• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

di RSUP H. Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Aler Richardo Sitorus

102500058

Program Studi DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat, hikmat dan marifatNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Tn. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP H.

Adam Malik Medan”. Karya Tulis Ilmiah disusun sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di Program

Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU)

Medan.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

2. Ibu Erniyati S. Kep, Ns., MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

3. Ibu Nur Afi Darti S. Kep, Ns., M. Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4. Ibu Yesi Ariani S. Kep. Ns., M. Kep, selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Yang terhormat kepada kedua orangtua, adik tercinta, keluarga besar yang

(4)

dengan penuh kasih saying sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera (USU)

Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2010 yang telah

berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Dengan demikian, penulis

mengaharapkan kritik dan saran dari semua guna kesempatan karya tulis ilmiah

ini.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... 1

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 3

B. Tujuan ... 5

C. Manfaat ... 6

BAB II Pengelolaan Kasus A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah kebutuhan Dasar 1. Pengkajian ... 7

2. Analisa Data ... 14

3. Rumusan Masalah ... 15

4. Perencanaan ... 15

Pengkajian Pasien ... 20

Analisa Data ... 37

Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan ... 39

Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 40

Pelaksanaan Keperawatan ... 47

Pembahasan ... 52

(6)

Saran ... 59

Daftar Pustaka ... 60

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor paru merupakan salah satu penyakit paru yang memerlukan

penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Tumor paru juga merupakan

penyebab kematian utama akibat tumor pada pria dan wanita. Menurut data WHO

(World Health Organitation) tahun 2000 diseluruh dunia terdata 1,2 juta penderita

tumor paru, atau 12,3% dari seluruh tumor ganas, meninggal dunia 1,2 juta atau

17,8 dari mortalitas total tumor.

Permasalahan yang lebih serius adalah di semua negara pemakai tembakau,

kasus baru tumor paru terus meningkat menjadi penyakit umum yang semakin

serius mengancam jiwa dan kesehatan penduduk. Selama 50 tahun terakhir

terdapat suatu peningkatan insiden paru-paru yang mengejutkan. America Cancer

Society memperkirakan bahwa terapat 1,5 juta kasus baru prevalensi tumor paru

di negara maju sangat tinggi. Di Amerika dilaporkan terdapat 173.000

kasus/tahun, di Inggris 40.000/tahun, prevelensi tumor paru menurut diagnosis

tenaga kesehatan di provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, prevelansi tertinggi di

Kabupaten Magelang 1,6%, Cilacap 1,5%, dan masih banyak data prevelensi di

berbagai kota di Indonesia. (Riskedas, 2007)

Gejala yang khas pada tumor kanker adalah batuk, hemoptisis (batuk

bercampur darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernafasan lebih dari 26

kali permenit, demam dan gejala non spesifik. Untuk menentukan diagnosa dapat

melalui beberapa cara pemeriksaan yaitu: sinar x, pemeriksaa CT scan,

pemeriksaan MRI, pemeriksaan PET/CT, pemeriksaan sitologi. (Wiliam, 2008)

Bukti-bukti menunjukkan bahwa tumor cenderung untuk timbul di tempat

pada jaringan parut sebelumnya (tuberkolosis, fibrosi). Kebanyakan pada tumor

paru dapat mengakibatkan adanya obstruksi dan penumpukan cairan pada stadium

lanjut. Maka hal ini dapat mempengaruhi proses pernafasan terapi oksigen yang

(8)

lapang paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang

mengalami gagal jantung dan membutuhkan oksigen untuk menghindari

terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernafasan salah satunya adalah gangguan

pola nafas yang mengacu pada frekuensi, volume, irama dan usaha pernafasan.

Perubahan pola nafas yang umum terjadi adalah takipnea, hiperventilasi, dispnea,

orthopnea, apnea. (Mubarak, 2008)

Kondisi yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa pasien mengalami

dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan dan hiperventilasi yang harus diberi

pertolongan segera, disesuaikan dengan teori yang ada. Dengan alasan itu maka

penulis mengangkat kasus dengan gangguan kebutuhan oksigenasi pada pasien

tumor paru untuk lebih mendalami dan mengupas masalah kebutuhan oksigenasi

(9)

B. Tujuan

Tujuan Umum

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan

dasar oksigenasi pada Tn. S dengan diagnosa medis Tumor Paru di ruang RA3,

kamar III2 di RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan asuhan keperawatan.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pemehuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn. S di

ruang RA3, kamar III2 RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan tumor paru dengan proses pemenuhan

kebutuhan dasar oksigenasi sesuai asuhan keperawatan.

3. Dapat menetapkan perencanaan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar

oksigenasi pada pasien tumor paru.

4. Memperoleh pengalaman langsung dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien tumor

(10)

C. Manfaat

1. Institusi

Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi

mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk

mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pasien

dengan tumor paru.

3. Pasien dan keluarga

Memperolah pengetahuan tentang tumor paru serta meningkatkan

kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai

acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga yang

mengalami tumor paru.

4. Bagi penulis

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien tumor paru serta mengaplikasikan ilmu

(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengann Masalah kebutuhan Dasar

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang pertama yang

diterakan oleh Maslow. Oksigenasi diperlukan guna kelangsungan metabolisme

sel-sel dalam tubuh dalam upaya mempertahankan eksistensinya. Apabila tubuh

kekurangan oksigen dalam jangka waktu tertentu akan berdampak pada kerusakan

otak, organ vital lainnya bahkan sampai menuju pada kematian.

Dalam proses oksigenasi tentunya memerlukan organ-organ pernafasan

yang baik dan sehat guna mendapatkan pola nafas yang baik. Terjadinya masalah

pada organ pernafasan tentu akan membuat ketidakadekutan kadar oksigen yang

diperlukan dalam tubuh. Jika hal ini terjadi berbagai upaya pun dilakukan agar

pemenuhan oksigenasi tetap tercukupi. Untuk itu dalam konsep ini perawat perlu

memahaminya secara mendalam.

1. Pengkajian

Pengkajian fisik yang akurat terhadap toraks dan paru-paru membutuhkan

pembahasan fungsi ventilasi dan respirasi dari paru-paru. Jika paru-paru terserang

penyakit, sistem tubuh lainnya akan menunjukkan adanya perubahan. Sebagai

contoh, penurunan oksigenasi dapat menyebabkan perubahan pada kewaspadaan

mental karena sensitivitas otak terhadap penurunan kadar oksigen. Perawat yang

waspada menggunakan data dari semua sistem tubuh untuk menentukan sifat

perubahan pulmoner.

Sebelum mengkaji thoraks dan paru-paru perawat harus mengetahui garis

batas dada. Garis batas ini membantu perawat melokalisasi temuan dan

menggunakan keterampilan pengkajian dengan benar. Sebagai contoh, dengan

mengetahui posisi organ dibawahnya dalam kaitannya dengan garis batas dada

tersebut, perawat dapat mengantisipasi dimana ia harus memperkusi atau

mengauskultasi dinding dada. Puting pasien, sudut Louis, takik suprastenal, sudut

(12)

serangkaian garis imajinas untuk identifikasi tanda. Paru-paru dan thoraks dikaji

secara posterior, lateral anterior, dengan perawatan menggunakan garis batas

untuk mencatat hasil yang ditemukan.

Selama pengkajian perawat harus mengingat gambaran tentang lokasi

lobus paru dan posisi setiap rusak. Mencari lokasi setiap tulang rusuk merupakan

hal yang penting dalam memvisualisasikan lobus paru yang sedang dikaji. Untuk

memulainya perawat mencari sudut Loius dipertemuan manubriosternal. Sudut

tersebut merupakan angulasi sternum yang dilihat dan dipalpasi dan titik dimana

tulang iga kedua bersambungan dengan sternum. Perawat menghitung jumlah iga

dan ruang interkostal dari titik ini. Jumlah setiap ruang interkostal berkaitan

dengan iga yang berada di atasnya. Prosesus spinosus dari vertebra thoraks ketiga

dan iga keempat, kelima dan keenam membantu melokalisasi lobus paru dari

samping. Lobus bawah terprojeksi secara lateral dan anterior. Ujung posterior atau

tepi dalam scapula terdapat kira-kira setinggi tulang iga ketujuh. Setelah

mengidentifikasi iga ketujuh pemeriksa dapat menghitung ke atas untuk mencari

vertebra thoraks ketiga dan mensejajarkan dengan tepi dalam scapula untuk

melokalisasi lobus posterior.

