LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. SP DENGAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. SP DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI
BANGSAL FLAMBOYAN IV RSUD SALATIGA
BANGSAL FLAMBOYAN IV RSUD SALATIGA
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah Puji syukur kami panjatkan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. SP dengan Gangguan laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. SP dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Bangsal Flamboyan IV RSUD Salatiga.
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Bangsal Flamboyan IV RSUD Salatiga. Penyelesaia
Penyelesaian laporan kasus n laporan kasus ini tidak terlepas dari peran berbaini tidak terlepas dari peran berbagai pihak. Untuk itugai pihak. Untuk itu kami menguncapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :
kami menguncapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :
1.
1. Sri Sanjayaningsih, S.Kep selaku pembimbing lahan dan perseptor mataSri Sanjayaningsih, S.Kep selaku pembimbing lahan dan perseptor mata kuliah KDM.
kuliah KDM. 2.
2. Chori Elsera, S.Kep. Ns selaku pembimbing akademik mata kuliahChori Elsera, S.Kep. Ns selaku pembimbing akademik mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). 3.
3. Rekan-rekan mahasiswa program studi keperawatan STIKESRekan-rekan mahasiswa program studi keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten, yang senantiasa mendukung kami.
Muhammadiyah Klaten, yang senantiasa mendukung kami.
Mengingat terbatasnya kemampuan kami dalam menyelesaikan analisa laporan Mengingat terbatasnya kemampuan kami dalam menyelesaikan analisa laporan kasus ini tentunya masih ada kekeurangan didalam makalah ini. Untuk itu kami kasus ini tentunya masih ada kekeurangan didalam makalah ini. Untuk itu kami
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah Puji syukur kami panjatkan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. SP dengan Gangguan laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. SP dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Bangsal Flamboyan IV RSUD Salatiga.
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Bangsal Flamboyan IV RSUD Salatiga. Penyelesaia
Penyelesaian laporan kasus n laporan kasus ini tidak terlepas dari peran berbaini tidak terlepas dari peran berbagai pihak. Untuk itugai pihak. Untuk itu kami menguncapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :
kami menguncapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :
1.
1. Sri Sanjayaningsih, S.Kep selaku pembimbing lahan dan perseptor mataSri Sanjayaningsih, S.Kep selaku pembimbing lahan dan perseptor mata kuliah KDM.
kuliah KDM. 2.
2. Chori Elsera, S.Kep. Ns selaku pembimbing akademik mata kuliahChori Elsera, S.Kep. Ns selaku pembimbing akademik mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). 3.
3. Rekan-rekan mahasiswa program studi keperawatan STIKESRekan-rekan mahasiswa program studi keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten, yang senantiasa mendukung kami.
Muhammadiyah Klaten, yang senantiasa mendukung kami.
Mengingat terbatasnya kemampuan kami dalam menyelesaikan analisa laporan Mengingat terbatasnya kemampuan kami dalam menyelesaikan analisa laporan kasus ini tentunya masih ada kekeurangan didalam makalah ini. Untuk itu kami kasus ini tentunya masih ada kekeurangan didalam makalah ini. Untuk itu kami
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR ... ... iiii DAFTAR
DAFTAR ISI ISI ... iii... iii BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A.
A. Latar Belakang Latar Belakang ... ... 11 B.
B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah ... 1... 1 C.
C. Tujuan Tujuan ... .... 22 BAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A.
A. Definisi Definisi ... 3.... 3 B.
B. Etiologi Etiologi ... 3.... 3 C.
C. Manifestasi Manifestasi klinik klinik ... 3... 3 D.
D. Patofisiologi Patofisiologi ... ... 55 E.
E. Pathway Pathway ... 8... 8 F.
F. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang penunjang ... ... 99 G.
G. Komplikasi Komplikasi ... 11... 11 H.
H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan ... ... 1111 I.
I. Kebutuhan Dasar OksigenasiKebutuhan Dasar Oksigenasi 1.
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. SP DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI
BANGSAL FLAMBOYAN IV RSUD SALATIGA
Di susun Oleh : Dwi Kurniawati Oktifa Erlina Sari Latif Abdurrohman
Makalah ini telah dilakukan konsultasi dengan pembimbing klinik sebagai salah satu tugas akhir stase Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum terjadi di masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar oksigenasi.
b. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dewasa dengan gangguan oksigenasi, meliputi :
1. Pengkajian gangguan oksigenasi.
2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan oksigenasi.
3. Melakukan perencanaan pada klien dewasa dengan gangguan oksigenasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
B. Etiologi
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah. c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik meliputi: a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek. b. Gejala sistemik lain :
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
c. Epistaksis
1) Darah menetes dari hidung 2) Batuk pelan kadang keluar 3) Darah berwarna merah segar 4) Darah bersifat alkalis
5) Anemia jarang terjadi
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai
seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
D. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca- primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO 1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di
E. Pathway Bersin, batuk peradangan Tuberculosis paru Percikan dahak Kuman TB (Mycrobacterium Tuberculosis)
Mencapai lobus paru
Bakteri sampai pada bagian alveoli Proses peradangan Granulasi Merangsang Aktivitas seluler meningkat Stimulasi sel-sel goblet dan sel
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL (bronchn alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang
dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1
–
2 tahun 92%, 2–
4 tahun 78%, 4–
6 tahun 75%, dan umur 6–
12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–
72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter daripembengkakan (indurasi) yang terjadi.3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur
sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.
