• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi - Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi - Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan

Dasar Oksigenasi

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh

sel-sel tubuh (Wartonah, 2004).

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Wartonah, 2004)

a. Masalah Kebutuhan Oksigen

Salah satu masalah kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia, hipoksia

merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen

dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan

oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada

kulit (sianosis).secara umum, terjadinya hipoksia disebabkan oleh

menurunnya kadar hb, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam

darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat

menurunkan konsentrasi oksigen (Wartonah, 2004)

b. Proses oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga

tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.

1. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh

(2)

paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,

demikian sebaliknya, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli

dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis, adanya jalan nafas

yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot

polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh system saraf otonom

(terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga

vasodilatasi dapat terjadi, karena saraf parasimpatis dapat menyebabkan

kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi

(Wartonah, 2004).

2. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan

kapiler paru dan karbon dioksida dikapiler dengan alveoli.proses

pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan

paru, tebal membrane respirasi yang terjadi atas epitel alveoli dan

interstisial, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen (hal ini

sebagaimana oksigen dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena

tekanan oksigen dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan oksigen

dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi) tekanan

parsial karbon dioksida dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam

alveoli, dan afinitas gas (Wartonah, 2004)

3. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler

ke jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi oksigen akan

berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin(97%) dan larut dalam

plasma (3%), sedangkan karbon dioksida akan berikatan denagn hb

membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan

sebagian menjadi asam karbonat yang berada dalam darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah

jantung, kondisi pembuluh darah, latihan, perbandingan sel darah dengan

(3)

1. Pengkajian

Pengkajian pola pernafasan yang akurat penting untuk upaya

penatalaksanaan kebutuhan oksigenasi yang efektif.

‐ Riwayat Keperawatan

Meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan seperti

epistaksis, obstruksi nasal dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan

pernafasan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian keluhan / gejala

adalah keadaan infeksi kronis dari hidung sakit pada daerah sinus, otitis

media, keluhan nyeri pada tengggorokan, kenaikan suhu tubuh (380), sakit

kepala, lemas, sakit perut, muntah- muntah ( pada anak- anak ), faring

berwarna merah dan adanya edema (Hidayat, 2006).

‐ Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap ini dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk

kering keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah- ubah

seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker . Pengkajian

sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan dan apakah

bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien (Hidayat,

2006).

‐ Sakit dada

Dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit , luas, intensitas, factor

yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi pasien

berubah, serta ada / tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan

ekspirasi dengan rasa sakit (Hidayat, 2006).

2. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian

dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien.

(4)

yaitu data yang di dapat dari pasien langsung, dan data objektif yaitu data

yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien, dan

kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul (Hidayat, 2007).

3. Rumusan Masalah

Masalah klien yang mungkin timbul merupakan respon klien terhadap

penyakitnya. Dampak yang mungkin timbul bias bermanfaat atau tidak

bagi klien sendiri ataupun keluarganya (Hidayat, 2007) :

a. Terhadap Klien

1) Biologis

Pada klien tb paru ini terjadi perubahan pada wajahnya yang selalu terlihat

pucat dan lemas karena penyakit yan dialaminya.

2) Psikologis

Klien merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dan terganggu

dalam proses pernafasan, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik

dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi

rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru pada

dirinya.

3) Sosiologis

Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat

karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan

juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti

kebutuhannya sendiri seperti biasanya.

(5)

Klien akan sedikit mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan

keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang

diakibatkan karena selalu batuk dan terganggunya bernafas.

b. Terhadap Keluarga

Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota

keluarganya terkena penyakit tb paru adalah timbulnya kecemasan akan

keadaan klien, apakah nanti sakit berkepanjangan atau akan sembuh total.

Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat

disini sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain

itu, keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan klien. Hal ini

tentunya menambah beban bagi keluarga.

Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang

masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus

bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini tentunya menambah

beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.

4. Perencanaan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang di laksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnose

keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhi kebutuhan

klien.

Tujuan dilakukannya intervensi keperawatan pada pasien dengan

gangguan oksigenasi adalah untuk mempertahankan oksigen yang adekuat

pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru, dan untuk menurunkan

kerja jantung.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu menentukan prioritas

masalah, menetukan tujuan, menentukan kriteria hasil, dan merumuskan

intervensi dan aktivitas keperawatan (Wartonah, 2006).