Pemeriksaan paru dan thoraks mengharuskan pasien membuka pakaian

sampai ke pinggang. Pencahayaan yang baik merupakan hal yang sangat penting.

Perawat harus mengkaji pasien yang beresiko mengalami masalah pulmoner,

seperti pasien tirah baring atau nyeri dada yang tidak dapat mengekpansikan

parunya secara penuh. Pemeriksaan dimulai dengan pasien duduk untuk

pengkajian dada posterior dan lateral. Untuk pengkajian dada anterior pasien

duduk atau berbaring.

Perawat terlebih dahulu menginspeksi bentuk dan kesimetrisan dada

pasien dari belakang dan depan. Catat diameter anteroposteriornya. Bentuk atau

postur dapat mengubah gerakan ventilasi secara signifikan. Normalnya kontur

dada simetris dengan diameter anteroposteriornya 1/3 sampai ½ diameter

transversal atau dari samping ke samping. Penuaan dan penyakit kronik dicirikan

dengan dengan dada bentuk tong (diameter anterposterior sama dengan diameter

(13)

disebabkan oleh perubahan congenital atau postural. Pasien dapat memperoleh

postur tersebut dengan bersandar ke meja atau membelat sisi dada akibat adanya

masalah pernafasan. Membelat atau memegang sisi dada terjadi akibat adanya

nyeri lokal yang menyebabkan pasien harus membungkuk ke arah sisi yang sakit.

Postur sepert ini menggangu gerakan ventilasi.

Sambil berdiri diposisi garis tengah di belakang pasien, perawat mencatat

adanya deformitas , posisi spinal, landaian iga, retraksi ruang interkostal selama

inspirasi dan penonjolan ruang interkostal selama ekspirasi. Scapula normalnya

simetris dan terikat erat dengan dinding thoraks. Spinal normal lurus tanpa adanya

deviasi lateral. Secara posterior, iga cenderung melandai melintang atau ke bawah.

Normalnya tidak ditemukan adanya penonjolan atau gerakan aktif di dalam ruang

interkostal selama bernafas. Penonjolan mengidentifikasi bahwa pasien

menggunakan upaya yang besar untuk bernafas.

Perawat dapat juga menginspeksi thoraks posterior untuk menentukan

kecepatan dan irama pernafasan. Thoraks diobservasi secara keseluruhan. Seluruh

thoraks normalnya berekspansi dan rileks secara teratur dengan gerakan yang

seimbang. Pada orang dewasa sehat frekuensi pernafasan normal bervariasi dari

12 smpai 20 kali pernafasan per menit.

Palpasi thoraks posterior mengkaji lebih jauh karakteristik dan

mengkonfirmasi atau menambah hasil pengkajian. Otot dan rangka thoraks

dipalpasi untuk adanya benjolan, massa, pulsasi dan gerakan yang tidak wajar.

Jika terdapat nyeri atau nyeri tekan, perawat tidsak boleh melakukan palpasi

dalam. Fragmen iga yang patah dapat tergesar kearah organ vital. Normalnya

dinding dada tidak nyeri tekan. Jika terdapat kecurigaan adanya massa atau

terdektesi adanya pembengkakan, lakukan palpasi ringan untuk menentukan

ukuran, bentuk dan kualitas khusus dari lesi. Untuk mengukur ekskursi dada atau

kedalaman pernafasan, perawat berdiri di belakang pasien dan menempatkan ibu

jari di sepanjang prosesus spinalis pada iga kesepuluh, dengan telapak tangan

sedikit menyentuh permukaan posterolateral. Ibu jari perawat harus berjarak 5 cm

mengarah ke spinal dan jari jari lainnya mengarah ke samping. Tangan men garah

(14)

menggeserkan tangannya di atas kulit. Perawat menginstruksikan pasien untuk

menarik nafas dalam setelah ekshalasi. Perawat mencatat gerakan ibu jari.

Ekskursi dada harus simetrik, memisahkan kedua ibu jari 3 samapi 5 cm.

penurunan ekskursi dada dapat disebabkan oleh nyeri, deformitas postural atau

keletihan. Pada lansia, gerakan dada menurun karena klasifikasi kartilago kostal

dan atrofi otot-otot pernafsan. Ketika berbicara suara yang ditimbulkan oleh korda

vocal ditransmisikan melalui paru ke dinding dada. Gelombang suara

menciptakan getaran yang dapat dipalpasi secara eksternal. Vibrasi ini disebut

fremitus vocal atau taktil. Akumulasi mucus, kolaps jaringan paru atau tanda

adanya lesi paru dapat menghambat vibrasi tersebut mencapai dinding dada.

Untuk mempalpasi adanya fremitus taktil, perawat meletakkan bola atau

telapak tangan bawah di atas ruang interkostal simetrik, dimulai pada aspek paru.

Sentuhan ringan yang tegas merupakan yang terbaik. Perawat meminta pasien

untuk mengulangi kata-kata sembilan-sembilan atau satu-satu-satu. Normalnya

terdapat vibrasi redup pada saat pasien berbicara. Bandingkan kedua sisi thoraks,

bergerak dari atas kebawah. Gunakan hanya satu tangan untuk memastikan

keakuratan. Jika fremitus redup mungkin pasien harus berbicara lebih keras

dengan nada suara yang lebih rendah. Fremitus simetris merupakan hal yang

normal. Vibrasi paling kuat teras dibagian atas di dekat bifurkasi trakea.

Perkusi dinding dada merupakan teknik pengkajian yang sulit dilakukan

untuk menentukan apakah jaringan paru dibawahnya terisi udara, cairan atau

padat. Perkusi hanya mencapai 5 sampai 7 cm ke dalam dinding dada dan oleh

karena itu tidak dapat mendeteksi adanya lesi dalam. Pasien melipat lengan ke

depan dada dan kepala membungkuk ke depan. Posisi ini memisahkan scapula

lebih jauh lagi untuk memajankan lebih banyak bagian paru untuk pengkajian.

Dengan teknik tidak langsung, perawat memperkusi interkostal di atas area

simetris dari paru.

Auskultasi mengkaji gerakan udara melewati pohon trakeobronkial dan

mendeteksi mucus atau jalan nafas yang terobstruksi. Normalnya udara mengalir

(15)

bunyi yang diciptakan oleh aliran udara abnormal memungkinkan perawat

mendeteksi bunyi-bunyi yang disebabkan oleh obstruksi.

Pada orang dewasa, diafragma stetoskop ditempatkan pada kulit, di atas

dinding dada posterior antara iga. Pasien duduk tegak bila mungkin dan melipat

lengan di depan dada dan kepala tetap menunduk ke depan sambil menarik nafas

dalam secara perlahan dengan mulut sedikit terbuka. Perawat mendengar seluruh

seluruh inspirasi dan ekspirasi pada setiap posisi dengan stetoskop. Jika bunyi

terdengar redup, seperti pada pasien obesitas, pasien harus menarik nafas lebih

lebih kuat.

Pola sistematik harus digunakan pada saat membandingkan sisi kanan dan

kiri. Peserta didik yang tidak berpengalaman mencoba mengauskultasi seluruh sisi

kiri dan kemudian ke sisi kanan. Hal tersebut tidak benar. Pemeriksa

membandingkan bunyi paru pada satu region di satu sisi tubuh dengan bunyi di

regioa yang sama di sisi yang berlawanan. Tidak mungkin perawat dapat

mengingat semua kualitas bunyi yang terdengar di satu sisi dan kemudian

membandingkannya dengan sisi yang lain.