5. Radiologis TB Paru Milier
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim sehingga cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil. Pada beberapa klien, didapat bentuk berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat kecil yang menyebar secara difus di kedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing berupa garis-garis tajam.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
- Vaksinasi BCG
- Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular, individu yang
pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society, fase awal diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB, Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.
b. Fase lanjutan (4-7 bulan).
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara obat yang diberikan haruslah yang masih efektif.
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat 3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilan rendah sekali.
Obat-obatan anti tuberkulostatik
1. Isoniazid (INH) : merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti rifampisin, INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis sejak awal pengobatan. Efek
samping lain seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi.
2. Rifampisin : merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana halnya INH, rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra indikasi. Pada dua bulan pertama
pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali seminggu. Efek samping etambutol yang sering terjadi adalah gangguan penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih sering bila dosis berlebihan atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi etambutol tetapi obat alternative lainnya. Pemberian pada anak-anak harus dihindari sampai usia 6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fungsi mata harus dilakukan sebelum pengobatan.
5. Streptomisin : saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus resistensi. Obat ini diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat badan kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg. Untuk anak diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur
I. Kebutuhan Oksigenasi 1. Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi
organ pernafasan bagian bawah selain sebagai tempat untuk masuknya oksigen, juga dalam proses difusi gas.
3. Pathway
Oksigen (O2)
Organ pernafasan
Mekanisme proses pernafasan
Batuk, sesak Peningkatan CO2
Penurunan CO2 Sekret, batuk Gangguan pola nafas Gangguan pertukaran gas Gangguan bersihan jalan
c. Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
d. Sungkup muka dengan kantong non rebrething, konsentrasi O2mencapai
99% dengan aliran 8-12 L/menit, dimana udara inspirasitidak bercampur dengan udara respirasi.
6. Jenis Gangguan a. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia : 1. gangguan pernafasan
2. gangguan peredaran darah 3. gangguan sistem metabolism
4. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose). b. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2
yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur d. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%) e.
Kussmaul’s ( hyperventilasi )
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Keluhan respiratoris, meliputi:
- Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah - Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya
berupablood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah - Sesak napas
- Nyeri dada
Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan:
- Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24 jam.
- Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan 250-600 cc/24 jam. - Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250
cc/24 jam.
b) Keluhan sistematis, meliputi:
- Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
2. Pengkajian Pola Fungsi Gordon
1) Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan
apakah mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman beralkhohol, apakah melakukan pemeriksaan rutin, persepsi pasien tentang berat ringannya sakit, persepsi tentang tingkat kesembuhan, pendapat asien tentang keadaan kesehatan saat ini.
2) Pola aktivitas dan latihan
Rutinitas mandi, kebersihan sehari-hari, aktivitas sehari-hari, kemampuan perawatan diri.
8) Pola koping
Masalah utama selama masuk RS, Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya, takut terhadap kekerasan, pandangan terhadap masa depan, koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah.
9) Pola seksual reproduksi
Masalah menstruasi, papsmear terakhir, perawatan payudara setiap bulan, apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual, apakah penyakit sekarang menggagu fungsi seksual.
10) Pola peran hubungan
Peran pasien dalam keluarga dan mayarakat, apakah klien punya teman dekat, siapa yang dipercaya untuk membantu, klien jika ada kesulitan, apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat, bagaimana keterlibatan klien?
11) Pola nilai kepercayaan
Apakah klien menganut suatu agama, menurut agama klien bagaimana hubungan manusia dengan penciptanya, dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan dalam ibadah.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, kondisi pasien secara umum, tanda-tanda vital, pertumbuhan fisik, keadaan kulit.
Auskultasi : frekuensi peristaltik usus Perkusi : adanya udara, cairan.
Palpasi : adanya masa, kekenyalan, nyeri tekan. 5. Genetalia
Terpasang alat bantu, kelainan genitalia, kebersihan 6. Anus dan rektum
Pembesaran vena/hemoroid, atresia ani, peradangan, tumor. 7. Ekstremitas
4. Pemeriksaan penunjang 5. Terapi yang diberikan.
K. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret darah, upaya batuk buruk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret,
25 L. INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
- Dispneu, Penurunan suara nafas - Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) - Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada - Mata melebar
- Produksi sputum - Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas Faktor-faktor yang berhubungan:
- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Aspiration Control Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
26 mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
2 Gangguan Pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli Batasan karakteristik : Gangguan penglihatan Penurunan CO2 Takikardi Hiperkapnia Keletihan somnolen Iritabilitas NOC :
Respiratory Status : Gas exchange
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
NIC :
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada mayo Berika bronkodilator bial perlu
27 Hypoxia kebingungan Dyspnoe nasal faring AGD Normal sianosis
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal Faktor faktor yang berhubungan :
ketidakseimbangan perfusi ventilasi
perubahan membran kapiler-alveolar
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang normal
Barikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan
/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal : Rabu, 23 Januari 2013 Jam : 21.00 WIB
Ruang : Flamboyan 4 Perawat : Latif, Oktifa, Dwi
I. IDENTITAS A. PASIEN
Nama : Tn. SP Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 33 Th Agama : Islam Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : petani Alamat : Kali kendel No.CM : 266481
mendapatkan terapi infus RL+amynophilin 20 tetes/menit, cefotaxime 1 gram/iv, ranitidin 50 mg/iv.