(6)

a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : ‐ Perubahan membran kapiler-alveolar

‐ Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Tujuan :

‐ Gangguan pertukaran gas akan berkurang

‐ Status pernafasan : pertukaran gas tidak akan terganggu ‐ Status pernafasan : ventilasi tidak akan terganggu

Kriteria hasil :

‐ Fungsi paru dalam batas normal ‐ Ekspansi paru yang simetris

‐ Tidak menggunakan otot bantu untuk bernafas

Intervensi dan rasional :

‐ Manajemen jalan nafas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan nafas ‐ Terapi oksigen

Rasional : memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya ‐ Bantuan ventilasi

Rasional : meningkatkan pola pernafasan spontan yang optimal

dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di

paru

‐ Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler,

pernafasan dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah

komplikasi

b) Ketidakefektifan pola nafas behubungan dengan : ‐ Ansietas

‐ Posisi tubuh

(7)

‐ Kelelahan otot-otot pernafasan

Tujuan :

‐ Menunjukkan pola pernafasan efektif

‐ Menunjukkan status pernafasan : ventilasi tidak terganggu ‐ Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernafasan

Kriteria hasil :

‐ Pernafasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis ‐ Kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal ‐ Fungsi paru manajemen jalan nafas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan nafas ‐ Pengisapan jalan nafas

Rasional : mengeluarkan sekret jalan nafas dengan cara masukkan

kateter penghisap ke dalam jalan nafas ‐ Pantau pernafasan

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk

memastikan kepatenan jalan nafaas dan pertukaran gas yang adekuat ‐ Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan data dan menganalisis data kardiovaskuler

dan suhu tubuh pasien untuk menetukan dan mencegah komplikasi

dalam batas normal

c) Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan :

‐ Lingkungan

‐ Obstruksi jalan nafas ‐ Fisologi

Tujuan :

‐ Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif ‐ Menunjukkan status pernafasan : kepatenan jalan nafas Kriteria hasil :

(8)

‐ Mengeluarkan sekret secara efektif ‐ Mempunyai jalan nafas yang paten

‐ Irama dan frekuensi pernafasan dalam batas normal ‐ Suara nafas jernih

Intervensi dan rasional :

‐ Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas atau adanya sekret. Rasional : pernafasan bising, ronchi dan menunjukkan tertahannya

sekret

‐ Observasi jumlah dan karakter sputum

Rasional : peningkatan jumlah sekret tidak berwarna atau air

umumnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan ‐ Lakukan penghisapan jalan nafas

Rasional : untuk mengeluarkan sekret yang tertahan dari jalan nafas

d) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan ‐ Vasokonstriksi

‐ Hipovolemia

‐ Menurunnya aliran darah ‐ Edema

‐ Pendarahan Tujuan :

‐ Memperbaiki perfusi jaringan

‐ Suara pernafasan dalam keadaan normal

Intervensi dan rasional :

‐ Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan

Rasional : mengetahui sejauh mana keadaan umum pasien ‐ Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Rasional : meningkatkan perfusi jaringan ‐ Monitor denyut dan irama jantung

(9)

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 47 tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl.Blok M No. 17, Hamparan Perak Tanggal Masuk RS : 11 juni 2013

No. Register : 00.54.32.93

Ruangan/Kamar : Rindu A3/ Kamar 32

Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 17 juni 2013 Tanggal operasi : -

Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru

I. KELUHAN UTAMA :

Tn.H mengatakan sesak ketika bernafas dikarenakan adanya dahak yang mengganggu jalan nafas.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Tn.h mengatakan awalnya sering batuk dan terganggu saat tidur dalam dua minggu sebelum dirawat di rumah sakit. Setelah diperiksakan ternyata di diagnosis mengalami tb paru 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Untuk memperbaiki keadaan Tn.h mengatakan mengkonsumsi obat warung.