Perawat mengauskulatsi bunyi nafas normal dan abnormal atau bunyi

tambahan. Bunyi nafas normal berbeda dalam karakter, bergantung pada area

yang diaskultasi. Bunyi normalnya terdengar pada thoraks posterior termasuk

bunyi bronkovesikuker dan vesikuler.

Bunyi abnormal terjadi akibat udara melewati jalan nafas yang lembap,

bermukus atau menyempit, akibat alveoli yang tiba-tiba berinflasi atau tambahan

sering terjadi tumpang tindih dengan bunyi normal. Empat jenis bunyi tambahan

mencakup krekels (sebelumnya disebut rales), ronki, mengi dan gesekan pleura.

Setiap bunyi disebabkan oleh sesuatu yang spesifik dan dicirikan dengan

gambaran auditori yang khas. Lokasi dan karakterisitik bunyi harus dicatat begitu

juga tidak adanya bunyi nafas.

Jika perawat mengkaji abnormalitas fremitus taktil, perkusi atau

auskultasi, tes lain dapat dilakukan untuk bunyi suara yang diucapkan dan

(16)

digunakan untuk mengkaji bunyi nafas, pasien mengucapkan sembilan-sembilan

atau iii dengan nada suara normal. Normalnya bunyi tersebut tidak jelas. Jika

cairan mengkompresi paru, vibrasi suara pasien ditransmisikan ke dinding dada

dan bunyi tersebut menjadi jernih (bronkofi). Perawat kemudian meminta pasien

untuk membisikkan sembilan-sembila. Suara bisikkan biasanya redup dan tidak

jelas. Abnormalitas paru tertentu dapat menyebabkan bunyi bisikan tersebut

menjadi jernih dan jelas.

Selama pemeriksaan dada lateral pasien dalam posisi duduk. Biasanya

perawat memperluas pengkajian thoraks posterior sampai ke sisi dada lateral.

Pasien diminta untuk mengangkat lengan, yang memperbaiki akses ke struktur

thorask lateral. Perawat menggunakan keempat keterampilan pengkajian untuk

memeriksa thoraks lateral secara metodik. Ekskursi tidak dapat dikaji secara

lateral. Normalnya, hasil perkusi adalah resonan, dengan bunyi nafas vesikuler.

Thoraks anterior diinspeksikan untuk gambaran yang sama dengan thoraks

posterior. Pasien duduk atau berbaring dengan kepala ditinggkan. Perawat

mengobservasikan otot-otot pernafasan aksesoris: sternokleidomastoideus,

trapezius dan otot abdomen. Otot aksesoris bergerak sedikit dengan pernafasan

pasif normal. Perawat mengobservsi lebar sudut kostal. Biasanya lebih dari 90

derajat antara tepi dua iga. Perawat mengobservasi pola nafas. Pernafasan pria

biasnaya difragmatik, sedangkan wanita lebih ke pernafsan kostal. Pengkajian

yang akurat terjadi pada saat pasien bernafas secara pasif.

Pemeriksaan mempalpasi otot dan rangkan thoraks anterios untuk adanya

benjolan, massa, nyeri tekan atau gerakan yang tidak wajar. Sternum dan sifoid

relatif tidak fleksibel. Untuk mengukut ekskursi dada secara anterior, perawat

menempatkan tangan di atas ronggaiga lateral, dengan ibu jari berjarak kira-kira

2,5 cm dan membentuk sudut sepanjang tepi kostal. Ibu jari di dorang ke arah

garis tengah untuk membentuk lipatan kulit di antara ibu jari. Pada saat pasien

menarik nafas dalam, ibu jari normalnya akan terpisah dengan jarak kira-kira 2,5

(17)

Fremitus taktil dikaji diatas dinding dada. Temuan anterior berbeda

dengan temuan posterior karena adanya jantung dan jaringan payudara wanita.

Fremitus paling baik dirasakan di samping sternum pada rongga interkostal kedua,

setinggi bifurkasi bronkial. Berkurang di atas jantung, thoraks bawah dan jaringan

payudara wanita. Perawat tidak akan merasakan vibrasi di jaringan payudara dan

oleh karena itu harus meretraksikan payudara secara perlahan selama palpasi. Jika

payudara besar, bagian pemeriksaan ini harus dihilangkan.

Perkusi thoraks posterior dilakukan dengan sistem yang sistematik.

Perawat harus membayangkan lokasi semua organ internal yang dapat dijangkau

secara anterior untuk pemeriksaan. Hari, jantung dan lambung yang berada di

bawahnya menciptakan perkusi yang secara khas berbeda dengan yang terdapat di

paru-paru. Perkusi dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur atau duduk. Namun

prosedur ini lebih mudah dilakukan jika pasien berbaring. Perawat memulai

pemeriksaan dari atas klavikula dan bergerak ke samping dan kemudian ke

bawah. Payudara wanita digeser seperlunya. Paru normal menghasilkan bunyi

resonan. Pada saat pemeriksa melanjutkan pengkajian ke arah bawah, area pekak

jantung dan hati serta timpanik gelombang udara pada lambung akan dapat

terdeteksi.

Auskultasi thoraks anterior juga mengikuti pola yang sama dengan

perkusi. Jika memungkinkan, pasien harus duduk untuk memaksimalkan ekspansi

dada. Perhatian khusus harus diberikan pada lobus bawah., tempat biasanya

sekresi mukus berkumpul. Bunyi bronkovesikuler dan vesikuler terdenganr di atas

dan di bawah klavikula dan sepanjang perifer paru. Bunyi nafas normal tambahan,

bunyi bronkial, dapat didengar di atas trakea. Suara tersebut keras, bernada tinggi

dan menggema dengan ekspirasi berakhir lebih lama daripada inspirasi.

Selama pengkajian yang harus diingat perawat adalah fase wawancara

kepada pasien. Dalam fase ini perawat diharuskan untuk mengkaji riwayat

penggunaan tembakau atau mariyuana, termasuk jenis tembakaunya, durasi dan

jumlah pemakaiannya (bungkus per tahun=jumlah tahun merokok x jumlah rokok

(18)

Tanyakan pada pasien apakah pasien menderita batuk persisten (produktif

dan non produktif), produksi sputum, nyeri dada, sesak nafas ,ortopnea, dispnea

ketika pernafasan, toleransi buruk terhadap aktifitas dan serangan kambuhan

pneumonia atau bronkitis. Apakah pasien bekerja di lingkungan polutan,

radiasi?tanyakan juga kepada pasien apakah pasien punya riwayat alergi terhadap

bulu binatang atau penyakit bawaan atau alergi terhadap iritatif lainnya.

2. Analisa Data

Data subjektif :

Data subjektif yang biasa ditemukan untuk pasien dengan gangguan sistem

respirasi antara lain adalah penurunan berat badan, sesak nafas, dada terasa berat,

nyeri dengan skala relatif, batuk kering atau batuk berdahak, batuk berdarah,

riwayat penggunaan tembakau dan olahannya, riwayat kerja di lingkungan

polutan, riwayat alergi terhadap alergen, riwayat penyakit keturunan. Mual dan

muntah bisa ditemukan untuk pasien yang mengalami terapi tertentu.

Data objektif :

Sedangkan data objektif yang sering kita dapatkan setelah observasi pasien

dengan masalah respirasi antara lain adalah ditemukannya perubahan RR

(Respirasi Rate). Peningkatan ataupun penurunan RR dipengaruhi oleh keadaan

seperti sesak, nyeri atau gangguan pola nafas (dispnea, apnea dll), aftifitas fisik.

Perubahan HR yang dipengaruhi oleh srikulasi dalam tubuh, nyeri ataupun

gangguan pola nafas. Sianosis, keadaan umum lemah, perubahan suara nafas

menjadi suara nafas abnormal, takikardi, bradikardi, perubahan bunyi auskultasi,

batuk kering atau berdahak, batu berdarah, ekpasnsi paru tidak maksimal,

peningkatan fremitus taktil, demam, penurunan berat badan, edema, cemas, takut

(19)

3. Rumusan Masalah

a) Gangguan pertukaran gas.

b) Ketidakefetifan pola nafas.

c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

d) Gangguan perfusi jaringan.