3. Riwayat penyakit masa lalu
Pasien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, pasien baru 1x dirawat dirumah sakit. Pasien tidak mempunyai alergi dengan obat-obatan ataupun makanan. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA 1. Genogram
: Laki-laki : Pasien
Pasien BAK sehari ± 4 kali/hari, warna urine kuning jernih, jumlah ± 950 cc. Tidak ada kesulitan saat BAK,
tidak ada disuria, hematuri, retensi urin. Selama sakit : selama dirumah sakit pasien belum BAB.
Pasien BAK sehari sehari ± 7 kali/hari, urin kuning jernih, jumlah ± 2000 cc. Tidak ada kesulitan sat BAK, tidak ada
hematuri, tidak terpasang kateter. 4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri mulai dari makan/minum, berpakaian, mandi, toileting, mobilisasi. Saat sakit : aktivitas klien terbatas dengan penilaian sebagai berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4 Mandi
√
Berpakaian√
Mobilisasi di TT√
Pindah√
Ambulasi√
Makan/minum√
Keterangan :8. Pola koping
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu didiskusikan dengan istri, keluaraga ataupun anak-anaknya.
9. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga juga sebagai ayah dan istri.
10. Pola peran berhubungan
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga juga berperan sebagai ayah. Selama dirumah sakit pasien ditunggu oleh istrinya. Keluarga mengatakan hubungan pasien dengan masyarakat sekitar baik. Klien selalu menghadiri rapat dan gotong royong bersama-sama.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : pasien beribadah, sholat 5 waktu dan berdoa
Selama sakit : saat sakit klien tidak mampu menjalankan kewajiban. Klien hanya beribadah dan berdoa ditempat tidur semoga cepat diberi kesembuhan dan kesehatan.
III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal, 23 Januari 2014) A. KEADAN UMUM
2. Leher
Tidak ada pembesaran limfe dan kelenjar tiroid, serta peningkatan JVP 3. Dada : paru dan jantung
PAYUDARA :
Inspeksi : simetris, tidak ada edema, tidak ada benjolan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
PARU :
Inspeksi : gerak dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada otot bantu pernafasan, terdapat retraksi dinding dada.
Auskultasi : terdapat bunyi nafas ronchi basah di paru kanan Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada suara krepitasi, Perkusi : resonan
JANTUNG :
Inspeksi : tidak tampak adanya ictus cordis Auskultasi : terdengar bunyi S1 lup
–
S2 dupPalpasi : ictus cordis teraba pada intercosta ke 5,6 Perkusi : redup
4. Abdomen
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan hematologi, tgl 23 Januari 2014
Keterangan Nilai Nilai normal Lekosit 10,8 x 10 /µL 4,5-10 x 10 /µL Eritrosit 5,10 x 10 /µL 4,5-5,5 x 10 /µL HB 13,2 g/dL 14-18 g/dL Hematokrit 39,8 % 40
–
54 % MCV 77,9 FL 85-100 FL MCH 26,0 Pg 28-31 Pg MCHC 33,3 g/dL 30-35 g/dL Trombosit 376 x 10 /µL 150-450 x 10 /µL Golongan darah A -Kimia Klinik Gula Sewaktu 66 mg/dl <144 mg/dl Ureum 18 mg/dl 10-50 mg/dl Creatinin 1,4 mg/dl <1,4 mg/dlSGOT 24 u/e <37 u/e
VI. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan batuk berdahak
DO : Tidak ada sianosis, Tidak ada cuping hidung, Batuk produktif, Ada sputum, ronchi basah TD:110/80 mmHg S: 36,7ºC N: 92 x/menit RR: 30x/menit Penumpukan Sputum, penyakit TB paru Ketidakefektifan jalan nafas 2 DS : Pasien mengatakan bertambah sesag jika melakukan aktivitas. DO : Pasien tampak lemes, Aktifitas
35
VIII. RENCANA KEPERAWTAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan Sputum ditandai dengan Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan batuk berdahak, Tidak ada sianosis, Tidak ada cuping hidung, Batuk produktif, Ada sputum, ronchi basah, penurunan suara nafas.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan klien menunjukkan jalan nafas yang paten dengan kiteria hasil :
- Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah)
- irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
NIC :
Airway Management
1. Berikan terapi oksigen (O2) 2. Keluarkan sekret dengan batuk
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu
nafas.
