• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA SISWA KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015 SDN 2 TASIKMADU KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA SISWA KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015 SDN 2 TASIKMADU KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN

PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA

SISWA KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SDN 2

TASIKMADU KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN

TRENGGALEK

Oleh: Yuniwati

SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Abstrak. Kesulitan mata pelajaran matematika sudah dikenal sejak lama. Banyak terdengar keluh-an dari siswa bahwa pelajarkeluh-an matematika tidak menarik, memboskeluh-ankkeluh-an, bahkkeluh-an menakutkkeluh-an. Sis-wa tidak tertarik untuk belajar karena pelajaran matematika dirasa sulit dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Rendahnya pemahaman siswa diakibatkan siswa sendiri yang ku-rang tertarik terhadap pembelajaran yang disampaikan guru. Adapun upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar dalam pembelajaran matematika materi bilangan pokok pecahan dalam pene-litian ini adalah dengan menggunakan permainan kartu berwarna. Subjek dalam penepene-litian ini ada-lah siswa kelas V SDN 2 Tasikmadu semester II tahun pelajaran 2014/2015. Jumada-lah siswanya se-banyak 14 siswa dengan rincian 7 siswa laki-laki dan 7 orang perempuan. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek kelas V pada mata pelajaran matematika materi bilangan pokok pecahan dengan menggunakan permain-an kartu berwarna dapat disimpulkpermain-an bahwa penggunapermain-an permainpermain-an kartu berwarna dapat mening-katkan aktivitas siswa dan ketuntasan belajar selama pembelajaran berlangsung. Hal ini juga di-dukung dengan data peningkatan ketuntasan belajar siswa. ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II, selalu meningkat yaitu pada pratindakan = 59,03 siklus I = 69,33 dan nilai pada siklus II = 78,00.

Kata kunci: ketuntasan belajar, pembelajaran matematika, materi bilangan pokok pecahan, permainan kartu berwarna

Pendidikan merupakan hal yang sa-ngat penting dalam kehidupan manusia. Da-lam suatu bangsa, pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kemajuan bangsa. Suatu bangsa yang ingin maju harus memperhatikan mutu pendidikan masyara-katnya. Pembelajaran matematika diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk mem-bekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang ilmu hitung

sehingga matematika disebut ilmu pasti. Matematika diajarkan di tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah. Respon siswa pun beragam, ada yang suka dengan matematika namun tidak sedikit yang tidak suka dan tidak tertarik, bahkan takut dengan mata pelajaran matematika.

▸ Baca selengkapnya: materi pecahan kelas 3 semester 2

(2)

Per-kembangan pesat di bidang teknologi, infor-masi, dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori pe-luang dan mencapai distrik. Untuk me-nguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Pembelajaran matematika di SD pada adalah kegiatan konkret. Siswa SD belum bisa diajari secara definisi. Lenterak (2011) menyatakan bahwa fungsi dari pembelajaran matematika di SD adalah untuk mengem-bangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat mem-bantu memperjelas dan menyelesaikan per-masalahan dalam kehidupan sehari-hari. Simbol penting untuk membantu memani-pulasi aturan-aturan dengan operasi yang diterapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan kete-rangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pema-haman terhadap konsep sebelumnya, sehingga konsep-konsep matematika ter-susun secara hirarkis.

Ada beberapa tujuan pembelajaran di SD menurut Lenterak (2011), antara lain: (1) mempersiapkan siswa untuk sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; (2) memper-siapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika da-lam kehidupan sehari-hari dada-lam mempe-lajari berbagai ilmu pengetahuan; (3) menambah dan mengembangkan kete-rampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan pengetahuan dasar

ma-tematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah; dan (5) mem-bentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.

Oleh karena itu, guru perlu menyiap-kan strategi atau perencanaan mengajar secara matang agar pembelajaran bisa me-nyenangkan. Pembelajaran matematika diharapkan mampu mengembangkan siswa untuk bisa mengkonstruksi pemahamannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator bukan sebagai sumber utama pembelajaran.

Kesulitan mata pelajaran matematika sudah dikenal sejak lama. Banyak terdengar keluhan dari siswa bahwa pelajaran matematika tidak menarik, membosankan, bahkan menakutkan. Siswa tidak tertarik untuk belajar karena pelajaran matematika dirasa sulit dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran adalah adanya proses belajar pada diri seseorang dan di dalam dirinya terjadi suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya serta hasil belajar yang dapat dilihat secara langsung (Ainnurahman, 2009). Sedangkan Sagala (2010) berpendapat bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai telah ditentukan sebelumnya, anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan sebelum proses belajar berlangsung.

(3)

didu-kung metode pembelajaran yang lain dan tanpa alat bantu mengajar yang bervariasi. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran yang monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran matematika ter-dapat berbagai materi, salah satunya adalah pecahan. Muhsetyo (2007:4) menyatakan bahwa pecahan pada prinsipnya menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Seluruh jumlah bagian yang sama ter-sebut sama-sama membentuk satuan (unit).