4. Perencanaan

a) Gangguan pertukaran gas

Berhubungan dengan :

− Perubahan membran kapiler-alveolar

− Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Tujuan :

− Gangguan pertukaran gas akan berkurang

− Status pernapasan : pertukarran gas tidak akan terganggu

− Status pernapasan : ventilasi tidak akan terganggu

Kriteria hasil :

− Fungsi paru dalam batas normal

− Ekspansi paru yang simetris

− Tidak menggunakan otot aseksoris untuk bernapas.

Intervensi dan rasional :

− Manajemen asam-basa

Rasional : meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah

komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa.

− Manajemen jalan napas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas

(20)

Rasional : meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah

komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau

diluar harapan.

− Terapi oksigen

Rasional : memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya

− Bantuan ventilasi

Rasional : meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal

dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di

paru.

− Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan dan

suhu tubuh untuk mentetukan dan mencegah komplikasi.

b) Ketidakefektifan pola napas

Berhubungan dengan : − Ansietas

− Posisi tubuh

− Deformitas tulang

− Deformitas dinding dada

− Penurunan energy dan kelelahan

− Hiperventilasi

− Kelelahan otot-otot pernapasan

Tujuan :

− Menunjukkan pola pernapasan efektif

− Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu

− Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan

Kriteria hasil:

− Pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis

− Kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal

(21)

Intervensi dan Rasional :

− Manajemen jalan napas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas

− Pengisapan jalan napas

Rasional : mengeluarkan sekret jalan napas dengan cara masukkan

kateter penghisap ke dalam jalan napas oral atau trakea pasien.

− Bersihkan jalan napas buatan

Rasional : memelihara selang endotrakea dan selang trakeostomi

untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan

penggunaannya

− Pantau pernapasan

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk

memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang

adekuat

− Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular,

pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan

mencegah komplikasi.

c) Ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Berhubungan dengan :

− Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif

− Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus

berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan

napas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.

− Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronkial, PPOK, infeksi, asma, trauma jalan napas.

Tujuan :

− Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif.

− Menunjukkan status pernapasan : kepatenan jalan napas

(22)

− Tidak mengalami aspirasi

− Mengeluarkan secret secara efektif

− Mempunyai jalan napas yang paten

− Irama dan frekuensi pernapasan dalam batas normal

− Suara napas jernih

Intervensi dan rasional :

− Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.

Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya

sekreat / obstruksi jalan napas

− Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret

Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna (bercak

darah) atau air umumnya normal dan harus menurun sesuai

kemajuan penyembuhan.

− Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Beri cairan tambahan

melalui IV sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran

secret untuk membantu pengeluarannya.

− Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.

Rasional : hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret

hilang/peningkatan pengeluaran.

− Lakukan penghisapan jalan napas (suction)

Rasional : untuk mengeluarkan secret yang tertahan dari jalan

napas.

− Pantau pernapasan pasien.

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan

kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat.

d) Gangguan perfusi jaringan

Berhubungan dengan : − Vasokonstriksi

(23)

− Menurunnya aliran darah

− Edema

− Pendarahan

Tujuan :

− Memperbaiki perfusi jaringan.

− Suara pernapasan dalam keadaan normal

Intervensi dan rasional :

− Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan

Rasional : mengetahui sejauh mana keadaan umum pasien

− Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan Rasional : meningkatkan perfusi jaringan

− Pertahankan asupan dan pengeluaran

Rasional : mengetahui keseimbangan intake dan output cairan

− Monitor denyut dan irama jantung

Rasional : mengetahui komplikasi dan kelainan yang ada.

− Hindari terjdinya valsava maneuver seperti mengedan, menahan napas, dan batuk

(24)

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S. P.

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 63 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Bangau No. 115 Lingkungan XI Kel. Lesta

Tanggal Masuk RS : 10 Juni 2013

No. Register : 00.56.22.96

Ruangan : III.2 Rindu A 3

Golongan Darah : O Resus + (positif)

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013

Tanggal Operasi : -

(25)

II. KELUHAN UTAMA :

Pasien mengalami sesak nafas sejak kurang lebih 2 bulan terakhir ini dan

mulai memberat dalam 1 minggu terakhir ini. Sesak nafas berhubungan

dengan aktifitas dan tidak berhubungan dengan cuaca. Pasien juga mengalami

nyeri skala 2 di bagian dada kanan atas sejak 2 bulan terakhir dan memberat

dalam 1 minggu belakangan.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya :

Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya sekarang ini

akibat sedari umur 16 tahun pasien mengkonsumsi 3 bungkus rokok

per harinya.

2. Hal yang memperbaiki keadaan :

Sesak nafas pasien dapat berkurang jika pasien tidak beraktifitas berat

seperti bekerja, istirahat cukup dan ketika tidak merokok.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien merasakan nyeri dibagian dada kanan atas dengan skala nyeri 2

dan bertambah parah dengan aktifitas fisik berat seperti bekerja dan

jika batuk kuat.

2. Bagaimana dilihat

(26)

C. Region

1. Dimana lokasinya

Nyeri dirasakan di dada bagian kanan atas.

2. Apakah menyebar

Tidak.

D. Severity

Iya, akibat penyakit yang diderita pasien, sebagian besar aktifitas

pasien menjadi tergangggu.

E. Time

Nyeri dan sesak mulai dirasakan pasien sejak kurang lebih 2 bulan yang

lalu dan mulai memburuk pada 1 minggu belakangan ini. Nyeri dan sesak

semakin parah jika pasien beraktifitas fisik berat.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Riwayat batuk darah (-), riwayat kanker (-), riwayat kecelakaan parah (-).

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

-

C. Pernah dirawat/dioperasi

Tidak pernah

D. Lama dirawat

-

E. Alergi

(27)

F. Imunisasi

Pasien tidak ingat betul akan status imunisasinya, pasien hanya mengingat

pernah mendapat imunisasi campak dan polio saat masih kecil.

V. RIWATAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua pasien sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

Riwayat tumor/kanker (-), riwayat kecelakaan (-).

B. Saudara kandung

Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara. Riwayat kanker/tumor (-), riwayat

kecelakaan parah (-).

C. Penyakit keturunann yang ada

Pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.

D. Anggota keluarga yang meninggal

Orang tua pasien.

E. Penyebab meninggal

Karena sudah tua, penyakit tidak jelas.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengetahui tentang penyakit yang dialaminya. Informasi ini

didapatnya dari dokter dan perawat di rumah sakit. Pasien menganggap

bahwa penyakitnya ini sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Oleh sebab

(28)

B. Konsep Diri

1. Gambaran diri : Pasien dapat menerima gambaran dirinya.

2. Ideal diri :

3. Harga diri : Tidak ada gangguan harga diri yang berat.

4. Peran diri : Peran pasien sebagai ayah dan suami berubah

akibat proses penyakitnya

5. Identitas : Pasien adalah seorang wiraswasta, seorang ayah,

suami dan kepala keluarga.

C. Keadaan emosi

Keadaan emosi pasien stabil. Pasien dapat mengontrol emosi dan

mengungkapkan emosi dengan baik.

D. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti :

Bagi pasien orang yang berarti bagi dirinya adalah keluarganya,

isitrinya, anaknya, cucunya.

2. Hubungan dengan keluarga :

Hubungan pasien dengan keluarga terjalan dengan baik dan haromis.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga dan

selama pasien dirawat di rumah sakit selalu ada keluarga yang

menunggu pasien.

3. Hubungan dengan orang lain :

Hubungan pasien dengan orang lain terjalan dengan baik. Hal ini

dibuktikan dengan mampunya pasien bersosialisasi dengan sesama

(29)

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Karena penyakit yang dideritanya, pasien menjadi cepat lelah.

Sehingga hal ini menghambat pasien dalam berinteraksi dengan orang

lain.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan :

Pasien menganut agama Islam dan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya.

2. Kegiatan ibadah :

Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan

sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang diderita pasien.