5. Monitor respirasi dan status O2
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
7. Atur intake untuk cairan untuk mengencerkan sekret.
8. Berikan bronkodilator 2 Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan Keletihan/kelemahan ditandai dengan Pasien mengatakan bertambah sesag jika melakukan aktivitas, Pasien tampak lemes, Aktifitas terlihat terbatas, Terpasang kanul O2 3 L/menit, RR : 30x/menit
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan klien menunjukkan jalan nafas yang paten dengan kiteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
36
IX. IMPLEMENTASI Tanggal 23 Januari 2014
Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD, nama
1,2 1 1 1 2 1 1,2 1 1,2 1 1 2 2 20.00 20.05 20.10 20.45 21.00 21.00 21.30 21.45 22.00 23.00 02.00 04.00 05.00
1. Menerima operan jaga 2. Mengganti cairan infus
3. Berikan terapi O2 dengan nasal kanul 4. Memposisikan pasien semi fowler. 5. Mengobservasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas 6. Mengkaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan.
7. Memberikan terpai farmakologi cefotaxime 1 gram.
8. Mengkaji suara nafas, catat adanya suara tambahan
9. Memantau kondisi pasien 10.Memonitor tetesan infus 11.Memantau kondisi pasien 12.Monitor tetesan infus 13.Mengganti cairan intravena
14.Menyediakan air hangat untuk kebersihan personal higiene (mandi) 15.Memonitor pasien akan adanya
kelelahan fisik secara berlebihan 16.Memonitor respon kardivaskuler
S : pasien mengatakan se seg berkurang O : RR : 30x/menit
S :
-O : anjurkan untuk membatasi aktivitas S :
O : anjurkan untuk menghemat energi S : pasien mengatakan tangan kemeng. O : Obat masuk melalui IV Cateter S :
-O : terdengar suara ronchi basah di paru sebelah kanan
S :
-O : kondisi pasien lemah S :
-O : Pasien tidur
S :
-O : tidak ada kelelahan fisik secara berlebihan
37 37 1,2 1,2 2 2 1 1 1 1 1 1 06.00 06.00 06.20 06.20 06.30 06.30 06.45 06.45 07.00 07.00 07.00 07.00 terhadap aktivitas terhadap aktivitas 17.
17.Memantau Vital SignMemantau Vital Sign
18.
18.Menganjurkan pasien untuk makanMenganjurkan pasien untuk makan secara teratur
secara teratur 19.
19.Monitor kondisi umum, respirasi danMonitor kondisi umum, respirasi dan status O
status O22 20.
20.Menganjurkan pasien untuk minum airMenganjurkan pasien untuk minum air hangat untuk membantu mengeluarkan hangat untuk membantu mengeluarkan sekret
sekret 21.
21.Memberikan terapi Memberikan terapi Ambroxol 30 Ambroxol 30 mg 1mg 1 tablet.
tablet. 22.
22.Melakukan operan jaga pada perawatMelakukan operan jaga pada perawat jaga pagi jaga pagi O : Nadi 90x/menit O : Nadi 90x/menit S : S : -O : TD : 100/90 mmHg, N : 90x/menit, S : O : TD : 100/90 mmHg, N : 90x/menit, S : 36,5 36,5ooCC
S : pasien mengatakan makan habis 1 porsi S : pasien mengatakan makan habis 1 porsi O : makan habis 1 porsi
O : makan habis 1 porsi
S : Pasien mengatakan batuk, lemes S : Pasien mengatakan batuk, lemes O : keadaan umum sedang, SPO O : keadaan umum sedang, SPO2297%97%
S : S :
-O : -Obat masuk peroral
O : Obat masuk peroral tidak dimuntahkan.tidak dimuntahkan.
Tanggal 24 Januari 2014 Tanggal 24 Januari 2014 Dx
Dx Jam Jam Implementasi Implementasi Respon Respon Pasien Pasien TTD, TTD, namanama
1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 07.00 07.00 07.30 07.30 08.15 08.15 08.15 08.15 08.30 08.30 09.00 09.00 09.45 09.45 1.
1. Menerima operan jagaMenerima operan jaga 2.
2. Memberikan lingkungan yang nyamanMemberikan lingkungan yang nyaman dengan membersihkan tempat tidur dengan membersihkan tempat tidur pasien
pasien 3.
3. Memposisikan pasien semi fowler.Memposisikan pasien semi fowler. 4.
4. Memberikan terapi oksigen OMemberikan terapi oksigen O223 Lpm3 Lpm 5.
5. Memonitor Memonitor pasien pasien akan akan adanyaadanya kelelahan fisik secara berlebihan kelelahan fisik secara berlebihan 6.
6. Memberikan terapi farmakologiMemberikan terapi farmakologi Ceftriaxone 1 gram, ranitidin 50 mg Ceftriaxone 1 gram, ranitidin 50 mg 7.
7. Mengkaji suara nafas, catat adanyaMengkaji suara nafas, catat adanya
S : Klien
S : Klien mengatakan seseg berkurangmengatakan seseg berkurang O :
O :
-S : klien mengatakan seseg setelah beraktivitas S : klien mengatakan seseg setelah beraktivitas O :
O :
-S : pasien mengatakan tangan kemeng saat S : pasien mengatakan tangan kemeng saat
obat masuk obat masuk
O : Obat masuk melalui IV Cateter O : Obat masuk melalui IV Cateter S :
-38 38 1 1 1 1 1,2 1,2 2 2 1 1 2 2 1 1 1,2 1,2 10.00 10.00 10.30 10.30 10.45 10.45 11.30 11.30 12.00 12.00 12.15 12.15 13.00 13.00 14.00 14.00 suara tambahan suara tambahan 8.