Adapun upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar dalam pembelajaran ma-tematika materi bilangan pokok pecahan da-lam penelitian ini adalah dengan mengguna-kan permainan kartu berwarna. Permainan adalah cara penyajian bahan pengajaran di-mana siswa melakukan untuk memperoleh atau menemukan pengertian konsep tertentu (Aman, 1985). Sebagai sebuah metode pem-belajaran, metode permainan dapat dilaku-kan secara individu atau kelompok. Per-mainan dimaksud untuk membangun suasa-na belajar yang disuasa-namis, penuh semangat, dan antusias. Selain itu, permainan diguna-kan sebagai bagian dari proses belajar, buka hanya untuk sekedar mengisi waktu luang. Permainan sebaiknya dirancang menjadi su-atu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh siswa, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi kesan yang men-dalam.

Tujuan penggunaan metode permainan kartu berwarna adalah untuk mengajarkan pengertian (konsep), menanamkan nilai, dan memecahkan masalah. Sedangkan manfaat-nya yaitu membangkitkan minat siswa, me-ngembangkan rasa kerjasama siswa, dan

mengembangkan kreativitas siswa. Kartu berwarna memiliki manfaat untuk meng-konkritkan ide-ide abstrak, memberikan pe-rangsang yang sama, menyamakan pengala-man dan menimbulkan persepsi yang sama, mengarahkan perhatian siswa pada satu titik fokus, memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan siswa. Model dan warna kartu dibuat semenarik mungkin agar siswa memiliki daya tarik dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah sejumlah orang yang ditunjuk untuk diteliti (Arikunto, 2006:145). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Tasikmadu se-mester II tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswanya sebanyak 14 siswa dengan rincian 7 siswa laki-laki dan 7 orang perempuan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan meru-pakan penelitian eksperimen berkesinambu-ngan dan berkelanjutan. Alasan dilakukan berkelanjutan karena penelitian tindakan bermaksud menguji proses, sehingga kenya-manan dan kelancaran proses dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menye-nangkan serta materinya mudah dipahami.

(4)

hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti lang-kah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. Di setiap siklus, peneliti menggunakan permainan kartu ber-warna dalam pembelajaran matematika. Di-harapkan siswa akan menjadi lebih berse-mangat mengikuti pembelajaran, sehingga ketuntasan belajar akan lebih meningkat.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan pada hasil observasi. Sedangan analisis data kuantitatif dikenakan pada hasil tes. Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar seluruh siswa (P) dicari dengan rumus:

𝑃 = 𝑛

𝑁 𝑥 100%

Keterangan:

P = persentase ketuntasan belajar n = jumlah siswa yang tuntas belajar N = jumlah seluruh siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan, ak-tivitas siswa selama penerapan, dan bagai-mana hasil belajar siswa setelah proses pem-belajaran dengan menggunakan permainan

kartu berwarna. Secara keseluruhan penera-pan permainan kartu berwarna berjalan de-ngan baik, meskipun ada beberapa hambatan yang dihadapi namun hambatan tersebut dapat diselesaikan pada pertemuan selanjut-nya. Dalam proses pembelajaran siklus per-tama pengenalan materi dilakukan dengan mengamati permainan kartu berwarna, ke-mudian dilanjutkan dengan guru mempera-gakan cara menggunakan kartu berwarna untuk menentukan bilangan pecahan, kemu-dian dilanjutkan dengan penilaian. Berdasar-kan pengamatan hasil tes pada siklus I diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil nilai ulangan sete-lah pembelajaran siklus I dengan mengguna-kan permainan kartu berwarna diperoleh hasil nilai rata-rata 69,33, sehingga pembe-lajaran pada siklus I menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Pembelajaran di-lanjutkan dengan melaksanakan siklus ke II. Dalam proses pembelajaran siklus II pe-ngenalan materi dilakukan dengan permain-an kartu berwarna untuk menentukpermain-an bi-langan pecahan, kemudian dilanjutkan de-ngan penilaian. Berdasarkan pengamatan hasil tes pada siklus II diperoleh hasil pada Tabel 2.

Tabel 1 Hasil Pengamatan Siklus 1

No Keaktifan Siswa Hasil / Kelompok Rata-rata (%)

1 % 2 % 3 % 4 %

1 Menggunakan alat 3 60 3 60 4 80 2 40 60

2 Cara bermain 4 80 3 60 3 60 3 60 65

3 Mencatat hasil permainan 3 60 4 80 4 80 3 60 75 4 Mengajukan pertanyaan 3 60 3 60 3 60 3 60 60 5 Laporan hasil diskusi 4 80 4 80 4 80 4 80 80

Tabel 2 Hasil Pengamatan Siklus 2

No Keaktifan Siswa Hasil / Kelompok Rata-rata (%) 1 % 2 % 3 % 4 %

(5)

Tabel 3. Rekap Hasil Pengamatan

No Keaktifan Siswa

Siklus Pra

tindakan I II 1 Menggunakan alat 35% 60% 85% 2 Cara bermain 40% 65% 85% 3 Mencatat hasil permainan 30% 75% 100% 4 Mengajukan pertanyaan 40% 60% 90% 5 Laporan hasil diskusi 50% 80% 90%

Pada siklus II ini diperoleh hasil yang cukup baik dan memuaskan dibanding dengan pratindakan dan siklus I, hal ini dapat dilihat dari hasil nilai yang semakin meningkat pada siklus II. Pada siklus II anak lebih mengusai menggunakan alat permain-an. Berdasarkan tabel di atas ternyata diper-oleh hasil keaktifan cenderung meningkat, hasil oleh siswa dirasakan bahwa pembela-jaran matematika tentang bilangan pecahan menggunakan permainan kartu berwarna lebih menyenangkan, lebih mudah dipahami apa yang dijelaskan, menambah semangat, dan dapat mengurangi verbalisme.

Sedangkan pemahaman siswa ter-hadap materi bilangan pecahan juga baik terbukti dari ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II, selalu meningkat yaitu pada pratindakan = 59,03 siklus I = 69,33 dan nilai pada siklus II = 78,00. Dengan hasil nilai rata-rata tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan kartu ber-warna dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa tentang bilangan pecahan.

Berikut grafik hasil peningkatan ke-tuntasan belajar siswa yang didapatkan dari hasil observasi belajar siswa dari pratin-dakan, siklus I dan siklus II.

Gambar 1 Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Series1; pra

tindakan; 59,03

Series1; Siklus I; 69,33

(6)

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SDN 2 Tasikmadu Keca-matan Watulimo Kabupaten Trenggalek ke-las V pada mata pelajaran matematika ma-teri bilangan pokok pecahan dengan meng-gunakan permainan kartu berwarna dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan kartu berwarna dapat meningkatkan aktivi-tas siswa dan ketunaktivi-tasan belajar selama pembelajaran berlangsung.

Hal ini juga didukung dengan data peningkatan ketuntasan belajar siswa. ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II, selalu meningkat yaitu pada pratindakan = 59,03 siklus I = 69,33 dan nilai pada siklus

II = 78,00. Dengan hasil nilai rata-rata tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan kartu berwarna dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bilangan pecahan.

Saran

Pembelajaran matematika yang selama ini dikatakan sulit akan dapat diatasi dengan mudah apabila anak-anak diberikan kesem-patan berimprovisasi dengan media belajar yang telah disediakan terlebih dahulu oleh guru.

Dengan melihat hasil pembelajaran menggunakan kartu berwarna sebagai media pembelajaran ini, tentunya hal ini dapat dikembangkan dengan pendekatan model atau variasi (inovasi) pembelajaran lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Ainurrahman. 2009. Strategi dalam Pem-belajaran. Jakarta: CV Pustaka Ilmu. Aman, S. 1985. Pedoman Metode Penyajian

Pendidikan Moral Pancasila dan Pe-nerapannya. Jakarta: Depdikbud Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian

Su-atu Pendekatan Praktik. Jakarta: Ri-neka Cipta

Depdikbud. 2007. Kurikulum Tingkat Satu-an PendidikSatu-an (KTSP) Sekolah Dasar/

Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depar-temen Pendidikan dan Kebudayaan.

Lanterak. 2011. Pembelajaran Matematika di SD. (Online), (http://lenterakecil. com/ pembelajaran-matematika-di-se-kolah-dasar/.), diakses 20 November 2014.

Muhsetyo, G. 2007. Pembelajaran Matema-tika SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna

Gambar

Tabel 1 Hasil Pengamatan Siklus 1
Tabel 3. Rekap Hasil Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Solusi lain yang mungkin untuk permasalahan pemecahan luar adalah dengan membuat ruang alamat fisik dari sebuah proses menjadi tidak bersebelahan, jadi membolehkan sebuah proses

a) Bahwa dengan pidana tersebut akan memuaskan perasaan balas dendam si korban, baik perasaan adil bagi dirinya, temannya dan keluarganya. Perasaan tersebut tidak

Aula Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Selatan Jl.. Hasan

Penerapan sistem PPDR dengan penyebaran Sensor Node pada wilayah dengan Green Alert Level dan Yellow Alert Level (dengan estimasi kerugian minimum), baik menggunakan

Penetapan kadar triklosan yang di lakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) memperoleh hasil bahwa triklosan yang terdapat dalam pasta gigi ini memenuhi

Penelitian ini mengungkap representasi dua tokoh penting dalam kasus korupsi Hambalang di Harian Umum Pikiran Rakyat, yakni Anas Urbaningrum dan Susilo Bambang

Media berkualitas rendah disamping akan cepat rusak, mengancam kesehatan, keamanan, juga bisa menyesatkan siswa.. 20 menggunakan dengan bahan berbahaya untuk

[r]