Untuk kegiatan Shalat dan lainnya hanya dilakukan pasien jika ia

(30)

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Pasien sadar dan kooperatif namun tampak lemah serta tidak ada

peningkatan suhu tubuh.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh : 36,9oc

2. Tekanan darah : 110/70 mmHg

3. Nadi : 110 x/menit

4. Pernafasan : 26 x/menit

5. Skala nyeri : 2

6. TB : 167 cm

7. BB : 44 kg

C. Pemeriksaan head to toe

1. Kepala dan rambut

- Bentuk : Simetris

- Ubun-ubun : Letak ditengah, tidak ada nyeri tekan.

- Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe maupun kotoran.

2. Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : Warna rambut hitam dan

putih beruban dengan penyebaran yang merata diseluruh kepala.

- Bau : Tidak ada bau tidak sedap.

- Warna kulit : Putih kecoklatan.

3. Wajah

(31)

- Struktur wajah : Bentuk wajah oval, simetris.

4. Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : Bola mata simetris,

pergerakan bola mata normal

- Palpebra : Tidak ptosis

- Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis,

Sklera tidak ikterik.

- Pupil : Refleks terhadap cahaya

normal.

- Cornea dan iris : Kornea bening.

- Visus : Tidak dikaji.

- Tekanan bola mata : Tidak dikaji.

5. Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal, simetris, tidak

ada kelainan

- Lubang hidung : Normal, simetris, tidak ada polip.

- Cuping hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung.

6. Telinga

- Bentuk telinga : Bentuk daun telinga normal, simetris,

- Ukuran telinga : Normal

- Lubang telinga : tidak ada serumen mapun cairan.

(32)

7. Mulut dan faring

- Keadaan bibir : Lembab, tidak pecah-pecah, berwarna merah

kehitaman, tidak ada tanda sianosis.

- Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih, beberapa gigi sudah tanggal

dikarenakan faktor usia, tidak ada pendarahan pada gusi.

- Keadaan lidah : Bersih, normal, kekuatan otot lidah baik,

fungsi pengecapan baik.

- Orofaring : Ovula simetris.

8. Leher

- Trachea : Kedudukan trachea normal, tidak ada

massa ataupun nyeri tekan.

- Thyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid.

- Suara : Suara jelas, tidak ada gangguan

komunikasi.

- Kelenjar limfe : tidak dikaji

- Vena jugularis : Teraba, kuat, teratur.

- Denyut nadi karotis : Teraba, kuat, teratur.

9. Pemeriksaan integument

- Kebersihan : Bersih,

- Kehangantan : Hangat, suhu permukaan kulit 36,9oc

- Warna : Kecoklatan

- Turgor : Kembali < 3 detik

- Kelembapan : Lembab, ridak da tanda kulit kering.

(33)

10.Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : Tidak dikaji.

- Warna payudara dan aerola : Tidak dikaji.

- Kondisi payudara dan putting : Tidak dikaji.

- Produksi ASI : Tidak dikaji.

- Aksila dan klafikula : Tidak dikaji.

11.Pemeriksaan thorak/dada

- Inspeksi thorak : Barrel Chest

- Pernafasan : Nafas pasien pendek dan tidak

dalam, frekuensi nafas 26 x/menit, suara nafas ronki.

- Tanda kesulitan bernafas : Terdapat pernafasan cuping

hidung, penggunaan otot bantu nafas, nafas pasien pendek dan

dangkal, suara nafas ronki.

12.Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : Pada pulmo dextra superior tidak

teraba vibrasi dikarenakan terdapat massa tumor.

- Perkusi : pada bagian pulmo dextra

superior suara perkusi dullness, selebihnya resonan.

- Auskultasi : Suara nafas ronki, suara ucapan

terkadang serak terhalang sputum, tidak ada suara tambahan.

13.Pemeriksaan jantung

- Inpeksi : Tidak ada pembengkakan

(34)

- Auskultasi : Bunyi jantung normal S1 Lub S2

Dub

- Perkusi : Dullness

- Palpasi : Tidak ada pulsasi

14.Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi : Bentuk simetris, cekung, terlihat pulsasi aorta

abdominalis.

- Auskultasi : Bunyi peristaltik usus 7 x/menit, tidak ada bunyi

bruit pada aorta abdominalis.

- Palpas : Tidak ada nyeri tekan pada daerah suprapubik,

tidak ada benjolan atau teraba massa abnormal, tidak asites,

permukaan hepar regular, dengan pinggir tajam dan ukuran

normal.

15.Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

- Genitalia : Tidak dikaji

- Anus dan perineum : Tidak dikaji

16.Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas :

Otot simetris sumbu tubuh, tidak ada tanda-tanda sianosi pada

perifer ekstremitas, kekuatan otot 5, tidak ada tanda-tanda edema.

17.Fungsi neurologi :

- Nervus Olfaktorius/N I:

Kemampuan menghidu pasien cukup baik (hiposmi)

(35)

Pasien mampu membaca hingga jarak 2 meter tanpa alat bantu

baca dan luas lapang pandang pasien baik.

- Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI:

Pasien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal

(diameter 3 mm)

- Nervus Trigeminus/N V:

Pasien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan

tumpul, getaran dan rabaan.

- Nervus Fasialis/N VII :

Pasien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot

wajah.

- Nervus Akustik/N VIII :

Pasien mampu memdengar detik jam tangan hingga jarak 1

meter pada masing-masing telinga. Keseimbangan pasien saat

berjalan dan berdiri juga terjaga.

- Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/ N X :

Pasien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut dan

refleks muntah positif.

- Nervus Aksesorius/N XI :

Pasien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya.

- Nervus Hipoglasus/ N XII :

Gerakan lidah pasien terkoordinasi, pasien memmpu melakukan

tes jari-hidung, pasien mampu melakukan pronasi dan supinasi

(36)

18.Fungsi motorik :

Pasien dapoat berjalan sendiri walau sedikit teratih-tatih yang

dikarenakan keadaan umum lemah. Posisi supinasi dan pronasi

sewaktu pasien istirahat membuktikan fungsi motorik pasien cukup

baik.

VIII.KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan sehari : 3 x/hari

- Nafsu/selera makan : Kurang, kemoterapi mengakibatkan

penurunan nafsu makan pasien.

- Nyeri ulu hati : Tidak ada

- Alergi : Tidak ada riwayat alergi

- Mual dan muntah : Ya, kemoterapi mengakibatkan

peingkatan asam lambung yang menyebabkan pasien mual dan

terkadang muntah.

- Waktu pemberian makan : Sesuai dengan jam makan rumah

sakit, pagi hari pukul 07.00 WIB, siang hari pukul 12.30 WIB,

malam hari pukul 18.00 WIB

- Jumlah dan jenis makan : Menu biasa

- Waktu pemberian cairan/minum : Pasien minum sehabis makan,

setiap kali haus dan pemberian cairan intravena NaCl 0,9% 10

tetes makro/menit.

- Masalah makan dan muinum : Pasien tidak mengalami kesulitan

(37)

pasien menyebabkan kurangnya nafsu makan akibat mual dan

muntah.

2. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien bersih, pasien di lap dengan

waslap dan air hangat 2x/hari oleh perawat dan keluarga.

- Kebersihan gigi dan mulut : Mulut dan gigi pasien bersih, pasien

menyikat gigi 2 kali sehari dibantu perawat dan keluarga.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan pasien

bersih karena dipotong seminggu sekali oleh keluarga atas saran

perawat.

3. Pola kegiatan/aktifitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi 

Makan 

BAB 

BAK 

Ganti pakaian 

Untuk aktifitas ibadah, selama sakit kegiatan ibadah pasien terhambat

seperti halnya shalat, tidak sebagaimana mestinya. Namun keluarga

(38)

4. Pola eliminasi

BAB

- Pola BAB : Pasien BAB 1 x/hari, biasanya pagi hari di

kamar mandi.

- Karakter feses : Konsistensi semi padat.

- Riwayat perdarahan : Tidak pernah

- BAB terakhir : Sehari sebelum tanggal pengkajian (16

Juni 2013)

- Diare : Sedang tidak diare

- Penggunaan laktasif : tidak

BAK

- Pola BAK : Pasien BAK kurang kebihn 6-7 x/hari

menggunakan pispot, namun terkadang pasien ke kamar mandi.