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan :

tn.H mengatakan kesulitan untuk bernafas karena sering batuk

(10)

kondisi tn.H terlihat pucat dan lemah C. Region

1. Dimana lokasinya :

tn.H mengatakan sesak di bagian dada dan tenggorokan

2. Apakah menyebar :

hanya di bagian tenggorokan dan dada saja D. Severity

Terlihat parah karena wajahnya lemah dan pucat serta klien sering mengeluh sesak ketika bernafas

E. Time

tn.H mengatakan mulai terasa batuk dua bulan yang lalu dan mulai parah sejak dua minggu sebelum dirawat di rumah sakit.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

tn.H mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Belum pernah sakit sebelumnya C. Pernah dirawat/dioperasi

Belum pernah D. Lama dirawat

Belum pernah dirawat E. Alergi

Tidak memiliki alergi F. Imunisasi

Hanya mendapat imunisasi campak

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Pernah menderita hipertensi B. Saudara Kandung

Ada yang pernah mengalami fraktur karena kecelakaan motor C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa E. Anggota keluarga yang meninggal

Belum ada yang meninggal F. Penyebab meninggal

(11)

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya B. Konsep Diri

- Gambaran diri : pasien mengatakan sulit untuk bernafas karena batuk

- Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktifitas kembali

- Harga diri : pasien merasa sedih karena pekerjaannya terganggu oleh sakit yang diderita

- Peran diri : pasien bertugas sebagai kepala rumah tangga

- Identitas : pasien adalah seorang suami dan ayah dari 3 orang anak

C. Keadaan Emosi

Keadaan emosi pasien sampai saat ini masih stabil D. Hubungan sosial

- Orang yang berarti : orang yang berarti bagi pasien adalah istri dan anak-anaknya

- Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan anggota keluarga baik-baik saja

- Hubungan dengan orang lain : hubungan pasien dengan orang lain baik-baik saja

- Hambatan dengan berhubungan dengan orang lain : pasien malu berbicara dengan orang lain karena sering batuk E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan sering sholat dan berdo’a agar penyakitnya cepat sembuh dan pasien beragama islam

- Kegiatan ibadah : pasien mengatakan sholatnya jarang tinggal dan terkadang juga membaca al-qur’an sehabis sholat VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Kondisi pasien saat ini terlihat pucat dan lemah karena sakit yang dideritanya

B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 36,7

- Tekanan darah : 130/90 mmHg

- Nadi : 98x/i

- Pernafasan : 36x/i

- TB : 167 Cm

(12)

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan rambut

- Bentuk : bulat dan simetris

- Ubun-ubun : tertutup dan tidak ada kelainan - Kulit kepala : bersih

Rambut

- Penyebaran dan keadaan kepala : agak beruban dan penyebarannya merata

- Bau : tidak berbau

- Warna kulit : coklat kehitaman

Wajah

- Warna kulit : coklat kehitaman - Struktur wajah : lonjong

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : kedua mata lengkap dan keduanya simetris

- Palpebra : normal dan tidak ada pembengkakan

- Konjungtiva dan sklera : konjungtiva tidak anemis, sklera (-) ikterus

- Pupil : isokor, kanan dan kiri - Cornea dan iris : refleks terhadap cahaya (+) - Visus : tidak dilakukan visus mata

- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan bola mata

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : tulang hidung dan posisi septumnasi normal dan simetris

- Lubang hidung : lubang hidung berish, simetris, dan normal - Cuping hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga

- Bentuk telinga : normal dan simetris - Ukuran telinga : normal

(13)

- Ketajaman pendengaran : normal, pasien dapat mendengar dengan baik

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : mukosa bibir kering dan pecah-pecah

- Keadaan gusi dan gigi : terlihat pucat dan gigi agak kekuningan

- Keadaan lidah : terlihat pucat

- Orofaring : keadaan orofaring kering

Leher

- Posisi trachea : medial

- Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid - Suara : suaranya agak pelan dan serak

- Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe - Vena jugularis : normal

- Denyut nadi karotis : teraba kuat

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : kulit pasien bersih - Kehangatan : kulit terasa hangat - Warna : coklat kehitaman

- Turgor : turgor kulit kembsli < 2 detik - Kelembaban : kulit pasien agak kering

- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit pasien

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : tidak dilakukan pemeriksaan

- Warna payudara dan areola : tidak dilakukan pemeriksaan - Kondisi payudara dan puting : tidak dilakukan pemeriksaan - Produksi ASI : tidak dilakukan pemeriksaan

- Aksilla dan clavicula : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks : bentuk thoraks normal

- Pernafasan (frekuensi, irama) : frekuensi pernafasan 36x|I, irama tak beraturan

Pemeriksaa paru

(14)

