• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Cabang dan Filsafat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah dan Cabang dan Filsafat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1. Filsafat Pada Masa Yunani Kuno

Secara umum, inti dari pemikiran para filsuf Yunani Kuno adalah ”relativitas pemikiran”, atau yang disebut juga sebagai, Filsafat Relativisme (Pluralis). Aliran filsafat ini, adalah paham yang berdasarkan pemikiran dasar bahwa “Kebenaran itu sesungguhnya adalah relatif”. Maka karenanya pula, ”seluruh versi kebenaran dapat saja menjadi benar”, yang dalam hal ini bahkan masih pula bergantung kepada pemikiran, perasaan, hawa nafsu, dan lain-lain, dari para pemikirnya; manusia, tentu saja. Dan di beberapa Abad kemudian, khususnya di masa kini di Abad XXI Masehi ini, ini juga menjadi salah satu inspirasi dasar gerakan Pluralisme. Termasuk juga dalam Pluralisme Agama bahwa semua agama itu benar, semua agama mengajak ke Surga, semua versi Tuhan adalah benar, maka Tuhan dapat dicapai melalui agama manapun, karena kebenaran itu sebenarnya relatif.

(2)

Hal kebebasan berpikir ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan atau mengklaim bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Klaim atau argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phytagoras (572-500 SM) yang belum murni rasional. Sekte atau Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos (mengenai biji kacang itu). Ada tiga filsuf dari kota Miletos di masa Pra Socrates ini yaitu Thales, Anaximander (Anaximandros) dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximander berpendapat “To apeiron” atau yang tak terbatas, sedangkan Anaximenes menunjuk ke udara.

Intinya, pada masa Yunani Kuno ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.

2. Fisafat Pada Abad Pertengahan (300 SM-1300 M)

Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran pada masa Yunani Kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut Skolistik. Sebutan Skolistik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Semula Skolistik timbul di biara-biara tertua di Gallia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa, di situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani.

(3)

Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkusisi).

Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain: a. Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.

b. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles. c. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.

(4)

3. Filsafat Pada Masa Modern

Zaman modern adalah zaman dimana akal sangat diagung-agungkan. Selain itu pengaruh gereja sudah tidak dominan lagi karena kekuasaan gereja yang begitu agung di zaman Renaissance tersebut sudah runtuh. Keruntuhan kekuasaan gereja ini membawa dampak positif bagi perkembangan keilmuan di zaman ini. Tak heran bila di zaman ini muncul banyak filosof-filosof hebat yang begitu buah pemikirannya mampu mengguncang dunia.

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga berasal dari penguasa, tetapi dari diri manusia itu sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio (akal). Aliran empirisme sebaliknya, meyakini pengalaman sebagai sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun inderawi. Lalu muncul aliran kritisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

Sejarah filsafat modern lalu bisa dilukiskan sebagai pemberontakan intelektual terus menerus terhadap metafisika tradisional. Karena pemikiran yang berdasarkan pada iman (teologi) lebih dikalahkan oleh pemikiran yang berdasarkan pada akal (rasio). Disisi lain filsafat modern juga menjadi sebuah emansipasi, sebuah kemajuan berfikir yang sebelumnya didominasi oleh pemikiran metafisika tradisional yang didukung oleh kekuasaan gereja. Pada posisi ini mendukung radikalisasi lebih lanjut yaitu pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat. Kalau filsafat tradisional lebih mempermasalahkan kepada hal-hal yang bersifat teosentris yaitu persoalan kenyataan Adi Kodrati, entah yang disebut Allah, ruh dsb.

Filsafat modern lebih mempermasalahkan kepada hal-hal yang bersifat antroposentris yaitu bagaimana menemukan dasar pengetahuan yang shohih tentang semua itu hal ini menjadi sebuah usaha untuk melepaskan diri dari tradisi. Oleh karena itu, diluncurkan tema- tema sebagai refleksi baru seperti: rasio, persepsi, afeksi sehingga pada masa filsafat modern ini pengetahuan baru sudah banyak muncul seperti yang sekarang ini kita kenal dengan “ilmu pengetahuan modern” yakni ilmu-ilmu alam.

4. Aspek Dalam Filsafat a. Ontologi

(5)

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Sedangkan Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat ilmu mengatakan, ontology membahas tentang yang ada,yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

b. Epistemologi

Istilah Epistemologi di dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari asal kata “episteme” dan ”logos”. Epistime berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam filsafat, Epistemologi membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan.

Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan) filsafat. Dalam rumusan yang lebih rinci di sebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalan dan radikal tentang asal mula pengetahuan, structure, metode, dan validitas pengetahuan. Dalam prinsipnya epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat metode dan keahlian pengetahuan. Oleh karena itu sistematika penulisan epitemologi adalah terjadinya pengetahuan, teori kebenaran, metode-metode ilmiah dan aliran-aliran teori pengetahuan.

c. Aksiologi

Aksiologi membicarakan tentang gunanya pengetahuan. Aksiologi filsafat hanya mencakup satu bidang filsafat yaitu aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat.

(6)

kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan masalah, dan ketiga filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life). Mengetahui teori-teori filsafat amat perlu karena dunia dibentuk oleh teori-teori itu. Jika anda tidak senang pada komunisme maka anda harus mengetahui Marxsisme, karena teori filsafat untuk komunisme itu ada dalam Maxsisme. Jika anda menyenangi ajaran syi’äh Dua Belas di Iran, maka anda hendaknya mengetahui filsafat Mulla Shadra. Begitulah kira-kira. Dan jika anda hendak membenuk dunia, baik dunia besar maupun dunia kecil (diri sendiri), maka anda tidak dapat mengelak dari penggunaan teori filsafat. Jadi, mengetahui teori-teori filsafat amatlah perlu. Filsafat sebagai teori filsafat juga perlu dipelajari oleh orang yang akan menjadi pengajar dalam bidang filsafat.

d. Metodologi

Filsafat sebagai metodologi merupakan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini filsafat digunakan sebagai satu cara atau model pemecahan masalah secara mendalam dan universal.

Dalam aspek metodologi, filsafat digunakan sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia (world view). Dalam hidup kita banyak menghadapi masalah. Masalah artinya kesulitan. Kehidupan akan lebih enak jika masalah itu terselesaikan. Ada banyak cara dalam menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.

e. Research Objective

Research objective atau tujuan penelitian yaitu merupakan rumusan masalah dalam bentuk kalimat pernyataan. Tujuan penelitian memuat uaian yang menyebutkan secara spesifik maksud atau tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang dilakukan. Maksud-maksud yang terkandung dalam kegiatan tersebut baik maksud utama maupun tambahan harus diungkapkan dengan jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap keputusan masyarakat dalam memilih apartemen di Kota Depok, didapatkan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(Lembaran Negara

dunia Islam. Beberapa karyanya yang terkenal dalam ilmu mantik seperti 19 ;. a) al-shifa’ : merupakan buku tentang falsafah yang terbahagi kepada

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

Pada tafsir Jalalayn menjelaskan bahwa (Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan) dalam ayat ini terkandung iltifat dari orang yang ketiga menjadi

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan

Kondisi pada kuadran II ini merupakan kondisi yang cukup rawan karena akan menjadi ajang kepentingan banyak pihak, termasuk pihak asing untuk berebut memanfaatkan (eksploitasi)

kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. 3) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. peserta didik