- Karakter urin : Berwarna kuning, cair.

- Nyeri saat BAK : Tidak.

- Penggunaan diuretic : Tidak.

(39)

IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

1. DIAGNOSA MEDIS : Tumor paru kanan stadium IIIb

2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG MEDIS :

A. Window Mediastinum:

Trakea dan esfagus ditengah, Main bronkus kanan tertutup kiri terbuka.

Struktur vaskuler baik.

Hilus tidak menebal.Tampak pembesaran kgb multiple perimediastinal

kanan dan kiri.

Jantung tidak membesar. Pericardium baik.

B. Window Paru.

Tampak Massa Hetergeen disegmen 1 s/d 6 paru kanan, ukuran +/- 9x10

cm.

Tampak filbroinfitrat disegmen 1,2 paru kiri.

Tak tampak modul dikedua paru.

Hasil Analisa Gas Darah Arteri Hasil Rujukan

pH 7.507 7.35-7.45

pCO2 mmHg 33.3 38-42

pO2 mmHg 165.8 85-100

Bikarbonat (HCO3) mmol/L 25.8 22-26

Total CO2 mmol/L 26.8 19-25

Kelebihan Basa (BE) mmol/L 3.0 (-2)-(+2)

Saturasi O2 % 99.6 95-100

Glukosa darah puasa : 118 mg/dL (normal 70-120)

Hasil foto rontgen menunjukkan terdapatnya bayangan yang ditampilkan opaque

(40)

Terapi

Nama obat Dosis Fungsi Efek Samping

IVFD NaCl

hati dan ginjal.

Oksigen 5-7 liter/ menit

Memenuhi

kebutuhan akan

oksigenasi

Kekeringan jalan

nafas, iritasi jalan

(41)

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS:

Pasien mengeluh

sesak dan nyeri saat

bernafas.

DO:

Gelisah, nilai GDA

tidak normal, RR 26

x/menit ireguler, HR

110 x/menit, skala

nyeri 2.

DS:

Pasien mengatakan

kalau ada dahak di

tenggorokannya dan

nafas ronki, upaya

batuk pasien lemah,

upaya batuk pasien

buruk

Tumor paru

Penekanan pada rongga paru

kerusakan pertukran gas

Kerusakan pertukaran gas

Bersihan jalan nafas tidak

(42)

DS:

Pasien mengeluhkan

sesak bernafas dan

dada terasa berat.

DO:

Keadaan umum

pasien lemah, suara

nafas menghilang

pada bagian

superior, pada

perkusi dada

terdengar dullness di

bagian tumor,

penggunaan otot

bantu nafas.

DS :

Pasien mengatatakan

tidak nafsu makan,

mual dan terkadang

muntah, makannnya

selalu tidak habis.

DO :

Pasien mendapatkan

terapi kemo, diet

tidak dihabiskan,

IMT 17,18

Tumor paru

Indikasi terapim kemo

Kerusakan sel dan peningkatan produksi

asam lambung.

Mual, muntah

Nafsu makan berkurang

Intake nutrisi tidak adekuat

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Ketidakefektifan pola

nafas

Pemenuhan nutrisi kurang

(43)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Kerusakan pertukaran gas.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.

3. Ketidakefektifan pola nafas.

4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai

dengan hipoksemia, gelisah, penurunan kadar PaO2., GDA tidak normal.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus

yang kental, kelemahan upaya batuk ditandai dengan suara nafas ronki,

terdapat sputum saat pasien batuk.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru ditandai dengan pasien sesak, RR 26 x/menit, nafas pendek dan

dangkal.

4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual muntah, peningkatan produksi asam lambung ditandai dengan

pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual dan terkadang muntah, pasien

(44)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

No. Diagnosa

Keperawatan Perencanaan Keperawatan

1. Kerusakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien menunjukkan perbaikan

ventilasi jaringan yang adekuat dan pertukaran

gas efektif.

Kriteria hasil:

- Bebas gejala distress pernafasan.

- Tidak bingung dan gelisah.

- Tanda vital mendekati normal.

- Nilai GDA normal.

Intervensi Rasional

- Catat frekuensi, kedalaman dan

kemudahan pernafasan. Observasi

penggunaan otot bantu nafas,

nafas bibir, perubahan

kulit/membrane mukosa pucat

atau sianosi.

- Auskulatasi paru untuk gerakan

udara dan bunyi nafas tak normal.

- Ubah posisi dengan sering,

letakkan pasien dengan posisi

fowler, supinasi dan miring.

- Pernafasan meningkat sebagai

akibat nyeri atau sebagai

mekanisme kompensasi awal

terhadap hilangnya jaringan paru.

Namun, peningkatan kerja nafas

dan sianosis dapat menunjukkan

peningkatan konsumsi oksigen dan

kebutuhan energi dan/atau

penurunan cadangan pernapsan

misalnya pada lansia.

- Konsolidasi dan kurangnya gerakan

paru. Mengetahui letak

penumpukan sekret.

- Memaksimalkan ekspansi paru dan

(45)

- Kaji respon pasien terhadap

aktifitas. Dorong periode

istirahat/batasi aktifitas sesuai

toleransi pasien.

- Kaji tanda vital pasien berkala.

- Kolaborasi pemberian oksigen

sesuai indikasi.

- Peningkatan konsumsi kebutuhan

oksigen dapat mengakibatkan

peningkatan dispnea dan perubahan

tanda vital. Kesimbangan istirahat

yang kuat dapat mencegah

pengaruh pernafasan.

- Mengetahui kemungkinan

perubahan tanda vital sedini

mungkin dan mencegah timbulnya

komplikasi.

- Memaksimalkan sediaan oksigen,

khususnya bila ventilsi menurun

depresi nyeri, juga selama periode

kompensai fisiologi sirkulasi

terhadap unit fungsional dan

(46)

No. Diagnosa

Keperawatan Perencanaan Keperawatan

2. Bersihan jalan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan

diharapkan bersihan jalan nafas menjadi efektif,

sekret berkurang/hilang.

Kriteria hasil:

- Menunjukkan potensi jalan nafas.

- Cairan sekret mudah dikeluarkan

- Sekret berkurang/hilang.

- Respirasi dalam batas normal.

- Suara nafas normal.

Intervensi Rasional

Auskultasi dada untuk

mengetahui karakter bunyi nafas

dan adanya sekret.

- Bantu pasien dengan

menginstruksikan nafas dalam

dan efektif dan batuk dengan

posisi duduk tinggi dan menekan

daerah insisi.

- Pernafasan bising seperti ronki

dan mengi menggambarkan

tertahannya sekret dan/atau

obstruksi jalan nafas.

- Posisi duduk memungkinkan

ekspansi paru maksimal dan

penekanan menguatkan batuk

untuk mobilisasi dan membuang

sekret. Penekanan dilakukan

perawat (meletakkan tangan di

anterior dan posterior dinding

dada) dan oleh pasien (dengan

bantal) sampai kekuatan

(47)

- Observasi jumlah dan karakter

sputum/aspirasi sekret. Selidiki

perubahan sesuai indikasi.

- Kolaborasi penggunaan oksigen

humidifikasi/nebulizer ultrasonic.

Berikan cairan tambahan melalui

IV sesuai indikasi.

- Kolaborasi pemberian

bronkolidator, ventolin dan/atau

analgesik sesuai indikasi.

- Peningkatan jumlah sekret tak

berwarna (atau bercak

darah)/berair awalnya normal dan

harus menurun sesuai kemajuan

penyembuhan. Adanya sputum

yang tebal/kental, berdarah atau

purulen diduga sebagai masalah

sekunder yang memerlukan

perbaikan/pengobatan.

- Dengan memberikan hidrasi

maksimal membantu

menghilangkan/mengencerkan

sekret untuk peningkatan

pengeluaran. Gangguan masukan

oral memerlukan tambahan

melalui IV untuk

mempertahankan hidarsi.