- Perkusi : paru-paru kanan resonan, dan paru-paru kiri redup

- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan): terdengar suara mengi

Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : tidak ada pembengkakan - Palpasi :teraba pulsasi

- Perkusi : dullness

- Auskultasi : normal dan tidak ada bunyi tambahan

Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris, tidak ada benjolan - Auskultasi : peristaltik usus (+)

- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : tidak ada nyeri tekan, benjolan (-), ascites (-), tidak ada pembengkakan

- Perkusi (suara abdomen) : thympani

Pemeriksaan Kelamin dan sekitarnya

- Genetalia (rambut pubis, lubang uretra) : tidak dilakukan pemeriksaan

- Anus dan perineum ( lubang anus, kelainan pada anus, perineum) : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) : kesimetrisan normal, kekuatan otot, 5555 5555 , tidak ada 5555 5555

Pemeriksaan neurologi (Nervus Cranialis) : Glasgow Coma Scale 15, E=4,M=6,V=5

Fungsi Motorik

-cara berjalan : tidak ada masalah

-tes jari hidung : koordinasi baik

-pronasi-supinasi test : klien dapat menelentangkan dan menelungkupkan kedua telapak tangannya

(15)

-identitas sentuhan ringan : klien dapat mengidentifikasi sentuhan kapas tanpa melihat

-tes tajam-tumpul : klien dapat membedakan sentuhan tajam dan tumpul

-tes panas dingin : klien dapat membedakan sensasi panas dingin

-tes getaran : klien dapat merasakan getaran pada ujung-ujung ekstremitas atas dan bawah

-streognosis test : klien dapat mengidentifikasi benda yang diletakkan ditelapak tangan kanan dan kiri

Refleks

-refleks bisep : fungsi normal, terdapat kontraksi otot bisep pada kedua ekstremitas atas

-refleks trisep : fungsi normal, terdapat kontraksi otot trisep pada kedua ekstremitas atas

-refleks brachioradialis : fungsi normal, terdapat kontraksi otot brachioradialis pada kedua ekstremitas atas

-refleks patellar : fungsi normal, terdapat refleks patellar pada kedua ekstremitas bawah

-refleks tendon Achilles : fungsi normal, terdapat refleks tendon Achilles pada kedua ekstremitas bawah

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI A. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : makan 3x|hari

- Nafsu/selera makan : nafsu makan pasien agak berkurang sejak sakit

- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati - Alergi : tidak ada alergi

- Mual dan muntah : pasien sering ingin muntah ketika batuk - Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : -- Waktu pemberian makan : pagi 07.30, siang 13.00, malam

19.00

- Jumlah dan jenis makan : sesuai kebutuhan pasien

- Waktu pemberian cairan/minum : sesuai kebutuhan pasien - Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :

(16)

B. Perawatan diri/personal hygiene

- kebersihan tubuh : pasien bisa menjaga kebersihan tubuhnya - kebersihan gigi dan mulut : pasien melakukannya sendiri

- kebersihan kuku kaki dan tangan : pasien jaang menggunting kukunya

C. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau lokal : seluruh aktivitas pasien dilakukan sendiri oleh pasien

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : meskipun sakit pasien masih mampu beribadah sendiri

D. Pola Eliminasi

BAB

- Pola BAB : pasien bab 1 kali sehari - Karakter feses : kuning kecoklatan - Riwayat perdarahan : tidak ada - BAB terakhir : 1 hari yang lalu - Diare : tidak ada diare

- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif

BAK

- Pola BAK : pasien bak bias 5 kali sehari - Karakter urine : kekuningan

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada masalah ketika bak

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada riwayat penyakit ginjal ataupun kandung kemih

(17)

ANALISA DATA

NO Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1.

2.

3.