8. Mengganti cairan intravenaMengganti cairan intravena 9.
9. Monitor respirasi dan status OMonitor respirasi dan status O22 10.
10.Memantau Vital Sign dan kondisiMemantau Vital Sign dan kondisi umum.
umum. 11.
11.Memonitor Memonitor pasien pasien akan akan adanyaadanya kelelahan fisik secara berlebihan kelelahan fisik secara berlebihan 12.
12.Memberikan terapi farmakologiMemberikan terapi farmakologi Ambroxol 30 mg dan FDC III Tablet Ambroxol 30 mg dan FDC III Tablet 13.
13.Memantau intake nutrisiMemantau intake nutrisi 14.
14.Memantau cairan intravenaMemantau cairan intravena 15.
15.Melakukan operan jagaMelakukan operan jaga
O : masih t
O : masih t erdengar bunyi ronchi basaherdengar bunyi ronchi basah S :
S :
-O : amynophilin 24 mg drip i O : amynophilin 24 mg drip i nfusnfus S : klien
S : klien mengatakan sesek berkurangmengatakan sesek berkurang O : O
O : O223 Lpm, RR : 32x/menit, SPO3 Lpm, RR : 32x/menit, SPO22 96%96% S : pasien mengatakan batuk, seseg. S : pasien mengatakan batuk, seseg.
O : TD : 110/90 mmHg, N : 112x/menit S : O : TD : 110/90 mmHg, N : 112x/menit S : 36,8 36,8ooCC S : S :
-O : tidak ada kelelahan fisik yang berlebihan O : tidak ada kelelahan fisik yang berlebihan S :
S :
-O : obat masuk peroral
O : obat masuk peroral tidak dimuntahkantidak dimuntahkan S : klien mengatakan makanan habis 1 porsi S : klien mengatakan makanan habis 1 porsi O : makanan habis 1 porsi
O : makanan habis 1 porsi S : S : -O O : : - - OktifaOktifa 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 14.00 14.00 14.15 14.15 14.30 14.30 15.00 15.00 16.01 16.01 16.30 16.30 16.35 16.35 1.
1. Menerima operan jagaMenerima operan jaga 2.
2. Memantau OMemantau O22 3.
3. Memposisikan pasien semi fowler.Memposisikan pasien semi fowler. 4.
4. Mengkaji suara nafas, catat adanyaMengkaji suara nafas, catat adanya suara tambahan
suara tambahan 5.
5. Menyediakan Menyediakan air air hangat hangat untukuntuk kebersihan personal higiene (mandi) kebersihan personal higiene (mandi) 6.
6. Memonitor Memonitor pasien pasien akan akan adanyaadanya kelelahan fisik secara berlebihan kelelahan fisik secara berlebihan 7.
7. Memonitor Memonitor respon respon kardivaskulerkardivaskuler terhadap aktivitas terhadap aktivitas S : S : -O : -O O : O223 Lpm3 Lpm S : klien
S : klien mengatakan sesek berkurangmengatakan sesek berkurang O :
O : S : S :
-O : masih terdengar bunyi ronchi basah di paru O : masih terdengar bunyi ronchi basah di paru
sebelah kanan sebelah kanan
S : S :
-O : tidak ada kelelahan fisik secara berlebihan O : tidak ada kelelahan fisik secara berlebihan S :
S :
-O : Nadi 90x/menit O : Nadi 90x/menit
39 39 1,2 1,2 2 2 1 1 2 2 16.45 16.45 17.00 17.00 17.45 17.45 18.00 18.00 19.00 19.00 20.00 20.00 8.
8. Memantau Vital SignMemantau Vital Sign
9.
9. Monitor kondisi umum, respirasi danMonitor kondisi umum, respirasi dan status O
status O22 10.
10.Mengganti cairan intravenaMengganti cairan intravena 11.
11.Memantau intake nutrisiMemantau intake nutrisi 12.
12.Mengkaji suara nafas, catat adanyaMengkaji suara nafas, catat adanya suara tambahan
suara tambahan 13.
13.Melakukan operan jagaMelakukan operan jaga
S : S :
-O : TD : 110/90 mmHg, N : 102x/menit R : O : TD : 110/90 mmHg, N : 102x/menit R :
30x/menit, S : 37 30x/menit, S : 37 O OCC
S : klien mengatakan masih sesek S : klien mengatakan masih sesek O : RR : 30x/menit, SPO
O : RR : 30x/menit, SPO22 97%97%
S : klien mengatakan makan habis 1 porsi S : klien mengatakan makan habis 1 porsi O : makanan tampak habis.
O : makanan tampak habis. S :
S : -O
O : : terdengar terdengar bunyi bunyi paru paru ronchi ronchi basah. basah. Dwi Dwi KurniawatiKurniawati 1,2 1,2 1 1 1 1 2 2 1,2 1,2 1 1 1,2 1,2 1 1 1,2 1,2 20.00 20.00 20.10 20.10 20.10 20.10 20.15 20.15 21.00 21.00 21.30 21.30 21.45 21.45 22.00 22.00 23.00 23.00 1.
1. Menerima operan jagaMenerima operan jaga 2.
2. Memposisikan pasien semi fowler.Memposisikan pasien semi fowler. 3.
3. Memantau terapi oksigen OMemantau terapi oksigen O22 4.
4. Mengobservasi Mengobservasi adanya adanya pembatasanpembatasan klien dalam melakukan aktivitas klien dalam melakukan aktivitas 5.
5. Menganjurkan pasien untuk menghematMenganjurkan pasien untuk menghemat tenaga dalam aktivitas
tenaga dalam aktivitas 6.
6. Memberikan Memberikan terpai terpai farmakologifarmakologi cefotaxime 1 gram.
cefotaxime 1 gram. 7.
7. Mengkaji suara nafas, catat adanyaMengkaji suara nafas, catat adanya suara tambahan
suara tambahan 8.
8. Memantau kondisi pasienMemantau kondisi pasien 9.
9. Memonitor tetesan infusMemonitor tetesan infus 10.
10.Mengganti cairan intravenaMengganti cairan intravena
S : pasien mengatakan se
S : pasien mengatakan se seg berkurangseg berkurang O : O : S : S : -O : -Oksigen 3 Lpm O : Oksigen 3 Lpm S : S :
-O : terdengar bunyi nafas ronchi basah di paru O : terdengar bunyi nafas ronchi basah di paru
kanan kanan S : klien
S : klien mengatakan sesek sudah berkurangmengatakan sesek sudah berkurang O : O
O : O223 Lpm3 Lpm
Latif Latif
40 1 1 1,2 2 1 1 02.00 04.00 05.00 06.00 06.20 06.30 07.00 07.00
11.Monitor tetesan infus
12.Menyediakan air hangat untuk kebersihan personal higiene (mandi) 13.Memonitor pasien akan adanya
kelelahan fisik secara berlebihan 14.Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas 15.Memantau Vital Sign
16.Menganjurkan pasien untuk makan secara teratur
17.Monitor kondisi umum, respirasi dan status O2
18.Memberikan terapi Ambroxol 30 mg 1 tablet.
19.Melakukan operan jaga pada perawat jaga pagi
S :
-O : amynophilin 24 mg drip i nfus
S : klien mengatakan masih sesek setelah aktivitas
O :
S : pasien mengatakan batuk berkurang, seseg berkurang
O : TD : 100/90 mmHg, R 29x/menit, S 37 oC S : klien mengatakan makan habis 1 porsi O : makanan habis 1 porsi
S :
-O : RR : 30x/menit, SP-O2 97% S :
O : Obat masuk peroral tidak dimuntahkan
Tanggal, 25 Januari 2014
Dx Jam Implementasi Respon Pasien TTD, nama
1
07.00 07.00 07.15
08.00
1. Menerima operan jaga 2. Mengganti cairan intravena
3. Memberikan lingkungan yang nyaman dengan merapikan dan membersihkan tempat tidur
4. Memposisikan pasien semi fowler. S : Klien mengatakan seseg berkurang O :
-41 1 1 1 1 1,2 2 2 1 2 1 08.00 09.00 11.00 11.15 11.45 12.00 12.00 13.00 14.00 14.00
5. Mengkaji suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Memberikan terapi farmakologi Ceftriaxone 1 gram, ranitidin 50 mg 7. Monitor kondisi umum, respirasi dan
status O2
8. Monitor vital sign
9. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik secara berlebihan 10.Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
11.Memberikan terapi farmakologi ambroxol 30 mg dan FDC III tablet 12.Memonitor intake nutrisi
13.Mengganti cairan infus 14.Melakukan operan jaga
S :
-O : masih t erdengar bunyi ronchi basah S :
-O : obat masuk melalui iv cateter
S : klien mengatakan masih sesek, tapi sudah berkurang
O : RR : 28x/menit, SPO2 96% S :
O : TD : 110/90 mmHg, 98x/menit, S : 37,3 oC S : masih sesek setelah beraktivitas
O : S :
-O : Nadi 98x/menit S :
-O : obat masuk peroral dan tidak dimuntahkan S : klien mengatakan makan habis 1 porsi. O : makanan habis 1 porsi
Oktifa 1 1 1 2 1 20.00 20.30 20.50 21.00 05.30 05.35
1. Menerima operan jaga
2. Memposisikan pasien semi fowler 3. Memantau oksigen (O2)
4. Memberikan terapi farmakologi Ambroxol 30 mg dan ranitidin 50 mg 5. Mengkaji suara nafas, catat adanya
suara tambahan
1. Memonitor respon kardivaskuler
S : Klien mengatakan masih seseg O : RR 36x/menit
S :
-O : -O23 Lpm S
:-O : Ambroxol 30 mg masuk peroral, ranitidin 50 mg masuk perintravena cateter
S :
-O : terdengar suara nafas ronchi basah di paru sebelah kanan
42 2 2 2 2 05.40 05.45 07.00 07.00 terhadap aktivitas
2. Monitor kondisi umum, respirasi dan status O2
3. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik secara berlebihan 4. Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat. 5. Memberikan Ambroxol 30 mg O : S : -O : SP-O294%, N : 103, RR : 40x/menit S :
-O : tidak ada otot bantu pernafasan S : Makan habis 1 porsi
O : Diit lunak
S : Obat sudah diminum setelah makan O : Obat masuk peroral
Dwi Kurniawati
X. EVALUASI
Tanggal DK Evaluasi TTD, Nama
23 Januari 2014 Jam 07.00
1 S : Pasien mengatakan masih merasakan sesak nafas
O : - Pasien masih tampak sesakTD : 100/90 mmHg, N : 90x/menit, S : 36,5 oC
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1.Berikan terapi oksigen (O2) 2.Keluarkan sekret dengan batuk
3.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 5.Monitor respirasi dan status O2
6.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8.Berikan bronkodilator
Latif
2 S : pasien mengatakan masih sesak setelah beraktifitas
O : nafas tampak cepat RR : 30x/mTD : 100/90 mmHg, N : 90x/menit, S : 36,5oC
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 3.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
43
4.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik secara berlebihan 5.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
24 Januari 2014 Jam 14.00
1 S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
O : RR: 32x/menit, SPO² 96%TD : 110/90 mmHg, N : 112x/menit S : 36,8oC
A : Masalah belum teratasi P : Lajutkan Intervensi
1.Berikan terapi oksigen (O2) 2.Keluarkan sekret dengan batuk
3.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 5.Monitor respirasi dan status O2
6.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8.Berikan bronkodilator
Oktifa
24 Januari 2014 Jam 14.00
2 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas setelah beraktifitas O : RR 30x/menitTD : 110/90 mmHg, N : 112x/menit S : 36,8oC
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 3.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik secara berlebihan 5.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Oktifa Erlina Sari
25 Januari 2014 Jam 07.00
1 S : Pasien mengatakan sesak sudah berkurang
O : O2 3 Lpm,TD : 110/90 mmHg, S : 37,3oC, SPO294%, N : 103, RR : 40x/menit
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
44 2.Keluarkan sekret dengan batuk
3.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 5.Monitor respirasi dan status O2
6.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8.Berikan bronkodilator
Dwi Kurniawati 25 Januari 2014
Jam 07.00
2 S : Pasien mengatakan masih sesek setelah beraktivitas Pasien mengatakan makanan habis
O : N : 103, RR : 40x/menit, Makanan habis 1 porsi A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1.Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 3.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
4.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik secara berlebihan 5.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yang berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
B. Saran
1. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya gangguan oksigenasi.
2. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada penderita gangguan kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A aziz. 2006. Pengantar KMB aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Jackson, Marilyn. 2011. Seri panduan praktis keperawatan klinis. Jakarta : Elangga
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian fisik keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC Tarwoto dan wartonah. 2011. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan .
Jakarta : Salemba Medika
Taylor, Cynthio M. 2010. Diagnosa keperawatan dengan rencna asuhan. Jakarta : EGC
Kelompok 16
Dwi Kurniawati
Latif A
Oktifa Erlina
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn SP DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah
Tarwanto, 2006).
Alat untuk pemberian O2 :
•
Kanula nasal, O2 dengan aliran 1-5 L/menit,
konsentrasi 24 - 44%.
•
Sungkup muka, O2 selang seling 6-8 L/menit,
konsentrasi 40-60%.
•
Sungkup muka dengan kantong rebrething : O2 dengan
konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12
L/menit.
•
Sungkup muka dengan kantong non rebrething,
konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8-12
L/menit, dimana udara inspirasitidak bercampur
dengan udara respirasi.
Jenis Gangguan Oksigenasi
•Hipoxia
•Hyperventilasi
•Hypoventilasi
•Cheyne Stokes
•Kussmaul’s ( hyperventilasi )
•Apneu
•Biot’s
Pengkajian keperawatan pada
gangguan oksigenasi
•
Identitas
•
Keluhan utama
•
Riwayat penyakit sekarang
•Riwayat penyakit dahulu
•
Pengkajian pola fungsi gordon
•Pemeriksaan fisik head to toe
•Pemeriksaan penunjang
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada gangguan oksigenasi
1.
Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret
kental / sekret darah, upaya batuk buruk.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret
kental, tebal, dan edema bronchial.
3.
Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan
dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia /
statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi,
malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
4.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
5.
Resiko regimen terapi berhubungan dengan banyaknya kombinasi obat
yang harus diminum.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian tanggal 23 Januari 2014
•
PASIEN
Nama
: Tn. SP
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 33 Th
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: petani
Alamat
: Kali kendel
No.CM
: 266481
Tanggal masuk RS
: 23 Januari 2014, 11.00
Keluhan Utama
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak,
pasien mengatakan bertambah seseg bila melakukan
aktivitas, klien tampak lemah.
2. Riwayat penyakit sekarang
Mendapatkan surat rujukan dari puskesmas pasien
datang di IGD rumah sakit RSUD Salatiga. Pasien
datang di IGD rumah sakit RSUD Salatiga pada
tanggal 23 januari 2014 jam 12.09 WIB dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak. Pasien
mengatakan badannya lemas, pasien tampak lemah
lalu di IGD rumah sakit RSUD Salatiga pasien
mendapatkan terapi infus RL+amynophilin 20
tetes/menit, cefotaxime 1 gram/iv, ranitidin 50
mg/iv.
•
Riwayat penyakit masa lalu
Pasien belum pernah dirawat dirumah sakit
sebelumnya, pasien baru 1x dirawat dirumah sakit.
Pasien tidak mempunyai alergi dengan obat-obatan
ataupun makanan. Pasien tidak mempunyai riwayat
hipertensi.
Pengkajian pola fungsi gordon
Pasien mengatakan kesehatanya sangat penting.
Pasien jika sakit memeriksakanya dipuskesmas.
Pasien saat dirumah tidak merokok.
1.Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen
kesehatan
•
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal, 23 Januari 2014)
•KEADAN UMUM
•
Kesadaran : komposmentis, E4V5M6, orientasi baik
•Kondisi pasien secara umum : pasien tampak lemah,
tidak ada sianosis, batuk produktif, ada sputum.
•
Tanda-tanda vital :
TD
: 110/80 mmHg
S : 36,7 oC
N : 92 x/menit
2. Pola nutrisi metabolik
•
Sebelum sakit : pasien makan sehari 3 kali, habis 1
porsi setiap kali makan. Saat dirumah pasien makan sayur,
lauk, dan nasi. Untuk minum pasien minum ±5 gelas
perhari (±1000 cc), minum yang biasanya diminum pasien
adalah air putih dan teh.
•
Selama sakit
: pasien makan sehari 3 kali habis 1
porsi, saat dirumah sakit pasien makan nasi dan sayur.
Untuk minum pasien minum ± 4 gelas perhari (± 800 cc),
minum yang biasa diminum air putih dan teh.
3.
•
Sebelum sakit : pasien dirumah BAB sehari 1x, kadang 2
hari 1 kali konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan,
tidak ada lendir darah. Pasien BAK sehari ± 4 kali/hari,
warna urine kuning jernih, jumlah ± 950 cc. Tidak ada
kesulitan saat BAK, tidak ada disuria, hematuri, retensi
urin.
•
Selama sakit
: selama dirumah sakit pasien belum
BAB.Pasien BAK sehari sehari ± 7 kali/hari, urin kuning
jernih, jumlah ± 2000 cc. Tidak ada kesulitan sat BAK,
tidak ada hematuri, tidak terpasang kateter.
Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri mulai dari makan/minum, berpakaian, mandi, toileting,
mobilisasi.
Saat sakit : aktivitas klien terbatas dengan penilaian sebagai
berikut :
Mandi
V
Berpakaian
V
Mobilisasi di TT
V
Pindah
V
Ambulasi
V
4. Pola aktivitas dan latihan
•
Sebelum sakit : pasien tidur ± 8 jam/hari dari jam
21.00 - 05.00, kadang tidak tidur siang.
•
Selama sakit
: pasien selama dirumah sakit saat malam
hari pasien kadang tidak bisa tidur, karena ramai tetapi
kalau siang pasien bisa tidur ± 1 jam pukul 13.00-14.00.
•
Pasien bisa berkomunikasi dengan baik, penglihatan pasien
masih baik, pasien tidak memakai alat bantu kaca mata,
pasien juga bisa membedakan bau teh, kopi dll.
5. Pola istirahat dan tidur
7. Pola konsep diri
•
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak dapat
melakukan aktivitas serta mncarai nafkah untuk anak dan
istri. Ia merasa keluarga dan tetangganya sayang dan
peduli dg klien. Ia menyadari bahwa di rumah sakit hanya
menyusahkan keluarga, tidak bisa bertanggung jawab untuk
mencari nafkah
.
8. Pola koping
•
Pasien mengatakan apabila ada masalah selalu didiskusikan
•
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga juga
sebagai ayah dan istri.
•
Pasien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga juga
berperan sebagai ayah. Selama dirumah sakit pasien
ditunggu oleh istrinya. Keluarga mengatakan hubungan
pasien dengan masyarakat sekitar baik. Klien selalu
menghadiri rapat dan gotong royong bersama-sama.
•
Sebelum sakit : pasien beribadah, sholat 5 waktu dan
berdoa
•
Selama sakit
:
saat
sakit
klien
tidak
mampu
menjalankan kewajiban. Klien hanya beribadah dan berdoa
ditempat tidur semoga cepat diberi kesembuhan dan
kesehatan.
9. Pola seksual reproduksi
10. Pola peran berhubungan
III. Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal, 23 Januari 2014)
A. KEADAAN UMUM
•
Kesadaran : komposmentis, E4V5M6, orientasi
baik
•
Kondisi pasien secara umum : pasien tampak
lemah, tidak ada sianosis, batuk produktif, ada
sputum.
•
Tanda-tanda vital :
–
TD
: 110/80 mmHg
S: 36,7 oC
B. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Kepala
•
Bentuk mesocepal, rambut terlihat bersih, warna rambut
hitam, kulit kepala tidak ada lesi, tak ada benjolan.
•
Mata : kelopak mata tidak ada pembengkakan, konjungtiva
berwarna merah muda, tidak ada konjungtivitis, mata
bersih.
•
Telinga : tidak ada serumen, tidak bengkak, tidak ada
gangguan dipendengeran dan tidak memaka alat bantu.
•
Hidung : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada nyeri
tekan, terpasang alat bantu O2 nasal kanul 3 L/menit
•