belajar yang semakin besar.
5. Dengan kebiasaan siswa dalam mengerjakan soal berbentuk gambar secara
18
materi bahan ajar dan tingkat daya serap siswa dalam memahami materi dinamika
partikel akan semakin baik dan sudah terpenuhi.
Hasil pre-tes sebelum diberikan tindakan dalam pokok bahasan Dinamika Partikel
diperoleh sebanyak 53,33 % siswa belum tuntas belajar atau ketuntasan belajar siswa
hanya mencapai 46,66 %, hal ini termasuk dalam kategori ketuntasan belajar sangat
kurang, sedangkan nilai rata-rata 78,83 hal ini juga termasuk kategori hasil belajar
kurang. Setelah dilakukan tindakan diperoleh hasil dengan nilai rata-rata 90,00 pada
siklus II, yaitu sebanyak 100 % siswa yang tuntas belajar, walaupun masih terdapat siswa
memperoleh nilai 80 setara dengan nilai KKM yang ditetapkan
Hasil pengamatan lain menunjukkan bahwa faktor penghambat kegiatan
pembelajaran juga disebabkan oleh :
1. Buku penunjang yang belum memadai
2. Siswa tidak memanfaatkan secara maksimal waktu yang tersedia dalam belajar
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami soal yang diterjemahkan kedalam
bentuk gambar yang diberikan guru terutama pada materi yang dinamika partikel
4. Siswa kurang menguasai konsep gaya yang bekerja pada benda di bidang datar dan
19
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebelum penerapan model pembelajaran jigsaw dengan metode index card match
(ICM), peningkatan pemahaman konsep siswa masih rendah, yaitu 50,00 % siswa
belum tuntas belajar. Jadi, ketuntasan belajar siswa hanya 50,00 % dengan nilai
rata-rata 78,83, hal ini masih termasuk dalam kategori ketuntasan belajar masih kurang.
Penerapan model pembelajaran jigsaw dengan metode index card match (ICM),
mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam memecahkan soal dinamika
partikel bentuk gambar, sehingga prestasi belajar fisika siswa kelas XI IPA-1 semester
I SMA Negeri 1 Balaesang tahun ajaran 2015/2016 terpenuhi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai rata-rata 90,00 pada siklus II, yaitu sebanyak 100 % siswa
yang tuntas belajar, walaupun masih terdapat siswa memperoleh nilai 80 setara
dengan nilai KKM yang ditetapkan.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan sajian hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti, ada beberapa hal yang disarankan dalam Penggunaan model pembelajaran
jigsaw dengan metode index card match (ICM) pada tulisan ini yaitu:
1. Dapat dijadikan sebagai salah satu model dan metode bagi guru dalam menyampaikan
materi pelajaran di kelas
2. Dalam menggunakan model dan metode ini dibutuhkan perencanaan dan persiapan
yang baik serta pengelolaan waktu yang tepat dan disesuaikan dengan materi
20
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Amin, 1987. Mengajarkan IPA dengan Metode Discovery dan Inquiri , Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK, hlm. 50.
Sukarno, 1973. Dasar-dasar Pendidikan Sains. Jakarta: Bharata Karya Aksara, hal. 60.
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/definisi-pembelajaran.html, diakses: 2 Agustus2014:22.00 wita
Susena,(1979). Hub. Antara Aktifitas belajar dan kemampuan Melakukan Praktikum Fisika dengan Penguasaan Konsep Fisika. Yogyakarta : Skripsi FPMIPA IKIP Yogyakarta) hal. 33
Suparwoto,(1993). Pemikiran dalam Usaha Peningkatan Proses Belajar Mengajar Fisika/IPA Melalui”Concept Teaching. Yogyakarta: Jurdik Fisika FPMIPA Yogyakarta. hal. 4
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Trianto. (2010). Mendesain Pembelajaran Inovatif Dan Progresif. Jakarta: kencana prenada media
Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2006 Ibid. 2006.. Hal. 248
Anas Sudjiono,(2007). Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta : PT Rosda Karya Grafindo\Persada. hal. 81.
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan ., hlm. 40-41.
21 Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I. IDENTITAS
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : XI IPA-1 / 1 ( satu)
Tahun Ajaran : 2015/2016
Model : Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM) LKS
Alokasi Waktu : 2 JP (90 menit) 2 x pertemuan
Pra Tindakan, SIKLUS I dan II
II. STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.
III. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak urus, gerak
vertikal, dan gerak melingkar beraturan.
IV. INDIKATOR PEMBELAJARAN
Kognitif
2. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari.
Afektif
1. Mendengarkan arahan dari guru/disiplin
2. Menjawab pertanyaan guru/kreatif
3. Mempertanyakan jika ada yang tidak diketahui/memiliki rasa ingin tahu
4. Mengikuti pembelajaran atau diskusi dengan sunguh-sungguh/demokratis.
Psikomotor
2. Melakukan praktikum prinsip Hukum II Newton
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Kognitif
2. Mengidentifikasi penerapan prinsip Hukum II Newton dalam kehidupan
sehari-hari.
22
1. Melalui kegiatan mendengarkan penjelasan maupun arahan dari guru siswa mampu
menunjukkan sikap disiplin
2. Melalui kegiatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru siswa
mampu menunjukkan kreatifitasnya.
3. Melalui kegiatan bertanya siswa mampu memupuk rasa ingin tahunya
4. Melalui kegiatan diskusi kelompok siswa mampu memupuk rasa demokratis
Psikomotor
1. Melaui keja kelompok siswa mampu melakukan praktikum mengenai prinsip
Hukum II Newton
berbanding lurus dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda.
Secara matematis, persamaan hukum II Newton dinyatakan sebagai berikut:
a =
atau ∑F = m . a Keterangan:
a : percepatan benda (ms-2)
ΣF : resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m : massa benda (kg)
VII. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE
Pendekatan : Discovery Inquary
Model : Jigsaw dengan metode Tipe Index Card Match (ICM)
Motode : Demonstrasi
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan (5 menit) .
1. Mempresensi siswa
23
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang akan dipelajari;
a. Anak-anak apakah yang disebut dengan gaya?
b. Pada saat mengendarai sepeda motor, tiba-tiba ada orang nyebrang sembarangan
sehingga anak-anak harus ngrem mendadak.
Kemanakah badan anak-anak akan terlempar pada saat ngerem tersebut?
c. Pada saat anak-anak dalam keadaan berhenti di traffik light pada saat lampu merah
menyala dan kemudian anak-anak menarik gas dengen kencang ketika lampu warna
hijau menyala. Kemanakah badan anak-anak akan terlempar pada saat menarik gas
dengan kencang tersebut?
4. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
5. menyampaikan cakupan materi yaitu Hukum II Newton dan penjelasan uraian kegiatan
yang akan dilakukan dengan metode diskusi kelompok.
2. Kegiatan Inti (75 menit) . Kegiatan Penutup (± 10 menit)
a. Guru membantu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas
b. Guru memberikan kuis kepada siswa
c. Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
d. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan
menutup pelajaran
IX. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Bahan Ajar , Alat/bahan percobaan (seperti pada LKS).
2. Kartu soal (dalam bentuk gambar)
3. Laptop
4. Bahan Ajar
X. PENILAIAN
1. Penilaian Kognitif
a. Teknik Penilaian
Penilaian ini dilakukan dengan menganalisis hasil pengerjaan kuis dan pekerjaan
rumah siswa.
b. Prosedur Penilaian
Menilai setiap jawaban siswa sesuai dengan pedoman penskoran
24 c. Instrumen penilaian
2. Penilaian Afektif
a. Teknik Penilaian
Penilaian ini dilakukan dengan mengobservasi aktifitas siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran
b. Prosedur Penilaian
Guru mengamati aktivitas siswa yang muncul dalam pembelajaran
Memberikan nilai setiap aktivitas yang muncul sesuai degan pedoman penskoran
Merekapitulasi hasil penskoran dan mengkreteriankan sesuai ketentuan
c. Instrumen penilaian
Instrumen yang digunakan pedoman penskoran penilaian afektif dan lembar
observasi penilaian afektif (terlampir)
3. Penilaian Psikomotor
a. Teknik Penilaian
Penilaian ini dilakukan dengan mengobservasi siswa selama melakukan praktikum
b. Prosedur Penilaian
Guru mengamati aktivitas penyelidikan siswa yang muncul selama praktikum;
Memberikan nilai setiap aktivitas penyelidikan yang muncul sesuai degan
pedoman penskoran
c. Instrumen penilaian
Instrumen yang digunakan berupa pedoman penskoran penilaian psikomotor dan
lembar observasi penilaian psikomotor (terlampir)
XI. SUMBER PEMBELAJARAN
Edi Istoyono, Jilid 1a SMA Edisi 2005. Intan Pariwara
Risdiyanti Chaesanah, Buku Panduan Pendidik Fisika SMA. 2010. Intan Pariwara
Kanginan, M. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Purwoko & Fendi. 2010. Fisika 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira
25 Lampiran 2.
Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II
Post-test
Kerjakanlah soal di bawah ini
1. Sebuah balok kayu seperti gambar yang bermassa 2 kg diam di atas lantai mendatar. Jika koefisien gesekan statis antara balok dengan lantai 0,4, hitunglah gaya gesekan satais maksimum yang terjadi !
2. Sebuah balok mula-mula diam seperti gambar, kemudian ditarik dengan gaya F ke atas sejajar dengan bidang miring ( seperti pada gambar ). Massa balok 10 kg, koefisien statis adalah 0,5, koefisien gesekan kinetis adalah 0,1 dan tan Ɵ = , Hitunglah besar gaya agar balok tepat bergerak ke atas !
3. Sebuah batu yang massanya 5 kg digantungkan dengan tali seperti pada gambar, apabila tali tersebut digerakkan ke bawah dengan percepatan 2 m/s2, hitunglah besar nilai
tegangan talinya!
4. Balok A bermassa 4 kg diletakkan di atas meja datar kasar dengan koefisien gesekan 0,3 (seperti gambar). Apabila katrol licin, massa tali diabaikan dan percepatan gravitasi 9,8 m/s2, hitunglah massa minimal balok B agar sistem tepat mulai bergerak!
5. Benda 1 dan benda 2 massanya masing-masing 22 kg dan 42 kg. Apabila g = 9,8 m/s2 dan bidangnya licin, hitunglah besar nilai gaya tegangan tali benda tersebut.
26 Lampiran 4 Foto-foto penlitia
Foto 3. kelompok asal siklus I kelompok ahli siklus I
Foto 4.kelompok ahli pada tindakan siklus I kelompok ahli dan guru
Foto 5. kelompok ahli pada tindakan siklus II kelompok asal pada tindakan siklus I