- Mengilangkan spasme bronkus

untuk memperbaiki aliran udara.

Ventolin meningkatkan produksi

mukosa untuk mengencerkan dan

menurunkan viskositas sekret,

memudahkan pembuangan.

Penghilang ketidaknyamanan

dada, meningkatkan kerjasama

pada latihan pernafasan dan

meningkatkan keefektifan terapi

(48)

No. Diagnosa

Keperawatan Perencanaan Keperawatan

3. Ketidakefektifan

pola nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pola nafas pasien menjadi efektif.

Kriteria hasil:

- Pasien mengatakan sesak berkurang/hilang.

- Respirasi dalam batas normal.

- Tidak menggunakan otot bantu nafas.

Intervensi Rasional

- Kaji frekuensi , kedalaman

pernafasan dan ekspansi dada.

- Auskultasi bunyi nafas dan catat

adanya bunyi nafas tambahan.

- Observasi pola batuk dan karakter

sekret.

- Berikan posisi semi fowler pada

pasien.

- Kolaborasi pemberian terapi

oksigen tambahan.

- Untuk mengetahui frekuensi dan

kedalaman pernafasan karena

kedalaman pernafasan bervariasi

tergantung derajat gagal nafas.

- Perubahan bunyi nafas

menunjukkan obstruksi sekunder.

- Kongesti alveolar mengakibatkan

batuk kering atau iritatif,

penyempitan ruang paru dan

penimbunan cairan di cavum pleura

menyebabkan produksi sekret

menigkat.

- Posisi semi fowler membantu

memaksimalkan ekspansi paru dan

menurunkan upaya pernafasan.

- Memaksimalkan pernafasan dan

(49)

- Berikan humidikasi tambahan. - Memberikan kelembapan pada

(50)

No. Diagnosa

Keperawatan Perencanaan Keperawatan

4. Pemenuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan mual muntah,

peningkatan produksi

asam lambung

ditandai dengan

pasien mengeluh tidak

nafsu makan, mual

dan terkadang muntah,

pasien mendapatkan

terapi kemo, diet tidak

dihabiskan, IMT

17,18.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan intake nutrisi pasien sesuai

dengan kebutuhan tubuh dan nafsu makan

pasien kembali normal

Kriteria hasil:

- Intake nutrisi sesuai kebutuhan tubuhn

- Mual dan muntah pasien

berkurang/hilang.

- Nafsu makan pasien kembali normal.

Intervensi Rasional

- Lakukan pengkajian pola makan

pasien.

- Ukur intake makanan dalam 24

jam.

- Beri pasien makan tapi sering dan

diselingi dengan air hangat.

- Diskusikan kepada pasien tentang

pentingnya asupan nutrisi untuk

proses kesembuhan.

- Mengetahui kebiasaan makan

pasien dan mengetahui

kemungkinan kesalahan pola

makan pasien.

- Mengetahui kelebihan atau

kekurangan intake makanan.

- Hal ini membantu meningkatkan

nafsu makan pasien dan

mengurangi rasa mual dan muntah.

- Untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang nutrisi dan

memotivasi pasien untuk mau

(51)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/

tanggal

No.

Dx Implementasi Keperaawatan

Evaluasi

Mengauskultasi dada untuk

mengetahui karakter bunyi

nafas dan adanya sekret.

Mengkaji tanda vital pasien.

Mengajari pasien teknik

nafas dalam.

Mengajarkan pasien teknik

batuk efektif.

- Berkolaborasi pemberian

oksigen 5 liter dengan

kanul.

- Memasang kateter intravena

NaCl 0,9 % 15 tetes/menit.

- Berkolaborasi pemberian

ventolin 3 ml dengan

nebulizer.

- Memberikan posisi nyaman

semifowler pada pasien.

- Mengkaji tanda vital pasien.

- Mengobservasi pola batuk

dan karakter sekret.

- Melakukan pengkajian pola

makan pasien.

- Beri pasien makan nasi

sedikit tapi sering dan

diselingi dengan air hangat. S :

Pasien mengatakan

masih sesak, mual dan

tidak nafsu makan,

pasien juga mengatakan

bahwa ada dahak di

tenggorokkannya dan

sulit dikeluarkan.

O :

HR 110 x/menint, RR

26 x/menit, TD 110/70

mmHg, suara nafas

ronki, terdapat sputum

dengan karakter kental

dan tidak berbau, kanul

oksigen terpasang

dengan dosis 5

liter/menit, NaCl 15

tetes/menit diberikakn

melalui kateter

intravena, ventolin

diberikan sesuai

indikasi, pasien belum

dapat mempraktekkan

teknik batuk efektif

dengan baik, pasien

biasanya makan tidak

(52)

Selasa/

18.06.13 1.

- Mengajarkan pasien teknik

nafas dalam dan pola batuk

efektif.

- Berkolaborasi pemberian

ventolin 3 ml dengan

nebulizer.

17,18,

A :

Masalah bersihan jalan

nafas pasien teratasi

sebagian, masalah

pemenuhan kebutuhan

oksigen teratasi

sebagian, masalah

teknik batuk efektif

belum teratasi dan tarik

nafas dalam belum

teratasi, masalah

pemenuhan kebutuhan

nutrisi belum teratasi.

P :

Intervensi berkolaborasi

pemberian terapi

oksigen dan ventolin

dilanjutkan, intervensi

mengkaji tanda vital

pasien dilanjutkan,

intervensi mengajarkan

teknik batuk efektif

dilanjutkan, intervensi

pemenuhan nutrisi

dilanjutkan.

S : Pasien mengatakan

masih sedikit sesak,

mual dan tiadak nafsu

makan, pasien juga

mengatakan sesakya

(53)

2.

3.

4.

-Mencatat frekuensi,

kedalaman dan kemudahan

pernafasan. Mengobservasi

penggunaaan otot bantu nafas,

nafas bibir, perubahan

kulit/membrane, pucat,

sianosis.

-Mengauskultasi paru untuk

gerakan udara dan bunyi nafas

taknormal.

-Mengubah posisi dengan

sering, letakkan pasien dengan

posisi semifowler,

-Mengkaji tanda vital pasien

secara berkala.

-Berkolaborasi pemberian

terapi oksigen 5 liter/menit

dengan nasal kanul.

- Memberikan posisi semi

fowler kepada pasien.

- Memberikan pasien diet nasi

sedikit tapi sering dan diselingi

dengan pemberian air hangat.

- Mendiskusikan kepada pasien

tentang pentingnya pemenuhan

kebutuhan nutrisi.

keadaan semifowler.

O :

RR 26 x/menit ireguler,

sesak (+), suara nafas

ronki, penggunaan otot

bantu nafas (+),

pernafasan cuping

hidung (+). Tidak ada

tanda sianosis, nilai

GDA tidak normal, HR

110 x/menit, nasal

kanul oksigen

terpasamg 5

liter/menit, pasien

sudah mulai

menghabiskan

makanannya meski

dalam waktu yg lama.

A :

Masalah ganggguan

pertukaran gas pasien

belum teratasi, masalah

pemberian posisi

nyaman pasien teratasi

sebagian, masalah

pemenuhan nutrisi

teratasi sebagian.

P :

Intervensi memberi

posisi nyaman pada

pasien dilanjutkan,

(54)

Rabu/

- Mengajarkan pasien teknik

nafas dalam pola batuk

efektif.

- Berkolaborasi pemberian

terapi oksigen 5 liter /menit

dengan nasal kanul.

- Mengauskultasi paru untuk

mengetahui ada tidaknya

bunyi nafas tidak normal.

- Mengkaji frekuensi ,

kedalaman pernafasan dan

ekspansi dada.

- Mengobservasi pola batuk

dan karakter sekret.

- Memberikan posisi semi

fowler pada pasien.

- Mengkaji tanda vital pasien

secara berkala.

- Memberikan diet kepada

pasien sedikit tapi sering

dan diselingi dengan

pemberian air hangat.

tanda vital secara

berkala dilanjutkan,

memberi diet sedikit

tapi sering

dilannjutkan., mengkaji

pola nagas pasien

dilanjutkan.