DS:

pasien mengatakan sering batuk dan sesak nafas serta ada dahak di tenggorokannya dan susah dikeluarkan

DO:

pasien batuk dan suara nafas ronchi,

Adanya sekret kental ketika batuk, upaya batuk pasien buruk

rr = 36x\i

DS:

pasien mengatakan sesak ketika bernafas

DO:

suara nafas menghilang pada bagian superior, pasien mengalami dyspnea, nafas pendek,irama nafas irregular,menggunakan otot bantu pernafasan

DS:

pasien mengatakan tidak tahu tentang gejala penyakit tb paru

Tuberkulosis paru

Peningkatan frekuensi pernafasan

Adanya sekret pada jalan nafas

ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas

bersihan jalan nafas tidak efektif

obstruksi jalan nafas

produksi sekret mengental

tidak adekuatnya pertukaran udara inspirasi ataupun ekspirasi

pola nafas tidak efektif

Tidak adanya informasi spesifik mengenai penyakitnya

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pola nafas tidak efektif

Kurang pengetahuan

(18)

DO:

ketika ditanya tentang penyakitnya pasien mengatakan tidak tahu tentang gejala penyakit tb paru

kurangnya keinginan

untuk mencari informasi tentang penyakitnya

kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita

MASALAH KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 2. Pola nafas tidak efektif

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang kental, kelemahan upaya batuk ditandai dengan suara nafas ronchi, terdapat sputum saat pasien batuk

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan pasien sesak, RR 28 x/menit, nafas pendek dan dangk

(19)

Hari/

tanggal No.

Dx

Perencanaan Keperawatan

Senin/

17/6/13

1. Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

- batuk berkurang atau hilang.

- respirasi dalam batas normal

Rencana Tindakan Rasional

1. Auskultasi dada

untuk mengetahui

karakter bunyi nafas

dan adanya sekret

2. Bantu pasien dengan

menginstruksikan

nafas dalam dan

efektif serta batuk

dengan posisi duduk

tinggi

3. Observasi jumlah

dan karakter sputum

sekret serta

mengamati

Pernafasan bising seperti

ronchi dan mengi

menggambarkan

tertahannya sekret atau

obstruksi jalan nafas

Posisi duduk

memungkinkan ekspansi

paru maksimal dan

penekanan menguatkan

batuk untuk mobilisasi dan

membuang sekret

Peningkatan jumlah sekret

tak berwarna awalnya

normal dan harus menurun

(20)

perubahan sesuai

indikasi

4. Kolaborasi

pengunaan oksigen

humidifier. Berikan

cairan tambahan

melalui intravena

sesuai indikasi

5. Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

ventolin atau

analgesik sesuai

indikasi

penyembuhan. Adanya

sputum yang kental,

berdarah atau purulen

diduga sebagai masalah

sekunder yang

memerlukan pengobatan

Dengan memberikan

hidrasi maksimal

membantu menghilangkan

sekret untuk peningkatan

pengeluaran. Gangguan

masukan oral memerlukan

tambahan melalui

intravena untuk

mempertahankan hidrasi

Menhilangkan spasme

bronkus untuk

memperbaiki aliran udara.

Ventolin meningkatkan

produksi mukosa untuk

mengencerkan dan

menurunkan viskositas

sekret, memudahkan

pembuangan. Penghilang

ketidaknyamanan dada,

meningkatkan kerjasama

pada latihan pernafasan

dan meningkatkan

keefektifan terapi

(21)

Hari/

Tanggal

No.

Dx

Perencanaan keperawatan

Senin/

17/6/13

2. Tujuan dan kriteria hasil :

-bunyi nafas tambahan tidak ada

-tidak ada penggunaan otot bantu

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji frekuensi,

kedalaman pernafasan

2. Auskultasi bunyi

nafas dan catat adanya

bunyi nafas tambahan

3. Observasi pola batuk

dan karakter sekret

4. Berikan posisi

semifowler pada

pasien

Untuk mengetahui

frekuensi dan kedalaman

penafasan karena

kedalaman pernafasan

bervariasi tergantung

derajat gagal nafas

Perubahan bunyi nafas

menunjukkan obstruksi

sekunder

Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

kering atau iritatif,

penyempitan ruang paru

dan penimbunan cairan di

cavum pleura

menyebabkan produksi

sekret meningkat

Posisi semi fowler

membantu

memaksimalkan ekspansi

paru dan menurunkan

(22)

5. Kolaborasi terapi

pemberian oksigen

tambahan

6. Berikan humidikasi

tambahan

Memaksimalkan

pernafasan dan

menurunkan kerja nafas

Memberikan kelembaban

pada membran mukosa

Hari/

tanggal

No.

Dx

Perencanaan keperawatan

Senin/

17/6/13

3. Tujuan dan kriteria hasil :mengidentifikasikan keperluan

untuk penambahan informasi menurut penanganan yang

dianjurkan pada penyakit tuberculosis paru

Rencana Tindakan Rasional

1. bantu pasien dalam

memahami informasi yang

berhubungan dengan

proses timbulnya penyakit

secara khusus

2. Siapkan pasien untuk

melakukan keterampilan

psikomotor

3. Siapkan pasien untuk secara

benar megikuti diet yang

dianjurkan

4. Siapkan pasien untuk

memahami dan menyiapkan

Memberikan

informasi kepada

pasien tentang

penyakit yang

dideritanya

Pasien dapat

melakukan sesuai

informasi yang

diberikan

Menjaga pola makan

pasien sesuai

kebutuhan tubuh

Pasien mengetahui

(23)

pasien secara mental

terhadap prosedur atau

penanganan yang

dianjurkan

terhadap penyakitnya

agar pasien mampu

mengontrol

(24)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Mengkaji keadaan umum

klien

Mengukur vital sign.

Mengauskultasi dada untuk

mengetahui karakter bunyi

nafas dan adanya sekret.

Mengajarkan pasien teknik

nafas dalam.

Mengajarkan pasien batuk

efektif.

Berkolaborasi pemberian

oksigen 5 liter dengan

kanul.

Kolaborasi pemberian

ventolin 3 ml dengan

nebulizer

Mengobservasi pola batuk

dan karakter sekret

Evaluasi kekuatan

membuang sekret setelah

pemberian ventolin 3 ml

dengan nebulizer

S : klien mengeluh sesak

nafas dan sakit ketika

batuk serta mengatakan

bahwa ada dahak

ditenggorokannya dan

sulit dikeluarkan.

O : TD : 130/90 mmHg

HR : 96 x/i

RR : 28 x/i

T : 36,7°C

Terdapat sputum dengan

karakter kental dan tidak

berbau

A : masalah bersihan jalan

nafas pasien teratasi

sebagian

P : intervensi

berkolaborasi pemberian

oksigen dilanjutkan

S : Pasien mengatakan ada

dahak yang sulit

dikeluarkan

ditenggorokannya

O : pasien mengatakan

belum dapat

(25)

Selasa/

18-6-2013 3

1

Tanyakan kepada pasien

mengenai pengetahuan

pasien terhadap penyakit

yang dideritanya

Mengajarkan pasien teknik

nafas dalam dan pola batuk

efektif

batuk efektif dengan baik

A : masalah teknik batuk

efektif belum teratasi

P : intervensi

mengajarkan teknik batuk

efektif dilanjutkan

S : pasien mengatakan

tidak terlalu tahu tentang

gejala awal penyakitnya

O : pasien masih belum

mengetahui tentang

gejala awal penderita

penyakit tuberkulosis

paru

A : masalah tentang

pengetahuan gejala awal

penyakit yang diderita

masih belum teratasi

P : intervensinya tetap

dilanjutkan

S : pasien mengatakan

masih

O : RR 28 x/menit

irregular, sesak (+), suara

nafas ronchi, penggunaan

otot bantu nafas (+),

tidak ada tanda sianosis

A : masalah teknik nafas

dalam dan pola batuk

(26)

2

3

Memberikan posisi

semifowler kepada pasien

Memberikan informasi

kepada pasien tentang gejala

awal penyakit tb paru

sebagian

P : mengkaji pola nafas

pasien dilanjutkan

S : pasien mengatakan

sesaknya berkurang bila

dalam keadaan posisi

semifowler

O : sesak berkurang ketika

posisi semifowler, tidak

ada tanda sianosis

A : masalah pemberian

posisi nyaman pasien

teratasi sebagian

P : intervensi pemberian

posisi nyaman pasien

dilanjutkan

S : pasien mengatakan

mulai mengerti tentang

gejala awal penderita

penyakit tuberkulosis paru

O : pasien mulai mengerti

tentang gejala awal

penyakit tuberkulosis paru

A : masalah kurang

pengetahuan pasien

terhadap gejala awal

penyakit tuberkulosis paru

teratasi sebagian

P : intervensi memberikan

(27)

Rabu/19-6-2013

1

2

3

Mengajarkan pasien teknik

nafas dalam pola batuk

efektif

Berkolaborasi pemberian

terapi oksigen 5 liter

permenit dengan nasal kanul

Mengkaji frekuensi

kedalaman pernafasan dan

ekspansi dada

Mengobservasi pola batuk

dan karakter sekret

Memberikan posisi

semifowler pada pasien

Mengkaji tanda vital pasien

secara berkala

Memberikan informasi

kepada pasien tentang gejala

penyakit masih

dilanjutkan

S : Pasien mengatakan

sesaknya berkurang serta

O : RR 26 x/menit, HR 92

x/menit

A : masalah keefektifan

jalan nafas belum teratasi

P : intervensi mengkaji

frekuensi nafas, tanda

vital secara berkala

dilanjutkan

S : pasien mengatakan

sesaknya berkurang

ketika posisi semifowler

O : sputum (+), nafas

pendek, sputum kental,

pasien dalam keadaan

semifowler, suara nafas

ronchi.

A : masalah pemberian

posisi nyaman teratasi

sebagian, masalah

pemenuhan kebutuhan

oksigen teratasi sebagian,

P : intervensi pemberian

posisi nyaman tetap

dilanjutkan

S : pasien mulai

(28)

Kamis/20-6-2013

1

2

awal penyakit tb paru serta

menganjurkan melakukan

pengobatan berkala selama

6 bulan pertama

Mengevaluasi pasien untuk

mempraktekkan teknik

nafas dalam dan batuk

efektif

Mengevaluasi pasien untuk

penyakit yang diderita

O : ketika

berbincang-bincang dengan pasien,

pasien mampu

menyebutkan gejala awal

penyakit tuberkulosis

A : masalah mengenai

pemberian informasi

gejala awal penyakit

teratasi

P : intervensi pemberian

informasi mengenai

gejala awal penyakit

dihentikan dan

dilanjutkan dengan

pemberian informasi

mengenai terapi

pengobatan

S : pasien mengatakan

tidak sesak lagi namaun

masih ada dahak di

tenggorokan

O : pasien mampu

melakukan teknik nafas

dalam dan batuk efektif

A : masalah teratasi

sebagian

P : intervensi tetap

dilanjutkan

(29)

Jum’at/21-6-2013

3

1

mempraktekkan cara

menerapkan teknik posisi

nyaman untuk mengatasi

sesak nafas

Pemberian informasi kepada

pasien tentang terapi dan

pengobatan berkala selama

6 bulan rutin

Mengobservasi serta

berbincang-bincang dengan

pasien mengenai

keadaannya

sesak nafasnya hilang

ketika posisi semifowler

O : pasien mampu

mempraktekkan cara

posisi semifowler

A : masalah teratasi

sebagian

P : intervensi tetap

dilanjutkan

S : pasien belum

mengetahui tentang

pengobatan rutin untuk

penderita tuberkulosis

paru

O : ketika

berbincang-bincang dengan pasien,

beliau belum mengetahui

terapi tuberkulosis rutin 6

bulan

A : masalah teratasi

sebagian

P : intervensi tetap

dilanjutkan

S : pasien mengatakan

sudah berkurang sesak

nafasnya

O : keadaan pasien telihat

nyaman dengan

kondisinya setelah

(30)

2

3

Mengobservasi keadaan

umum klien tentang manfaat

posisi semifowler

Pemberian informasi kepada

pasien tentang terapi dan

pengobatan berkala selama

6 bulan rutin

A : masalah teknik nafas

dalam dan pola batuk

efektif teratasi

P : intervensi dihentikan

S : klien mengatakan

dahak ditenggorokannya

mulai berkurang

O : ketika batuk, volume

dahak yang dikeluarkan

terlihat cair dan sedikit

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

S : klien mulai mengerti

dengan informasi yang

diberikan

O : ketika berbincang,

klien mampu

menyebutkan tentang

terpinya harus rutin 6

bulan

A : masalah teratasi

sepenuhnya

Referensi

Dokumen terkait

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada pada konsep dasar oksigenasi, penulis menemukan diagnose yang sama yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, selain itu penulis

Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi; Bersihan Jalan Nafas.. di

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Bersihan jalan nafas klien sudah mulai efektif ditandai dengan sesak yang dirasakan klien semakin hari semakin berkurang, dan bunyi whezing sudah tidak terdengar lagi,

gangguan sistem pernafasan karena masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi

Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.. Menganjurkan klien untuk posisi

Dalam teori Doenges (2007) ada 11 diagnosa keperawatan pada kasus TBC yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk