Yahudi dan Neo-Konservatisme di Amerika Serikat ditulis oleh:
Zulfikar Tito Enggartiarso (F1I012003)
Semua mungkin sudah banyak membaca soal sejarah Amerika Serikat saat The Great Depression muncul pada tahun 1930an karena banyak krisis ekonomi yang terjadi, bukan hanya di Amerika Serikat tetapi juga di dunia. Di negara liberal seperti Amerika Serikat waktu itu, pemerintah akhirnya banyak melakukan intervensi yang terlalu mendalam pada ekonomi masyarakat. Ini mengakibatkan kaum menengah keatas menjadi berkeberatan dengan apa yang terjadi saat itu. Kaum elit dibebankan pajak yang tinggi, merupakan salah satu alasan mengapa kaum elit merupakan salah satu pendukung setia ketika konservatisme kembali merebak dan menjadi neo-konservatisme. Ekonomi kembali diletakkan pada jalur liberal, pasar bebas kembali terjadi dan swasta kembali bersaing, walaupun intervensi pemerintah tidak sepernuhnya hilang. Neo-konservatisme sendiri sebenarnya bisa dilihat dari berbagai sisi atau sudut pandang, percontohan diatas merupakan contoh jika Anda ingin melihat dari sisi ekonomi. Selain itu pada masa itu pula banyak anak muda di Amerika Serikat yang melakukan counter-culture atau budaya perlawanan dengan mendengarkan music rock, memelihara rambut panjang dan juga melakukan seks bebas. Maka dari itu, neo-konservatisme sengaja dihembuskan agar nilai-nilai asli masyarakat Amerika Serikat tidak luntur, karena sejatinya neo-konservatisme merupaya menyelamatkan, memelihara bahkan mengagungkan nilai-nilai leluhur dan membuatnya menjadi kenyataan.
Perspektif ini populer ketika Amerika Serikat dipimpin oleh Ronald Reagan, lalu menjadi kurang populer ketika Bill Clinton dan sangat dipuja ketika negara adidaya tersebut dipimpin oleh George W. Bush. Bush merasa neo-konservatisme atau nilai-nilai Amerika Serikat dirusak secara masif oleh sekelompok teroris yang dinamakan Al-Qaeda, maka Bush mencari dan menyerang dimanapun markas Al-Qaeda. Bush juga ingin menyebarkan paham demokrasi, dikarenakan dan juga diasumsikan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang paling demokratis. Apa hubungannya dengan Yahudi? Ya, negara dengan penganut agama Yahudi paling banyak berada di Israel, di Timur Tengah. Dan semua negara yang menjadi objek penyerangan Bush untuk mencari Al-Qaeda ada di Timur Tengah seperti Irak, Afghanistan dan lain-lain. Ini
menunjukkan adanya maksud-maksud tertentu dibalik penyerangan tersebut, entah apakah terorisme itu sendiri hanya merupakan alasan supaya Amerika Serikat bisa mengintervensi pemerintahan negara setempat, bahkan Saddam Hussein pun dijatuhkan dari kursi pemimpin Irak karena dianggap melakukan diktatorisme. Apa untungnya bagi Israel? Israel merupakan negara yang bersengketa dengan Palestina dan kebanyakan negara Arab mendukung kedaulatan Palestina walau banyak yang tidak mengatakan secara terus terang. Ini membuat terkadang posisi Israel menjadi terjepit disana (Timur Tengah).
Banyak orang juga yang melihat bahwa pengaruh AIPAC atau kelompok kepentingan Yahudi di pemerintahan Amerika Serikat begitu besar sehingga bisa mempengaruhi arah kebijakan luar negeri, apalagi ketika George Walker Bush menjadi presiden dan menginvasi Irak serta negara-negara lain. Banyak orang yang berupaya menjadi free rider dan pada akhirnya membentuk opini bahwa Amerika Serikat adalah polisi dunia yang mempunyai kewenangan lebih untuk menjaga perdamaian, padahal yang ada adalah pengrusakkan dan intervensi berlebihan terhadap urusan negara lain. Sehingga sebenarnya Perang Irak adalah merupakan penyelesaian dahaga kepentingan Yahudi, supaya posisinya semakin aman di Timur Tengah dan tidak banyak digoyang oleh negara-negara disekitarnya.
Menurut beberapa ahli, sebenernya ini merusak citra baik dari Amerika Serikat sebagai negara yang merupakan salah satu negara yang tergabung dalam Dewan Keamanan PBB, dan ternyata benar saja, saat John McCain dari Republik (partai yang sama dengan Bush) maju dalam pemilihan presiden 2008 melawan Barrack Obama dari Demokrat, dan McCain mencanangkan adanya Perang Irak II maka kalahlah McCain saat itu. Rakyat Amerika Serikat sendiri sudah sangat muak dan bosan dengan Doktrin Bush dan segala kebijakan perangnya melawan negara-negara di Timur Tengah dengan dalih mencari Osama bin Laden, pemimpin Al-Qaeda. Ini juga merusak citra negara Israel dan semakin buruklah imejnya setelah dianggap mencaplok banyak wilayah di Dataran Tinggi Golan, Palestina dan sekitarnya.
Memang ketika kita berbicara tentang Amerika Serikat, kita harus berburuk sangka atas apa yang menjadi niat mereka ketika banyak memberikan bantuan pada negara-negara di Timur Tengah, tetapi sekaligus juga meluluhlantakan layaknya Irak dan Afghanistan saat itu. Banyak sekali teori konspirasi yang bermunculan ketika kita banyak berdiskusi tentang politik luar negeri Amerika Serikat dan maksud dibalik itu semua. Neo-konservatisme telah dijadikan topeng
dibalik semua gerakan Yahudi untuk kepentingan Israel, maka dari itu banyak yang mengatakan bahwa sebenarnya neo-konservatisme itu tidak ada atau hanyalah pembentukan opini oleh Amerika Serikat itu sendiri.
Saya melihat bahwa kelompok-kelompok kepentinga Yahudi akan banyak didukung oleh presiden yang berasal dari Partai Republik, yang memang beraliran konservatif walaupun tidak semuanya. Ketika jabatan presiden dipegang oleh Barrack Husein Obama yang berasal dari Partai Demokrat, perintah penarikan pasukan dari Timur Tengah pun dihembuskan. Tapi tetap saja masih banyak komunikasi atau interaksi yang terjadi antara Amerika Serikat dan juga Israel terkait isu-isu dunia. Apakah yang menjadi langkah Amerika Serikat selanjutnya yang juga merupakan perwujudan dari kepentingan Israel? Hanya waktu yang bisa menjawab.