S :

Pasien mengatakan

tidak sesak lagi, mual

berkurang.

O :

RR 24 x/menit, HR 90

x/menit, sputum (+),

nafas pendek dan

dangkal, sputum kental,

pasien dalam keadaan

semi fowler, kanul

oksigen terpasang 5

liter/menit, diet pasien

dihabiskan, suara nafas

ronki.

A :

Masalah keefektifan

ajalan nafas belum

teratasi, masalah

drainase sekret belum

teratasi, masalah

pemberian posisi

nyaman pasien teratasi

sebagian, masalah

(55)

oksigen teratasi

sebagian, masalah

pemenuhan kebutuhan

nutrisi tertasi sebagian.

P :

Intervensi mengkaji

frekuensi, tanda vital

secara berkala

dilanjutkan, intervensi

memberikan posisi

nyaman pasien

dilanjutkan, intervensi

berkolaborasi

pemberian oksigen

dilanjutkan, intervensi

memberi diet sedikit

(56)

PEMBAHASAN

Pada kesempatan ini penulis akan membahas proses asuhan keperawatan

yang dilakukan pada Tn. S pada tanggal 17-20 Juni 2013 di ruang RA3, kamar

III2, RSUP H. Adam Malik Medan. Prinsip dari pembahasan ini dengan

memfokuskan pada aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Keluhan utama yang dirasakan pasien saat pertama kali datang ke RSUP H.

Adam Malik adalah sesak nafas (dispnea) yang telah dirasakan sejak 2 bulan ini

dan bertambah berat dalam 1 minggu terakhir, merupakan sensasi subyektif pada

pernafasan yang sulit dan tidak nyaman, biasanya ditandai dengan penggunaan

adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan pernafasan cuping hidung.

Kemudian nyeri dibagian dada kanan yang dirasakan pasien sejak 2 bulan

terakhir dan memberat dalam 1 minggu ini, hal ini terjadi karena ketika tumor

mengenai pleura parietal atau langsung menginvasi dinding thoraks, dapat

menimbulkan nyeri di bagian dada. Pernfasan 26 kali/menit, menunjukkan adanya

ketidakefektifan pola nafas.

Setelah sampai di ruangan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut oleh

perawat ditemukan sputum pada jalan nafas pasien. Hal ini diperkuat dengan hasil

auskultasi dada pasien menunjukkan suara nafas ronki. Pasien mengalami batuk

berdahak sejak 2 bulan terakhir dan memberat dalam 1 minggu belakangan ini.

Hasil riwayat lingkungan hampir semua keluarga yang laki-laki perokok

(57)

selama bertahun-tahun, dengan frekuensi merokok dapat mencapai 3 bungkus per

harinya. Penyebab utama tumor yang dialami pasien adalah asap rokok yang di

dalamnya mengandung sekitar 60 macam zat karsinogen yang dapat menyebabkan

mutasi DNA dan berkaitan dengan timbulnya karsinoma paru.

Pola aktifitas pasien hampir semua dibantu oleh keluraga dan perawat.

Dengan kata lain pasien mengalami kelemahan dalam aktivitas, hal ini sesuai teori

yang menyebutkan bahwa gejala yang dialami pasien tumor paru salah satunya

adalah kelemahan dalam aktivitas.

Pada pemeriksaan fisik terlihat nafas cuping hidung diakibatkan adanya

kompensasi dari reseptor otot-otot pernafasan. Pemeriksaan dada (paru) dengan

inspeksi bentuk dada pasien barrel chest, terlihat penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi vocal vremitul tidak seimbang antara kanan dan kiri, karena kurangnya

fungsi paru bagian kanan. Hasil perkusi pekak pada dada kanan atas karena

terdapatnya massa dan cairan.

Hasil pemeriksaan penunjang, foto rontgen, menunjukkan terdapatnya

bayangan yang ditampilkan opaque karena paru tidak mendapatkan udara dan

trakea tretarik ke sisi yang sakit. Hasil pemeriksaan gas darah arteri menunjukkan

penurunan pH dan PaO2

Diagnosa keperawatan yang pertama yang penulis angkat adalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan terdapatnya sekret pada

jalan nafas dan upaya batuk pasien yang buruk. Pengertian ketidakefektifan

bersihan jalan nafas adalah adanya benda asing yang berada di sepanjang jalan

(58)

atau sputum. Diagnosa ini diangkat berdasarkan data yang ditemukan pada saat

pengkajian yaitu pasien mengatakan batuk berdahak, terdapat sputum saat pasien

batuk, suata nafas ronki, RR 26 kali/menit, upaya batuk pasien yang buruk.

Diagnosa kedua yang diangkat penulis adalah terganggunya proses pertukran

gas berhubungan dengan hipoventilasi. Diagnosa ini diangkat berdasarkan data

yang ditemukan pada hasil pemeriksaan analisa gas darah arteri yang

menunjukkan penurunan pH dan PaO2, pasien sesak, RR 26 kali/menit.

Diagnosa ketiga yang diangkat penulis adalah ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Salah satu penyebab hal ini bisa

terjadi adalah terdapatnya massa pada paru yang menekan ruang dalam paru

sehingga menyebabkan terbatas pengembangan paru. Diagnosa ini diangkat

berdasarkan data yang ditemukan pada saat pengkajian yaitu pasien mengatakan

sesak, RR 26 kali/menit, terdapat massa tumor pada bagian paru kanan atas,

terdapat pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot bantu nafas, terpasang

kanul oksigen 5-7 liter/menit.

Diagnosa keempat yang diangkat penulis adalah pemenuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat efek

samping dari kemoterapi. Diagnosa ini diangkat berdasarkan data yang ditemukan

pada saat pengkajian yaitu pasien berkata tidak nafsu makan, mual dan muntah,

makanan yang diberikan tidak dihabiskan.

Pengangkatan masalah oksigenasi ini juga didasarkan pada pemenuhan

kebutuhan dasar pasien tentang pemenuhann kebutuhan oksigenasi. Oksigen (O2)

(59)

untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh, secara normal

elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara dalam tiap kali bernafas.

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh inspirasi dan ekspirasi,

kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Terapi oksigen merupakan salah satu

dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi keadekuatan sirkulasi oksigen menurut

Potter dan Perry adalah faktor fisiologis, perkembangan, perilaku dan lingkungan.

Disamping pengangkatan masalah oksigenasi, penulis juga mengangkat

masalah tentang kebutuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan pasien. Nutrisi

sendiri diperlukan tubuh baik dalam keadaan sehat atau sakit. Bahkan pola nutrisi

sendiri akan berubah ketika tubuh mengalami kerusakan, penyakit tertentu.

Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan metode

yang terperinci. Tujuan yang dibuat penulis adalah bersihan jalan nafas efektif

dengan kriteria hasil sputum berkurang atau hilang, pertukaran gas baik dengan

kriteria hasil nilai GDA normal, pola nafas efektif dengan kriteria hasil pasien

tidak sesak, ekspansi paru maksimal, TTV normal, kebutuhan nutrisi tercukupi

dengan kriteria hasil intake nutrisi pasien seimbang, nafasu makan pasien kembali

normal. Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada hari pertam kaji TTV

untuk memonitor ada tidaknya peningkatan suhu, tekanan darah, ada tidaknya

takikardi yang biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pernafasan

dikarenakan terjadinya dispnea pada pasien diikuti dengan peningkatan denyut

nadi sebagai kompensasi tubuh untuk melakukan pertukaran gas dan

mengalirkannya keseluruh tubuh. Berkolaborasi pemberian oksigen sesuai

Referensi

Dokumen terkait

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

O: sesak nafas berkurang, frekuensi pernafasan belum normal, dapat mengeluarkan secret secara efektif. A: Masalah teratasi

keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien

Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan Sputum ditandai dengan Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan batuk berdahak, Tidak ada sianosis,

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak akibat kelumpuhan ekstremitas superior sinistra dan ekstremitas inferior sinistra ditandai dengan

Hasil evaluasi pada diagnosis keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum