• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuha"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di kawasan Asia tenggara, yaitu 6,49% pada tahun 2011 dan 6,23% pada tahun 2012. Pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut tentunya menimbulkan dampak bagi lingkungan, karena pada prinsipnya setiap perekonomian pasti menghadapi suatu trade-off.

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Tahun 2004-2012

Sumber: BPS, diolah

Indonesia masuk dalam kategori Negara Sedang Berkembang (NSB) yang dilihat dari kekayaan rata-rata, pemerataan, kualitas kehidupan, kualitas lingkungan, keadilan sosial dan kesinambungan. Pada masa Orde Baru, struktur ekonomi Indonesia mulai mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan struktur ekonomi Indonesia membuat pertumbuhan ekonomi meningkat sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.

Penurunan kualitas lingkungan pada sektor pertanian disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia secara berlebihan sehingga menyebabkan penurunan kualitas tanah, tanah menjadi kering dan menggumpal; kurangnya pengetahuan pelaku sektor pertanian akan jenis dan dosis pestisida yang tepat sehingga dapat membahayakan kualitas air, udara, dan bahan makanan baik untuk manusia

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(2)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

maupun flora dan fauna; kotoran ternak mengandung gas yang dapat meningkatkan emisi CO2.

Penurunan kualitas lingkungan pada sektor pertambangan disebabkan oleh pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) yang melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),

dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam,

smog dan pemanasan global); eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan; masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining). Lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

Penurunan kualitas lingkungan pada sektor industri disebabkan oleh pencemaran udara akibat asap yang dikeluarkan sehingga menimbulkan pemanasan global dan berbagai gangguan kesehatan; pencemaran air sekaligus tanah di sekitar industri oleh limbah industri yang tidak diolah terlebih dahulu; pencemaran suara akibat dari penggunaan mesin-mesin produksi; berkurangnya luas hutan akibat penebangan liar tanpa reboisasi khususnya untuk industri mebel.

(3)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

memberikan dampak terhadap sistem pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas, batuk, asma, kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan. Tingkat keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat pemaparan dan konsentrasi polutan yang merupakan fungsi dari volume dan komposisi lalu lintas, kepadatan serta kondisi cuaca (Widiantono).

Sejak 2010 hingga 2012, emisi karbon yang mencemari udara Indonesia mencapai 3,86 milyar ton, yang sebagian besar disumbang dari gas buang kendaraan bermotor yang dipakai masyarakat sehari-hari sekitar 2,585 milyar ton, dan sisanya disumbang oleh sektor industri sebesar 681 juta ton.

Dari segi positif sudah jelas bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan nasional. Namun, dampak negatif dirasakan pada alam sekitar. Masalah ini tentunya menjadi dilematis yang cukup pelik karena menyangkut disharmonitas antara pembangunan perekonomian pada satu sisi dan pelestarian alam pada sisi yang lain.

Menteri Negara Lingkungan Hidup (MenLH) Balthasar Kambuaya menyatakan bahwa upaya pengendalian pencemaran harus menjadi prioritas pembangunan karena pembangunan tidak akan bisa dicapai bila mengabaikan lingkungan lantaran dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan justru berakibat menambah beban ekonomi yang berdampak pada pembangunan. (metronews.com)

(4)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Melalui karya tulis ini, penulis berupaya untuk meneliti hubungan pertumbuhan ekonomi yang diwakili dari PDB sektor pertanian, pertambangan, industri, serta pengangkutan dan komunikasi terhadap kualitas lingkungan yang diwakili dari emisi CO2, di Indonesia. Penulis akan menggunakan model Ordinary Least Square (OLS) dan Enviromental Kuznets Curve (EKC) untuk meneliti hubungan tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka pembahasan masalah dalam karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan PDB sektor pertanian terhadap emisi CO2?

2. Bagaimana hubungan PDB sektor pertambangan terhadap emisi CO2?

3. Bagaimana hubungan PDB sektor industri terhadap emisi CO2?

4. Bagaimana hubungan PDB sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap emisi CO2?

5. Kebijakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi pencemaran tersebut?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan PDB sektor pertanian terhadap emisi CO2.

2. Mengetahui hubungan PDB sektor pertambangan terhadap emisi CO2.

3. Mengetahui hubungan PDB sektor industri terhadap emisi CO2.

4. Mengetahui hubungan PDB sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap emisi CO2.

(5)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah, mahasiswa/masyarakat, dan bagi penulis sendiri. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:

Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam implementasi kebijakan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup.

Bagi mahasiswa/masyarakat, diharapkan dapat lebih memahami dan menyadari dampak negatif yang ditimbulkan oleh emisi CO2 sehingga menjadi

lebih bijak dalam membuat keputusan serta berpartisipasi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan.

I.5 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini disusun dengan sistematika yang dibagi menjadi empat bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi mengenai uraian tentang kajian pustaka yang menimbulkan gagasan yang mendasari penulisan karya tulis ini.

Bab III : Pembahasan

(6)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Bab IV : Penutup

(7)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian

Emisi CO2 Kt Ton

Karbon dioksida (CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia

yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi (wikipedia.org)

Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian (PTN)

Produk Domestik Bruto sektor pertanian merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan hanya dari sektor pertanian dalam satu tahun yang dinyatakan dalam triliun rupiah (bps.go.id).

Produk Domestik Bruto Sektor Pertambangan (PTM)

Produk Domestik Bruto sektor pertambangan merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan hanya dari sektor pertambangan dalam satu tahun yang dinyatakan dalam triliun rupiah (bps.go.id).

Produk Domestik Bruto Sektor Industri (IDT)

Produk Domestik Bruto sektor industri merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan hanya dari sektor industri dalam satu tahun yang dinyatakan dalam triliun rupiah (bps.go.id).

Produk Domestik Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (PKOM)

(8)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

pengangkutan dan komunikasi dalam satu tahun yang dinyatakan dalam triliun rupiah (bps.go.id).

II.2 Sumber Daya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan sumber daya alam tidak sama dengan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya barang sumber daya lain yang dipakai dalam proses produksi. Semakin cepat proses pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, maka semakin banyak pula barang sumber daya atau faktor produksi yang diperlukan dalam proses produksi. Dengan semakin banyaknya sumber daya atau faktor produksi yang diperlukan pada gilirannya akan mengurangi tersedianya faktor produksi (Sutikno dan Maryunani, 2006)

Pada negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, yang menuntut terjadinya percepatan ekonomi, menuntut semakin banyak pula sumber daya alam yang dieksploitasi sehingga semakin sedikit jumlah persediannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas barang sumber daya (selain sumber daya alam) dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan persediaan sumber daya alam yang ada di bumi.

Gambar 2.1 Hubungan Sumber Daya dengan Pertumbuhan Ekonomi

(9)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Gambar 2.1 menunjukkan hubungan antara tersedianya sumber daya dengan pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menggambarkan ketersediaan sumber daya (selain sumber daya alam) dan sumbu horizontal menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Hubungan positif dari gambar tersebut dapat dilihat dari kemiringannya yang positif (ke kanan). Kurva tersebut menunjukkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan misalnya dari Y1 ke Y2

akan menyebabkan meningkatnya jumlah ketersediaan sumber daya dari SD1 ke

SD2.

Gambar 2.2 Hubungan Sumber Daya Alam dengan Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.2 menunjukkan hubungan antara tersedianya sumber daya alam dengan pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menggambarkan ketersediaan sumber daya alam, sedangkan sumbu horizontal menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi. Hubungan negatif dari gambar tersebut dapat dilihat dari kemiringan yang negatif (ke kiri). Kurva tersebut menunjukkan jika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan misalnya dari Y1 ke Y2, akan menyebabkan

turunnya jumlah ketersediaan sumber daya alam dari SDA1 ke SDA2.

Selain dapat mengurangi sumber daya alam, pertumbuhan ekonomi juga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, karena percepatan pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti dengan peningkatan sektor industri. Peningkatan sektor industri akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pencemaran terhadap lingkungan akibat limbah proses produksi sehingga menimbulkan polusi bagi air, tanah, dan juga udara.

(10)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Gambar 2.3 Hubungan Pencemaran Lingkungan dengan Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.3 menunjukkan hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pencemaran lingkungan. Sumbu vertikal menunjukkan tingkat pencemaran, dan sumbu horizontal menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat, misalnya dari Y1 ke Y2, akan diikuti dengan

meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan dari P1 ke P2. Di satu sisi kegiatan

proses produksi barang dan jasa dapat menghasilkan sesuatu yang positif bagi manusia, tetapi di sisi lain proses produksi barang dan jasa menghasilkan sesuatu yang negatif karena menghasilkan polusi atau limbah.

Gambar 2.4 Implikasi Positif dan Negatif Kegiatan Industrialisasi Bagi Manusia dan Makhluk Hidup

(11)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa proses industrialisasi memiliki dampak positif bagi manusia melalui terpenuhinya jumlah barang dan jasa yang harus dikonsumsi untuk kebutuhan hidup manusia. Tetapi proses industrialisasi juga mempunyai dampak negatif. Pertama, cadangan sumber daya alam akan semakin menipis yang akan menyebabkan harga barang meningkat dan generasi yang akan datang tidak bisa menikmatinya. Kedua, akan menyebabkan pencemaran lingkungan, yang akan mengganggu keseimbangan lingkungan dan pada gilirannya akan mengancam hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

II.3 Teori Kuznets

(12)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Gambar 2.5 Kuznets Curve

Sumber: Andreoni & Levinson, 2004

Ketika pendapatan suatu negara terus bertumbuh seiring pembangunan ekonomi, produksi manufaktur akan menyumbang sejumlah yang besar terhadap produk nasional domestik. Secara umum, industrialisasi berawal dari industri kecil dan kemudian bergerak ke industri berat. Ini adalah tahap tingkat pendapatan medium, peningkatan penggunaan sumber daya alam, dan intensifikasi dari degradasi lingkungan. Dan akhirnya tahap pembangunan menguasai industrialisasi dengan memperluas andil pada produk nasional domestik, ketika kegiatan industri semakin berkembang dengan stabil. Pada tahap ini utilitas bahan baku akan berkurang, pembuangan atau sampah per unit produksi akan meningkat.

Penjelasan mengenai terjadinya inverted U pada kurva Kuznets adalah sebagai berikut :

1. Terjadinya pergeseran transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri karena adanya dorongan investasi asing. Pada tingkat pendapatan rendah di negara berkembang, pendapatan industri masih rendah dan akan meningkat seiring peningkatan pendapatan. Peningkatan sektor indutri ini menyebabkan polusi di negara sedang berkembang juga akan mengalami peningkatan dan ketika terjadi transformasi dari sektor industri ke sektor jasa, polusi akan menurun seiring peningkatan pendapatan.

(13)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

2. Permintaan akan kualitas lingkungan akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan. Hal ini bermula ketika pendapatan masih rendah, sulit bagi pemerintah negara berkembang untuk melakukan proteksi terhadap lingkungan. Ketika pendapatan mulai meningkat, masyarakat mulai mampu untuk membayar kerugian lingkungan akibat dari kegiatan ekonomi. Pada tahap ini masyarakat mau mengorbankan konsumsi barang demi terlindunginya lingkungan (Andreoni & Levinson, 2004).

(14)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Hasil Uji Ordinary Least Square (OLS)

Data dari emisi CO2, PDB sektor pertanian, pertambangan, industri, serta

sektor pengangkutan dan komunikasi, dapat dilihat pada lampiran tabel A.1. Data tersebut sudah melewati uji Mackinnon, White and Davidson (MWD) dan uji Asumsi Klasik.

Model: LEMISI = f (LPTN, LPTM, LIDT, LPKOM)

LEMISI = α0 + α1 LPTN + α2 LPTM + α3 LIDT + α4 LPKOM

Dimana: LEMISI = emisi CO2 (dalam satuan Kt Ton)

LPTN = PDB Indonesia sektor pertanian (dalam Triliun Rupiah)

LPTM = PDB Indonesia sektor pertambangan (dalam Triliun Rupiah)

LIDT = PDB Indonesia sektor industri (dalam Triliun Rupiah)

LPKOM = PDB Indonesia sektor pengangkutan dan komunikasi (dalam Triliun Rupiah)

Hipotesis untuk Uji–t:

Ho : PDB sektor x secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap emisi CO2

(15)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Hipotesis untuk Uji–F:

Ho : PDB sektor n secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap emisi CO2

Ha : PDB sektor n secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap emisi CO2

Hasil regesi model linear dapat dilihat pada lampiran tabel A.2.

LEMISI = 8.065 + 1.205 LPTN + 0.055 LPTM – 0.607 LIDT + 0.315 LPKOM

Hasil Uji t-hitung:

 Probabilitas t-hitung variabel LPTN (0.015) < 0.05 = signifikan. Artinya, secara individu variabel LPTN berpengaruh secara signifikan terhadap variabel LEMISI.

 Probabilitas t-hitung variabel LPTM (0.810) > 0.05 = tidak signifikan. Artinya, secara individu variabel LPTM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel EMISI.

 Probabilitas t-hitung variabel LIDT (0.104) > 0.05 = tidak signifikan. Artinya, secara individu variabel LIDT tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel LEMISI.

 Probabilitas t-hitung variabel LPKOM (0.0096) < 0.05 = signifikan. Artinya, secara individu variabel LPKOM berpengaruh secara signifikan terhadap variabel LEMISI.

Hasil Uji F-hitung:

(16)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Hasil Uji Adj. R–Squared

 Nilai Adj. R-Squared adalah 0.9870. Artinya, bahwa variasi perubahan variabel LEMISI (variabel dependen) yang dapat dijelaskan oleh variabel LPTN, LPTM, LIDT dan LPKOM (variabel independen) sebesar 98.70% dan sisanya sebesar 1.30% dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model.

III.2 Environmental Kuznets Curve

3.2.1. Model estimasi hubungan antara PDB sektor pertanian terhadap emisi CO2, diperoleh dari hasil pengolahan data adalah sebagai berikut:

Emisi = 233376.7 - 1366.52 PTN + 7.045 PTN2

Prob. F-statistik = 0.000

R-Squared = 0.9726

Model ini bisa digunakan untuk mengestimasi pengaruh PDB sektor pertanian terhadap emisi CO2 di Indonesia karena Prob. F-statistik = 0.000 < 0.05. Dilihat dari nilai R-Squared sebesar 97.26 %, artinya bahwa variasi perubahan variabel emisi CO2 yang dapat dijelaskan oleh variabel PTN

sebesar 97.26 % dan sisanya 2.73 % dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model. Hubungan diantara PDB sektor pertanian dengan emisi CO2 di Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.1. Pada

gambar tersebut, kurva yang terbentuk hampir menyerupai huruf U terbalik, namun bentuknya masih setengah (belum sempurna). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi PDB di sektor pertanian akan diiringi dengan peningkatan emisi CO2. Namun ketika PDB di sektor pertanian telah

mencapai tingkat tertentu yang ditunjukkan oleh titik optimum kuva U terbalik, peningkatan PDB akan menurunkan emisi CO2. Hal tersebut

dikarenakan para pelaku sektor pertanian sudah lebih

(17)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Gambar 3.1 Hubungan PDB Sektor Pertanian Terhadap Emisi CO2

3.2.2 Model estimasi hubungan antara PDB sektor pertambangan terhadap emisi CO2, diperoleh dari hasil pengolahan data adalah sebagai berikut:

Emisi = 1861918 - 25385.40 PTM + 96.974 PTM2

Prob. F-statistik = 0.003

R-Squared = 0.7213

Model ini bisa digunakan untuk mengestimasi pengaruh PDB sektor pertambangan terhadap emisi CO2 di Indonesia karena Prob. F-statistik = 0.003 < 0.05. Dilihat dari nilai R-Squared sebesar 72.13%, artinya bahwa variasi perubahan variabel emisi CO2 yang dapat dijelaskan oleh variabel

PTM sebesar 72.13% dan sisanya 27.87% dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model. Hubungan diantara PDB sektor pertambangan dengan emisi CO2 di Indonesia dapat dilihat pada gambar

3.2. Pada gambar tersebut, kurva yang terbentuk hampir menyerupai huruf U terbalik, namun bentuknya masih setengah (belum sempurna). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi PDB di sektor pertambangan akan diiringi dengan peningkatan emisi CO2. Namun ketika PDB di sektor

pertambangan telah mencapai tingkat tertentu yang ditunjukkan oleh titik optimum kuva U terbalik, peningkatan PDB akan menurunkan emisi CO2.

Hal tersebut dikarenakan para pelaku sektor pertambangan sudah lebih

(18)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

memperhatikan/peduli terhadap kualitas lingkungan, seperti penggunaan teknologi atau mesin-mesin yang lebih ramah lingkungan, reboisasi hutan, dll.

Gambar 3.2 Hubungan PDB Sektor Pertambangan Terhadap Emisi CO2

3.2.3 Model estimasi hubungan antara PDB sektor industri terhadap emisi CO2,

diperoleh dari hasil pengolahan data adalah sebagai berikut:

Emisi = 249932.3 - 438.4231 IDT + 1.3071 IDT2

Prob. F-statistik = 0.000

R-Squared = 0.9548

Model ini bisa digunakan untuk mengestimasi pengaruh PDB sektor industri terhadap emisi CO2 di Indonesia karena Prob. F-statistik = 0.000 < 0.05. Dilihat dari nilai R-Squared sebesar 95.48%. Artinya, bahwa variasi perubahan variabel emisi CO2 yang dapat dijelaskan oleh variabel IDT

sebesar 95.48% dan sisanya 4.52 % dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model. Hubungan diantara PDB sektor industri pengolahan dengan emisi CO2 di Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.3.

Pada gambar tersebut, kurva yang terbentuk hampir menyerupai huruf U terbalik, namun bentuknya masih setengah (belum sempurna). Hal ini

(19)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

berarti bahwa semakin tinggi PDB di sektor industri akan diiringi dengan peningkatan emisi CO2. Namun ketika PDB di sektor industri telah

mencapai tingkat tertentu yang ditunjukkan oleh titik optimum kuva U terbalik, peningkatan PDB akan menurunkan emisi CO2. Hal tersebut

dikarenakan para pelaku sektor industri sudah lebih memperhatikan/peduli terhadap kualitas lingkungan, seperti penggunaan mesin-mesin yang lebih ramah lingkungan, teknologi pengolahan limbah yang lebih baik, membuat hutan buatan, dll.

Gambar 3.3 Hubungan PDB Sektor Industri Terhadap Emisi CO2

3.2.4 Model estimasi hubungan antara PDB sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap emisi CO2, diperoleh dari hasil pengolahan data

adalah sebagai berikut:

Emisi = 188763.8 + 1461.631 PKOM - 0.6487 PKOM2

Prob. F-statistik = 0.000

R-Squared = 0.9698

Model ini bisa digunakan untuk mengestimasi pengaruh PDB sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap emisi CO2 di Indonesia karena

Prob. F-statistik = 0.000 < 0.05. Dilihat dari nilai R-Squared sebesar 96.98%, artinya bahwa variasi perubahan variabel Emisi CO2 yang dapat

(20)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

dijelaskan oleh variabel PKOM sebesar 96.98% dan sisanya 3.02% dapat dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model. Hubungan diantara PDB sektor pengangkutan dan komunikasi dengan emisi CO2 di Indonesia

dapat dilihat pada gambar 3.4. Pada gambar tersebut, kurva yang terbentuk hampir menyerupai huruf U terbalik, namun bentuknya masih setengah (belum sempurna). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi PDB di sektor pengangkutan dan komunikasi akan diiringi dengan peningkatan emisi CO2. Namun ketika PDB di sektor pengangkutan dan komunikasi telah

mencapai tingkat tertentu yang ditunjukkan oleh titik optimum kuva U terbalik, peningkatan PDB akan menurunkan emisi CO2. Hal tersebut

dikarenakan para pelaku sektor pengangkutan dan komunikasi sudah lebih memperhatikan/peduli terhadap kualitas lingkungan, seperti penggunaan kendaraan bertenaga surya/ramah lingkungan, menggunakan bahan bakar pertamax untuk kendaraan bermotor, teknologi komunikasi yang lebih canggih, dll.

(21)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Penelitian ini melihat hubungan pertumbuhan ekonomi yang diwakili dari PDB sektor pertanian, pertambangan, industri, serta pengangkutan dan komunikasi terhadap kualitas lingkungan yang diwakili dari emisi CO2, di

Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah model Ordinary Least Square

(OLS), hipotesis Enviromental Kuznets Curve (EKC). Ketiga uji tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil uji t-hitung, sektor yang berpengaruh signifikan terhadap emisi CO2 adalah sektor pertanian serta sektor pengangkutan dan komunikasi,

sedangkan sektor pertambangan, dan industri, tidak berpengaruh secara signifikan. Namun ketika dilihat pengaruhnya secara bersama-sama dengan menggunakan uji F-hitung, keempat sektor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap emisi CO2. Begitu pula ketika diuji

menggunakan Adj. R-Squared keempat sektor mampu menjelaskan variasi perubahan emisi CO2 sebesar 98.70%. Oleh sebab itu pemerintah

sebaiknya semakin memperhatikan kualitas lingkungan melalui kebijakan -kebijakan yang dikeluarkan, juga dalam implementasi di lapangan harus dipantau apakah kebijakan yang dibuat telah dilaksanakan dengan baik, seperti kebijakan AMDAL. Pelaku keempat sektor tersebut juga sebaiknya memperhitungkan biaya pencemaran ke dalam perhitungan biaya produksi.

(22)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

terus terjadi hingga disuatu titik optimum, pendapatan masyarakat meningkat sehingga kesejahteraanpun meningkat. Pada kondisi tersebut masyarakat akan mulai memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Keempat sektor akan menggunakan faktor-faktor produksi yang lebih ramah lingkungan dalam aktivitas ekonominya.

IV.2 Saran

Menjaga Kawasan Hutan Konservasi

Menjaga kualitas lingkungan agar tetap bersih dan nyaman dapat dimulai dengan menjaga kawasan hutan konservasi. Jika diibaratkan seperti manusia, hutan merupakan paru-paru suatu kawasan. Hutan yang seharusnya berfungsi menyerap karbon kini tidak dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal karena semakin banyaknya hutan yang dirusak. Masalah alih fungsi lahan kini bukan hanya sekedar isu melainkan telah terbukti nyata, banyak kawasan hutan yang kini telah beraih fungsi menjadi lahan perkebunan maupun pertambangan. Seyogyanya hutan konservasi dijaga dan dipelihara kelestariannya, melakukan reboisasi di kawasan hutan yang rusak, serta revitalisasi hutan. Tentunya diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah, masyarakat sekitar hutan, koorporasi, lembaga swadaya, untuk bersama-sama menjaga level hutan tetap berada pada kondisi lestari.

Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pemukiman

Menjaga kawasan hutan konservasi bukanlah merupakan lokomotif utama solusi dalam permasalahan ini karena pencemaran akibat emisi Co2 sungguh lebih

(23)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

hijau. Pemerintah daerah setempat perlu memikirkan keefektifan pembangunan ruang hijau ini. Pemerintah daerah sebaiknya membuat kebijakan seperti, setiap pembangunan fasilitas sosial dan publik, seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, perkantoran, wajib menyediakan lahan untuk ditanami pepohonan yang rindang.

Gerakan Penghijauan Kota

Gerakan penghijauan kota sebenarnya telah banyak dilakukan di beberapa kota terutama di kota-kota besar. Hanya saja kegiatan baik ini tidak dimaksimalkan hingga ke tahap perawatan. Seperti misalnya, para pelajar bersama-sama mangadakan gerakan menanam 1000 pohon. Kegiatan ini “baik” hanya sampai pada proses menanam, akan tetapi setelah itu hanya ditinggalkan begitu saja tanpa dilakukan proses perawatan hingga menjadi pohon yang dapat tumbuh dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa adanya pemantauan kembali maka hanya akan menimbulkan inefisiensi.

Desa sebagai Penyangga Lingkungan Hidup

Desa sebagai sentra pertanian dapat sekaligus menjadi kawasan penyangga lingkungan dengan cara dilindungi lingkungannya. Kawasan desa yang masih asri hendaknya dijaga dan tidak dialih fungsikan seperti yang terjadi pada kawasan hutan. Masyarakat desa perlu mendapatkan edukasi dari pemerintah tentang betapa pentingnya lahan pertanian dan hutan yang mereka miliki, untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemerintah dapat memberikan penghargaan sebagai Duta Lingkungan Desa, kepada masyarakat yang peduli terhadap lingkungannya. Gelar ini diharapkan dapat menambah kepedulian masyarakat desa akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, dan mereka dapat menggerakkan warga sekitar untuk turut serta menjaga kelestarian lingkungan.

Duta Lingkungan

(24)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi, untuk menjalankan gerakan peduli lingkungan. Para pelajar yang terpilih, diberi gelar sebagai Duta Lingkungan Hidup dan diberikan misi untuk menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya, dan mengajak rekan-rekannya untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan. Setiap bulannya, para duta ini dapat dikumpulkan per kawasan untuk diberikan pelatihan, berbagi pengalaman antar sesama duta, serta evaluasi kinerja. Setiap tahun pemerintah pusat dapat mengadakan Gathering

Nasional Duta Lingkungan Hidup, dimana seluruh duta berkumpul dan bersama -sama membagikan semangat menjaga kelestarian lingkungan kepada seluruh masyarakat. Hal ini tentunya lebih berguna dibandingkan memberikan gelar Duta Lingkungan Hidup kepada seseorang yang sifatnya hanya formalitas dan berfungsi normatif saja.

Pengawasan dan Evaluasi

(25)

Bukti Empiris Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Emisi CO2 di Indonesia

Pembiayaan Pencemaran Lingkungan (suatu model)

Model: X = f (Y)

X = a + b Y

Dimana: X = Luas hutan buatan

a = Konstanta

b = Indeks pencemaran

Y = Pencemaran

Dari model diatas dapat menjelaskan beberapa hal terkait dengan pembiayaan pencemaran. Ketika pencemaran (Y) sebesar 0 (nol) atau dengan kata lain suatu industri yang baru akan melakukan produksi (produksi masih 0), maka industri tersebut sudah harus menyediakan hutan buatan (X) sebesar “a”. Jika Y meningkat maka X juga harus bertambah. Melalui model ini dapat disimpulkan bahwa pencemaran sudah dimasukkan dalam perhitungan biaya produksi dalam membuat barang.

Gambar

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Tahun 2004-2012
Gambar 2.1 Hubungan Sumber Daya dengan Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 2.2 Hubungan Sumber Daya Alam dengan Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 2.3 menunjukkan hubungan pertumbuhan ekonomi dengan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kosmetik merupakan produk yang unik karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar wanita akan kecantikan sekaligus seringkali menjadi sarana

Tujuan khususnya adalah; (1) meningkatkan keterampilan mahasiswa sebagai sasaran antara yang strategis dalam mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik

Dalam analisis harmonik ada beberapa indeks penting yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh harmonik terhadap sistem tenaga listrik yaitu THD (Total Harmonic Distortion)

Kedua, wajah tradisional, yaitu dengan masih banyaknya kegiatan masyarakat Jepang yang tampak dalam bidang ritual dengan penyelenggaraan matsuri atau ritual, maupun berbagai

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kehadiran genus Eutropis di Hutan Wanagama I dan data mengenai pengaruh faktor jarak dari sumber air

Tarung Derajat adalah Ilmu, tindakan moral dan sikap hidup yang memanfaatkan kemampuan daya gerak otot, otak dan nurani secara Realistis dan Rasional, terutama

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat disimpul- kan bahwa penelitian pengembangan ini menghasilkan produk berupa buletin berbentuk komik berbasis

Hasil yang diperoleh bahwa daya dukung limbah tanaman pangan di Kota Parepare dapat menampung dan menyediakan pakan untuk kebutuhan ternak sapi potong berdasarkan hasil