• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLINE PROPOSAL ANALISIS KINERJA DINAS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OUTLINE PROPOSAL ANALISIS KINERJA DINAS (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Outline Proposal Penelitian

ANALISIS KINERJA DINAS PERTAMANAN DALAM

MENGELOLA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA

MEDAN

DEPERTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Permintaan akan pemanfaatan lahan kota terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai

lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah kota terrasa sangat diperlukan.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian penting dari suatu kota. Keberadaan RTH seperti hutan kota, taman kota, jalur hijau, dan lapangan sangat penting bagi masyarakat kota, maka dari itu diperlukan pengelolaan RTH Oleh dinas pertamanan kota supaya fungsi dan manfaatnya tetap optimal. Pada tahun 1990-an RTH di kota Medan masih relatif lebih luas dibandingkan dengan kondisi saat ini. Kota Medan kian hari semakin sesak dengan berbagai macam aktivitas pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Perubahan yang dilakukan menyebabkan kondisi lingkungan semakin kritis dan jauh dari keadaan yang ideal. Turunnya kualitas lingkungan tentunya akan berpengaruh pada makhluk hidup khususnya manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembangunan ini juga menyebabkan ketersediaan dari ruang terbuka hijau semakin menurun.

Ruang terbuka hijau kota memiliki banyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi

manusia maupun bagi pengembangan kota, Akibat meningkatnya pertumbuhan penduduk serta berbagai aktifitas kota menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau kota dan

menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami sehingga fungsi dari ruang terbuka hijau tidak dapat dipenuhi.

Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan

(3)

tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk interaksi sosial.

Pengelolaan ruang terbuka hijau oleh dinas pertamanan sangat diperlukan untuk mengatur dan mengelola ruang atau lahan kota agar dimanfaatkan secara optimal dan seimbang antara pembangunan dengan ketersediaan ruang terbuka hijau di kota. Dengan perencanaan RTH, diharapkan dapat sejalan dengan perkembangan kota yang diarahkan untuk menciptakan, memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan sehingga

mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan indah bagi masyarakat kota Medan. Untuk mewujudkan hal tersebut, masyarakat tentunya sangat bergantung pada kinerja dari dinas pertamanan kota Medan.

Pemerintah kota Medan tentu menyediakan anggaran bagi dinas pertamanan untuk menata kota ini menjadi kota yang indah dan nyaman. Anggaran tersebut jumlahnya tentu tidaklah sedikit, misalnya saja anggaran untuk perawatan pohon di kota Medan cukup besar yaitu mencapai Rp 2 miliar lebih. Dengan anggaran yang cukup besar tersebut tentu masyarakat mengharapkan adanya kinerja yang bagus dari dinas pertamanan.

(4)

1.2Rumusan Masalah

Suatu masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian, ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya ambiguity, adanya halangan dan rintangan, serta adanya celah (gap) baik antara kegiatan ataupun fenomena, yang telah ada maupun yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Bagaimanakah kinerja dari Dinas Pertamanan dalam mengelola ruang terbuka hijau di kota Medan”

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memilki tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan yang disusun berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang mendasari dilakukannya penelitian. Tujuan penelitian juga merupakan suatu petunjuk ke arah mana kegiatan penelitian akan dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Pertamanan Kota Medan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Medan.

1.4Manfaat Peneitian

Adapun manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan serta kemampuan berfikir khususnya dalam pembuatan karya ilmiah.

2. Secara praktis, sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi badan maupun instansi terkait.

(5)

BAB II

KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini, maka diperlukan suatu pedoman sebagai dasar berpikir yaitu berupa kerangka teori yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang ada. Kerangka teori model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Menurut Sugiyono

(Sugiyono, 2005: 55) teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian. Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan analisis kinerja Dinas Pertamanan kota Medan dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH), maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai berikut:

2.1 Kinerja

Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan (Widodo, 2005: 77). Jika ditelusuri, kinerja berasal dari Bahasa Inggris dari akar kata performance dalam arti the act of performing atau something done yaitu sesuatu yang telah dikerjakan. Menurut Suyadi (Dalam Widodo, 2006: 48) kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Pengertian kinerja sebagaimana yang telah digambarkan, hakikatnya berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja individu (Individual Performance)

dan organisasi (Organizational Performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh

organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

(6)

ditentukan oleh kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. Sebaliknya, kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi ditentukan oleh struktur dan peralatan yang dimiliki oleh organisasi. Sekelompok orang akan mempunyai rasa tanggung jawab dan dapat mempertanggungjawabkan segala sikap dan perilakunya dengan dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan, kecakapan dan harapan.

Menurut Kumorotomo (2005: 103) kinerja organisasi publik dapat didefinisikan sebagai hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, sesuai

dengan visi dan misi organisasi, berkualitas, adil serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai

2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 2.2.1 Defenisi Ruang Terbuka Hijau

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhsn dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Sedangkan oleh Fandeli (2004) menyatakan ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yang terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau

tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

2.2.2 Jenis Ruang Terbuka Hijau

Secara umum, ada beberapa jenis Ruang Terbuka Hijau, yaitu:

a. Jalur Hijau

(7)

b. Taman Kota

Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

c. Kebun dan Halaman

Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah.

d. Kebun Raya

Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk RTH. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baikdalam negeri maupun luar negeri.

e. Hutan Lindung

Daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasanhutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawanakan abrasi air laut (Dahlan, 1992).

2.2.3 Fungsi dan Manfaat Ruang terbuka Hijau

Fungsi ruang terbuka hijau adalah:

1. Sebagai areal perlindungan berlangaungnya fungsi ekosistem dan keserasian peyangga kehidupan.

2. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan kehidupan lingkungan.

3. Sebagai sarana rekreasi.

4. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat, perairan maupun udara termasuk limbah cair yang dihasilkan manusia.

5. Sebagai sarana pendidikan maupun penelitian serta penyuluha bagi masyarakat untuk mebentuk kesadaran lingkungan.

6. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah.

(8)

8. Sebagai pengatur tata air karena dapat menyimpan air tanah 900 m3/tahun/hektar dan mampu mentransfer 4000 liter air/hari/hektar yang berarti dapat mengurangi suhu udara 50-80C.

9. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang rusak akibat pembangunan maupun bencana alam.

10.Sebagai sumber oksigen sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk konsumsi 1500 jiwa.

11.Sebagai peredam kebisingan sekitar 25%-80%.

Manfaat yang dapat diperoleh dari ruang terbuka hijau antar lain adalah: 1. Memberikan kesegaran, kenyaman dan keindahan lingkungan. 2. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota.

3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah

2.3 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan hijau dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Inmendagri No. 14 Tahun 1988).

Menurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003), beberapa kebijakan umum dalam mewujudkan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan ruang terbuka hijau pada kawasan yang secara alami/peka dan dapat menimbulkan dampak yang luas, seperti daerah pantai, resapan air, penanaman listrik tegangan tinggi dan sebagainya.

(9)

3. Mengusahakan agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan standard perencanaan untuk memperoleh ruang terbuka hijau serba guna, perpetakan ruang parkir, ruang-ruang antar bangunan dan sebagainya.

4. Melaksanakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk tercapainya lingkungan hijau lebih merata secara ketat.

Kerberadaan ruang terbuka hijau di kota Medan terdiri atas:

1. Taman kota merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan taman kota yang bersih, indah dan nyaman yang dapat menimbulkan ketentraman dan keindahan kota.

2. Hutan kota merupakan kawasan di dalam kota yang didominasi oleh berbagai jenis pohon yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan juga sebagai tempat pelestarian berbagai jenis tumbuhan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran.

3.Taman perkantoran. Perkotaan di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki halaman yang cukup luas. Halaman ini bila ditata dengan baik maka akan dapat menjadi taman yang sangat indah. Dengan adanya taman yang indah akan menciptakan suasana yang nyaman dan segar bagi perkantoran itu sendiri maupun para pekerja di dalamnya. Selain itu taman tersebut dapat menahan debu-debu yang beterbangan di sekitar wilayah perkantoran. 4. Taman rumah adalah taman yang letaknya di pekarangan rumah tingga. Taman ini biasanya dibuat oleh penghuni rumah.

2.5 Defenisi Konsep

Defenisi konsep sangat diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian, yakni dengan menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena yang hendak diteliti secara tepat.

Defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(10)

Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

2. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990: 64) bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Dinas Pertamanan Kota Medan yang berda di Jl.Pinang Baris No. 114 B Medan,Telp. (061) 8453026

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005: 171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan/permasalahan.

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1)

Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka

yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

(12)

1. Yang menjadi informan kunci (Key Informan) yaitu kepala dinas pertamanan kota Medan

2. Informan Utama meliputi Pegawai di Dinas Petamanan Kota Medan yang memiki tugas berkaitan dengan pengelolaan ruang terbuka hijau di kota Medan.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:

a. Pedoman Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dan selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan dilapangan terkait dengan kinerja pemerintah di dinas pertamanan kota Medan

b. Pedoman Wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang

lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan melalui pertanyaan secara lisan kepada informan yang dilakukan oleh peneliti sehubungan dengan kinerja Dinas pertamanan kota Medan

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka yang diperlukan untuk mendukung data primer. Adapun bentuk pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karangan ilmiah, dan sebagainya.

b. Formulir Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang dianggap relevan dengan objek penelitian.

(13)

III.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif merupakan teknik analisa yang didasarkan atas kemampuan nalar penulis dalam menginterpretasikan fakta, data dan informasi. Teknik analisa data kualitatif seperti keterangan dari informan dan hasil dokumentasi, sesuai dengan indikator-indikator model implementasi yang digunakan. Data yang bersifat kualitatif tersebut selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan

Referensi

Dokumen terkait

 Sifat bayangan akhir (dibentuk okuler) : maya,

Diperoleh juga bahwa pemasangan kWh meter hanya membutuhkan 2 bulan untuk mengembalikan biaya investasi 18 juta rupiah, sedangkan untuk biaya dan DPB untuk

Setelah dilakukan percobaan dengan dua kombinasi ciri, maka selanjutnya pada percobaan keempat dilakukan terhadap tiga kombinasi ciri yaitu ciri warna, tekstur dan bentuk,

Akan tetapi, yang menjadi persoalan dalam ritual setiap tarekat yang ada adalah bahwa hampir mayoritas ritual tarekat mencitrakan Tuhan dalam bentuk atau citra laki-laki dan

Didapatkan perbedaan statistik yang bermakna rerata tekanan darah sistolik ataupun diastolik pada keempat kuartil kadar kolesterol total (nilai p = 0,001 untuk

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan intervensi manajemen halusinasi terhadap tingkat agitasi pada

Rehabilitasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika. Upaya ini merupakan upaya atau tindakan alternatif, karena pelaku

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah (1) bagi guru maupun siswa supaya lebih teliti dalam menggunakan program kuis interaktif tipe fill in the