• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTORITAS JASA KEUANGAN OJK PENGAWAS LEMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OTORITAS JASA KEUANGAN OJK PENGAWAS LEMB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 CRITICAL REVIEW JOURNAL

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

PENGAWAS LEMBAGA KEUANGAN BARU YANG MEMILIKI KEWENANGAN

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lahir dengan Undang-Undang No 21 tahun 2011 tentang Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sudah diberlakukan sejak 1 Januari 2013 yang menggantikan lembaga dibawah naumgan langsung kementrian keuangan yaitu Bappem-LK. Sebagai lembaga independen, selain memiliki kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan, juga memiliki kewenangan dalam perihal penyidikan. Kewenangan penyidikan dalam tugas pengawasan sektor jasa keuangan merupakan hal baru bagi lembaga independen tersebut.OJK merupakan lembaga yang independen tetapi keindependensiannya tidak berlaku secara absolut (mutlak). Independensi OJ K dalam mengatur dan mengawasi kegiatan di sektor jasa keuangan dilakukan pendekatan melalui koordinasi yang baik da lam hal mengeluarkan kebijakan,pengaturan dan melakukan pengawasan yang melekat pada suatu lembaga yang independen. Keindependensian OJK akan sepenuhnya efektif, apabila terdapat Good Corporate Governance dalam dunia keuangan dan perbankan, Selain hal tersebut a da yang kurang etis adalah bia ya operasional lembaga independen tersebut dapat dipungut dari lembaga keuangan da n per ba nka n yang diawasinya sehingga memungkinkan terjadinya conflict of interest antara lembaga yang mengawasi dan diawasi. Disamping itu lahirnya OJK masih terdapat kontraprodukstif terkait dengan kewenangannya sebagai lembaga independent yang memiliki tiga fungsi tugas pengawasan mempunyai wewenang pengawasan, pemeriksaan, penyidikan serta perlindungan konsumen terhadap lembaga keuangan terutama disektor jasa keuangan di indonesia.

Kata kunci : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyidikan, Perlindungan Konsumen, Pungutan fee.

PENDAHULUAN

Critikal Paper yang kami tulis menggunakan metode yuridis normatif dengan mempelajari perundang-undangan baik yang ada dalam undang-undang itu sendiri maupun buku/literature hukum dan khususnya peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Otoritas Jasa Keuangan berupa pemaparan deskriptif analitis dan merupakan kritik maupun saran atas jurnal (Otoritas Jasa Keuangan Pengawas Lembaga Keunangan Baru Yang Memiliki Kewenangan Penyidikan)

1 Bambang Murdadi;Value Aded Vol.8 No.2 Maret 2012-Agustus 2012,Fak.Ekonomi Universitas Muhamadiyah Semarang.

2 Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi UII

yang di tulis oleh Bambang Murdadi melaui

Jurnal Value Aded Volume 8 Nomor 2 Edisi terbit maret 2012-Agustus 2012 pada FE Universitas Muhamadiyah Semarang.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK),sesuai dengan amanah Pasal 34 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, kemudian lembaga OJK tersebut diatur dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan atau disebut (OJK) yang memiliki tujuan: (1) agar keseluruhan kegiatan

PENYIDIKAN1

Sumartono2

MAKSI UII Yogjakarta e-mail : destyantoro80@gmail.com

(2)

2

dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur,adil,transparan dan akuntabel;(2) mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan; (3) mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, serta tugas dan wewenang peralihan sebagaimana diatur dalam pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang berbunyi bahwa “Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-undang”, yang dimaksud dengan independensi adalah ketika melakukan pengambilan keputusan serta melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK bebas dari campur tangan pihak lain, kemudian UU OJK tersebut diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2013,menurut UU Nomor 21 Tahun 2011 bahwa lembaga independen tersebut memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan, dalam prakteknya OJK melakukan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap; (a) kegiatan jasa keuangan disektor perbankan;(b) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, dan (c) kegiatan jasa keuangan disektor perasuransian, Dana pensiun, Lembaga Pembiayan,dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dan sesuai dengan ketentuan pada pasal 55 pada UU OJK, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Dengan demikian, organisasi Bapepam-LKtelah melebur ke dalam organisasi OJK semenjak 1 Januari 2013.

Disamping itu OJK memiliki wewenang memungut fee dari lembaga yang diawasinya guna mendukung kegiatan operasional OJK, dengan adanya wewenang memungut fee yang

dilakukan OJK terlihat janggal terkait dengan lembaga yang besifat independent, besar kemungkinan terjadi conflict of interest

didalam pengambilan keputusan baik dalam hal pengasawasan, pemeriksaan, maupun dalam penyidikan terhadap lembaga yang bersangkutan sehingga makna dari independent menjadi bias.

Suatu hal yang baru yang dimuat dalam UU OJK bahwa terkait dengan wewenang yang dimiliki oleh OJK, selain wewenang pengawasan dan pemeriksaan, namun lembaga independen tersebut memiliki point tambahan yakni wewenang penyidikan dan perlindungan konsumen, yang selama ini tidak dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai lembaga independen sebagai pengawas kegiatan sektor perbankan maupun Bapepam-LK ketika waktu itu sebelumnya lahirnya OJK.

Dengan adanya wewenang penyidikan dan Perlindungan Konsumen diharapkan OJK mampu mengatasi berbagai masalah penting terutama dalam melindungi hak-hak konsumen dalam hal ini investor maupun masyarakat pada umumnya terkait dengan persoalan-persoalan dalam aktifitas Perbankan dan Pasar modal maupun Lembaga Keuangan lainya yang bermuara merugikan konsumen.

(3)

3 Bagan 1.1 (struktur pasar modal)

keuangan sangat banyak dan bisnis jasa layanan keuangan juga makin beragam. Mulai 2014, OJK akan mengawasi seluruh bisnis keuangan di Indonesia. Mulai dari pasar modal, industri keuangan nonbank dan perbankan.

PEMBAHASAN

Yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan atau disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan (UU.No.21 Tahun 2011).

Dalam penulisan jurnal terdahulu tidak disinggung lembaga yang memiliki otoritas yang hampir sama dalam hal ini

BAPPEPAM-LK kaitannya dengan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (UU Nomor 8 Tahun 1995) tentang pasar modal sebagaimana Pasal 3(1)”Pembinaan,Pengaturan dan Pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal atau disebut BAPPEPAM”,yang sekarang sudah berganti nama menjadi OJK dengan demikian;Tugas dan wewenang OJK, sudah jelas diatur dalam UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagaimana bunyi pasal 6 (b)”OJK melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal’ yang akan diberlakukan mulai 1 januari tahun 2013, menurut (ojk:2013). Struktur Pasar Modal adalah sebagai berikut :

Dengan tugas dan otoritas yang dimiliki Bappepam-LK yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 berlaku surut dikarenakan Lembaga Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang dibawah naungan langsung kementrian keuangan tersebut sudah melebur dan berganti nama menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau disingkat OJK sejak ditetapkannya sebagai Lembaga Independen Pengawas Pasar Modal yang diatur sesuai dengan UU yang berlaku, dan Lembaga yang mengatur dan mengawasi sektor Keuangan dan

Non keuangan ini berdiri dan melakasanakan tugasnya per tanggal 1 januari 2013.Demikian halnya dengan Bank Indonesia memiliki potensi kehilangan salah satu pilar diantara 3 pilar penopang untuk mencapai tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, satu diantara pilar yang hilang tersebut yaitu pilar mengatur dan mengawasi Bank.

Tiga Pilar menurut (Bank

(4)

4

Namun pada kenyataan sampai saat ini pengawasan sektor perbankan masih diserahkan kepada Bank Indonesia (Koestiono K.,S,2013:17) , padahal sesuai dengan amanah UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Bank Indonesia pasal 34 menyatakan bahwa sektor perbankan akan diawasi oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independent dalam hal ini OJK yang telah dibentuk menurut UU .Namun demikian dengan lahirnya OJK diharapkan mampu menggantikan peran serta fungsi Bank Indonesia terhadap Pengawasan sektor perbankan.

Perihal baru yang dimiliki OJK sebagai lembaga Independen adalah berupa wewenang penyidikan guna menindaklanjuti pengawasan serta pemeriksanaan terhadap sektor jasa keuangan yang melakukan kegiatan operasionalnya bermuara merugikan konsumen sebagai mana diamanahi berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 pasal 9 (c).

Menurut Ary (2003),wewenang penyidikan meliputi antara lain dapat langsung menggeledah dan menyita dokumen yang diperlukan serta menemukan, menangkap dan menahan tersangka.Namun mengingat OJK adalah lembaga independen yang dibentuk dengan Undang-Undang tersendiri, dimana pegawainya bukan termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka apabila OJK melakukan penyidikan harus menggunakan/bekerja sama dengan PNS yang memiliki hak untuk melakukan penyidikan atau dengan POLRI. Hal ini juga membawa konsekuensi tumpang

tindih kewenangan di dalam penyidikan dan akan berakibat tingginya penyediaan anggaran OJK untuk keperluan penyidikan.

Tentang penyidikan, pasal 1 butir 1 KUHAP menyebutkan, penyidik adalah peja-bat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Pengangkatan untuk menjabat jabatan sebagai penyidik Polisi adalah berdasarkan penunjukan oleh Kepala Kepolisian RI (Kapolri) sedangkan Wewenang untuk menunjuk penyidik tersebut dapat di-limpahkan oleh Kapolri kepada Pejabat Kepolisian Negara RI. Sedangkan penyidik yang dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil, pengangkatannya dilakukan oleh Menteri atas usul Departe-men yang membawahi Pegawai Negeri Sipil tersebut. Mentri sebelum melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu mendengarkan pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian RI. Dan wewenang pengangkatan itu dapat dilim-pahkan oleh Menteri Kepada Pejabat yang ditunjuknya. (Pasal 2 (6) PPRI No. 27/1983).

Penyidikan yang dilakuakan oleh OJK tidak hanya dilakukan terhadap Emiten di pasar modal namun diperluas hingga ke sektor Perbankan dan Lembaga Keuangan bukan bank (hadad:2013).

Demikianlah Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur tentang acara sendiri khususnya perihal penyidikan. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan akankah terjadi penyidikan oleh penyidik OJK di dalam tindak pidana yang sama, dimana hak dan kewenangan penyidikan pada tindak pidana OJK dipunyai juga oleh penyidik lain yang telah ada. Keadaan ini nampaknya akan tidak selaras dengan integrated criminal justice system. Integrated criminal justice system

mempunyai pengertian adanya keterpaduan penyidik bidang tindak pidana. Salah satu pilar dari sistem penanganan terpadu, adalah harus adanya koordinasi dari para penyidik.

Dengan adanya penyidik Otoritas Jasa Keuangan, hal ini akan menimbulkan rebutan perkara dalam penyidikan tindak pidana OJK

(5)

5

dan akan terjadi tumpang tindih kewenangan penyidikan (Wiriadinata:2012).

Pasal 28 UU OJK menetapkan untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat.menurut UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK pasal 1 ayat 15 yang dimaksud dengan Konsumen Pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan,Pemodal di pasar modal,Pemegang polis pada peransurasian dan Peserta pada dana pensiun.

Di dalam melakukan perlindungan terhadap konsumen OJK melakukan tindakan pencegahan meliputi : (1) memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat ataskarakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya; (2) meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan (3) tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan di sektor jasa keuangan.

Di samping itu, OJK juga melakukan upaya tindakan prepentif dengan membuka pelayanan pengaduan konsumen yang meliputi: (a) menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan;(b) membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; dan (c) memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan pembelaan hukum, yang meliputi memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud. OJK juga dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik

pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun dibawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau lembaga jasa keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan (sitompul:357).

Dalam kaitan dengan tulisan yang di buat dalam jurnal terdahulu terkait dengan kefektifan dan keberfungsian lembaga OJK yang akan melakukan tugas, fungsi dan wewenanganya maka penulis melakukan analisas komparatif terhadap pengalaman-pengalaman lembaga serupa diberbagai negara maju terkait dengan permasahan yang dihadapinya terkait krisis ekonomi yang diikuti trend Bank sentral beberapa negara antara lain Inggris (1997), Jerman (1949), Jepang (1998) yang menginginkan agar bank sentral independen, bebas dari campur tangan pihak manapun termasuk pemerintah. Ironisnya beberapa negara termasuk Inggris sendiri dengan Finansial Services Authority (FSA)-nya telah gagal sehingga Bank Sentral(FSA)-nya (Bank Of England England) kembali diberikan akses kepada lembaga-lembaga keuangan di negara tersebut. Perkembangan terkini, pada tanggal 28 Oktober 2012 Bank Of England bersama FSA menandatangai MOU untuk mendirikan the Prudential Regulation Authority (PRA) pada awal tahun 2013.

PRA adalah bagian dari dari Bank of England(BoE) mempunyai wewenang yang luas. Selain mengawasi bank juga perusahaan asuransi dan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang investasi. Tujuan pembentukan model regulasi ini untuk men-judgement risiko kunci yang ada pada perusahaan-perusahaan itu sehingga kondisi yang tidak diingatkan dapat diketahui sejak dini, bahkan seandainya menemui kegagalan dapat segera diselesaikan.

(6)

6

ancaman krisis, menghilangkan

penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari efisiensi di sektor perbankan dan Jasa keuangan lainnya. Namun demikian, perlu dipahami bahwa sesungguhnya pembentukan lembaga sejenis OJK ini sudah banyak dipraktekkan di Negara lain, dan berbagai studi dan riset perbandingan menunjukkan bahwa : pembentukan “OJK” tidak membawa dampak signifikan terhadap kehidupan perbankan dan Jasa keuangan lainnya. Mengapa Negara-negara yang telah membentuk OJK justru membubarkannya (Murdadi:36).

Dari beberapa kenyataan yang terjadi di berbagai negara yang dipaparkan dalam jurnal (Murdadi:37-38), dapat disimpulkan bahwa pembentukan lembaga sejenis OJK blm sepenuhnya efektif, malah akan menjadi kritik bermasalah dalam keindependensian lembaga tersebut. Maka harus terjadi koordinasi yang baik serta Good Corporate Governance dalam dunia Perbankan dan Jasa Keuangan lainnya.

Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja entitas. Yang mengakibatkan rendahnya kualitas yang dihasilkan terhadap laporan fundamental suatu entitas. Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah.

OJK yang sudah terbentuk merupakan amanah dari UU Nomor 21 Tahun 2011 OJK, dan harus dikaji ulang terkait dengan lembaga yang baru dengan fungsi pengawasannya, maka OJK diharapkan prioritas fokus terhadap penerapan good corporate Governane bagi OJK sendiri maupun lembaga yang diawasinya. Sesuai dengan UU No 21 tahun 2011 tentang OJK pasal 34 (b) ditetapkan bahwa; Anggaran OJK bersumber dari APBN dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan, ini

menandakan bahwa ada sesuatu hal yang baru pada lembaga ini dibandingakn dengan lembaga sebelumnya yaitu Bank Indonesia, ini bisa terjadi pembiasan makna indepedent dari lembaga OJK tersebut sehingga timbul conflict of interest, sehingga dalam pengawasanya besar kemungkinan terjadi subjektifitas pengambilan keputusan serta penerapan regulasi pun demikian dan oleh karena itu disarankan Anggaran OJK disamping bersumber dari APBN ada anggaran-angaran yang bersumber dari internal OJK dan sumber lain yang tidak mengikat.

KESIMPULAN

1. Lembaga baru yang melakukan fungsi pengawasan terhadap sektor jasa keuangan disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan atau disingkat OJK sesuai dengan peralihan dari Pasal 34 UU Nomor 3 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan lahir dari amanah UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK, sehingga BI sudah melimpahkan pengawasan sektor Perbankan ke OJK namun pada realitasnya belum sepenuhnya; 2. OJK merupakan lembaga independent yang

telah diatur oleh Undang-undang, dengan demikian UU yang mengatur tentang lembaga independent tersebut (OJK) mulai akan diterapkan tanggal 1 Januari 2013; 3. Bekaitan dengan Independensi kelembagaan

OJK menuai kritik disebabkan oleh sumber kekuatan hukum yang menjadi dasar lahirnya OJK yang tidak bersumber langsung dari UUD 1945 sehingga menjadi kontradiktif dengan amanah UUD Pasal 23D namun dalam Pasal 23D hasil amandemen ketiga tersebut disebutkan bahwa Negara memiliki Bank Sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan Undang-undang, Jelas disini urgensi Hukum terkait sumber hukum kelembagaan lebih kuat BI ketimbang OJK.

(7)

7

didalam melakukan pengawasan terhadap sektor Perbankan.Penyidikan yang menjadi wewenang OJK nampaknya akan terjadi tumpang tindih antara pihak kepolisian dan KPK,sehingga akan terjadi perebutan penyidikan Pidana OJK, namun dengan adanya koordinasi diantara ketiga lembaga tersebut serta menjalin kerja sama yang baik didalam perkara peyidikan,disamping akan mengoptimal kinerja penyidikan namun akan berdampak terhadap anggaran operasional OJK sehingga beban operasional penyidikan OJK menjadi besar. 5. Prioritas yang tak kalah penting sesuai

dengan amanah UU OJK Pasal 28 yaitu menetapkan Perlindungan terhadap Konsumen.OJK akan melakukan tindak pencegahan dan tindakan prefentif yang merugikan konsumen baik dalam transaksi Pasar Modal, Perbankan maupun Jasa Keuangan lainnya.

6. Pembiasaan makna Independensi OJK, terkait dengan Pungutan Fee terhadap perusahaan jasa keuangan, dan akan menimbulkan conflict of interest dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan regulasi yang dilakukan OJK.

7. Sesuai dengan Pengalaman negara maju yang telah membentuk lembaga yang sama maka Pengakajian ulang terhadap OJK tentu harus dilakukan terkait dengan lembaga yang baru, sehingga diharapkan OJK harus tetap fokus terhadap penerapan Good Corporate Governance dalam melakukan fungsi pengawasannya.

8. Dengan lahirnya OJK, maka kegiatan Jasa Keuangan di sektor Perbankan, Sektor Pasar Modal, dan Sektor Jasa Keuangan lainnya dibawah pengawasan dan pengaturan lembaga Independent tersebut sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Hadad, M.D 2013. Kewenangan Otorisasi Jasa Keuangan di Perluas ke Industri Keuangan.http://www.beritasatu.com /ekonomi/90414-kewenangan

ojkdiperluas-ke

industrikeuangan.html.05Maret 2013 (16:32).

Kasmir. 2008. Bank dan lembaga keuangan lainnya.Rajawali Press. Jakarta

Murdadi, B. 2012. Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Keuangan yang Baru yang Memilki Kewenangan Penyidikan.

Jurnal Value Aded FE UMS 8 (2): 32-46.

Rahyani, W, S. 2012.Indenpedensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perpektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.Jurnal Legislasi 9 (3) : 361-372.

Sitompul, Z. 2012. Konsepsi dan Transformasi Otorisasi Jasa Keuangan.Jurnal Legislasi Indonesia 9 (3):343-360.

Soetiyono, K.S. 2013. OJK Akan Menindak Lanjuti semua Pengaduan Masyarakat, Kecuali Pengaduan Mengenai Perbankan yang akan di Teruskan ke BI Karena saat ini Pengawasan Perbankan Masih Ada di BI. Edukasi Konsumen. Agustus. Halaman 17. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Bank Indonesia. 15 Januari 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Otoritas Jasa Keuangan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 5253. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 3608. Jakarta.

Gambar

Gambar 1.2 (tiga pilar B.I)

Referensi

Dokumen terkait

Implementation phase separated to three parts, they are the creation of 3D model of all species, property and environments along with the animation, the creation of user

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung

3) Postur memandikan anak: Pengasuh pada kegiatan memandikan bayi ini merasa tidak nyaman dengan postur tubuh yang dirasakan. Pengasuh ini melakukan kegiatan

Remote sensing Synthetic Aperture Radar (SAR) data from TerraSAR-X and Tandem-X (TS-X and TD-X) satellites have been used for validation and verification of newly developed

Dengan demikian, perancangan informasi dari data spasial sangat penting untuk dikembangkan untuk berbagai keperluan salah satunya untuk model sistem

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lanjut usia di Panti werdha Griya Usia Lanjut Santo

Untuk membuat situs eLearning mengenai pembelajaran alat musik gitar untuk pemula yang dikemas menarik dan interaktif penulis menggunakan bahasa pemrograman PHP yang digunakan